Você está na página 1de 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara
kehamilan minggu ke-28 dan awal partus. Pada satu kehamilan perdarahan dari traktus genitalis
lebih sering dan serius jika terjadi pada tempat plasenta dibandingkan dari sumber lain. Walaupun
demikian plasenta menjadi

organ defenitif jauh lebih dini dari kehamilam 28 minggu dan

perdarahan dapat terjadi lebih dini . Meskipun perdarahan sesudah saat ini lebih sering terjadi.
Walaupun perdarahan vaginal setelah minggu ke29 harus dianggap mempunyai potensi serius .
perdarahan pada saat yang lebih dini dapat merupakan indikasi dari dua penyebab utama pedarahan
anterpatum yaitu;
Plasenta previa
Soluto plasenta

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Plasenta previa
Pada keaadaan normal . Plasenta berimplantasi atau terletak di bagian fundus uterus.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutup sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

2.1.2. Etiologi
Apa sebab terjadinya implatasi plasenta didaerah segmen bawah uterus tidak dapat
dijelaskan. Namun demikian terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan
kekerapan terjadi plasenta previa yaitu :
1. Parista, Makin banyak parista ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta previa
Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih, makin besar
kemungkinan kehamilan plasenta previa.
2. Umur dam paritas

Pada primigravida umur diatas 35 th lebih sering dari umur dibawah 25 th.

Pada paritas tinggi lebih sering dari pada paritas rendah

3. Adanya tumor-tumor : mioma uteri, polip endometrium.


4. Kadang-kadang pada malnutrisi

2.1.3. Klasifikasi
Berdasarkan atas terabaya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu,plasenta previa dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu :
1)

Plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jarngan plasenta

2)

Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan ternutup oleh jaringan plasenta

3) Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada terpat pada pinggir pembukaan
4)

Plasenta letak rendah apabila tepi plasenta melampau segmen bawah tetapi tepinya tidak

mencapai ostium internum.

2.1.4. Manifestasi klinis

Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali,

biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.

Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya

rasa sakit.

Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi

letak janin (letak lintang atau letak sunsang)

Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan. Sebagian

besar kasus, janinnya masih hidup.


Gejala utama

Perdarahan yang terjadi berwarna segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan

gejala utama
Komplikasi

Anemia karena perdarahan

Syok

Janin mati lahir dalam keadaan premature dan asphyxia berat.

2.1.5. Patofisiologi
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada
triwulan ketiga kehamilan . Karena pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan berkaitan dengan makin tuanya kehamilan .
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat sejak kehamilan
berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai
menipis.
Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka.
Dengan demikian plasenta yang berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut akan
mengalami pergeseran dari tempat implantasi dan akan menimbulkan perdarahan. Darahnya
berwarna merah segar, bersumber pada sinus uterus yang atau robekan sinis marginali dari
plasenta.

2.1.6. Manajemen Therapeutik


Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk, anjurkan
pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kiri, tidak melakukan sanggama,
menghindari peningkatan tekanan rongga perut missal batuk,mengedan karena sulit buang air
besar)

2.1.7. Rencana Tindakan Keperawatan


Pasang infuse cairan Nacl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairan proposal.
Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk mendeteksi
adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.
Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan trasfusi darah. Bila tidak
teratasi, upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.
Penanganan di rumah sakit dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat renjetan, usia
gestasi <37 minggu, taksiran berat janin <2.500 g, maka :

Bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan mobilisasi

bertahap. Beri kortikosteroid 12 mg intravena per hari salma 3 hari

Bila pendarahan berulang, lakukan PDMO. Bila ada kontraksi, tangani seperti persalinan

preterm
Bila tidak ada renjetan, usia gestasi 37 minggu atau lebih,taksirkan berat janin 2.500 g atau
lebih, lakukan PDMO. Bila ternyata previa, lakukan persalinan perabdominan. Bila bukan,
usahakan partus pervaginam.

2.1.7. Asuhan keperawatan


Perawatan adalah pelayanan esensial dilakukan oleh perawatan propesional. Bagi
individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan dengan tujuan
menolong mereka meningkatkan kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan profesinya.
Pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien HAP atas indikasi plasenta previa akan
berhasil apabila asuhan keperawatan yang diberikan baik dan benar. Berdasarkan hal ini
perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakan apa saja yang

harus dilakukan, selain itu perawat harus berfikir dan bekerja secara dinamis.
Proses kererawatan digunakan oleh perawat untuk memecahkan masalah yang dihadapi
klien, secara tuntas yang didasari prinsip-prinsip ilmiah sertamempertimbangkan klien sebagai
makluk yang utuh (bio, psiko, social, dan spiritual) dan bersifat unik. Penerapan proses
keperawatan klien ni adalah empat tahap yaitu pengkajian, intervestasi dan evaluasi.
1.

Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data perkelompok dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan klien.
Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberi gambaran secara terus menerus mengenai
keadaan kesehatan yang memungkinkan perawat merencanakan asal keperawatan pada klien
HAP. Langkah pertama dalam pengkajian terhadap klien HAP adalah mengumpulkan data.
Adapun data-data yang dikumpulkan yaitu :
a. Identitas umum
b. Riwayat kesehatan
1.

Riwayat kesehatan dahulu

Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio
sasaria curettage yang berulang-ulang.
Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami
penyakit menular seperti hepatitis.
Kemungkinan pernah mengalami abortus

2.

Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan

Perdarahan tanpa rasa nyeri

Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.

3.

Riwakat kesehatan keluarga

Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.

Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini

Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.


Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit

menular.

4. Riwayar Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
Minarche
Siklus

: 12 th
: 28 hari

Lamanya
Baunya

: 7 hari
: amis

Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid

5. Riwayat kehamilan dan persalinan


Multigravida
Kemungkinan abortus
Kemungkinan pernah melakukan curettage

6. Riwayat nipas
Lochea Rubra
Bagaimana baunya, amis
Banyaknya 2 kali ganti duk besar
Tentang laktasi
Colostrum ada

c. Pemeriksaan tanda-tanda vital


Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
Pernapasan, nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok

d. Pemeriksaan fisik
Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
Mata biasanya konjugtiva anemis

Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal


Abdomen

Inspeksi : terdapat strie gravidarum

Palpasi :

Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah

Leopoid II

: Sering dijumpai kesalahan letak

Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala

masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.

Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul

Perkusi : Reflek lutut +/+

Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160

Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda


Ekstremitas. Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.

e. Pemeriksaan penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250
ribu 500 ribu).

f. Data sosial ekonomi


Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya terjadi pada
golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang
dimilikinya.
Dari pengkajian yang telah diuraikan diatas dapat disusun beberapa diagnosa keperawatan
yang memungkinkan ditemukan pada klien HAP atas indikasi plasenta precia antara lain :
1.

Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen

bawah rahim ( Susan Martin Tucker,dkk 1988:523)


2.

Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidak mampuan

merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual Carpenito edisio :326)
3.

Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya perfusi darah ke

plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000: 1127) post seksio.

4.

Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot

perut (Susan Martin Tucker,dkk 1988 : 624).


5. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Barbara Enggram :1998:371)
6.

Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya tempat masuknya mikro organisme

sekunder terhadap luka operasi sesarea.


7.

Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan

pengobatan (Susan Martin Tucker,dkk 1988).

2. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah bagian selanjutnya dari proses keperawatan. Dan hasil
pengkajian seorang perawat mampu menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan pada
klien. Perencanaan ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan klien dan mengatasi
masalahnya. Adapun rencana tindakan dari diagnosa tersebut adalah :

DX I
Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen
bawah rahim
Tujuan :
Klien tidak mengalami perdarahan berulang
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk membatasi perserakan
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga dapat
terjadi perdarahan

2. Kontrol tanda-tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan, suhu)


Rasional : Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini kemunduran atau
kemajuan keadaan klien.

3. Kontrol perdarahan pervaginam


Rasional : Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan perfusi jaringan pada
plasenta sehingga dapat melakukan tindakan segera.

4. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih banyak
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam melakukan
tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien.

5. Monitor bunyi jantung janin


Rasional

: Denyut jantung lebih >160 serta< 100dapat menunjukkan gawat janin

kemungkinan terjadi gangguan perfusi pada plasenta

6. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengakhiri kehamilan


Rasional : Dengan mengakhiri kehamilan dapat mengatasi perdarahan secara dini.

DX II
Gangguan pemenuhan ketuban sehari-hariberhubungan dengan ketidakmampuan merawat diri
sekunder keharusan bedres
Tujuan :
Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
1.

Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan

komunikasi therapeutik
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien kooperatif dalam
melakukan asuhan keperawatan.

2. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar


Rasional :Dengan membantu kebutuhan klien seperti mandi, BAB,BAK,sehingga kebutuhan
klien terpenuhi,

3. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan


Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena dilakukan oleh keluarga
sendiri dan klien merasa diperhatikan.

4. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien


Rasional :

Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah dapat memenuhi

kebutuhannya sendiri.

5. Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan bantuan


Rasional :

Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.

DX III
Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta
Tujuan :
Gawat janin tidak terjadi
Intervensi :
1. Istirahatkan klien
Rasional : melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah
2. Anjurkan klien agar miring kekiri
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan meningkatkan
aliran balik vena ke jantung
3. Anjurkan klien untuk nafas dalam
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2 janin
terpenuhi
4. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi pada
janin meningkat.
5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital pada
janin.

DX IV
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi

Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat disajikan
sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya.

2. Jelaskan pada klien penyebab nyeri


Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat beradaptasi dan
mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien.

3. Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan peregangan luka.


Rasional : Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri.

4. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada rasa
nyeri

5. Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam)


Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan lancar
dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang.

6. Kontrol vital sign klien


Rasional :Dengan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran atau
kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan selanjutnya.

7. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik


Rasional : Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeridapat berkurang.

3.2. Solusio Plasenta


3.2.1. Pengertian
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya

3.2.2. Etiologi
Belum diketahui pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma eksternal,
tali pusat pendek, dekompresi terus mendadak, anomali atau tumor uterus, difisiensi gizi, merokok,
konsumsi alcohol, penyalahgunaan kokain, serta obstruksi vena kana inferior dan vena ovarika.

3.2.3. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasentae dipicu oleh perdarahanke dalam basalis yang kemudian terbelah dan
meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma desidual
yang menyebabkan pelepasan,kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan
dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah. Hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai
tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi
optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapt
melepaskan selaput ketuban.

3.2.4. Manifestasi Klinis

Anamnesis : perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginam berwarna

kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut,
uterus tegang, perdarahan pervaginam yang banyak, syok dak kematian janin intrauterine.

Pemeriksaan fisik tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.

Pemeriksaan obstetric : nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar dinilai, denyut

jantung janin sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.

3.2.5. Manajemen Terapeutik


Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk anjuran pasien untuk tirah
baring total dengan menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan
tekanan rongga perut (misalnya batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus cairan
NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, berikan cairan peronai.

Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok
akibat pendarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terdapat rejatan,segera lakukan
resusitasi cairan dan tranfusi darah. Bila tidak teratasi, Upayakan Penyelamatan optimal bila teratasi.
Perhatikan keadaan janin.Setelah rejatan diatasi, pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih
hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama. Bila rejatan tidak dapat
diatasi, upayakan tindakan penyelamatan yang optimal.Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat
pembukaan. Bila lebih dari 6 cm,pecahkan ketuban lalu infuse oksitosin. Bila kurang dari 6cm
lakukan seksio sesarea.Bila tak terdapat rejatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu atau taksiran
berat janin kurang dari 2.500 gr.Penanganan berdasarkan berat atau ringannya penyakit yaitu :
a). Solusio Plasenta Ringan
Ekspektatif, bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin hidup)

dengan tirah baring atasi anemia dan KTG serial,lalu tunggu persalinan spontan.
Aktif, bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi, dapat

mengancam ibu/janin). Usahakan partus pervaginam dengan amniotomi atau infuse oksitosin bila
memungkinkan. Jika terus pendarahan,skor pelvic kurang dari 5 atau persalinan masih lama, lakukan
seksio sesarea.

b). Solusio plasenta sedang/berat

Resusitasi cairan

Atasi anemia dengan pemberian transfuse darah

Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berlangsung dalam 6 jam, perabdominan bila tak

dapat
Bila terdapat rejatan, usia gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2.500 gr atau lebih.
Pikirkan partus perabdominan bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.

Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya perdarahan,
derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi
tidaknya perdarahan. Dan jarak antara terjadinya solusio plasentae sampai pengosongan uterus.
Diperkirakan resiko kematian ibi 0.5-5% dan kematian janin 50-80%.

3.2.6. Asuhan Keperawatan


a). Pengkajian
1). Data Biografi Demografi
Usia, jenis kelamin, pekerjaan serta identitas lain yang mendukug.
2). Riwayat Kesehatan

Riwayat penyakit dahulu(DM,gagal ginjal dan hipertensi)

Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kehamilan yang lalu

Riwayat ginekologis

Status kesehatan sekarang

Riwayat status nutrisi

3). Kebiasaan (merokok, penggunaan obat-obatan dan alkohol)


4). Status psikologis
5). Kepercayaan Keagamaan
6). Pemeriksaan Fisik

Vital sign (TD, nadi, respirasi dan suhu)

Tinggi badan dan berat badan (sebelum hamil dan setelah hamil)

Sistem kardiovaskuler, hipotensi, tachicardi, dan cyanosis)

Sistem perkemihan (intake dan output)

Sistem integument (udem,pucat, kulit dingin)

Sistem reproduksi (pemeriksa leopoid I IV, kontraksi uterus yang meningkat. Status serviks,

perdarahan dengan darah warna merah kehitaman. Fundus uteri yang makin tinggi).

Status janin (DJJ menurun, pergerakan janin menurun).

7). Pemeriksaan penunjang (EKG,USG, laboraturium{darah lengkap, urine, dan kimia darah})

b). Diagnosa Keperawatan


1)

Gangguan perfusi jaringan serta umum berhubungan dengan hipovelemik shock.

2)

Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan darah

3)

Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan efek negatif dari perdarahan atau pengeluaran

kehamilan
4)

Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak

adekuatnya pada plasenta

c).

Intervensi Keperawatan

1)

Gangguan perfusi jaringan secara umum berhubungan dengan hipovolemik shock

Tujuan : pefusi jaringan adekuat


Kriteria :

Tanda vital dalam batas normal

Kulit hangat dan kering

Nadi perifer adekuat

Tindakan mandiri :
a).

Monitor tanda vital (TD, nadi, nafas,suhu, dan palpasi nadi perifer secara rutin)

R : permonitoran tanda vital dapat menunjukkan indikasi terjadinya pemulihan atau penurunan
sirkulasi
b.)

Kaji dan catat perdarahan pervaginam dan peningkatan tinggi fundus uteri.

R : Sebagai petunjuk untuk tindakan kedaruratan selanjutnya


c.)

Monitor intake dan output untuk memperbaiki sirkulasi volume cairan.

R : pemberian intake cairan (secara parenatal) dapat membantu mempertahankan volume sirkulasi

Tindakan kolaborasi :
a. Pemberian oksigen sesuai indikasi
R : Pemberian oksigen dapat meningkatkan sirkulasi O2 pada jaringan
b. Pemberian tranfusi darah sesuai indikasi
R : pemberian tranfusi darah dapat membantu sirkulasi ke jaringan

2).

Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan darah

Tujuan : perfusi jaringan adekuatnya dan perdarahan teratasi


Kriteria :

Keadaan umum ibu baik

Pembekuan darah normal

Tanda vital dalam batas normal

Sirkulasi darah baik

Tindakan mandiri :
a. Kaji dan monitor perdarahan pervaginam yang abnormal
R : dapat dijadikan sebagai indikator dari faktor kegagalan pembekuan darah
b.

Monitor sirkulasi darah serta tanda DIC (turunnya tingkat kekenyalan fibrinogen, pertambahan

prothrombin, tromboplastin dan pembekuan darah)


R : dapat mengintervensi tindakan selanjutnya yang cepat dan sesuai dengan masalah yang
ditemukan.

c. Pemberian trasfusi dan komponen darah sesuai dengan indikasi


R : tranfusi darah dapat membantu pengurangan faktor pembekuan karena proses pembekuan yang
abnormal .

d. Pemberian obat sesuai dengan indikasi


R : pemberian obat untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi kegagalan faktor pembekuan
darah

3).

Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak adekuat

pada plasenta
Tujuan : perfusi oksigen pada janin adekuat
Kriteria :

DJJ normal (120-160 x/menit)

Kebutuhan oksigen janin terpenuhi

Kontraksi uterus normal

HIS normal

Pergerakan janin baik

Tindakan mandiri :
a)

Monitor DJJ dan pergerakan janin

R : gangguan perfusi plasenta dapat menurunkan oksigenisasi pada janin, sehingga pergerakan janin
dan DJJ tidak normal

b). Anjurkan ibu mempertahankan posisi tidur lateral


R : posisi lateral dapat memberikan sirkulasi yang optimum pada uterus dan plasenta

Tindakan kolaborasi :
a). Pemberian Oksigen sesuai indikasi
R : pemberian oksigen akan membantu sirkulasi oksigen ke janin menjadi adekuat

b).

Menyiapkan klien untuk memeriksakan amniosintesis jika diperlukan

R : pemeriksaan amniosintesis dapat dijadikan indicator kegawatan darurat janin.

c).

Persiapkan klien untuk dilakukan tindakan emergensi seperti section caesaria

R : tindakan section merupakan salah satu alternative menghindari terjadinya fetal distress

BAB VI
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan . penyakit ini mungkin timbul pada triwulan ketiga kehamilan , tetapi dapat terjadi
sebelumnya misalnya karea molahidatidosa.( Winknjosastro, 1997:282)
Perdarahan antepartum (HAP) merupakan perdarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara
kehamilan mingggu ke -28 dan awal partus . Penyebab utama perdarahan antepartum adalah:
Plasenta previa.
Solutio plasenta.
Faktor diatas harus diwaspadai bila terjadi pada masa kehamilan dan perlu penanganan lebih dini .

5.2. Sasaran
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien pre-eklamsia, perdarahan antepartum ,
hyperemesis, gangguan hematologi di perlukan pengkajian secara lengkap agar dapat menetapkan
diagnosa keperawatan secara cepat dan tepat terhadap klien sehingga tercapainya peningkatan

kesejahteraan ibu dan anak.

Você também pode gostar