Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
perdarahan dapat terjadi lebih dini . Meskipun perdarahan sesudah saat ini lebih sering terjadi.
Walaupun perdarahan vaginal setelah minggu ke29 harus dianggap mempunyai potensi serius .
perdarahan pada saat yang lebih dini dapat merupakan indikasi dari dua penyebab utama pedarahan
anterpatum yaitu;
Plasenta previa
Soluto plasenta
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Plasenta previa
Pada keaadaan normal . Plasenta berimplantasi atau terletak di bagian fundus uterus.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutup sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
2.1.2. Etiologi
Apa sebab terjadinya implatasi plasenta didaerah segmen bawah uterus tidak dapat
dijelaskan. Namun demikian terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan
kekerapan terjadi plasenta previa yaitu :
1. Parista, Makin banyak parista ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta previa
Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih, makin besar
kemungkinan kehamilan plasenta previa.
2. Umur dam paritas
Pada primigravida umur diatas 35 th lebih sering dari umur dibawah 25 th.
2.1.3. Klasifikasi
Berdasarkan atas terabaya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu,plasenta previa dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu :
1)
Plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jarngan plasenta
2)
Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan ternutup oleh jaringan plasenta
3) Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada terpat pada pinggir pembukaan
4)
Plasenta letak rendah apabila tepi plasenta melampau segmen bawah tetapi tepinya tidak
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali,
biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya
rasa sakit.
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi
Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan. Sebagian
Perdarahan yang terjadi berwarna segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan
gejala utama
Komplikasi
Syok
2.1.5. Patofisiologi
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada
triwulan ketiga kehamilan . Karena pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan berkaitan dengan makin tuanya kehamilan .
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat sejak kehamilan
berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai
menipis.
Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka.
Dengan demikian plasenta yang berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut akan
mengalami pergeseran dari tempat implantasi dan akan menimbulkan perdarahan. Darahnya
berwarna merah segar, bersumber pada sinus uterus yang atau robekan sinis marginali dari
plasenta.
Bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan mobilisasi
Bila pendarahan berulang, lakukan PDMO. Bila ada kontraksi, tangani seperti persalinan
preterm
Bila tidak ada renjetan, usia gestasi 37 minggu atau lebih,taksirkan berat janin 2.500 g atau
lebih, lakukan PDMO. Bila ternyata previa, lakukan persalinan perabdominan. Bila bukan,
usahakan partus pervaginam.
harus dilakukan, selain itu perawat harus berfikir dan bekerja secara dinamis.
Proses kererawatan digunakan oleh perawat untuk memecahkan masalah yang dihadapi
klien, secara tuntas yang didasari prinsip-prinsip ilmiah sertamempertimbangkan klien sebagai
makluk yang utuh (bio, psiko, social, dan spiritual) dan bersifat unik. Penerapan proses
keperawatan klien ni adalah empat tahap yaitu pengkajian, intervestasi dan evaluasi.
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data perkelompok dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk perawatan klien.
Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberi gambaran secara terus menerus mengenai
keadaan kesehatan yang memungkinkan perawat merencanakan asal keperawatan pada klien
HAP. Langkah pertama dalam pengkajian terhadap klien HAP adalah mengumpulkan data.
Adapun data-data yang dikumpulkan yaitu :
a. Identitas umum
b. Riwayat kesehatan
1.
Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio
sasaria curettage yang berulang-ulang.
Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami
penyakit menular seperti hepatitis.
Kemungkinan pernah mengalami abortus
2.
Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.
3.
menular.
4. Riwayar Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
Minarche
Siklus
: 12 th
: 28 hari
Lamanya
Baunya
: 7 hari
: amis
6. Riwayat nipas
Lochea Rubra
Bagaimana baunya, amis
Banyaknya 2 kali ganti duk besar
Tentang laktasi
Colostrum ada
d. Pemeriksaan fisik
Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
Mata biasanya konjugtiva anemis
Palpasi :
Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah
Leopoid II
Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala
masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.
e. Pemeriksaan penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250
ribu 500 ribu).
Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen
merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual Carpenito edisio :326)
3.
Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya perfusi darah ke
4.
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot
2. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah bagian selanjutnya dari proses keperawatan. Dan hasil
pengkajian seorang perawat mampu menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan pada
klien. Perencanaan ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan klien dan mengatasi
masalahnya. Adapun rencana tindakan dari diagnosa tersebut adalah :
DX I
Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada segmen
bawah rahim
Tujuan :
Klien tidak mengalami perdarahan berulang
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk membatasi perserakan
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga dapat
terjadi perdarahan
4. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih banyak
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam melakukan
tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien.
DX II
Gangguan pemenuhan ketuban sehari-hariberhubungan dengan ketidakmampuan merawat diri
sekunder keharusan bedres
Tujuan :
Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
1.
Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan
komunikasi therapeutik
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien kooperatif dalam
melakukan asuhan keperawatan.
kebutuhannya sendiri.
DX III
Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta
Tujuan :
Gawat janin tidak terjadi
Intervensi :
1. Istirahatkan klien
Rasional : melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah
2. Anjurkan klien agar miring kekiri
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan meningkatkan
aliran balik vena ke jantung
3. Anjurkan klien untuk nafas dalam
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2 janin
terpenuhi
4. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi pada
janin meningkat.
5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital pada
janin.
DX IV
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat disajikan
sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya.
4. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada rasa
nyeri
3.2.2. Etiologi
Belum diketahui pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma eksternal,
tali pusat pendek, dekompresi terus mendadak, anomali atau tumor uterus, difisiensi gizi, merokok,
konsumsi alcohol, penyalahgunaan kokain, serta obstruksi vena kana inferior dan vena ovarika.
3.2.3. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasentae dipicu oleh perdarahanke dalam basalis yang kemudian terbelah dan
meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma desidual
yang menyebabkan pelepasan,kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan
dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan
memutuskan lebih banyak pembuluh darah. Hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai
tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi
optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapt
melepaskan selaput ketuban.
kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut,
uterus tegang, perdarahan pervaginam yang banyak, syok dak kematian janin intrauterine.
Pemeriksaan fisik tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
Pemeriksaan obstetric : nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar dinilai, denyut
jantung janin sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.
Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok
akibat pendarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terdapat rejatan,segera lakukan
resusitasi cairan dan tranfusi darah. Bila tidak teratasi, Upayakan Penyelamatan optimal bila teratasi.
Perhatikan keadaan janin.Setelah rejatan diatasi, pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih
hidup atau persalinan pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama. Bila rejatan tidak dapat
diatasi, upayakan tindakan penyelamatan yang optimal.Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat
pembukaan. Bila lebih dari 6 cm,pecahkan ketuban lalu infuse oksitosin. Bila kurang dari 6cm
lakukan seksio sesarea.Bila tak terdapat rejatan dan usia gestasi kurang dari 37 minggu atau taksiran
berat janin kurang dari 2.500 gr.Penanganan berdasarkan berat atau ringannya penyakit yaitu :
a). Solusio Plasenta Ringan
Ekspektatif, bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada, janin hidup)
dengan tirah baring atasi anemia dan KTG serial,lalu tunggu persalinan spontan.
Aktif, bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi, dapat
mengancam ibu/janin). Usahakan partus pervaginam dengan amniotomi atau infuse oksitosin bila
memungkinkan. Jika terus pendarahan,skor pelvic kurang dari 5 atau persalinan masih lama, lakukan
seksio sesarea.
Resusitasi cairan
Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berlangsung dalam 6 jam, perabdominan bila tak
dapat
Bila terdapat rejatan, usia gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2.500 gr atau lebih.
Pikirkan partus perabdominan bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.
Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya perdarahan,
derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi
tidaknya perdarahan. Dan jarak antara terjadinya solusio plasentae sampai pengosongan uterus.
Diperkirakan resiko kematian ibi 0.5-5% dan kematian janin 50-80%.
Riwayat ginekologis
Tinggi badan dan berat badan (sebelum hamil dan setelah hamil)
Sistem reproduksi (pemeriksa leopoid I IV, kontraksi uterus yang meningkat. Status serviks,
perdarahan dengan darah warna merah kehitaman. Fundus uteri yang makin tinggi).
7). Pemeriksaan penunjang (EKG,USG, laboraturium{darah lengkap, urine, dan kimia darah})
2)
3)
Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan efek negatif dari perdarahan atau pengeluaran
kehamilan
4)
Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak
c).
Intervensi Keperawatan
1)
Tindakan mandiri :
a).
Monitor tanda vital (TD, nadi, nafas,suhu, dan palpasi nadi perifer secara rutin)
R : permonitoran tanda vital dapat menunjukkan indikasi terjadinya pemulihan atau penurunan
sirkulasi
b.)
Kaji dan catat perdarahan pervaginam dan peningkatan tinggi fundus uteri.
R : pemberian intake cairan (secara parenatal) dapat membantu mempertahankan volume sirkulasi
Tindakan kolaborasi :
a. Pemberian oksigen sesuai indikasi
R : Pemberian oksigen dapat meningkatkan sirkulasi O2 pada jaringan
b. Pemberian tranfusi darah sesuai indikasi
R : pemberian tranfusi darah dapat membantu sirkulasi ke jaringan
2).
Tindakan mandiri :
a. Kaji dan monitor perdarahan pervaginam yang abnormal
R : dapat dijadikan sebagai indikator dari faktor kegagalan pembekuan darah
b.
Monitor sirkulasi darah serta tanda DIC (turunnya tingkat kekenyalan fibrinogen, pertambahan
3).
Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang tidak adekuat
pada plasenta
Tujuan : perfusi oksigen pada janin adekuat
Kriteria :
HIS normal
Tindakan mandiri :
a)
R : gangguan perfusi plasenta dapat menurunkan oksigenisasi pada janin, sehingga pergerakan janin
dan DJJ tidak normal
Tindakan kolaborasi :
a). Pemberian Oksigen sesuai indikasi
R : pemberian oksigen akan membantu sirkulasi oksigen ke janin menjadi adekuat
b).
c).
R : tindakan section merupakan salah satu alternative menghindari terjadinya fetal distress
BAB VI
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan . penyakit ini mungkin timbul pada triwulan ketiga kehamilan , tetapi dapat terjadi
sebelumnya misalnya karea molahidatidosa.( Winknjosastro, 1997:282)
Perdarahan antepartum (HAP) merupakan perdarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara
kehamilan mingggu ke -28 dan awal partus . Penyebab utama perdarahan antepartum adalah:
Plasenta previa.
Solutio plasenta.
Faktor diatas harus diwaspadai bila terjadi pada masa kehamilan dan perlu penanganan lebih dini .
5.2. Sasaran
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien pre-eklamsia, perdarahan antepartum ,
hyperemesis, gangguan hematologi di perlukan pengkajian secara lengkap agar dapat menetapkan
diagnosa keperawatan secara cepat dan tepat terhadap klien sehingga tercapainya peningkatan