Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
menurut
catatan
Indonesia
Center
for
Biodiversity
dan
Biotechnology (ICBB) Bogor,di Indonesia terdapat lebih dari 300 ribu anak
pengidap down syndrome. Sedangkan angka kejadian penderita down syndrome
di
seluruh
dunia
diperkirakan
mencapai
8 juta jiwa (Aryanto, 2008). Angka kejadian kelainan down syndrome mencapai 1
dalam 1000 kelahiran. Di Amerika Serikat, setiap tahun lahir 3000 sampai 5000
anak dengan kelainan ini. Sedangkan di Indonesia prevalensinya lebih dari 300
ribu jiwa (Sobbrie, 2008).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah keperawatan anak dan
menambah ilmu pengetahuan tentang rencana asuhan keperawatan pada anak
dengan down syndrome bagi para penulis dan pembaca.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi Sindrom Down.
b. Mengetahui etiologi Sindrom Down.
c. Mengetahui patofisiologi Sindrom Down.
d. Mengetahui tentang manifestasi klinis Sindrom Down.
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang Sindrom Down.
g. Mengetahui penatalaksanaan Sindrom Down.
h. Mengetahui asuhan keperawatan Sindrom Down.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat makalah ini penulis ingin memberikan suatu gambaran
ataupun penjelasan yang lebih mendalam mengenai manajemen asuhan
keperawatan pada anak dengan down syndrome.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Down Sindrom (Down syndrome) adalah suatu kondisi keterbelakangan
perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas
perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang
kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan . Down
syndrome adalah abnormalitas kromosom yang ditandai dengan berbagai derajat
retardasi mental dan efek fisik yang berhubungan;dikenal juga sebagai trisomi21
(Donna L. Wong;654).
Sindroma Down (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan
kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan
kelainan fisik (medicastore) (Rezki, 2010).
Sindrom Down adalah suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas
kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri selama
meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom (Cahyono, 2009).
Syndrom Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik
dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.
Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling
memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Saharso, 2008).
IQ anak down syndrome biasanya dibawah 50, sifat-sifat atau ciri-ciri
fisiknya adalah berbeda, ciri-ciri jasmaniahnya sangat mencolok, salah satunya
yang paling sering diamati adalah matanya yang serong ke atas.
2.2 ETIOLOGI
2.2.1 Non disjungtion (pembentukan gametosit)
a. Genetik
Diperkirakan terdapat predisposisi terhadap Non disjunctional. Bukti
yang mendukung teori ini adalah berdasarkan atas hasil penelitian
epidemiologi yang menyebabkan adanya peningkatan risiko berulang bila
dalam keluarga terdapatanak dengan sindrom down.
b. Radiasi
Radiasi dikatakan merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
Nondisjunctional pada Sindrom Down. Uchida 1981 membicarakan
bahwa sekitar 30% ibu melahirkan anak dengan Sindrom Down, pernah
mengalami radiasi didaerah perut sebelum terjadinya konsepsi.
Sedangkan penelitian lain tidak menetapkan adanya hubungan antara
radiasi dengan penyimpangan kromosom.
c. Infeksi
Infeksi juga dikatakan kerupakan salah satu penyebab terjadinya Sindrom
Down.Sampai saat ini belum ada peneliti yang mampu memastikan
bahwa virus dapat mengakibatkan terjadinya Non disjunctional.
d. Autoimun
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang nerkaitan dengan tiroid.
PenelitianFialkaw 1966, secara konsisten mendapatkan perbedaan
autoantibodi tiroid padaibu yang melahirkan anak dengan Sindrom Down
dengan ibu kontrol yangumurnya sama.
e. Umur ibu
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan non dijunction pada kromosom.
Perubahan endokrin sepertikonsentrasi reseptor hormon dan peningkatan
kadar LH dan FSH secara tiba-tibasebelum dan selama menopause.
Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.
f. Umur ayah
Penelitian sutogenik pada orang tua dengan Sindrom Down mendapatkan
bahwa20 30% kasus ekstra kromosom 21 bersumber dari ayahnya.
Tetapi korelasinyatidak setinggi dengan umur ibu.
2.3 PATOFISIOLOGI
Down
Syndrome
disebabkan
adanya
kelainan
pada
perkembangan
kromosom. Kromosom merupakan serat khusus yang terdapat pada setiap sel
tubuh manusia dan mengandung bahan genetik yang menentukan sifat-sifat
seseorang. Pada bayi normal terdapat 46 kromosom (23 pasang) dimana
kromosom nomor 21 berjumlah 2 buah (sepasang). Bayi dengan penyakit
down syndrome memiliki 47 kromosom karena kromosom nomor 21
berjumlah 3 buah. Kelebihan 1 kromosom (nomor 21) atau dalam bahasa
medisnya disebut trisomi-21 ini terjadi akibat kegagalan sepasang kromosom
21 untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Trisomi21 menyebabkan fisik penderita down syndrome tampak berbeda
dengan orang-orang umumnya. Selain ciri khas pada wajah, mereka juga
mempunyai tangan yang lebih kecil, jari-jari pendek dan kelingking bengkok.
Keistimewaan lain yang dimiliki oleh penderita down syndrome adalah
adanya garis melintang yang unik di telapak tangan mereka. Garis yang
disebut simiancrease ini juga terdapat di kaki mereka, yaitu antara telunjuk
dan ibu jari mereka yang berjauhan (sandal foot).
2.4 PATHWAY
6
FAKTOR PENYEBAB :
ABNORMALITAS KROMOSOM
(KELEBIHAN KROMOSOM X)
GENETIK, UMUR,
RADIASI, INFEKSI,
TOKSIK
NON DISJUNGTIONAL
TRANSLOKASI
KROMOSOM 21 & 15
PEMBENTUKAN
ORGAN YANG
KURANG SEMPURNA
PENINGKATAN
KONSENTRASI
TERHADAP INFEKSI
PENYAKIT
JANTUNG
KONGENITAL
RESIKO CEDERA
KETERLAMBATAN
PERTUMBUHAN
DAN
PERKEMBANGAN
PERTUMBUHAN
PALATUM ABNORMAL
DEFISIENSI
PENGETAHUAN
KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH
Berat pada bayi yang baru lahir dengan penyakit sindrom down pada
umumnya kurang dari normal, diperkirakan 20% kasus dengan sindrom down
ini lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Anak-anak yang
menderita sindroma down memiliki penampilan yang khas:
1. Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian belakang
kepalanya mendatar (sutura sagitalis terpisah).
2. Lesi pada iris mata (bintik Brushfield), matanya sipit ke atas dan kelopak
mata berlipat-lipat (lipatanepikantus) serta jarak pupil yang lebar.
3. Kepalanya lebih kecil daripada normal (mikrosefalus) dan bentuknya
abnormal serta leher pendek dan besar.
4.
Pada
bayi
baru
lahir
kelainan
dapat
berupa Congenital
2.6 KOMPLIKASI
8
2.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan
yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap
perkembangannya penderita syndrome down juga dapat mengalami
kemunduran dari sistim tubuhnya. Dengan demikian penderita harus
mendapatkan support maupun informasi yang cukup serta kemudahan
dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan
kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Hal yang
dapat dilakukan antara lain :
1. Penanganan Secara Medis
a. Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi
adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita
lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung
tersebut.
b. Pemeriksaan Dini
Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal
kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak awal
kehidupannya.
Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata
c. Pemeriksaan Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom down akan
mengalami gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada
masa bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada masa sekolah
dan dewasa, sehingga perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi.
d. Pemeriksaan Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa keadaan
tulang yan dianggap sangat mengganggu atau mengancam jiwa
(spina servikalis)
10
2. Pendidikan
a. Pendidikan khusus
Program khus untuk menangani anak dengan sindrom down adalah
membuat desain bangunan dengan menerapkan konsep rangsangan
untuk tempat pendidikan anak-anak down's syndrome. Ada tiga jenis
rangsangan, yakni fisik, akademis dan sosial.Ketiga rangsangan itu
harus disediakan di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Hal ini
diharapkan anak akan mampu melihat dunia sebagai sesuatu yang
menarik untuk mengembangkan diri dan bekerja.
b. Taman bermain atau taman kanak kanak
Rangsangan secara motorik diberikan melalui pengadaan ruang
berkumpul dan bermain bersama (outdoor) seperti :
Cooperative Plaza untuk mengikis perilaku pemalu dan
penyendiri.
Mini Zoo dan Gardening Plaza adalah tempat bagi anak untuk
bermain bersama hewan dan tanaman
c. Intervensi dini.
Pada akhir akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang
dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan
lingkungan bagi anak dengan sindrom down.Akan mendapatkan
manfaat dari stimulasi sensori dini, latihan khusus untuk motorik halus
dan kasar dan petunjuk agar anak mau berbahasa. Dengan demikian
diharapkan anak akan mampu menolong diri sendiri, seperti belajar
makan, pola eliminasi, mandi dan yang lainnya yang dapat
membentuk perkembangan fisik dan mental.
3. Penyuluhan terhadap orang tua
Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena kita
memandang bahwa perasaan orang tua sangat beragam dan kerena
kebanyakan orang tua tidak menerima diagnosa itu sementara waktu,
hal ini perlu disadari bahwa orang tua sedang mengalami kekecewaan.
Setelah orang tua merasa bahwa dirinya siap menerima keadaan
anaknya, maka penyuluhan yang diberikan selanjutnya adalah bahwa
anak dengan sindrom down itu juga memiliki hak yang sama dengan
anak normal lainnya yaitu kasih sayang dan pengasuhan.
11
12
13
14
3)
4. Defisiensi pengetahuan orang tua b.d perawatan pada anak dengan down
syndrome
Tujuan : keluarga dapat mengetahui cara merawat anak dengan down
syndrome
Intervensi :
1) Jelaskan patofisiologi, tanda gejala, dan penyebab dari down syndrome
Rasional : keluarga dapat memberikan perawatan yang tepat
2) Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
Rasional : keluarga dapat mengetahui tingkat kesehatan pasien
3) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi dan proses pengontrolan penyakit
Rasional : menghindari timbulnya komplikasi
4) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Rasional : penanganan yang tepat dapat meningkatkan status
kesehatan pasien
5. Evaluasi Keperawatan
a.
b.
c.
d.
(Doengoes, 2000)
16
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Down Sindrom (Down syndrome) adalah suatu kondisi keterbelakangan
perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas
perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan
sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan
yakni biasanya pada kromosom nomor 21 sehingga sering disebut trisomi21.
Diagnosa keperawatan pada anak dengan down syndrome adalah
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kesulitan
pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan mulut terbuka
2. Risiko tinggi cedera b.d kelemahan otot
3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d pembentukan organ
yang kurang sempurna
4. Defisiensi pengetahuan orang tua b.d perawatan pada anak dengan down
syndrome
3.2 SARAN
Dalam melakukan perawatan pada anak dengan syndrome down, seorang
perawat harus mempu mengajak keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam
setiap kegiatan keperawatan.Hal ini ditujukan untuk memberikan pendidikan
kepada keluarga karena setelah keluar dari rumah sakit maka keluargalah
yang dituntut untuk bisa melakukan perawatan home care.
17
DAFTAR PUSTAKA
18