Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
oleh:
Nur Fauziah Arif
Dokter Pendamping:
Dr.Hj.Sopi Sopiawati
DAFTAR GAMBAR
KATA PENGANTAR
I.
Pendahuluan .................................................................................. 1
II.
III.
Definisi.......................................................................................... 6
Etiologi ........................................................................................ 6
Faktor Risiko................................................................................ 6
Patofisiologi.................................................................................. 8
Klasifikasi..................................................................................... 9
Manifestasi Klinik........................................................................ 11
IV.
Komplikasi...................................................................................
12
Diagnosis......................................................................................
13
Penatalaksanaan............................................................................
17
Kesimpulan.................................................................................... 22
Daftar Pustaka................................................................................ 23
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkah dan rahmatnya
penulis bisa menyelesaikan laporan kasus ini dengan sebaik-baiknya. Laporan kasus ini
berjudul Cholelithiasis.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dokter pendamping
dr. Sopi Sopiawati yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan refrat ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman yang
telah berperan dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan
mohon maaf bila terdapat kesalahan dalam penulisan.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI KANDUNG EMPEDU
Kandung empedu merupakan kantong berbentuk seperti buah alpukat yang terletak tepat
dibawah lobus kanan hati. Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke
saluran empedu yang kecil di dalam hati. Saluran empedu yang kecil-kecil tersebut bersatu
membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai
duktus hepatikus kanan dan kiri, yang akan bersatu membentuk duktus hepatikus komunis.
Duktus hepatikus komunis bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus.
6
Pada banyak orang, duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk
ampula Vateri sebelum bermuara ke usus halus. Bagian terminal dari kedua saluran dan
ampla dikelilingi oleh serabut otot sirkular, dikenal sebagai sfingter Oddi.3
Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak, karena
asam empedu yang melakukan dua hal antara lain: asam empedu membantu
mengemulsikan partikel-partikel lemak yang besar menjadi partikel yang lebih kecil
dengan bantuan enzim lipase yang disekresikan dalam getah pankreas, Asam empedu
membantu transpor dan absorpsi produk akhir lemak yang dicerna menuju dan
melalui membran mukosa intestinal.
Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan
yang penting dari darah, antara lain bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran
hemoglobin dan kelebihan kolesterol yang di bentuk oleh sel- sel hati.
Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial kandung empedu.
Pengosongan kandung empedu dipengaruhi oleh hormon kolesistokinin, hal ini terjadi ketika
makanan berlemak masuk ke duodenum sekitar 30 menit setelah makan, hormon kemudian
masuk kedalam darah, menyebabkan kontraksi ritmik dinding kandung empedu, tetapi
efektifitas pengosongan juga membutuhkan relaksasi yang bersamaan dari sfingter oddi yang
menjaga pintu keluar duktus biliaris komunis kedalam duodenum sehingga memungkinkan
masuknya empedu yang kental dalam duodenum. Garam-garam empedu dalam cairan
empedu penting untuk emulsifikasi lemak dalam usus halus dan membantu pencernaan dan
absorbsi lemak. Selain kolesistokinin, kandung empedu juga dirangsang kuat oleh serat-serat
saraf yang menyekresi asetilkolin dari sistem saraf vagus dan enterik. Kandung empedu
mengosongkan simpanan empedu pekatnya ke dalam duodenum terutama sebagai respon
terhadap perangsangan kolesistokinin. Saat lemak tidak terdapat dalam makanan,
pengosongan kandung empedu berlangsung buruk, tetapi bila terdapat jumlah lemak yang
adekuat dalam makanan, normalnya kandung empedu kosong secara menyeluruh dalam
waktu sekitar 1 jam.6
Garam empedu, lesitin, dan kolesterol merupakan komponen terbesar (90%) cairan
empedu. Sisanya adalah bilirubin, asam lemak, dan garam anorganik. Garam empedu adalah
steroid yang dibuat oleh hepatosit dan berasal dari kolesterol. Pengaturan produksinya
dipengaruhi mekanisme umpan balik yang dapat ditingkatkan sampai 20 kali produksi normal
kalau diperlukan.3
BAB III
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN BATU EMPEDU
3.1. Definisi
Batu
Empedu
gallstones, biliary
disebut
calculus.
juga
Sinonimnya
Istilah kolelitiasis
adalah
kolelitiasis,
dimaksudkan untuk
3.2. Etiologi
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam
chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein dan 0,3% bilirubin. 2
Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun yang paling penting
adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis
empedu dan infeksi kandung empedu.3 Sementara itu, komponen utama dari batu empedu
adalah kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh
karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan di luar
empedu.6
oleh
hormon
estrogen
berpengaruh
terhadap
10
Kegemukan
(obesitas).
Ini
dikarenakan
kegemukan
dapat
Faktor keturunan
Aktivitas
fisik.
Kurangnya
aktivitas
fisik
berhubungan
dengan
Hiperlipidemia
11
penyakit ileus
3.4. Patofisiologi
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan empedu yang
supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3) berkembang karena
bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang terpenting dalam
pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen. Supersaturasi empedu dengan kolesterol
terjadi bila perbandingan asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol
turun di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam media yang
mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang
mempunyai inti sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu
dan lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah, atau
terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.10
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti pengendapan
kolesterol.
membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang
lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris
yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan. 10
12
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang dibentuk
pada bagian saluran empedu lain. Etiologi batu empedu masih belum diketahui sepenuhnya;
akan tetapi, tampaknya faktor predisposisi terpenting adalah gangguan metabolisme yang
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, stasis empedu dan infeksi kandung
empedu.
Perubahan komposisi empedu kemungkinkan merupakan faktor terpenting dalam
pembentukan batu empedu. Sejumlah penyelidikan menunjukkan bahwa hati penderita batu
empedu kolesterol menyekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang
berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu (dengan cara yang belum dimengerti
sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu.
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif,
perubahan susunan kimia, dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung
empedu, atau spasme sfingter Oddi, atau keduanya dapat menyebabkan stasis. Faktor
hormonal (terutama selama kehamilan) dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan
kandung empedu dan menyebabkan tingginya insidensi dalam kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu.
Mukus meningkatkan viskositas empedu, dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai
pusat presipitasi. Akan tetapi, infeksi mungkin lebih sering timbul sebagai akibat dari
terbentuknya batu empedu, dibandingkan sebagai penyebab terbentuknya batu empedu.
3.5. Klasifikasi
Batu kolesterol
13
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70%
kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung >
50% kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama :
o Supersaturasi kolesterol
o Hipomotilitas kandung empedu
o Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.
Khusus mengenai nukleasi cepat, sekarang telah terbukti bahwa empedu pasien
dengan kolelitias mempunyai zat yang mempercepat waktu nukleasi kolesterol
(promotor) sedangkan empedu orang normal mengandung zat yang menghalangi
terjadinya nukleasi.
Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang mengandung
<20% kolesterol. Jenisnya antara lain:
o Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung
kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama.
akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat disebabkan
oleh adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan infeksi parasit.
Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E. Coli, kadar enzim Bglukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas
dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin menjadi kalsium bilirubinat
yang tidak larut. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan adanya hubungan erat
14
Batu campuran
Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 20-50%
kolesterol.
ditengah epigastrium. Lalu nyeri menjalar ke punggung dan bahu kanan (Murphy sign).
Pasien dapat berkeringat banyak dan berguling ke kanan-kiri saat tidur. Nausea dan muntah
sering terjadi. Nyeri dapat berlangsung selama berjam-jam atau dapat kembali terulang. 3
Gejala-gejala kolesistitis kronik mirip dengan fase akut, tetapi beratnya nyeri dan
tanda-tanda fisik kurang nyata. Seringkali terdapat riwayat dispepsia, intoleransi lemak,
nyeri ulu hati atau flatulen yang berlangsung lama. Setelah terbentuk, batu empedu dapat
berdiam dengan tenang dalam kandung empedu dan tidak menimbulkan masalah, atau dapat
menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang paling sering adalah infeksi kandung empedu
(kolesistitis) dan obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koledokus. Obstruksi ini dapat
bersifat sementara, intermitten dan permanent. Kadang-kadang batu dapat menembus dinding
kandung empedu dan menyebabkan peradangan hebat, sering menimbulkan peritonitis, atau
menyebakan ruptur dinding kandung empedu. 3
3.7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis : 3
Asimtomatik
Kolik bilier
Kolesistitis akut
Perikolesistitis
16
Perforasi
Kolesistitis kronis
Fistel kolesistoenterik
Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan batu
empedu muncul lagi) angga
asimtomatis atau kadang dapat menyebabkan kolik. Batu yang menyumbat di duktus
koledokus juga berakibat terjadinya ikterus obstruktif, kolangitis, kolangiolitis, dan
pankretitis.3
Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui terbentuknya fistel
kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup besar dapat menyumbat pad bagian tersempit
saluran cerna (ileum terminal) dan menimbulkan ileus obstruksi.3
3.8. Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
18
19
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena
hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung
empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat
dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar
atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran
kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatika.3
dan jumlah, besar dan komposisi batu tidak berhubungan dengan timbulnya keluhan selama
pemantauan. Kalaupun nanti timbul keluhan umumnya ringan sehingga penanganan dapat
elektif.
Hanya sebagian kecil yang akan mengalami simtom akut (kolesistitis akut, kolangitis,
pankreatis dan karsinoma kandung empedu). Apabila telah terjadi kolesistitis akut, diberikan
pengobatan umum termasuk istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan, obat
penghilang rasa nyeri seperti petidin dan antispasmodik. Pemberian antibiotik pada fase awal
sangat penting untuk mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis dan septisemia. Golongan
ampisilin, sefalosporin dan metronidazol cukup memadai untuk mematikan kuman-kuman
yang umum terdapat pada kolesistitis akut seperti E. Coli, Strep. Faecalis dan Klabsiella. 1
Untuk batu kandung empedu simtomatik, maka dianjurkan untuk menjalani
pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi). Pengangkatan kandung empedu tidak
menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan pembatasan
makanan. 3
Pilihan penatalaksanaan antara lain : 10
Kolesistektomi terbuka
Kolesistektomi laparaskopi
22
Disolusi medis
Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah digunakan adalah
angka kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan. Zat disolusi hanya
memperlihatkan manfaatnya untuk batu empedu jenis kolesterol. Penelitian prospektif
acak dari asam xenodeoksikolat telah mengindikasikan bahwa disolusi dan hilangnya
batu secara lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat ini dihentikan, kekambuhan batu
tejadi pada 50% pasien.10 Kurang dari 10% batu empedu dilakukan cara ini an sukses. 2
Disolusi medis sebelumnya harus memenuhi criteria terapi non operatif diantaranya
batu kolesterol diameternya < 20 mm, batu kurang dari 4 batu, fungsi kandung empedu
baik dan duktus sistik paten. 2
Disolusi kontak
Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang poten (MetilTer-Butil-Eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu melalui kateter yang diletakkan
per kutan telah terlihat efektif dalam melarutkan batu empedu pada pasien-pasien
tertentu. Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya adalah angka kekambuhan yang
tinggi (50% dalam 5 tahun). 10
Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biaya-manfaat pada
saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas pada pasien yang telah
benar-benar dipertimbangkan untuk menjalani terapi ini. 10
24
Kolesistotomi
BAB IV
KESIMPULAN
kolelitiasis adalah pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu
merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang
terbentuk di dalam kandung empedu.
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikanberdasarkan
bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigmen dan batu campuran. Lebih dari
90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50% kolesterol) atau batu
campuran (batu yang mengandung 20-50% kolesterol). Angka 10% sisanya adalah batu jenis
pigmen, yang mana mengandung <20 kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan
batu antara lain adalah keadaan statis kandung empedu, pengosongan kandung empedu yang
tidak sempurna dan konsentrasi kalsium dalam kandung empedu.
Penatalaksanaan pada batu empedu terbagi menjadi dua yaitu, penanganan
asimtomatik dan simtomatik. Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan
pengobatan. Nyeri yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau
26
mengurangi makanan berlemak. Jika batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri
berulang meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk menjalani
pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi). Pengangkatan kandung empedu tidak
menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan
pembatasan makanan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lesmana L. Batu empedu. Dalam : Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 3. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000. 380-384.
2.
I J Beckingham. 2001. ABC Of Diseases Of Liver, Pancreas, And Biliary System Gallstone
Disease. Dalam: British Medical Journal Vol 13, Januari 2001: 322(7278): 9194. Avaliable
from : http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1119388[diakses pada tanggal
28 oktober 2010].
3. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2005. 570-579.
8. Novita, L. 2008. Batu Empedu. Refrat tidak diterbitkan. Pekanbaru; Fakultas Kedokteran
Universitas Riau.
9. Price, Sylvia Anderston. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 1. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1994. Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu
Bedah (Principles of Surgery). Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. 459-464.
10. Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principles of Surgery). Edisi 6.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. 459-464.
11. Yekeler E, Akyol Y. Cholelithiasis. Dalam : New England Journal of Medicine. Avaliable from :
http://content.nejm.org/cgi/content/full/351/22/2318#F1. [diakses pada tanggal 1 november
2010]
12. Heuman D, Mihas A. Cholelithiasis. Avaliable from :
http://www.emedicine.com/emerg/Gastrointestinal/topic863.htm. [diakses pada tanggal 2
november 2010].
28
LAPORAN KASUS
I. KETERANGAN UMUM
Nama
: Tn.J
Usia
: 65 th
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Awirarangan
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Petani
Suku
: Sunda
Agama
: Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri perut bagian kanan atas
Anamnesis
Sejak 4 hari yang lalu, pasien mengeluh nyeri perut kanan atas seperti menusuknusuk yang dirasakan menjalar ke punggung. Nyeri pada awalnya hilang timbul dan
kemudian dirasakan terus-menerus. Keluhan disertai mual namun tidak muntah. Riwayat
muntah berwarna hitam (-) . Demam dijumpai pada os sejak 4 hari ini dan demam bersifat
naik turun, dan turun dengan obat penurun panas. Mengigil dijumpai.
29
Riwayat BAK seperti warna teh tidak ada. Riwayat BAK seperti air cucian
daging tidak dijumpai. Riwayat BAK keruh dan BAK keluar batu tidak dijumpai . Riwayat
BAB seperti dempul tidak ada. Riwayat minum alkohol (-)
Riwayat kuning di seluruh badan tidak ditemukan. riwayat transfusi darah
sebelumnya tidak dijumpai. Riwayat keluarga mempunyai keluhan yang sama disangkal.
Karena keluhanya pasien lalu berobat ke RSUD 45
: Compos mentis
TD
: 120/80 mmHg R
: 24x/m
: 84x/m
:38c
Kepala:
Mata
Leher :
KGB tidak teraba membesar
JVP tidak meningkat
Thorax :
Bentuk dan gerak simetris
Cor: Bunyi jantung normal reguler
Pulmo: VF kiri=kanan, Sonor
Abdomen :
Datar lembut
Hepar dan lien tidak teraba membesar
Bising usus (+) normal
Nyeri tekan abdomen regio epigastrica dextra
murphy sign (+)
Ekstremitas :
30
Akral hangat
Capillary refill time < 2 detik
Sianosis (-), edema (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium ()
Hb
: 14,1 g/dL
Ht
: 40, 5%
Leukosit
:31.000/mm3
Trombosit
:131.000/mm3
sGOT
: 127 IU/L
sGPT
: 127 IU/L
Ureum
: 41mg/dL
Kreatinin
: 1,18 mg/dL
GDS
: 97 mg/dL
Na
: 132 mEq/L
: 3.7 mEq/L
USG
-
USG hepar : Tak membesar, parenkim homogen, tepi tajam, permukaan rata, kapsul tak
menebal, tak tampak nodul, vena porta dan vena hepatika tidak melebar, duktus biliaris
intrahepatal sinistra melebar
31
32
V. DIAGNOSIS KERJA :
Cholelithiasis
VI. PENATALAKSANAAN
Ivfd Assering 8jam/kolf
Inj ceftriaxone 2x1gr iv (ST)
Inj Ranitidin 2x1 amp iv
Sucralfat syr 3x1 C
Sistenol 3x1 tab
Curcuma 2x1 tab
Proliva 2x1 tab
VI. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
33