Você está na página 1de 50

Asyhadu anla illaha ilallah, wa asyhadu anna

muhammadarusulullah
Roditubillahirobba wa bil islmamidiina, wa bil
muhammadinya wa rasulla, robbi zidni ilma
warzuqnifahma... Amien

Organ Donation
&
Transplantation
Dirwan Suryo Soularto
Fakultas Kedokteran
UMY

History
Contemporary successes in organ transplantation have
provided many important milestones for medical history,
even as ancient Indian and Chinese medical literature
already described some forms of operative procedure.
Alexis Carrel, a French surgeon, initiated the
development of transplant techniques when he
experimented on animals in 1902.
The human kidney was first transplanted in 1946.
A human liver transplant was performed in 1963.
The first heart transplant took place in 1967.
Thereafter, transplants of the lung, pancreas and
intestines followed.
Organ transplantation is now a well-established form of
therapy that is recognized by the World Health
Organization

What is organ transplantation?


An organ transplant is a surgical operation where a
failing or damaged organ in the human body is removed
and replaced with a new one.
An organ is amass of specialized cells and tissues that
work together to perform a function in the body.
The heart is an example of an organ. It is made up of
tissues and cell that all work together to perform the
function of pumping blood through the human body.
Any part of the body that performs a specialized function
is an organ.
Therefore eyes are organs because their specialized
function is to see, skin is an organ because its function is
to protect and regulate the body, and the liver is an organ
that functions to remove waste from the blood.

A graft is similar to a transplant. It is the process


of removing tissue from one part of a persons
body (or another persons body) and surgically
re-implanting it to replace or compensate for
damaged tissue.
Grafting is different from transplantation because
it does not remove and replace an entire organ,
but rather only a portion.
Not all organs are transplanted. The term organ
transplant typically refers to transplants of the
solid organs: heart, lungs, kidneys, liver,
pancreas and intestines.
Animal and artificial organs may also serve as
transplantable organs.

Other organs:
Eyes, ear & nose
Skin
Bladder
Nerves
Brain and spinalcord
Skeleton
Gall bladder
Stomach
Mouth & tongue
Muscles

TYPE OF TRANSPLANTASION
Autotransplantation
Allotransplantation (homotransplantation)
Isotransplantation

Xenotransplantation (heterotransplantation)

Organ Donation Process


Organ and tissue donation involves a
complex series of events requiring the
teamwork and cooperation of the
physician(s) and nurse(s) caring for the
potential donor, other hospital staff, the
organ transplant coordinator(s), the
donor's family and the transplant
surgeon(s). The entire donation process
may take anywhere from a few hours to a
day or two depending on the individual
circumstances.

Organ Donation Process

Donor Referral
Medical Evaluation
Declaration of Death
Consent for Organ Donation is Obtained
Medical Examiner/Coroner
Organ Allocation and Recipient Identification
Organ Recovery Procedure
Organ Preservation
Donor Family Follow-up
Costs

Jenis :
Autograft
Isograft
Homograft (allograft)
Heterograft (xenograft)

TRANSPANTASI
ORGAN

Positif
Perpanjangan hidup

Dampak

Negatif
Jual beli (bisnis) organ tubuh
Perubahan kriteria mati
Ternak janin (organ anak cacat)

Transplantasi vs Transaksi :
Sebuah Contoh Kasus Donasi Organ
Seorang wanita usia 45 tahun, isteri pejabat di sebuah propinsi telah
dinyatakan oleh dokter spesialis penyakit dalam mengalami gagal
ginjal sejak 5 tahun yang lalu. Sejak awal dokter menyatakan bahwa
alternatif terapinya adalah cuci darah atau transplantasi ginjal. Pada
dua tahun pertama kondisinya terkontrol baik sehingga pasien beserta
keluarga masih bisa hidup normal. Pada saat itu pasien dan suaminya
memilih untuk melakukan cuci darah. Pada awal tahun ke-3 kondisi
kesehatan pasien menurun cukup bermakna, sehingga dengan segala
pertimbangan pasien dan suami ingin melakukan transplantasi ginjal.
Persoalan pertama yang muncul adalah tidak mudah untuk
mendapatkan calon donor. Anak dan keluarga pasien tidak ada yang
berkehendak (sukarela) melakukan donor. Secara kebetulan pasien
maupun keluarganya beberapa kali membaca kerelaan orang untuk
menjadi donor ginjal seperti yang ada dalam surat kabar dengan
berbagai alasan.

Setiap mendapat berita kerelaan semacam di atas, suami pasien


berusaha menghubungi calon donor untuk melakukan pendekatan yang
akhirnya selalu berujung pada perjanjian transaksi. Selama tahun
ketiga dan keempat suami pasien telah berhasil melakukan pendekatan
dan perjanjian transaski pada tiga orang calon donor, namum
semuanya tidak ada kecocokan setelah melalui serangkaian uji medis.
Di duga karena tekanan hidup yang tidak ringan karena sulitnya
mendapatkan calon donor dan beban kerja yang berat, pada awal tahun
kelima suami pasien mengalami serangan stroke hingga hemiparese.
Pada akhir tahun kelima keluarga berhasil mendapatkan calon donor
yang cocok secara medis dan mereka melakukan perjanjian transaksi.
Pada saat konsultasi dengan dokter untuk langkah medis selanjutnya,
dokter memahami sulitnya mencari donor dan juga mengetahui cara
keluarga mendapatkan calon donor tersebut . Adalah menjadi dilema
bagi dokter untuk melanjutkan proses transplantasi. Apabila
transplantasi benar-benar dilakukan, maka dokter telah terlibat pada jual
beli organ dan membiarkan kesalahan akibat ketiadaan sistem donasi
organ tetap berlangsung. Namun bila dibatalkan, pasien akan semakin
parah kondisinya dan pihak keluarga terutama suami tentu akan sangat
kecewa, karena upayanya selama ini sia-sia.
Yogyakarta, 2 Mei 2007

Issue
Medical
Ethics
Legal
Religion

ETHICAL ISSUES
DONOR ORGANS
Living organ donation
Cadaveric organ donation
Strategies to increase cadaveric organ donations
Definition & criteria of death

THE ORGAN SHORTAGE


Distribution of available organs
Current organ distribution policy

Living organ donation


benefits to living donation
The donation can be pre-arranged, allowing the patient
to begin taking anti-rejection drugs in advance, thereby
increasing the chances of success
There are often better matches between donors and
recipients with living donation, because many donors
are genetically related to the recipient
Psychological benefits for both the donors and
recipients

Related issues
Informed consent
Selling organ

Buying & Selling Organ


Paying people to donate their kidneys is
one of the most contentious ethical issues
being debated at the moment.
The most common arguments against this
practice include :
Donor safety
Unfair appeal of financial incentives to the
economically disadvantaged
Turning the body into a money-making tool
Wealthy people would be able to access more
readily

The effect of offering payment for kidney


in India
96% of people sold their kidney to pay debt
74% of people who sold their kidney still
had debt 6 years later
86% of people reported a deterioration in
their health status after donation
79% would not recommended to others that
they sell their kidney

Donor mati
Sistem persetujuan (opting in system atau
contracting in system)
Inggris, Belanda, Amerika, Indonesia
PP no. 18 th. 1981, pasal 10 :
Transplantasi..harus dengan
persetujuan tertulis penderita dan atau
keluarganya yang terdekat..

Sistem Tidak berkeberatan (opting out


system atau contracting out system)
Perancis

Moral Principle / Principle-Based Ethics


(Kaidah Dasar Moral)

Beneficience
Nonmaleficience
Respect for autonomy
Justice

Kaidah Dasar Moral


Beneficence
Mencakup tujuan kedokteran yaitu :

Mempertahankan kehidupan
Pengembalian kesehatan
Menghilangkan penderitaan
Mempertahankan fungsi

Berbuat baik (menolong) seseorang untuk memberikan


manfaat sebesar-besarnya bagi orang tersebut dan
tidak mencelakakan diri sendiri
Masalah etik :
Apakah dononasi/transplantasi memenuhi hal tersebut?
Apakah prinsip tersebut dapat diaplikasikan seluruhnya terhadap
tindakan donasi/transplantasi?

Non maleficence (primun non nocere,


do no harm)
Tradisi Hippocrates:
Bila kita tidak mampu menolong/ berbuat baik pada
seseorang, minimal jangan melakukan tindakan
yang merugikan
Menghindari semua tindakan yang dapat
menimbulkan konsekuensi negatif

Kerugian : Material & Non Material


(kepentingan)

Respect for autonomy


Kemandirian bertindak & mengambil keputusan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sendiri
Dua kemampuan yang terkait dengan otonomi :
Mengambil keputusan dari berbagai alternatif
Merealisasikan keputusan yang telah ditetapkan sendiri

Dampak :
Menjadikan sifat individualistik terasing dari kelompok
Dapat dihindari dengan menetapkan dan merealisasikan
keputusan dengan penuh tanggung jawab dan bijak

Dinyatakan dalam informed consent


Kompetens, informasi yg dijelaskan, informasi dimengerti,
sukarela dan memberi kuasa

Justice
Memberikan kepada masing-masing orang yang
berhak dan dapat diklaim sebagai yang sah.
Prinsip : kebajikan, keputusan, prosedur dan aturan
yang disiapkan untuk masyarakat agar mendapat
perlakuan adil
Komparatif (dengan pertimbangan) : proporsional
Non Komparatif (Tanpa pertimbangan)

Donasi / tranplantasi organ memerlukan tindakan yang


sesuai aturan dan prosedur yang diterapkan dengan
cara yang tidak berat sebelah.
Tindakan transplantasi mempunyai guidelines kapan
dilakukan dan kapan dihentikan, prosedur menjalankan
tindakan, monitoring kemajuan dll.

Legal aspect
Indonesia
UU no. 23 tahun 1992
Pasal 33 : Tujuan transplantasi
Pasal 34 : Kewenangan transplantasi
Pasal 81 : sanksi pidana pelangar

UU no. 36 tahun 2009

Pasal 64-65, 123 : transplantasi


Pasal 86-92 : pelayanan darah
Pasal 192 : Sanksi jual beli organ/jaringan
Pasal 195 : Sanksi jual beli darah

PP no. 18 tahun 1981, tentang Bedah mayat klinis, bedah mayat


anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia
Fatwa IDI mati SK PB IDI tahun 1988 disempurnakan pd SK
PB IDI 231/PB.A.4/07/90 Brain stem death

Apek Ke-Islaman
Transplantasi organ tubuh manusia sebagaimana
dipraktikan saat ini tentu saja tidak dikenal oleh
fukaha klasik.
Penggunaan bagian tubuh manusia untuk
penyembuhan atau tujuan-tujuan lainnya sudah
pernah mereka bahas.
Pandangan mereka tentang apa saja manfaat
yang dapat dipetik dari bagian tubuh manusia, jika
ada, dan keuntungan mana saja yang secara sah
dapat diambil dari pemanfaatan tersebut jelas
relevan dengan isu kontemporer tentang
transplantasi organ

Mazhab Hanafi :
Kitab Majma Al-Anhaar : penggunaan tulang
manusia atau tulang babi dalam praktik
pengobatan adalah perbuatan keji, karena
nmengambil manfaat dari kedua benda
tersebut merupakan perbuatan terlarang.
Kitab Hasyiyah karya Ibn Abidin : Tidak boleh
menjual segala sesuatu yang tumbuh dari
tubuh manusia, misal rambut dan kuku, karena
benda-benda ini merupakan bagian tubuh
manusia dan karenanya wajib bagi seseorng
untuk menguburnya.

Mazhab Maliki :
Kitab Bulghat Al-Salik : menggunakan kuku
seseorang yang telah mati atau bagian tubuh
yang lain (termasuk rambut) tidak diperbolehkan
karena bagian ini dianggap suci. Mencopot
bagian-bagian ini akan dianggap sebagai
pelanggaraqn terhadap kesucian tubuh manusia.
Dalam Qawanin Al-Ahkam Al-Syariah : tidak
diperbolehkan merawat tubuh dengan
memanfaatkan segala sesuatu yang diharamkan
sebagaimnana dilarangnya seseorang pada saat
kelaparan memakan daging manusia

Mazhab Syafii :
Kitab Mughni Al-Muhtaji : Dilarang memotong
bagian mana pun dari tubuhnya untuk diberikan
kepada orang lain yang sedang menderita
kelaparan berat. Pelarangan ini diberikan
karena sekalipun ditujukan untuk kebaikan
orang lain yang nyawanya terancam, tetapi
perbuatan semacam ini dapat membahayakan
diri sendiri. Sejalan dengan hal ini, dilarang pula
bagi seseorang yang terancam nyawanya untuk
memotong bagian tubuh binatang hidup untuk
kepentingan dirinya sendiri (yaitu
menyelematkan hidupnya)

Mazhab Hambali :
Kitab Kasysyaf Al-Qina : sekalipun nyawa
seseorang telah terancam (akibat kelaparan
berat), ia tidak boleh membunuh orang lain
baik itu muslim, kafir maupun zimi dan tidak
boleh pula memotong bagian tubuh orang lain
untuk dimakan, karena hidup keduanya samasama dihargai.

Bagaimana Pandangan Ulama


Kontemporer tentang
Trasnplantasi Organ??

Terkait dengan trasnplantasi organ, Al Quran dan


Sunnah tidak menyatakan secara jelas untuk tidak
mendukung atau mengutuknya
Fukhaha kontemporer memiliki pandangan yang
berbeda :
Pandangan menentang
Pandangan mendukung
(Referensi : Abdul Fadl Mohsin Ebrahim; 2004,
Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi
Organ dan Eksperimen pada Hewan; Telaah Fikih dan
Bioetika Islam, PTSerambi Ilmu Semesta)

Pandangan yang Menentang Transplantasi Organ

Mufti Muhammad Syafi (Pakistan), berpendapat bahwa


transplantasi organ tidak diperbolehkan berdasarkan 3
prinsip
1. Kesucian hidup tubuh manusia (QS An-Nisaa, 29; Al-Baqarah, 195;
Al-Maidah, 32; Khutbah Wadda, HR Abu Dawud)
2. Tubuh manusia adalah amanah (QS. AL-Isra, 70; AL-Balad, 8-9)
3. Praktik tersebut bisa disamakan dengan memperlakukan tubuh
manusia sebagai benda material (HR ABu Dawud)

Dr. Abd. Al-Salam Al-Syukri (mesir), menentang


transplantasi berdasarkan pertimbangan berikut :
1. Kesucian tubuh manusia (HR. Abu Dawud)
2. Larangan menggunakan benda terlarang sebagai obat (HR. ABu
Dawud)
3. Menjaga kemulian hidup manusia (HR. Abu Dawud)
4. Menghindari keraguan (HR. Bukhari)

Pandangan yang Mendukung Transplantasi Organ


Pendirian mereka mencakup hal berikut :
Kesejahteraan publik (al-Mashlahah), berdasarkan kaidah berikut :
Keterpaksaan membuat sesuatu yang terlarang menjadi boleh
Ketika dua kepentingan yang saling bertentangan bertemu, maka
kepentingan yang dapat membawa manfaaat yang lebih besarlah
yang didahulukan
Jika terpaksa harus memilih di antara dua hal, maka pilihlah yang
paling ringan keburukannya.

Alturisme (Al-Itsaar) (QS. Al-Maidah, 2; HR. Bukhari)


Tidak termasuk dalam kategori penjualan organ tubuh
Kebolehan seorang muslim menerima organ tubuh nonmuslim,
berdasarkan 2 syarat :
Organ yang dibutuhkan tidak bisa diperoleh dari tubuh seorang
muslim
Nyawa muslim tersebut tidak terselamatkan jika tidak segera
transpantasi

Resolusi Fikih tentang Transplantasi Organ


Resolusi tentang Autotransplantasi :
Dewan Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim, Mekah pada rapat
kerja ke-8 1405 H/1985 M :
Memperbolehkan mengambil bagian tubuh seseorang untuk
ditransplantasikan pada tubuh yang sama.

Dewan Akademi Fikih Islam OKI, Jeddah, pada rapat kerja ke-4,
1408 H/1988 M) :
Memperbolehkan transplantasi organ dari satu bagian ke bagian lain
dari tubuh yang sama, asalkan dapat dipastikan bahwa keuntungan
yang diperoleh dari prosedur ini lebih besar dari pada efek buruk yang
ditimbulkan.
Prosedur ini boleh dilaksanakan untuk mengganti salah satu organ
yang hilang atau memperbaiki bentuknya atau mengembalikan fungsi
atau memperbaiki yang rusak atau menghilangkan bentuk yang cacat
yang merupaklan sumber penderitaan batin maupun sakit fisik

Akademi Fikih Islam India, 1989 :


Dibenarkan mengganti satu bagian tubuh seseorang dengan bagian
tubuhnya yang alin atas dasar kebutuhan yang mendesak.

Resolusi tentang Homotransplantasi /


Allotransplantasi
Dewan Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim, Mekah
pada rapat kerja ke-8 1405 H/1985 M :
Memperbolehkan mengambil organ tubuh seseorang dan
mentransplantasikan pada tubuh orang lain dalam rangka
menyelamatkan nyawa atau membantu menstabilkan fungsi
normal organ dasar dari orang tersebut
Menyatakan bahwa praktik ini tidak melanggar martabat orang
yang organ tubuhnya diambil, karena itu tindakan mendonorkan
organ tubuh dipandang boleh dan terpuji dengan syarat :
Hidup donor sama sekali tidak terancam bahaya
Donor sukarela menyumbangkan organ tubuhnya tanpa paksaan
dari manapun
Prosedur tersebut merupakan satu-satunya prosedur medis yang
bisa ditempuh untuk meringankan penderitaan si pasien
Tingkat keberhasilan dari pengambilan dan pentransplantasian
organ cukup tinggi

Dewan Akademi Fikih Islam OKI, Jeddah, pada rapat kerja ke-4,
1408 H/1988 M) :

Transplantasi organ tubuh manusia diperbolehkan


dalam situasi yang mendesak dan tak terhindarkan di
mana salah satu organ tubuh pasien tidak berfungsi
lagi dan ada ancaman serius bahwa nyawa si pasien
akan melayang jika organ yang rusak tidak segera
diganti.
Diperbolehkan bagi seseorang yang sehat, atas
dasar pendapat ahli medis, untuk mendonorkan
salah satu ginjalnya kepada keluarga yang sakit
ginjal.

Resolusi tentang Heterotranplantasi


Dewan Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim, Mekah pada rapat
kerja ke-8 1405 H/1985 M :
Memperbolehkan mentransplantasikan organ tubuh binatang yang
telah disembelih menurut tatacara Islam dan atau organ tubuh binatang
yang haram di makan pada tubuh manusia bila terdapat situasi
mendesak

= Akademi Fikih India

Pencantuman donor organ dalam Wasiat

Resolusi negatif :
Akademi Fikih India, 1989 :
Jika seseorang memerintahkan agar setelah ia mati,
organ tubuhnya didonorkan untuk tujuan
transplantasi (selayaknya pernyataan wasiat yang
umum diketahui), maka menurut syariat, perintah
tersebut tidak dianggap sebagai wasiat.
Didasari atas konsep bahwa tubuh manusia adalah
manah Sang Pencipta dan bahwa organ tubuh
manusia tidak dapat dinilai atau dihargai dengan
benda apapun.

Resolusi positif :......

Resolusi positif :
Dewan Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim, Mekah pada rapat
kerja ke-8 1405 H/1985 M :
Memperbolehkan pengambilan organ tubuh seseorang yang telah mati
untuk ditransplanatsikan pada tubuh seseorang yang masih hidup,
dengan syarat bahwa donor adalah orang yang sudah dewasa dan
telah mengemukakan persetujuann untuk itu.

Dewan Akademi Fikih Islam OKI, Jeddah, pada rapat kerja ke-4,
1408 H/1988 M) :
Diperbolehkan mentransplanatasikan organ dari tubuh manusia yang
tyelah mati jika dipandang penting untuk menyelamatkan nyawa orang
yang membutuhkannya atau jika hal itu ditujukan untuk
menmgembalikan fungsi dasar tubuh seseorang, asalkan hal tersebut
sudah mendapatkan persetujuan sebelumnya dari si mayit, atau dari
ahli warisnya sesudah ia mati, atau persetujuan dari lembaga yang
berwenang jika si mayit tidak dikenal atau tidak memiliki ahli waris.

Resolusi di atas didasari :


Al-Itsa (alturisme) dan Al-dharurah (hukum keterpaksaan).

Sifat Mengikat dari Wasiat tentang Donor Organ


Dr. Tanzilur Rahman berpandangan bahwa segera sesudah seseorang
mencantumkan kehendak untuk mendonorkan organ tubuhnya dalam
wasiat, kehendak itu akan berlaku dan mengikat menurur syariat, asal
memenuhi syarat berikut :
Pendonoran malalui wasiat itu semata-mata ditujukan untuk
kebaikan manusia, tanpa ada unsur uang atau perhitunganperhitungan apapun
Kebutuhan resipien benar-benar mendesak dan genting, tanpa ada
pilihan penyembuhan lain dab telah diperkuat oleh pernyataan 2 ahli
medis muslim terpercaya
Donor tidak memiliki ahli waris. Jika memiliki ahli warism, maka
persetujuan dari ahli waris harus ada. Jika salah satu ahli waris
tidak setuju, maka wasiat tersebut tidak dapat dilaksanakan.
Jika wasiat bberhubungan dengan oran mata, maka organ mata
dapat dikeluarkan atau diambil sesudah ada sertifikasi dari dua
orang ahli medis muslim yang terpercaya dan dilakukan hanya
sejauh mengenai keperluan yang diekmukakan dalam wasiat
tersebut sebelum diasakan penguburna serta tidak boleh ada tindak
pengruskan lain yang tidak perlu terhadap mayat tersebut.

Facts and Statistics


On average, 106 people are added to the
nation's organ transplant waiting list each day--one
every 14 minutes.
On average, 68 people receive transplants
every day from either a living or deceased donor.
On average, 17 patients die every day while
awaiting an organ one person every 85
minutes.
In 2002, 6,187 individuals died on the U.S. organ
transplant waiting list because the organ they
needed was not donated in time.

Bagaimana di Indonesia???

Reference
Abdul Fadl Mohsin Ebrahim; 2004, Kloning, Eutanasia, Transfusi
Darah, Trasnplantasi Oregan dan Eksperimen pada Hewan; Telaah
Fikih dan Bioetika Islam, PT Serambi Ilmu Semesta.
Anonim, UU no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Anonim, PP no. 18 tahun 1981 tentang Bedah mayat klinis, bedah
mayat anatomis dan transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia
Anonim, SK PB IDI tentang Pernyataan Mati
Centre of bioethics, 2004, Ethics of Organ Transplantation
Jusuf Hanafiah & Amri Amir, 1999, Etika Kedokteran dan Hukum
Kesehatan
Ratna Suprapti Samil, 2001, Etika Kedokteran Indonesia
Samsi Jacobalis, 2005, Pengantar tentang Perkembangan Ilmu
Kedokteran, Etika Medis dan Bioetika.
Sofwan Dahlan, 2003, Hukum Kesehatan Rambu-rambu bagi
Profesi Dokter.

Doa Penutup

Você também pode gostar