Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Nasopharing akan tertutup bila paltum molle melekat ke dinding posterior pada waktu menelan,
muntah, mengucapkan kata-kata etrtentu seperti hak.
Fungsi nasopharing :
Sebagai jalan udara pada respirasi
Jalan udara ke tuba eustachii
Resonator
Sebagai drainage sinus paranasal kavum timpani dan hidung
Secret dari nasopharing dapat bergerak ke bawah karena:
Gaya gravitasi
Gerakan menelan
Gerakan silia (kinosilia)
Gerkan usapan palatum molle
GEJALA DINI
Penting untuk mengetahui gejala dini karsinoma nasofaring dimana tumor masih terbatas
di nasofaring, yaitu:
Gejala Telinga:
1. Ear sign :
Tinitus. Tumor menekan muara tuba eustachii sehingga terjadi tuba oklusi, karena
muara tuba eustachii dekat dengan fosa rosenmulleri. Tekanan dalam kavum
telinga
tengah
sampai
pecahnya
gendang
telinga.
Keadaan ini merupakan kelainan lanjut yang terjadi akibat penyumbatan muara tuba, dimana
rongga teliga tengah akan terisi cairan. Cairan yang diproduksi makin lama makin banyak,
sehingga akhirnya terjadi kebocoran gendang telinga dengan akibat gangguan pendengaran.
Gejala Hidung:
1. Nasal sign :
Pilek lama yang tidak sembuh
Epistaksis. Keluarnya darah ini biasanya berulang-ulang, jumlahnya sedikit dan
1. Mimisan
Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi
pendarahan hidung atau mimisan. Keluarnya darah ini biasanya berulang-ulang, jumlahnya
sedikit dan seringkali bercampur dengan ingus, sehingga berwarna merah jambu.
2. Sumbatan hidung
Sumbutan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga hidung
dan menutupi koana. Gejala menyerupai pilek kronis, kadang-kadang disertai dengan
gangguan penciuman dan adanya ingus kental.
Gejala Mata dan Saraf: diplopia dan Gerakan bola mata terbatas.
1. Eye sign :
Diplopia. Tumor merayap masuk foramen laseratum dan menimbulkan gangguan
N. IV dan N. VI. Bila terkena chiasma opticus akan menimbulkan kebutaan.
1. Tumor sign :
Pembesaran kelenjar limfoid leher ini merupakan penyebaran atau metastase
dekat secara limfogen dari karsinoma nasofaring.
GEJALA LANJUT
1. Limfadenopati servikal
Tidak semua benjolan leher menandakan pemyakit ini. Yang khas jika timbulnya di daerah
samping leher, 3-5 cm di bawah daun telinga dan tidak nyeri. Benjolan ini merupakan
pembesaran kelenjar limfe, sebagai pertahanan pertama sebelum sel tumor ke bagian tubuh
yang lebih jauh. Selanjutnya sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan
mengenai otot di bawahnya. Kelenjarnya menjadi lekat pada otot dan sulit digerakan.
Keadaan ini merupakan gejala yang lebih lanjut lagi. Pembesaran kelenjar limfe leher
merupakan gejala utama yang mendorong pasien datang ke dokter.
2. Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar.
Tumor dapat meluas ke jaringan sekitar. Perluasan ke atas ke arah rongga tengkorak dan
kebelakang melalui sela-sela otot dapat mengenai saraf otak dan menyebabkan gejala akibat
kelumpuhan otak syaraf yang sering ditemukan ialah penglihatan dobel (diplopia), rasa baal
(mati rasa) di daerah wajah sampai akhirnya timbul kelumpuhan lidah, bahu, leher dan
gangguan pendengaran serta gangguan penciuman. Keluhan lainnya dapat berupa sakit
kepala hebat akibat penekanan tumor ke selaput otak, rahang tidak dapat dibuka akibat
kekakuan
otot-otot
rahang
yang
terkena
tumor.
Biasanya kelumpuhan hanya mengenai salah satu sisi tubuh saja (unilateral) tetapi pada
beberapa kasus pernah ditemukan mengenai ke dua sisi tubuh.
2.8.1. Gejala mata dan saraf
o Gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut karsinoma ini
dikarenakan posisi anatomi nasofaring yang berhubungan dekat dengan rongga
tengkorak melalui beberapa lubang/foramen. Penjalaran melalui foramen
laserum akan mengenai saraf otak ke II, IV, VI dan dapat pula ke V, sehingga
tidak jarang gejala diplopia lah yang membawa pasien lebih dahulu ke dokter
mata. Neuralgia trigeminal merupakan gejala yang sering ditemukan oleh ahli
saraf jika belum terdapat keluhan lain yang berarti.
o Sebelum terjadi kelumpuhan saraf kranial, didahului oleh gejala subyektif dari
penderita seperti : kepala sakit atau pusing, hipestesia daerah pipi dan hidung,
kadang sulit menelan atau disfagia. Perluasan kanker primer ke dalam kavum
kranii akan menyebabkan kelumpuhan N. II, III, IV, V dan VI akibat kompresi
maupun infiltrasi atau perluasan tumor menembus jaringan sekitar atau juga
secara hematogen. Gejala saraf kranialis meliputi :
-
Kerusakan N.I bisa terjadi karena karsinoma nasofaring sudah mendesak N.I
melalui foramen olfaktorius pada lamina kribrosa. Penderita akan mengeluh
anosmia,
Parese N.V yang merupakan saraf motorik dan sensorik, akan menimbulkan
keluhan parestesi sampai hipestesi pada separuh wajah atau timbul neuralgia
pada separuh wajah
Gejala cranial terjadi bila tumor sudah meluas ke otak dan dirasakan pada penderita.
Gejala ini berupa :
Sakit kepala yang terus menerus, rasa sakit ini merupakan metastase secara
hematogen.
Sensitibilitas derah pipi dan hidung berkurang.
Kesukaran pada waktu menelan
Afoni
1.
Gejala nasofaring
Adanya epistaksis ringan atau sumbatan hidung.Terkadang gejala
belum ada tapi tumor sudah tumbuh karena tumor masih terdapat
dibawah mukosa (creeping tumor)
2. Gangguan pada telinga
Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba
Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan dapat berupa tinitus, tuli,
rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)
3. Gangguan mata dan syaraf
Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran
melalui foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI
sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa
gangguan motorik dan sensorik.
Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII
jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom
Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral.
Prognosis jelek bila sudah disertai destruksi tulang tengkorak.
4. Metastasis ke kelenjar leher
Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus
sternokleidomastoid yang akhirnya membentuk massa besar hingga
kulit mengkilat. Hal inilah yang mendorong pasien untuk berobat.
Suatu kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik nasofaring
atau LHN telah diteliti dicina yaitu 3 bentuk yang mencurigakan pada
nasofaring seperti pembesaran adenoid pada orang dewasa,
pembesaran nodul dan mukositis berat pada daerah nasofaring.
kadang sulit menelan atau disfagia. Perluasan kanker primer ke dalam kavum
kranii akan menyebabkan kelumpuhan N. II, III, IV, V dan VI akibat kompresi
maupun infiltrasi atau perluasan tumor menembus jaringan sekitar atau juga
secara hematogen. Gejala saraf kranialis meliputi :
-
Kerusakan N.I bisa terjadi karena karsinoma nasofaring sudah mendesak N.I
melalui foramen olfaktorius pada lamina kribrosa. Penderita akan mengeluh
anosmia,
Parese N.V yang merupakan saraf motorik dan sensorik, akan menimbulkan
keluhan parestesi sampai hipestesi pada separuh wajah atau timbul neuralgia
pada separuh wajah
otot esofagus), gejala sensorik (nyeri daerah faring dan laring, dispnea,
hipersalivasi). Parese N.XI akan menimbulkan kesukaran mengangkat dan
memutar kepala dan dagu. Parese N.XII akibat infiltrasi tumor melalui
kanalis n.hipoglossus atau dapat pula karena parese otot-otot yang
dipersarafi yaitu m.stiloglossus, m.longitudinalis superior dan inferior,
m.genioglossus (otot-otot lidah). Gejala yang timbul berupa lidah yang
deviasi ke sisi yang lumpuh saat dijulurkan, suara pelo dan disfagia.