Você está na página 1de 21

BAB I

PENDAHULUAN
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat
ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit
pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi
PUSKESMAS adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh
seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau
yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek
promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan
oleh PUSKESMAS harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic
health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan
(public

health

service).

Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka PUSKESMAS dituntut untuk


mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi
pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan
mandiri, kewenangan yang dimiliki Puskesmas juga meliputi : kewenangan
merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan
menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta
kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi Puskesmas.
Jumlah kegiatan pokok Puskesmas diserahkan pada tiap Puskesmas sesuai kebutuhan
masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun Puskesmas tetap
melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.1
Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia
No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan (mengacu pada indikator
indonesia sehat 2010 dan SPM) diantaranya yaitu :
1. Derajat kesehatan
2. Keadaan lingkungan

3. Perilaku hidup bersih dan sehat


4. Pelayanan kesehatan
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
Berbagai penyakit masyarakat dapat ditangani oleh puskesmas antara lain salah
satunya adalah kasus yang saya terima adalah mengenai hipertensi.
Hipertensi di negara-negara industri merupakan salah satu masalah kesehatan utama,
di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan
oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka
prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkanya.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi
primer yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi
yang

disebabkan

oleh

penyakit

lain.

Hipertensi primer meliputi kurang lebih 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10%
lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder.
Sekitar 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya dan dari
golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya.3
Prevalensi dan Determinan Hipertensi di Pulau Jawa pada tahun 2004 menunjukkan
prevalensi hipertensi di Pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi
36,6%-47,7%. Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan di perdesaan 44,1%
(36,2%-51,7%).
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah :
1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien
2. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan hipertensi
3. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga ditinjau dari
aspek fungsi biologis, fungsi afektif, fungsi sosial, fungsi penguasaan masalah, dan

fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan.


4. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menanganinya.
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui dan memahami tentang penyakit hipertensi dan penyebabnya serta
menerapkan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran secara komprehensif dan holistik
dan peran aktif dari pasien dan keluarga.
I.4 Manfaat Penulisan
I.4.1 Manfaat untuk puskesmas
Sebagai sarana untuk kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan
balik dari hasil evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalkan peran. puskesmas.

I.4.2 Manfaat untuk mahasiswa


Manfaat untuk mahasiswa sebagai sarana untuk menimba ilmu, keterampilan dan
pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan dasar dengan segala bentuk
keterbatasannya sehingga mahasiswa mengetahui serta memahami kegiatan-kegiatan
puskesmas baik dalam segi pelayanan, manajemen, administratif dan karakter
perilaku masyarakat dalam pandangannya terhadap kesehatan khususnya dalam
bidang ilmu kedokteran keluarga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I1.1. Definisi.
Hipertensi adalah jika tekanan darah systole 140 mmHg dan tekanan darah diastole
90 mmHg (JNC VII, 2003). Sedangkan menurut WHO tahun 1999, hipertensi
adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mm Hg sistolik dan atau sama
atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak menggunakan anti

hipertensi.6
I1.2. Etiologi.
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi dua macam yaitu :7
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, atau
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat pada sekitar 95 % kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya antara lain faktor genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, sistem rennin-angiostensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na
dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya resiko seperti
obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat pada sekitar 5 % kasus.
Penyebabnya spesifik diketahui, seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer dan sindroma cushing,
feokromositomia, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
dan lain-lain.
I1.3. Klasifikasi.
Klasifikasi tekanan darah pada usia 18 tahun menurut Joint National comitte (JNC
VII, 2003):
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Stadium I 140-159 90-99
Stadium II 160 100

Klasifikasi lain yang sering digunakan, dengan memasukkan tekanan arteri sistolik
dan diastolik yaitu klasifikasi menurut WHO.
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah tinggi (menurut WHO):
Sistolik Diastolik
Normal
Borderline
Hipertensi definitif
Hipertensi ringan 140 mmHg
140-159 mmHg
160 mmHg
160-179 mmHg 90 mmHg
90-94 mmHg
95 mmHg
95-140 mmHg
Bentuk-bentuk hipertensi adalah:
1. Hipertensi diastol (diastol hypertension)
2. Hipertensi campuran (sistolik dan diastolik yang meninggi)
3. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
Hipertensi diastolik sangat jarang dan hanya terlihat pada peninggian yang ringan dari
tekanan diastol, misalnya 120/100 mmHg. Ini biasanya ditemukan pada anak-anak
dan dewasa muda.8
II.4. Patofisiologi
Tingginya tekanan darah dipengaruhi oleh faktor genetik maupun faktor lingkungan.
Sekitar 95% kasus hipertensi adalah merupakan hipertensi esensial yang tidak
diketahui sebabnya. Pada beberapa individu, hipertensi dapat terjadi dengan adanya
satu faktor lingkungan ditambah faktor predisposisi genetik, sedang pada individu
yang lain membutuhkan akumulasi pengaruh beberapa faktor lingkungan. Tekanan
darah merupakan perkalian antara curah jantung dan resistensi perifer, sehingga

semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer dapat
meningkatkan tekanan darah. Berbagai keadaan seperti asupan garam yang berlebih,
retensi sodium oleh ginjal, jumlah nefron yang kurang dan faktor yang berasal dari
endotel berperan terhadap terjadinya hipertensi begitu juga aktivitas saraf yang
berlebihan, sistem vaskuler serta sistem renin-angiotensin.9
II.5. Diagnosis dan Komplikasi
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan : (1) mengidentifikasi penyebab
hipertensi; (2) menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler,
beratnya penyakit, serta respon terhadapa pengobatan; (3) mengidentifikasi adanya
faktor resiko kardiovaskuler yang lain atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan
prognosis dan menentukan panduan pengobatan.
Pada anamnesis, didapatkan keluhan pasien yang dapat berupa: sakit kepala bagian
belakang (tengkuk) pada waktu bangun tidur pagi hari, mungkin adanya parestesi
ekstermitas, riwayat pasien sendiri jika pernah mendapatkan pengobatan hipertensi
oleh dokter maupun adanya riwayat keluarga. Dan gejala lain yang terkait dengan
komplikasi hipertensi yakni : tanda kerusakan organ sasaran, otak (HT encepalopati/
stroke0, mata (HT retinopati), jantung dan pembuluh darah (penyakit jantung
hipertensi), ginjal (HT nefropati). Sedangkan pada pemeriksaan fisik didapatkan :
tekanan darah yang meningkat, terdapat tanda-tanda komplikasi, maupun tanda-tanda
kelainan neurologik. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan, yaitu :
pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan
untuk menentukan ada tidaknya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari
penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah,
foto Thorak dan EKG. Sebagai tambahan dilakukan pemeriksaan klirens kreatinin,
protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL dan ekokardiografi.10
I1.6. Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksanaan atau pengobatan hipertensi meliputi terapi
farmakologik dan non farmakologik. Terapi non farmakologi antara lain dengan

mengubah pola hidup antara lain dengan mengurangi asupan garam, alkohol, rokok,
menurunkan berat badan, melakukan olah raga secara teratur, mengendalikan stress,
emosi dan lebih tawakal. Dan terapi farmakologik ditentukan oleh jenis hipertensi
berdasarkan faktor resiko.9
Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi resiko :
Tekanan Darah Kelompok Resiko A Kelompok Resiko B Kelompok Resiko C
130-139/85-89 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat
140-159/90-99 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat
>160/>100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat
Terapi farmakologi, sasaran terapinya adalah TD < 140/90 mmHg (jika tanpa DM
atau penyakit jantung, dan untuk pemilihan obat didasarkan pada gejala klinis
Petunjuk pemilihan obat anti hipertensi
No Golongan OAH Indikasi utama Indikasi lain Kontraindikasi Kontraindikasi aktif
1. Diuretik Gagal jantung Manula
Hipertensi sistolik Diabetes Gout Dislipidemia laki-laki seksual aktif
2. Beta-bloker Angina pektoris post infark miokard takikardi Gagal jantung hamil
diabetes Asterna dan PPON heart block (AV Block 2 atau 3) Dislipidemia atlet dan
orang yang aktif oleh raga.
3. ACE-Inhibitor Gagal jantung difungsi LV Post infark
miokard nefropati diabetik Hamil hiperkalemia stenosis
a. Renalis bilateral
4. Ca-antagonis Angina pektoris
Hipertensi sistolik Penyakit pembuluh darah tepi Heart Block (AV Block 2 atau 3
dengan verapami 1 atau diltiazem) Gagal jantung kongesti
5. Alfa Blocker Hipertropi prostat Hipotensiortostatik
6. Antegonis A II Batuk pada ACE Inhibitor Gagal jantung Hamil stenosis
a. renalis bilateral hiperkalemia.
ALGORITMA PENATALAKSANAAN PENDERITA HIPERTENSI
Mulai atau lanjutkan perubahan kebiasaan hidup

TD <140/90 mmHg tidak tercapai untuk pasien


Dengan diabetes mellitus atau gangguan ginjal
Terdapat perbedaan nilai

Pilihan obat
o Hipertensi tanpa komplikasi : Diuretik, Beta bloker
o Indikasi tertentu : Inhibitor ACE, penghambat reseptor, Angiostensin II, alfa bloker,
beta bloker, antagonis Ca, diuretic
o Indikasi yang sesuai : (1)diabetes mellitus type 1 dengan proteinuria : inhibitor
ACE (2) Gagal jantung : inhibitor ACE, diuretic (3) Hipertensi sistolik terisolasi :
diuretic, antagonis Ca, dihidropiridin kerja lama (4) Infark miokard : beta bloker
(non-ISA), inhibitor ACE (dengan disfungsi sistolik).
Pengertian Pola Makan
Pola

makan

adalah

cara-cara

individu

dan kelompok

individu

memilih,

mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasarkan faktorfaktor sosial dan budaya dimana mereka hidup. Pola makan tersebut akan dipengaruhi
oleh beberapa hal antara lain kebiasaan, kesenangan, agama, ekonomi, lingkungan
sesuatu yang kompak yag dapat disebut sebagai pola konsumsi.
Dari pengertian tentang pola diet tersebut memerlukan landasan pengetahuan tentang
makanan sehat bergizi dalam memenuhi konsumsi sehari-hari. khususnya bagi setiap
individu pendidikan gizi sulit berhasil bila tidak disertai peningkatan pengetahuan
mengenai sikap, kepercayaan, dan nilai dari masyarakat. Disamping itu makanan
biasanya mempunyai hubungan dengan perasaan seseorang. Rasa suka akan suatu

makanan terbentuk oleh rasa senang atau puas yang diperoleh pada saat makan
makanan tersebut sebelumnya. Hal ini kemudian akan membentuk kebiasaan makan
yaitu suatu pola perilaku konsumsi pangan yang terjadi berulang-ulang.

Pola Makan Pada Klien Hipertensi


Upaya penanggulangan hipertensi melalui pengaturan makanan pada dasarnya
dengan mengurangi konsumsi garam/diet garam rendah, diet rendah lemak, dan diet
rendah kalori bila obesitas serta diet tinggi serat.
Diet Rendah Garam
Diet rendah garam mempunyai 2 tujuan yaitu pertama untuk menurunkan tekanan
darah dan yang kedua untuk mencegah oedema dan penyakit jantung. Selain itu untuk
menghilangkan retensi air atau garam dalam sehingga dapat menurunkan tekanan
darah. Diet rendah garam dibagi dalam 3 kategori yaitu diet rendah garam I (200-400
mg natrium), diet rendah garam II (600-900 mg natrium) dan diet rendah garam III
(1000-1200 mg natrium).
Dalam diet rendah garam, selain membatasi konsumsi garam dapur, juga harus
membatasi sumber garam lainnya. Sumber garam lain antara lain makanan yang
mengandung soda kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet
makanan yang terdapat pada saos, kecap, jelly, selai serta makanan yang dibuat dari
mentega, serta obat yang mengandung Natrium. Bagi penderita hipertensi biasakan
dalam penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
Secara umum penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yang sedang menjalani
diet pantang garam harus memperhatikan beberapa hal antara lain jangan

menggunakan garam dapur, baik untuk penyedap masakan atau dimakan langsung,
hindari makanan yang diawetkan yang diolah menggunakan garam, hindari bahan
makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan atau tambahan atau
penyedap rasa seperti saos, batasi penggunaan penyedap rasa untuk menambah
kelezatan makanan, hindari penggunaan baking soda atau obat-obatan yang
mengandung sodium, batasi konsumsi bahan makanan hewani ataupun nabati yang
tinggi kadar natriumnya, batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprite
dan minuman soda lainnya.

Diet Rendah Kolesterol dan lemak


Kolesterol merupakan bagian dari lemak dan didalam tubuh terdapat tiga bagian
lemak yaitu kolesterol, trigliserida dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolesterol dari
makanan sehari dan hasil sintesis dalam hati. Sekitar 25-50% kolesterol yang
dimakan dapat diabsorbsi oleh tubuh, selebihnya akan dibuang melalui faeces. Jika
konsumsi kolesterol berlebihan penyerapan didalam tubuh juga meningkat. Dalam
makanan lemak terdiri dari 2 macam lemak yaitu lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak
jenuh bersifat menaikan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lemah jenuh banyak
terdapat pada makanan yang berasal dari hewan dan sebagian kecil tumbuhtumbuhan. Lemak tak jenuh cenderung menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida
darah dan banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan seperti minyak keledai dan lainlain .
Diet Tinggi Serat

Serat dikenal ada 2 macam yaitu serat kasar dan serat makanan. Serat kasar terdapat
pada buah dan sayuran, serat makanan terdapat pada selain buah dan sayuran serta
umbi-umbian.
Serat kasar dapat mencegah tekanan darah tinggi, serat ini akan mengikat kolesterol
maupun asam empedu dan membuangnya melalui faeces, keadaan ini dapat dicapai
jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat cukup tinggi.
Berdasarkan hal diatas penderita hipertensi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi
makanan tinggi serat antara lain golongan buah-buahan, golongan sayuran segar.
Karena pemberian makan yang masih segar seperti buah dan sayuran segar dapat
menganti kalium yang banyak keluar akibat pemberian diuretik . Selain itu dapat juga
diberikan golongan protein nabati, susu tanpa lemak dan makanan lain seperti agaragar dan rumput.
Diet Kalori
Untuk penderita hipertensi yang mempunyai berat 60 dan berat badan diatas normal
dianjurkan untuk menurunkan berat badannya dengan pembatasan kalori dan perlu
diperhatikan masukan kalori dikurangi 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori
untuk penurunan 500 gram / kg berat badan perminggu, menu makanan harus
seimbang dan memenuhi zat gizi seperti protein, vitamin dan mineral, selain itu perlu
melakukan aktivitas olah raga ringan.

BAB III
METODE STUDI KASUS

3.1 Rancangan Studi Kasus


Pada studi kasus ini rancangan penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif observatif, yaitu yang menjelaskan atau menerangkan peristiwa meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh
alat indera, dengan cara mengobservasi yang dilakukan melalui penglihatan,
penciuman, perabaan, pendengaran dan pengecapan .

3.2 Subyek penelitian


Subyek penelitian merupakan subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti atau
subyek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian. Pada studi kasus ini
menggunakan subyek penelitian 1 orang yang memeliki tekanan darah sistole 175,
perempuan berusia 80 tahun, memakai obat hipertensi dan bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas Jelambar 2.

3.3 Fokus studi


Fokus studi kasus ini adalah pola makan pada penderita hipertensi derajat II dan
tekanan darah pada penderita hipertensi derajat II.

3.4 Definisi operasional


3.4.1

Hipertensi Derajat II adalah penderita yang mempunyai tekanan darah


sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada usia lebih dari 31 tahun untuk laki-laki dan lebih dari 45 tahun untuk
perempuan.

3.4.2

Tekanan darah pada hipertensi adalah tingginya tekanan darah pada


penderita saat diukur yang berhubungan dengan pola makan penderita.

3.4.3

Pola makan adalah kebiasaan makan pada penderita hipertensi baik jenis,
jumlah, frekwensi, isi, kesukaan dan jarak.

3.5 Pengumpulan Data


Data yang diperlukan dalam studi kasus ini adalah data subyektif berupa pola
makan pada penderita hipertensi dengan wawancara langsung pada penderita tentang
pola makan yang selama ini dilakukan, untuk mendapatkan keterangan secara lisan
dari responden, dengan menggunakan alat berupa daftar pertanyaan.

3.6 Pengolahan Data dan Analisa Data


Pengolahan data pada akhir studi kasus ini adalah dengan cara deskriptif yaitu
peneliti ingin mengetahui pola makan yang dikonsumsi penderita selama ini dengan
tekanan darah penderita.

3.7 Penyajian Data


Hasil pengumpulan data baik wawancara dan observasi disajikan dalam bentuk
naratif.

BAB IV
LAPORAN KASUS
Data Riwayat Keluarga
1.

Identitas Pasien
Nama

: Ny. Wakinem

Umur

: 80 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan
Alamat
2.

3.

4.

: Tamat SD
: Jalan Latumenta VI no 8 21/16 Jakarta Barat

Riwayat Biologis Keluarga


Keadaan Kesehatan Sekarang

: Baik (tidak ada keluhan)

Kebersihan Perorangan

: Baik

Penyakit yang sering diderita

: Tidak ada

Penyakit Keturunan

: Disangkal

Penyakit Kronis / Menular

: Disangkal

Kecacatan Anggota Keluarga

: Disangkal

Pola makan

: Baik

Jumlah Anggota Keluarga

: 6 orang

Psikologis Keluarga
Kebiasaan Buruk

: Tidak ada

Pengambilan keputusan

: Ibu

Ketergantungan obat

: ada (captopril)

Tempat Mencari Kesehatan

: Puskesmas Jelambar 2

Pola Rekreasi

: baik

Keadaan rumah / lingkungan


Jenis Bangunan

: Permanen

Lantai Rumah

: keramik

Penerangan

: baik

Kebersihan

: sedang

Ventilasi

: baik

Dapur

: ada

Jamban keluarga

: ada

Sumber air minum

: ledeng

Sumber Pencemaran air : tidak ada


Pemanfaatan pekarangan : tidak
Sistem Pembuangan limbah : tidak
Tempat pembuangan sampah : ada
Sanitasi lingkungan
5.

6.

7.

: sedang

Spiritual keluarga
Ketaatan beribadah

: baik

Keyakinan tentang kesehatan

: baik

Keadaan Sosial Keluarga


Tingkat Pendidikan

: rendah

Hubungan antar anggota keluarga

: baik

Hubungan dengan orang lain

: baik

Kegiatan organisasi sosial

: sedang

Keadaan ekonomi

: baik

Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh

8.

Daftar anggota keluarga

9.

Keluhan Utama

: Adat Jawa
Lampiran 1
: Sakit kepala disertai nyeri tengkuk

Biasanya pasien datang ke puskesmas dengan keluhan sakit kepala yang sudah
tidak dapat ditahan oleh pasien. Hal ini berkaitan dengan tekanan darah
tingginya. Namun, setelah di periksa tekanan darahnya, tekanan darah pasien

dapat

mencapai

10.

Keluhan tambahan : Batuk

11.

Riwayat Penyakit dahulu

170/85

Riwayat alergi : disangkal


Riwayat hipertensi : dibenarkan, sudah 4 tahun yang lalu
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit kuning : disangkal
Riwayat penyakit asma : disangkal
Riwayat penyakit diabetes : disangkal
Riwayat Epistaksis : disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat hipertensi : dibenarkan, ayah pasien menderita hipertensi
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat penyakit liver : disangkal
Riwayat penyakit diabetes : disangkal
12.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status Generalis:
1. Pemeriksaan Kepala
- Bentuk kepala : mesocephal, simetris
- Rambut : warna putih lebih dominan dari pada warna hitam

mmHg.

- Nyeri tekan : tidak ada


2. Pemeriksaan Mata
- Palpebra : tidak ada udem
- Konjungtiva : tidak anemis
- Sklera : tidak ikterik
3. Pemeriksaan Telinga : tidak ada discharge
4. Pemeriksaan Hidung : tidak ada nafas cuping hidung
5. Pemeriksaan Mulut : bibir tidak sianosis, faring tidak hiperemi
6. Pemerksaan Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tekanan vena
jugularis tidak meningkat
13.

Diagnosis Penyakit
Hipertensi grade 2 (JNC tipe VII)

14.

Diagnosis Keluarga
Hipertensi grade 2 (JNC tipe VII)

15.

Anjuran Penatalaksanaan penyakit


Farmakologis
- Captopril 1x1
Promotif dan Preventif
Menjelaskan mengenai hipertensi, penyebab dari hipertensi, komplikasi, dan
bagaimana mengatasi kalau sudah mengidap hipertensi. Kami menyarankan
untuk mengatur pola makan yaitu pola makan yang diet rendah garam dan
mengurangi makan makanan yang tinggi lemak agar tekanan darahnya tetap
stabil dan tidak tinggi. Selain itu kami menyarankan agar pasien menjaga
kondisi psikis nya yaitu dengan menikmati hidupnya, tidak stress, dan
olahraga. Olahraga yang dapat dilakukan oleh pasien adalah jalan pagi atau
bisa dengan membersihkan rumah. Selain hidup sehat dengan olahraga,pasien
tidak

akan

merasa

stress.

Kuratif dan Rehabilitatif


Hal-hal yang kami sarankan kepada pasien tersebut, bahwa tetap
mengkonsumsi obat penurun tekanan darah tinggi, dalam hal ini pasien
mengkonsumsi captopril secara teratur untuk menjaga kestabilan tekanan
darahnya serta menjelaskan bahwa efek samping dari mengkonsumsi captopril
adalah batuk karena pasien mengeluh sering batuk sejak mengkonsumsi
captopril. Selain itu kami menyarankan untuk ke puskesmas dengan teratur
guna memantau tekanan darahnya. Apabila pasien mengalami sakit kepala dan
pandangan menjadi kabur, kami menyarankan agar pasien tirah baring setelah
kondisi sudah stabil dapat ke puskesmas untuk memeriksa tekanan darahnya.

16.

Prognosis
Pasien mengkonsumsi captopril teratur 1x1 setiap hari dan mengatur pola
makan dengan diet rendah garam, maka prognosisnya baik. Untuk
menentukan prognosis baik atau tidaknya kami juga melihat dari kondisi
fisiknya yang sehat dan tidak ditemukan adanya kelainan.
ANALISIS KASUS
Dari anamnesis penderita didapatkan keluhan sakit kepala serta rasa kaku
pada tengkuk yang kumat-kumatan, dan dari pemeriksaan fisik didapat
tekanan darah penderita 170/85 mmHg, berdasar JNC VII masuk dalam
kategori

hipertensi

stage

II.

Dari beberapa masalah yang ada factor usia dapat menjadi pemicu utama
dalam hipertensi penderita. Pasien sudah mengalami hipertensi selama 4
tahun. Namun selama mengalami hipertensi, pasien jarang mengalami sakit
akibat tekanan darah yang naik, hal ini dikarenakan karena pasien dapat
mengatur pola makanannya. Tekanan darah pasien ini dapat meningkat
dikarenakan karena stress psikososial, tetapi apabila pemicu stress nya dapat
diatasi, maka tekanan darahnya dapat kembali normal. Pendekatan yang
dilakukan adalah penatalaksanaan dengan modifikasi gaya hidup, disamping

diperlukan penatalaksanaan obat-obatan. Modifikasi gaya hidup bertujuan


untuk mencegah terjadinya komplikasi yang bisa terjadi. Sedangkan untuk
anggota keluarga lainnya juga disarankan untuk melakukan gaya hidup yang
sehat, sehingga kemungkinan terjadinya hipertensi pada anggota keluarga
lainnya dapat dihindari ataupun dihambat. Selain itu pasien ini sudah
berkunjung rutin ke puskesmas dan memantau tensinya, sehingga dapat dinilai
kesadaran pasien untuk sembuh dan kesehatannya sangatlah besar.
ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH
Kondisi pasien
Kunjungan rumah pasien pertama dilakukan pada tanggal 20 Juli 2010. Pada
saat kunjungan pasien baru mandi dan beristirahat sejenak. Pasien bercerita
tentang penyakitnya yaitu hipertensi yang sudah dialami selama 4 tahun.
Pasien mengkonsumsi captopril 1x1 sehari dan menjaga pola makan diet
rendah garam sehingga tekanan darahnya stabil.
Faktor emosional pun juga mempengaruhi tekanan darah pasien. Apabila
pasien sedang mengalami stress psikis maka tekanan darahnya bisa naik.
Pekerjaan
Pekerjaan pasien sebagai ibu rumah tangga
Keadaan Rumah
a. Letak / lokasi: rumah terletak di Jalan Latumenten VI no 8 RT/RW 21/16
Jakarta Barat.
b. Bentuk rumah: bentuk bangunan rumah bertingkat, bangunan bersifat
permanen, dinding tembok dari semen, lantai rumah dari keramik, atap rumah
dari genteng, status kepemilikan rumah atas nama pasien sendiri.
c. Lantai rumah: lantai rumah dari keramik dan tidak lembab.
d. Ventilasi : Cahaya yang masuk ke rumah dirasakan cukup.
g. Sanitasi dasar:
- Sumber air: Pasien menggunakan air ledeng sebagi sumber air.

- Jamban: Terdapat 1 kamar mandi dengan WC jongkok. Kesan WC bersih


dan terawat. .
- Tempat sampah: terdapat tempat sampah di dapur yang ditutup dan tidak
bocor sehingga sampah tidak berceceran.
h. Pemanfaatan halaman: Pasien tidak memiliki halaman.
i. Kandang: di rumah pasien tidak terdapat kandang binatang.

Você também pode gostar