Você está na página 1de 16

PENERAPAN METODE DEBAT AKTIF DALAM UPAYA PENINGKATAN

PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN YANG MEMUAT


KEBEBASAN BERORGANISASI
OTI RAHYUSANTI
Kepala Sekolah SDN Prasung Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo
otirahyusanti@gmail.com
Abstrak : Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan yang memuat
kebebasan berorganisasi pada Siswa Kelas V SDN Negeri Prasung Sidoarjo, Peneliti melakukan
penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode debat aktif pada pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Prasung Sidoarjo yang
berjumlah 35 siswa. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas V pada waktu
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diperoleh hasil bahwa prestasi belajar siswa kurang
memuaskan, yaitu dari 35 siswa hanya 10 siswa yang nilainya dapat mencapai KKM atau 70,
sedangkan 25 siswa lainnya masih belum dapat mencapai KKM atau 69. Simpulan dari penelitian
ini adalah metode debat aktif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yang memuat kebebasan berorganisasi.
Kata kunci : Prestasi Belajar. Pendidikan Kewarganegaraan, Debat Aktif

Pembelajaran adalah usaha guru dalam membentuk perilaku siswa sesuai tujuan
yang diinginkan dengan cara menyediakan lingkungan yang mendukung agar terjadi
interaksi yang baik sesama siswa. Dengan kata lain pembelajaran diartikan sebagai
suatu proses menciptakan lingkungan sebaik-baiknya agar terjadi kegiatan belajar
mengajar yang berdaya guna. (Sugandi dan Haryanto 2003: 35). Pembelajaran pada
hakikatnya merupaka proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik
antara Guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. (Susilana, 2008: 9). Salah satu tujuannya adalah peningkatan
prestasi belajar siswa.
Buchori (1997: 85) menyatakan bahwa prestasi adalah hasil yang berupa angka,
huruf serta tindakan hasil belajar yang berupa angka atau hasil karya yang dicapai juga
dapat untuk memotivasi agar prestasinya lebih meningkat. Nana Sudjana (1989:28) juga
menyatakan bahwa belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat
melalui berbagai pengalaman, melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Oemar
Hamalik (2004:37) berpendapat belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
siswa melalui interaksi dengan lingkungan. Gulo W (2004:8) mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah
tingkah laku dalam berfikir, bersikap dan berbuat, hal ini diperjelas oleh S. Nasution

(1996: 17) yang menambahkan bahwa prestasi belajar adalah kesempurnaan yang
dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
Pendidikan kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses
penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawab sebagai
warganegara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan,
pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warganegara tersebut.
Pendidikan Kewarganegaraan yaitu pendidikan yang menyangkut status formal
warga negara yang pada awalnya diatur dalaam Undang-Undang No.2 tahun 1949
(Ruminiati, 2008: 25). Undang Undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan dan
peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia
(Winaputra, 2007 dalam Ruminiati, 2008: 25). Sedangkan Menurut Zamroni ( Tim
ICCE, 2005: 7) menyatakan bahwa pengertian pendidikan kewarganegaraaan adalah
Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir
kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada
generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling
menjamin hak-hak warga masyarakat. Diharapakan dapat mempersiapkan peserta didik
menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia. Hakekat NKRI adalah negara
kebangsaan modern
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dapat diharapkan mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten
untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara kesatuan
republik indonesia adalah negara kesatuan modern. Negara kebangsaan adalah negara
yang pembentuknya didasarkan pada pembentukan semangat kebangsaan dan
nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama
dibawah satu negara yang sama.walaupun warga masyarakaat itu berbeda-beda agama,
ras, etnik, atau golongannya.
Dalam proses pembelajaran di kelas sering timbul masalah yang pada umumnya
dialami oleh siswa. Masalah yang dihadapi siswa bersifat unik berbeda satu sama lain.
Misalnya masalah dan kesulitan ataupun rendahnya prestasi belajar yang dialami siswa
pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bisa terjadi karena berbagai faktor
diantaranya, keterbatasan kemampuan, keadaan, minat dan motivasi diri siswa itu

sendiri, situasi belajar di sekolah atau kelas dan kurangnya sarana dan prasarana, materi
pelajaran yang kurang relevan dengan kebutuhan siswa dan metode mengajar yang
kurang bisa dipahami siswa bahkan kurangnya alat peraga dan alat bantu mengajar.
Apalagi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menuntut kemampuan
Guru untuk bisa membuat siswa mengerti dan memahami tentang materi yang diajarkan
dengan tidak hanya membaca buku dan teori saja melainkan harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, bermasyarakat dan berdaulat, agar siswa memiliki pengetahuan,
keterampilan yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UUD 1945.
Berdasarkan hasil pengamatan dalam proses belajar mengajar dikelas, keadaan
sekolah, dan melalui peninjauan bidang akademik dan non akademik, diperoleh hasil
bahwa keadaan Sekolah Dasar Prasung khususnya siswa kelas V tahun ajaran
2014/2015 dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan belum menunjukkan prestasi
belajar sesuai dengan KKM yang ditetapkan terutama pada kebebasan berorganisasi.
Padahal, ditinjau dari keadaan fisik sekolah, yaitu ruang kelas V sudah baik dan sesuai
sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Pengamatan pada proses
pembelajaran oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan proses belajar
mengajar lah yang belum membuat siswa aktif belajar, sehingga kemampuan siswa
belum tergali dengan maksimal.
Pada

ulangan

harian

Pendidikan

Kewarganegaraan

dengan

kebebasan

berorganisasi, di dapat rata-rata nilai sebesar 61,9 dari 35 siswa, padahal Kriteria
Ketuntasan Minimalnya (KKM) telah ditentukan nilai sebesar 70. Dan hanya 10 siswa
yang mendapat nilai di atas 70. Hal ini berarti, hanya 28,6% dari siswa yang telah
mencapai ketuntasan belajar, dan yang lainnya memiliki prestasi belajar yang rendah.
Dari hasil diskusi dengan teman sejawat ditemukan masalah-masalah dalam
proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang menyebabkan menurunkan
prestasi belajar adalah materi kurang dapat dikuasi siswa secara optimal, penggunaan
metode pembelajaran dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan pada siswa
kelas V belum sesuai, siswa terlihat tidak antusias untuk belajar dan pembelajaran
dengan metode konvensional yaitu dengan menjelaskan materi dan siswa hanya
melakukan perintah mengerjakan soal tanpa penanaman konsep pembelajaran yang kuat
terlihat tidak efektif dalam proses peningkatan prestasi belajar siswa.

Oleh karena itu, demi memperbaiki berbagai masalah yang ada, peneliti
memerlukan suatu solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi, peneliti
menggunakan metode debat aktif dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini.
Metode debat aktif adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Debat merupakan suatu argumen untuk
menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang
disebut pendukung afirmatif, dan ditolak, disangkal oleh pihak lain yang disebut
penyangkal atau negative.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan Metode debat aktif
pada Siswa Kelas V SDN Negeri Prasung Sidoarjo, meningkatkan pemahaman siswa
dan meningkatkan prestasi belajar siswa pada Pendidikan Kewarganegaraan yang
memuat kebebasan berorganisasi melalui penerapan Metode debat aktif pada Siswa
Kelas V SDN Negeri Prasung Sidoarjo.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat
bagi: 1) Peneliti (Guru) adalah (a) Sebagai saranan peningkatan mutu, ilmu
pengetahuan, metode dan seni mengajar (b) Sebagai jembatan bagi Guru agar lebih
mudah berkomunikasi dengan siswa (c) Sebagai acuan dan bahan tinjauan dalam
pembinaan dan penilaian terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM) yang dilaksanakan
Guru di sekolah (d) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran di kelas. (2) Manfaat penelitian ini bagi
siswa adalah: (a) Siswa dapat lebih mudah memahami materi pelajaran (b) Siswa lebih
berani dalam bereksperimen dan menemukan hal baru (c) Dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa pun
menjadi lebih baik. (3) Manfaat penelitian ini bagi peneliti lain adalah hasil penelitian
dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis dan (4) Manfaat
penelitian ini bagi kepala sekolah adalah hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan
dalam membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas sekolah

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
penelitian tindakan kelas karena penelitian ini dilaksanakan berdasarkan adanya temuan
masalah di kelas. Berdasarkan variable yang diteliti dan tujuan yang hendak dicapai,

maka metode penelitian yang digunakan adalah dengan sistem spiral. Stephen Kemmis
dan Robin Mc Taggart tahun 1988 mengembangkan model Kurt Lewin dalam suatu
sistem spiral dengan empat komponen utama, yakni perencanaan (planning), tindakan
(acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Tahap pelaksanaan tindakan
yaitu merupakan suatu hal yang dilakukan sebagai upaya perubahan yang dilakukan.
Tahap observasi atau pengamatan yaitu mengamati secara sistematis hasil atau dampak
tindakan terhadap proses belajar-mengajar, dan tahap refleksi yaitu mengkaji dan
mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan yang dilakukan.
Peneliti dalam penelitian kualitatif berperan sebagai instrument penelitian,
kehadiran peneliti mutlak diperlukan, dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
perencana, pelaksanaan pengajaran, pengumpul data, penganalisis, penafsir dan sebagai
pelapor hasil penelitian. Peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat sebagai observer.
Penelitian ini bertempat di SDN Prasung kabupaten Sidoarjo. SDN ini termasuk
lembaga pendidikan yang memiliki hasil output bagus dilingkup sekitarnya. Namun
terlihat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V lebih banyak berpusat
pada Guru, Guru lebih banyak berceramah, siswa hanya sebagai pendengar, kondisi
seperti ini mengakibatkan siswa merasa bosan dan enggan belajar Pendidikan
Kewarganegaraan

dan

susah

dalam

mengerjakan

soal-soal

Pendidikan

Kewarganegaraan khususnya kebebasan berorganisasi. Selain itu, dilihat bahwa nilai


Pendidikan Kewarganegaraan siswa masih belum menggembirakan karena masih
terdapat siswa yang nilainya berada di bawah KKM. Dalam pelaksanaan Penelitian
Perbaikan Pembelajaran ini yang akan menjadi subjek adalah Siswa kelas V SDN
Prasung Sidoarjo, yang berjumlah 35 (tiga puluh lima) siswa.
Berdasarkan hasil pengidentifikasian dan penetapan masalah, peneliti kemudian
mengajukan suatu solusi yang berupa penerapan Metode debat aktif yang dapat
dimanfaatkan Guru untuk digunakan sebagai metode pengajaran dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan kelas V SDN Negeri Prasung Kecamatan Buduran
Sidoarjo. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, dimana masing-masing siklus
dikenai perlakuan yang sejenis dengan bobot yang beda. Dibuat dua siklus dimaksudkan
untuk memperbaiki system pengajaran yang dilaksanakan.. Pelaksanaan tindakan pada
siklus 1 dan siklus 2 dibagi menjadi 4 tahapan yaitu (1) Persiapan awal, (2) pertemuan
awal, (3) proses supervisi (observasi), dan (4) pertemuan balikan atau refkleksi.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan


teknik observasi, angket, dokumentasi, tes, wawancara, dan catatan lapangan. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif
yaitu menggambarkan kenyataan atau data sesuai dengan data yang diperoleh dengan
tujuan untuk mengetahui peningkatan kualitas kinerja guru. Langkah-langkah analisis
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: (1) reduksi data, (2)
penyajian data, (3) penarikan kesimpulan.
Pada kegiatan reduksi data, peneliti mengumpulkan pelaksanaan pengembangan
pembelajaran menggunakan metode debat aktif dan hasil belajar siswa Data hasil
reduksi yaitu pelaksanaan pengembangan pembelajaran menggunakan metode debat
aktif pada siklus 1 dan 2, data hasil observasi Guru pada siklus 1 dan siklus 2. Kegiatan
penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi, dengan
menyusun secara narasi sekumpulan informasi yang diperoleh dari hasil reduksi hingga
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Informasi yang dimaksud adalah apakah penerapan metode debat aktif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, Pengelolaan pembelejaran oleh Guru, respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran, serta hasil yang diperoleh sebagai akibat dari
pemberian tindakan. Sajian data selanjutnya ditafsirkan dan dievaluasi untuk
merencanakan tindakan selanjutnya.
Kegiatan penarikan kesimpulan mencakup pencarian arti dan makna data serta
memberi penjelasan. Makna dan arti yang diperoleh tersebut harus di uji kebenarannya
serta kecocokannya melalui kegiatan verifikasi. Verifikasi tersebut merupakan validitas
data yang disimpulkan. Hasil analisis data ini akan dijadikan dasar untuk menentukan
keberhasilan pemberian tindakan. Selain itu analisis data ini akan digunakan dasar untuk
melaksanakan tindakan selanjutnya, jika pemberian tindakan sebelumnya tidak berhasil.
Berdasarkan analisis maka akan ditentukan mana yang perlu dilakukan perbaikan untuk
pelaksanaan tindakan selanjutnya. Penarikan kesimpulan dilihat dari hasil ketuntasan
belajar siswa baik secara individu maupun kelompok selama pembelajaran dengan
menggunakan pengembangan metode debat aktif.
Patokan penilaian yang digunakan adalah target indikator pencapaian persentase
target ketercapaian pada indikator yang ditetapkan dalam penelitian ini berdasarkan
pada hasil observasi yang dilakukan baik pra siklus, siklus 1 ataupun siklus 2, dikatakan

indikator tercapai bila 85% dari siswa kelas V mendapat nilai Pendidikan
Kewarganegaraan minimal di atas KKM atau 70
Evaluasi dilaksanakan setelah diperoleh hasil analisis yang akurat. Kegiatan
evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan penelitian dalam meningkatkan hasil
belajar siswa melalui pembelajaran menggunakan metode debat aktif pada pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan materi kebebasan berorganisasi, jika hasil penelitian
belum sesuai dengan harapan, maka akan dicari penyebabnya. Untuk itu dalam
penelitian juga diperlukan refleksi. Refleksi merupakan kegiatan memikirkan atau
merenungkan kembali semua kegiatan yang telah dilakukan, kemudian mencari solusi
perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan tindakan yang
dilakukan.
HASIL PENELITIAN
Paparan Data Observasi Pra Siklus
Sebelum melaksanakan proses penelitian, peneliti mengumpulkan data dan
informasi tentang subjek penelitian. Data-data yang dikumpulkan antara lain daftar
nama siswa kelas V, daftar nilai ulangan harian Pendidikan Kewarganegaraan dengan
kebebasan berorganisasi, hasil wawancara dengan informan yaitu siswa kelas V SDN
Negeri Prasung Sidoarjo. Dari pengumpulan data, nilai ulangan harian tentang
kebebasan berorganisasi, rata-rata nilai yang didapat hanya sebesar 61,9. Dari 35 siswa,
hanya 10 siswa yang mendapat nilai di atas 70. Ini berarti hanya 28,6% siswa yang telah
mencapai ketuntasan belajar, karena Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) telah
ditentukan sebesar 70.
Daftar frekuensi nilai ulangan harian Pendidikan Kewarganegaraan kebebasan
berorganisasi siswa kelas V SDN Negeri Prasung Kecamatan Buduran Sidoarjo pada
kondisi awal adalah terdapat 5 siswa atau 14,3% yang mendapat nilai antara 0 40, ada
20 siswa atau 57,1% yang mendapat nilai antara 41 69, dan ada 10 siswa atau 28,6%
yang mendapat nilai antara 70 100. Dengan ketentuan nilai KKM 70, maka dapat
disimpulkan jika pencapaian prestasi nilai 70 100 yang hanya 28,6% merupakan
prestasi yang rendah.
Selain itu, dari proses wawancara diperoleh kesimpulan bahwa siswa kurang
berminat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta dalam pembelajaran Guru
lebih sering menggunakan ceramah sehingga siswa merasa jenuh dan bosan, akibatnya
7

minat siswa untuk belajar Pendidikan Kewarganegaraan terutama pada kebebasan


berorganisasi menjadi berkurang sehingga mempengaruhi hasil prestasinya
Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan, dapat dikemukakan dua hal pokok
yang perlu diatasi, yaitu menumbuhkan minat siswa untuk belajar Pendidikan
Kewarganegaraan

dan

memahamkan

kebebasan

berorganisasi

dengan

cara

mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan prestasi belajar
siswa dengan menerapkan Metode debat aktif pada siklus 1 nanti dengan harapan
prestasi belajar siswa dapat meningkat. Untuk itu perlu dilaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus 1 dan jika belum tuntas maka akan dilanjutkan pada siklus 2.
Tinjauan Siklus 1
Pelaksanaan siklus I yang dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 17 Februari
2015 di ruang kelas V SDN Negeri Prasung Kecamatan Buduran Sidoarjo pada jam
pertama dan kedua. Pertemuan direncanakan berlangsung 2x35 menit dilaksanakan pada
jadwal terstruktur. Proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang
telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan
belajar mengajar.
Langkah peneliti antara lain adalah menyiapkan instrument penelitian, dan
bahan ajar salah satunya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I materi pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan kelas V Semester 2, dengan Kompetensi Dasar 3.2
Menyebut-kan

contoh

organisasi

di

lingkungan

sekolah

dan

masyarakat.

Mempersiapkan pula silabus, materi pelajaran, tugas kelompok atau lembar kegiatan,
post test. Peneliti juga menyiapkan evaluasi, evaluasi digunakan peneliti untuk
mengukur sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran. Peneliti pun menyiapkan
lembar observasi, untuk mengamati proses pembelajaran dan lembar angket untuk
mengetahui hasil metode pembelajaran.
Kegiatan diawali dengan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan
yaitu Metode debat aktif dan komponen-komponennya kepada siswa. Guru membuka
pelajaran dengan mengucapkan salam. Guru memberikan apersepsi, Sebutkan contoh
kebebasan berorganisasi di lingkungan sekolah!
Setelah itu, membagi siswa menjadi 2 kelompok sebagai kelompok debat pro
dan kontra, setelah itu Guru atau Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan

pembelajaran, sistematika debat aktif, penjelasan garis besar kebebasan berorganisasi,


serta instrument penilaian debat aktif, dijelaskan dalam waktu kurang lebih 15 menit.
Guru mengkoordinasikan siswa duduk dalam tatanan pembelajaran debat aktif
yaitu kelompok pro dan kontra secara berhadapan. Guru membagikan materi kebebasan
berorganisasi dan menyuruh siswa untuk membaca materi tersebut yang nantinya
diperdebatkan oleh kedua kelompok (kelompok pro dan kontra). Setelah siswa selesai
membaca materi. Guru akan menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk
membaca dan mengungkapkan pendapat dan alasannya, kemudian setelah selesai
ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
bisa mengemukakan pendapatnya
Dalam pelaksanaan kegiatan percobaan, Siswa disuruh menuliskan pendapatnya.
Inti/Ide-ide dari setiap pendapat atau pembicaraan di tulis di papan pendapat sampai
mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan. Guru akan menambahkan konsep/ide yang
belum terungkapkan oleh siswa tentang manfaat kebebasan berorganisasi (Pelaksanaan
percobaan merupakan penerapan Metode debat aktif digunakan untuk menguji jawaban
sementara). Guru selaku moderator dalam diskusi akan memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk memberikan tanggapan atas pernyataan tersebut. Guru secara
bergilir mendekati masing-masing kelompok untuk memberikan penguat serta
penjelasan sesuatu hal yang belum dipahami oleh siswa (Kegiatan diskusi adalah
kegiatan Metode debat aktif menarik kesimpulan). Guru akan memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dimengerti. Secara bersama-sama,
Guru mengambil simpulan dan mendiskusikannya bersama siswa. Guru memberikan
post tes atau quis untuk mengukur keberhasilan yang dicapai siswa. (lembar soal dapat
dilihat di lampiran). Sehingga bisa dilihat peningkatan prestasi belajarnya.
Berdasarkan penilaian Observasi Siklus 1 didapatkan rata-rata skor dari hasil
observasi adalah 57,4%, dapat dilihat pada table berikut:

No
I
1
2
3

Jumlah Peserta
Yang Mendapat
Nilai
1
2
3
4

ASPEK PENILAIAN
DEBAT AKTIF
Memberikan Pendapat
Menerima Pendapat Orang Lain
Menaggapi Pendapat Orang Lain

5
10
7

15
15
22

13
7
3

2
3
3

Total TOTAL
Peserta NILAI
35
35
35

82
73
72

4
5
6
7
8
9
10

Kemampuan Mempertahankan Pendapat


Kelancaran Berbicara
Kenyaringan Suara
Keberanian Berbicara
Ketepatan Struktur dan Kosakata
Pandangan Mata
Penguasaan Topik
JUMLAH PESERTA
RATA-RATA KETUNTASAN PESERTA

7
8
5
5
8
3
5
63
6,3

15
6
7
15
8
4
15 10 5
20
8
2
15
7
5
16 10 6
15 10 5
163 82 42
16,3 8,2 4,2

35
35
35
35
35
35
35

83
78
85
77
79
89
85
803
57,4%

Adapun hasil post test siklus pertama adalah :


No
1
2
3
4
5
6

Deskripsi
Jumlah Nilai
Rata-rata Hasil Post Test
Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM (70)
Presentase siswa yang mendapat nilai diatas KKM (70)
Jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (70
Presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (70)

Nilai
2505
71,6
20
57,1%
15
42,9%

Dari table tersebut terdapat 15 siswa atau 42,9% yang mendapat nilai antara 41
69, dan 20 siswa atau 57,1% yang mendapat nilai antara 70 100. Dengan ketentuan
nilai KKM 70, dapat disimpulkan jika pencapaian prestasi nilai 70 100, maka prestasi
belajar siswa telah meningkat dari 28,6% menjadi 57,1%. Namun karena belum
mencapai target indicator pencapaian siklus I sebesar 85% atau lebih, maka perlu
dilanjutkan pembelajaran menggunakan metode debat aktif siklus 2.
Selain itu, dari proses wawancara diperoleh kesimpulan bahwa beberapa siswa
menjadi bersemangat dalam belajar Pendidikan Kewarganegaraan, karena pelaksanaan
kegiatan belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan Metode debat aktif ini
dilaksanakan dengan semangat oleh siswa, dan melaksanakan diskusi bersama
kelompok sehingga lebih ringan. Meskipun masih terdapat kendala-kendala seperti yang
telah diuraikan dalam laporan observasi.
Tinjauan Siklus 2
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, disepakati bahwa siklus kedua perlu
dilaksanakan. Pelaksanaan siklus II yang dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 24
Februari 2015 di ruang kelas V SDN Negeri Prasung Sidoarjo pada jam pertama dan
kedua. Pertemuan direncanakan berlangsung 2x35 menit dilaksanakan pada jadwal
10

terstruktur. Proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan
belajar mengajar.
Pada siklus 2 ini, Guru lebih memperhatikan dan mendekati siswa dan kelompok
yang memerlukan bimbingan, Guru memberi bimbingan bagi siswa dan kelompok yang
memerlukan, Guru memandu siswa dalam melaksanakan percobaan, Seperti halnya
Siklus 1, pada Siklus 2 ini membagi siswa menjadi 2 kelompok sebagai kelompok debat
pro dan kontra. Namun kali ini, kelompok pro dan kontranya ditukar, Karena pada
siklus I diketahui masih banyak siswa yang malu untuk berbicara dan mengeluarkan
pendapatnya, maka pada siklus II ini Guru memberikan reward kepada siswa yang
berbicara aktif dalam diskusi baik bertanya maupun mengungkapkan pendapatnya.
Langkah peneliti antara lain adalah menyiapkan instrument penelitian, dan
bahan ajar salah satunya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan kelas V Semester 2, dengan Kompetensi Dasar 3.2
Menyebut-kan

contoh

organisasi

di

lingkungan

sekolah

dan

masyarakat.

Mempersiapkan pula silabus, materi pelajaran, tugas kelompok atau lembar kegiatan,
post test. Peneliti juga menyiapkan evaluasi soal, evaluasi digunakan peneliti untuk
mengukur sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran. Peneliti pun menyiapkan
lembar observasi, untuk mengamati proses pembelajaran dan lembar angket untuk
mengetahui hasil metode pembelajaran
Langkah-langkah yang dilakukan Guru dalam pelaksanaan siklus II ini antara
lain, kegiatan diawali dengan Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam;
Guru mengulang materi yang lampau yang berkaitan dengan materi yang akan
disampaikan sekarang; Memberikan apersepsi, soal pemanasan untuk siswa seperti:
Apersepsi : Apa yang harus dikembangkan dalam kebebasan berorganisasi di sekolah?
Menjelaskan kembali tentang metode yang akan digunakan yaitu Metode debat
aktif dan komponen-komponennya kepada siswa. Setelah siswa bergabung ke dalam
kelompok masing-masing. Guru akan membagikan materi kebebasan berorganisasi dan
menyuruh siswa untuk membaca materi tersebut yang nantinya akan diperdebatkan oleh
kedua kelompok (kelompok pro dan kontra). Dalam pelaksanaan kegiatan percobaan,
Guru memberi bimbingan. Siswa melaksanakan kegiatan percobaan sesuai lembar
kegiatan,

11

Setelah siswa selesai membaca materi. Guru akan menunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk membaca dan mengungkapkan pendapat dan alasannya, kemudian
setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian
besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya. Siswa akan disuruh menuliskan
pendapatnya. Inti/Ide-ide dari setiap pendapat atau pembicaraan di tulis di papan
pendapat sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan. Guru akan menambahkan
konsep/ide yang belum terungkapkan oleh siswa tentang manfaat kebebasan
berorganisasi
Pelaksanaan percobaan ini sebagai penerapan kedua Metode debat aktif,
Pelaksanaan percobaan merupakan penerapan Metode debat aktif digunakan untuk
menguji jawaban kelemahan siklus I). Guru mendekati masing-masing kelompok untuk
memberikan penguat serta penjelasan sesuatu hal yang belum dipahami oleh siswa.
(Kegiatan diskusi ini adalah kegiatan Metode debat aktif menarik kesimpulan).
Guru atau peneliti membacakan hasil diskusi di depan kelas. Guru berperan
sebagai moderator untuk membantu siswa menanggapi hasil presentasi hasil diskusi.
Guru memberikan ulasan terhadap materi yang belum tersentuh oleh kerja kelompok
siswa, serta memberikan ulasan terhadap materi yang belum tersentuh oleh kerja
kelompok siswa. Sebagai perbaikan siklus I, Guru memberikan reward kepada siswa
yang aktif dalam diskusi dan debat aktif. Dengan iming-iming reward yang ditawarkan
Guru, banyak dari siswa menjadi aktif dalam diskusi dan bertanya ataupun
mengungkapkan pendapatnya, bahkan di antara kelompok mereka saling berdebat
dengan positif. Secara bersama-sama, Guru mengambil simpulan dan mendiskusikannya
bersama siswa. Guru memberikan post tes atau quis untuk mengukur keberhasilan yang
dicapai siswa
Adapun prosentase hasil observasi dalam pelaksanaan percobaan pada siklus II
dapat dilihat dari tabel bawah ini:

ASPEK PENILAIAN

I
1
2
3

DEBAT AKTIF
Memberikan Pendapat
Menerima Pendapat Orang Lain
Menaggapi Pendapat Orang Lain

Jumlah Peserta
Yang Mendapat
Nilai
1
2
3
4
0
3
0

12

2
7
5

7
8
10

26
17
20

Total TOTAL
Peserta NILAI
35
35
35

129
109
120

4
5
6
7
8
9
10

Kemampuan Mempertahankan Pendapat


Kelancaran Berbicara
Kenyaringan Suara
Keberanian Berbicara
Ketepatan Struktur dan Kosakata
Pandangan Mata
Penguasaan Topik
JUMLAH PESERTA
RATA-RATA KETUNTASAN PESERTA

0
0
2
2
0
0
0
7
0,7

7
10
5
5
3
3
2
49
4,9

5
23
7
18
7
21
10 18
10 22
7
25
7
25
78 215
7,8 21,5

121
113
117
114
124
127
125

35
35
35
35
35
35
34

1199
85,6%

Hasil post test pada siklus kedua dapat menjadi perhitungan persentase
peningkatan prestasi belajar siswa. Dengan acuan penilaian tetap berdasarkan nilai
KKM yang telah ditetapkan yaitu paling sedikit siswa memperoleh nilai 70. Adapun
rekapitulasi hasil test siklus II adalah sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
6

Deskripsi
Jumlah Nilai
Rata-rata Hasil Post Test
Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM (70)
Presentase siswa yang mendapat nilai diatas KKM (70)
Jumlah siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (70
Presentase siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (70)

Nilai
2880
82,3
32
91,4%
3
8,6%

Dari table di atas diketahui terdapat 3 siswa atau 8,6% yang mendapat nilai
antara 41 69, dan 32 siswa atau 91,4% yang mendapat nilai antara 70 100. Dengan
ketentuan nilai KKM 70, dapat disimpulkan jika pencapaian prestasi nilai 70 100,
maka prestasi belajar siswa telah meningkat dari 57,1% menjadi 91,4%. Dengan 91,4%
maka telah tercapai indicator pencapaian siklus II sebesar yang 85% atau lebih, maka
tidak perlu dilanjutkan ke Siklus III
Selain itu, dari proses wawancara diperoleh kesimpulan bahwa beberapa siswa
menjadi bersemangat dalam belajar Pendidikan Kewarganegaraan, karena pelaksanaan
kegiatan belajar Pendidikan Kewarganegaraan yang menggunakan Metode debat aktif
ini dilaksanakan dengan secara baik menjadikan mereka lebih rileks dan ringan dalam
mengerjakan laporan kegiatan. Meskipun masih terdapat kendala-kendala seperti yang
telah diuraikan dalam laporan observasi

13

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I, II dapat dinyatakan bahwa terjadi
peningkatan kualitas pembelajaran yang tampak dan perolehan hasil evaluasi dan
keaktifan siswa.
Dari tabel 4.2 dan gambar 4.2 siklus I hasil observasi menunjukkan, nilai
memberikan pendapat 82, menerima pendapat orang lain 73, menanggapi pendapat
orang lain 72, kemampuan mempertahankan pendapat 83, kelancaran berbicara 78,
kenyaringan suara 85, keberanian berbicara 77, ketepatan struktur dan kosakata 79,
pandangan mata 89 dan penguasaan topik 85.
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.5 siklus II hasil observasi menunjukkan,
nilai memberikan pendapat 129, menerima pendapat orang lain 109, menanggapi
pendapat orang lain 120, kemampuan mempertahankan pendapat 121, kelancaran
berbicara 113, kenyaringan suara 117, keberanian berbicara 114, ketepatan struktur dan
kosakata 124, pandangan mata 127 dan penguasaan topik 125.
Dari daftar nilai (lihat lampiran) dapat kita lihat adanya prosentase kenaikan
nilai Pendidikan Kewarganegaraan mulai dari kondisi awal pra tindakan, diketahui baru
10 siswa atau 28,6% yang mengalami ketuntasan belajar dan mendapatkan nilai sesuai
dengan KKM. Hasil evaluasi siklus I menunjukkan baru 20 siswa atau 57,1% yang
mengalami ketuntasan belajar dan mendapat nilai sama dengan atau di atas KKM yaitu
70. Hal itu menunjukkan bahwa pelaksanaan siklus I belum mencapai keberhasilan,
karena indicator pencapaian adalah sebesar 85% atau lebih. Siklus II menunjukkan ada
32 siswa atau 91,4% dari 35 siswa yang mengalami ketuntasan belajar. Sehingga
peneliti menyimpulkan bahwa pada siklus II ini peneliti telah mencapai keberhasilan
dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan.
Ketika peneliti melaksanakan siklus I, peneliti mengalami berbagai kendala
antara lain beberapa sebagian besar siswa masih malu menyuarakan pendapatnya.
Masih ada kelompok yang bingung dalam mengikuti langkah-langkah yang tertera
dalam lembar kegiatan. Masih ada beberapa siswa yang belum aktif dalam pelaksanaan
percobaan. Ketika pelaksanaan diskusi, ada beberapa siswa yang tidak aktif
menyampaikan pendapatnya. Dalam berdebat masih terdapat 10 (sepuluh) siswa yang
belum dapat menerima pendapat orang lain.

14

Peneliti kemudian melaksanakan siklus II sebagai perbaikan siklus I, sebelum


pelaksanaan siklus II ini peneliti memperbaiki dan menguatkan pelaksanakan kegiatan
pembelajaran menggunakan metode debat siklus 2. Dengan ditukarnya kelompok Pro
dan Kontra, siswa saling berdiskusi materi kebebasan berorganisasi.. Dalam
pelaksanaan percobaan, peneliti senantiasa memberi bimbingan untuk siswanya dalam
melaksanakan langkah-langkah sesuai lembar kegiatan. Peneliti pun memberi
bimbingan siswa saat berdiskusi untuk menarik kesimpulan. Dengan adanya motivasi
guru berupa reward, siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran dalam
melaksanakan percobaan, presentasi di depan kelas dan berdiskusi menarik kesimpulan.
Meskipun ada kendala yaitu beberapa siswa belum dapat menerima pendapat orang lain,
namun dengan hasil prestasi belajar yang dicapai dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas dari siklus II ini telah berhasil
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil
seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pengembangan pembelajaran menggunakan metode debat aktif dapat meningkatkan
kualitas kinerja guru Pendidikan Kewarganegaraan. Pengembangan Pembelajaran
menggunakan metode debat aktif bagi Guru Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan
3 Aspek yang telah ditentukan adalah, Siklus 1 naik 11,7% dan Siklus 2 naik 16,7%,
selain itu pengembangan pembelajaran menggunakan metode debat aktif memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestsi belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I naik 34,3% dan
37,1%, serta

siklus II

naik 20,0% dan 22,9%. Pengembangan pembelajaran

menggunakan metode debat aktif dapat menjadikan Guru merasa dirinya mendapat
perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide, dan pertanyaan
serta guru dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu
mempertanggungjawabkan tugas individu maupun kelompok. Jadi. pengembangan
Pembelajaran menggunakan metode debat aktif mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Berikut saran yang dapat diajukan berkaitan dengan penelitian ini, untuk
melaksanakan pengembangan pembelajaran menggunakan metode debat aktif
memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan
15

atau memilih topik yang benar-benar bisa dikembangkan dengan Pengembangan


Pembelajaran menggunakan metode debat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga
memperoleh hasil yang optimal. Dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja Guru,
guru hendaknya lebih sering melatih Guru dengan berbagai metode pengajaran, walau
dalam taraf yang sederhana, dimana Guru nantinya dapat menemukan pengetahuan
baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga Guru berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SDN Prasung semester 2 tahun pelajaran
2014/2015, dan untuk peneltian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan
agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Buchori M. 1997. Psikologi Pendidikan 3. Bandung : Jeanmars
Gulo. W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo.
Nana Sudjana & Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.
Oemar Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi: Lampiran Standar Isi Pendidikan
Kewarganegaraan
Ruminiati. 2008. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
S. Nasution. 1996. Azas-azas Mengajar, Bandung: Tarsito
Winataputra, U.S. dan Dasim Budimansyah. 2007. Civic Education, Konteks, Landasan,
Bahan Ajar dan Kultur Kelas. UPI: Bandung

16

Você também pode gostar