Você está na página 1de 14

PETUNJUK PRAKTIKUM

TEKNIK LABORATORIUM

Oleh:
Lia Umi Khasanah, ST, MT
Rohula Utami, STP, MP

DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

TATA TERTIB PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM


Suatu pedoman tata tertib sangat diperlukan agar pekerjaan dapat berjalan lancar, tertib
dan dapat menghindarkan bahaya yang mungkin timbul karena kecerobohan atau kelalaian.
Tata tertib laboratorium :
1.

Dalam pelaksanaan praktikum praktikan harus memakai jas praktikum, tidak boleh
memakai sepatu sandal, sandal jepit.

2.

Tidak ada inhal dalam praktikum

3.

Tidak boleh pindah kelompok lain praktikum selain atas persetujuan penanggungjawab
praktikum

4.

Membawa tisu demi kebersihan praktikan sendiri.

5.

Buat catatan lengkap dari tiap-tiap pekerjaan yang dilakukan disertai gambar-gambar.

6.

Alat yang habis dipakai harus dibersihkan (alat-alat gelas, meja praktikum dsb)

7.

Setelah selesai melakukan praktikum, praktikan harus melaporkan hasil praktikum kepada
Co Asisten untuk mendapatkan Acc (persetujuan)

8.

9.

Yang perlu dicatat :


a.

Judul percobaan

b.

Tujuan percobaan

c.

Hasil yang didapat

d.

Kesimpulan apabila mungkin

BAGI PRAKTIKAN YANG TIDAK MEMBAWA LAP MEJA & TIDAK


MEMBERSIHKAN MEJA & ALAT-ALAT PRAKTIKUM AKAN DIKURANGI
NILAI NYA DAN MENDAPAT HUKUMAN .

Surakarta, Oktober 2011


Tim Penyusun

I.

ASAM BASA

Tujuan Percobaan
1. Mengetahui dan mempelajari penggunaan pH paper universal (lakmus merah dan biru) dan
pH meter.
2. Menguji sifat asam dan basa dari suatu larutan.
Dasar Teori
Asam adalah senyawa yang bila dilarutan dalam air mengalami disosiasi membentuk ion
hidrogen dan merupakan donor proton serta sebagai penerima pasangan elektron.
Sedangkan basa adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi
membentuk ion hidroksida dan merupakan akseptor proton serta sebagai pemberi pasangan
elektron.
Dalam mengukur pH dapat menggunakan 2 alat yaitu pH paper universal (kertas lakmus
merah dan biru) dan pH meter. Suatu larutan asam akan memerahkan lakmus biru dan
menetralkan basa. Sedangkan larutan basa bersifat membirukan kertas lakmus merah dan
menetralkan asam.
Cara kerja:
1. Ambil beberapa contoh larutan:
Air kran

Air mineral

Aquades

Air kolam

Air soda (Fanta putih)

Air jeruk

Air kapur

Larutan Cuka

Jus

Air gula

Yogurt

Susu

Teh

Larutan obat maag

Larutan garam

Air sabun
2. Uji larutan-larutan tersebut dengan menggunakan pH paper universal (kertas lakmus merah
dan biru)
-

Ambillah kertas indikator lakmus merah dan lakmus biru

Teteskan setetes larutan yang diuji

Amati dan catat perubahan warna yang terjadi

Tentukan apakah larutan yang diuji tersebut termasuk golongan asam atau basa

3. Uji larutan-larutan tersebut dengan menggunakan pH meter.

II.

TITRASI ASAM BASA

Tujuan Percobaan
1. Menngetahuil dan mampu menggunakan peralatan titrasi dengan benar.
2. Mampu melakukan titrasi dengan benar.
3. Mencari konsentrasi dari suatu larutan yang belum diketahui dengan menggunakan suatu
larutan standart (sudah diketahui konsentrasinya).
Dasar Teori
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan
zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di
dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan
biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan
basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut
sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian
kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar
titrant.
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian
membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah
dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.

2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi
dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah
titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat
tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan
umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin
dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai
dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat
perubahan warna indikator disebut sebagai titik akhir titrasi.
Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent
basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus
diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam
atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
(nxMxV) asam = (nxVxM) basa
Dimana:
N

= Normalitas

= Volume

= Molaritas

= jumlah ion H+ (pada asam) atau OH (pada basa)

Cara Kerja
1. Buatlah larutan NaOH 1,5 M

2. Masukkan larutan NaOH tersebut ke dalam buret, baca dan catat skala awal buret.
3. Ambil berbagai sample larutan HCl (disediakan asisten laboratorium), masukkan ke dalam
erlenmeyer.
4. Tambahkan 2 3 tetes indikator pp ke dalam erlenmeyer yang berisi HCl.
5. Titrasi berbagai sample larutan HCl dengan menggunakan larutan NaOH 1,5 M, hentikan
titrasi bila telah terjadi perubahan warna.
6. Baca dan catat skala akhir buret.
7. Hitung volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi.
8. Tentukan konsentrasi dari HCl.
9. Ulangi langkah yang sama untuk berbagai sample larutan HCl yang lain.

III.

SPEKTROMETER

Tujuan percobaan
1. Mengetahui dan mampu mengoperasikan Spektrometer dengan benar.
2. Mengukur absorbansi dari suatu larutan.
Dasar Teori
Spektroskopi molekuler berdasar pada radiasi ultraviolet, sinar tampak dan inframerah
digunakan secara luas untuk identifikasi dan penentuan spesies-spesies anorganik, organik dan
biokimia.
Spektroskopi absorpsi molekuler berdasar pada pengukuran transmitansi (T) atau
absorbansi (A) dari larutan dalam sel transparan pada suatu panjang lintasan radiasi. Umumnya
konsentrasi dari sampel yang dapat menyerap radiasi sinar pada panjang gelombang yang
digunakan mempunyai hubungan linear dengan absorbansi, sebagaimana ditunjukkan dalam
persamaan berikut:
A log T log

Po
bC
P

Keterangan:
A = Absorbansi
T = Transmitansi

= konstanta penyerapan / absorbsivitas molar


b = tebal medium penyerap (cm)
C = konsentrasi penyerap
Cara kerja
1. Buatlah larutan teh
2. Encerkan larutan teh hingga didapatkan beberapa degradasi
3. Nyalakan Spektrometer, tunggu hingga 15 menit
4. Set panjang gelombangnya
5. Pilih posisi dari Filter
6. Set 0 % T

7. Set Mode ke % T atau A


8. Masukkan larutan blanko
9. Set 100 % T atau 0 A
10. Masukkan sample
11. Baca dan catat % T atau A

IV.

MENGENAL PERALATAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

Tujuan percobaan
1. Mengetahui dan mampu mengoperasikan peralatan laboratorium mikrobiologi
Dasar Teori
Laboratorium Mikrobiologi berisi berbagai jenis peralatan yang digunakan untuk preparasi,
analisis dan penyimpanan mikrobia. pengertian yang lengkap mengenai acara praktikum yang
akan dikerjakan merupakan bekal utama setiap mahaisawa. Disamping itu kegunaan dan cara
kerja peralatan yang akan dipakai harus pula diketahui dengan baik termasuk hal-hal yang tidak
boleh dilakukan terhadap peralatan yang dimaksud.
1. Peralatan Sterilisasi
Ada berbagai alernatif cara yang dapat digunakan untuk sterilisasi (alat/bahan) namun
dalam laboratorium mikrobiologi yang sering digunakan adalah :
a. Sterilisasi Kering :
Sterilisasi ini digunakan untuk alat gelas, cawan petri, pipet. Bahan yang disetrilkan
sebaiknya dibungkus dengan kaleng ataupun bahan lain yang tahan panas, misalnya :
kertas payung. Sterilisasi kering baik digunakan unuk alat gelas karena tidak
menyebabkan adanya kondensasi uap air dalam alat gelas tersebut. Alat yang digunakan
berupa oven yang suhunya dapat mencapai 180oC. Waktu yang diperlukan tergantung dari
suhu yang digunakan, misalnya :
suhu
waktu
o
170 C
1 jam
160oC
2 jam
o
150 C
2,5 jam
140oC
5 jam
*) waktu terhitung saat suhu tercapai
b. Sterilisasi Basah :
Sterilisasi menggunakan uap panas jenuh ini umumnya digunakan untuk sterilisasi
mediaaaaaa, larutan, kapas, lap, dll. Peralatan yang umum digunakan adalah autoclave.
Alat ini berupa ketel yang dipenuhi dengan uap bertekanan. Pada umumnya suhu/tekanan
yang digunakan adalah 121oC / 15 psi selama 15 menit. Namun untuk bahan yang tidak
tahan panas misalnya media skim milk dapat dilakukan pada suhu 110oC selama 10
menit.
c. Sterilisasi Saring
Cara ini digunakan untuk sterilisasi cairan yang rusak bila kena panas, misalnya : larutan
vitamin. Metode ini berdasarkan pada proses mekanis dengan menghilangkan semua
mikrobia yang akan tertahan di filter yang mempunyai pori-pori selebar 0.2 0.45 m,
sedangkan cairan yang melewati filter akan bebas dari mikrobia.
2. Alat Penghitung Koloni (Colony Counter )
Untuk mengurangi kesalahan penghitungan jumlah koloni yang ada dalam suatu cawan
petri, telah tersedia alat yang disebut Quebec Colony Counter. Cawan petri yang akan
dihitung koloninya diletakkan dibawah kaca pembesar dan koloni yang dihitung diberi tanda

dengan tinta spidol, bersamaan dengan pemberian tanda tersebut, jumlah tanda tercatat dalam
counter.
Acara Praktikum
Gambarlah, Kerjakan dan jelaskan kegunaan alat-alat yang tersebut dibawah ini :
a. Jarum ose bermata & tidak bermata
b. Cawan Petri /Petridish dibungkus sehingga siap digunakan
c. Tabung reaksi berisi 9 ml aquadest, tutup dengan kapas
d. Alat Penghitung Koloni ( Quebec Colony Counter )
e. Drigalski ( alat perata )
f. Tabung Durham
g. Lampu spiritus
h. Media Agar Tegak (PDA/ NA/ MEA)
i. Media Agar Miring (PDA/ NA/ MEA)
j. Media Agar dalam Cawan Petri (PDA/ NA/ MEA)
k. Media Cair ( Nutrient broth, Pepton)
l. Mikroskop
m. Autoclave
n. Haemacytometer
o. Laminair Flow

V.

PEMBUATAN LARUTAN PENGENCER DAN MEDIA AGAR

Tujuan percobaan
1. Mengetahui dan mampu membuat larutan pengencer.
2. Mengetahui dan mampu membuat media agar.
Dasar Teori
Mikroorganisme dalam pertumbuhannya memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai.
Beberapa hal yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba antara lain suhu, ketersediaan
nutrisi,ketersediaan oksigen dll.

Proses penumbuhkan mikroba membutuhkan media

pertumbuhan. Media pertumbuhan dapat berupa media cair, padat maupun semi padat. Selain
media dalam kerja di laboratorium juga memerlukan larutan pengencer. Larutan pengencer ini
dibutuhkan untuk mengencerkan kultur yang mempunyai konsentrasi tinggi.
Cara kerja
1.

Larutan Pengencer
- Buat larutan garam fisiologis 0.85% sebanyak 100 ml
- Masukkan @ 9 ml larutan ke tabung reaksi dan tutup dengan kapas
- Sterilisasi dengan autoclave pada 121 C selama 15 menit

2.

Media Agar
a. Agar miring
- Buat media agar sebanyak 100 ml
- Masukkan @ 5 ml larutan ke tabung reaksi dan tutup dengan kapas
- Sterilisasi dengan autoclave pada 121 C selama 15 menit
- Posisikan miring dalam rak, biarkan sampai dingin
b. Media agar dalam cawan petri
- Buat media agar sebanyak 100 ml dalam Erlenmeyer dan tutup Erlenmeyer dengan kapas
- Sterilisasi dengan autoclave pada 121 C selama 15 menit
- Keluarkan Erlenmeyer dari autoclave dan campur isinya dengan cara menggoyang
Erlenmeyer secara perlahan
- Tuang media yang masih panas (> 45 C) ke cawan petri secara aseptis
- Biarkan sampai membeku

VI.

METODE ASEPTIS

Tujuan percobaan
1. Mengetahui dan mampu melakukan teknik transfer aseptis.
Dasar Teori
Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau
mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi
kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial dan
kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak
melakukan analisis mikrobiologi. Metoda ini hanya akan didapatkan oleh mahasiswa ataupun
seseorang yang terlibat pekerjaan dalam bidang mikrobiologi dengan latihan berkali-kali.
Prosedur umum yang harus diikuti oleh setiap pekerja dengan kultur murni adalah:
2. Medium pertumbuhan dan tempatnya harus steril
3. Tempat pertumbuhan harus selalu ditutup untuk mencegah masuknya debu yang
membawa mikrobia. Apabila penutup harus dibuka, harus dalam waktu yang sesingkat
mungkin, jangan sekali-kali meletakkan penutup disembarang tempat.
4. Peralatan (ose dan pipet) dan larutan yang digunakan untuk pekerjaan harus steril.
Apabila ose atau pipet ini menyentuh permukaan yang tidak steril, ose atau pipet ini akan
menstransfer kontaminan pada kultur murni.
5. Area tempat bekerja juga harus dijaga agar tidak terkontaminasi dengan kultur yang tidak
digunakan. Ose yang telah digunakan harus disterilkan sebelum diletakkan. Pipet yang
telah digunakan untuk memindahkan kultur harus ditempatkan pada larutan disenfektan
sesegera mungkin.
Sebelum memulai acara-acara praktikum mikrobiologi, terlebih dahulu harus diketahui
cara memindahkan sel secara aseptis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Jangan digunakan ose yang belum steril untuk menyentuh kultur. Ini untuk mencegah
terjadinya kontaminasi yang dibawa oleh ose.
2. Mulut tabung harus dipanasi baik pada saat ose dimasukkan atau saat dikeluarkan dari
tabung. Pemanasan pertama ditujukan untuk mencegah masuknya udara luar yang
membawa partikel debu masuk kedalam tabung, sedang pemanasan kedua ditujukan

membakar sel-sel yang jatuh atau menempel pada mulut tabung saat ose dimasukkan atau
ditarik.
3. Tabung terbuka harus dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
4. Jangan menempatkan tutup pada permukaan area pekerjaan dan menyentuhnya. Tutup
dijaga agar tidak bersinggungan dengan tempat-tempat sumber kontaminan.
5. Ose yang telah digunakan harus disterilkan untuk mencegah kontaminasi meja kerja
dengan kultur yang sedang digunakan.
Hal-hal yang harus dilakukan sebelum melakukan kerja aseptis antara lain :
1. Cuci tangan anda dengan bersih dan gunakan antiseptis atau alkohol
2. Sanitasi dan desinfeksi ruang kerja (laboratorium dan sekitarnya) dengan desinfektan
yang memadai, termasuk Laminar Air Flow dan Inkubator
3. Sterilisasi semua alat dan bahan sebelum digunakan
Cara kerja
a. Memindahkan kultur dari tabung ke tabung
2. Siapkan tabung reaksi dan ose yang akan digunakan untuk acara ini pada rak.
3. Peganglah ose seperti pada saat memegang pensil.
4. Pijarkan ose di atas api spiritus sampai merah membara.
5. Biarkan ose dingin sebelum menyentuh kultur yang akan dipindahkan.
6. Buka tutup kapas pada tabung reaksi tempat kultur yang akan dipindahkan dengan jari
kelingking.
7. Bakar mulut tabung dengan api spiritus, kemudian masukkan ose dan ambil satu kultur di
tabung.
8. Bakar mulut tabung sekali lagi dan tutup dengan kapas, selanjutnya diletakkan kembali
pada rak.
9. Ambil tabung yang baru, buka tutupnya dan bakar mulutnya diatas api, masukkan ose
tempat kultur menempel dan goreskan pada media yang baru.
10. Bakar kembali mulut tabung, tutup dengan kapas dan letakkan kembali.
11. Panaskan ose setelah selesai dipakai atau sebelum diletakkan kembali.
12. Untuk yang sudah mahir dua tabung reaksi bisa dipegang sekaligus.
13. Inkubasikan tabung reaksi yang sudah diinokulasi pada inkubator.

b. Memindahkan kultur dari tabung ke cawan petri dengan ose


1. Pijarkan ose diatas api spiritus sampai merah membara.
2. Biarkan ose dingin sebelum menyentuh kultur yang akan dipindahkan.
3. Bakar mulut tabung dengan api spiritus, kemudian masukkan ose dan ambil satu kultur
yang sudah tumbuh ditabung.
4. Bakar mulut tabung sekali lagi dan tutup dengan kapas, selanjutnya diletakkan kembali
pada rak.
5. Buka cawan petri tempat kultur yang akan dipindah dengan tangan kiri.
6. Goreskan ose pada media agar dan tutup kembali cawan petri.
7. Inkubasikan cawan petri pada inkubator. ( dengan cara dibalik / tutup dibawah )

c. Memindahkan kultur dari tabung ke cawan petri dengan pipet


1. Ambil pipet steril dengan menutup lubang atas dengan jari serta selalu dekatkan ujung
pipet dengan api.
2. Bakar mulut tabung dengan api spiritus, kemudian masukkan pipet dan ambil 1 ml kultur
dari tabung.
3. Bakar mulut tabung sekali lagi dan tutup dengan kapas, selanjutnya diletakkan kembali
pada rak.
4. Buka cawan petri tempat kultur yang akan dipindah dengan tangan kiri.
5. Keluarkan kultur dari pipet ke cawan petri dan tutup kembali cawan petri.
6. Tuang media agar (suhu 40oC) ke cawan petri kemudian tutup kembali cawan petri.
7. Buat gerakan menyerupai angka 8 secara perlahan untuk mencampur kultur dengan
media dan biarkan media sampai padat.
8. Inkubasikan cawan petri pada inkubator. ( dengan cara dibalik / tutup dibawah )

Você também pode gostar