Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dari hal hal tersebut di atas akan menimbulkan penumpukan lemak yang berlebihan,
sehingga akan terbentuk kolesterol. Bila aktivitas manusia rendah, kolesterol ini akan menumpuk di
dalam lumen arteri koronaria dan terbentuklah plaque ( aterosklerosis ). Plaque ini semakin lama
semakin menebal dan bisa sampai menutupi pembuluh darah koroner, sehingga jantung tidak
mendapatkan suplai O2 dan nutrisi, yang akriteria hasilnya akan terjadi infark miokard akut, gejala
yang paling sering muncul adalah adanya nyeri dada yang Kriteria khas.
D. Manifestasi Klinis
Trias Diasnostik pada Infark Miokard
1. Riwayat nyeri dada yang khas
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus
b. Lokasi nyeri dada di bagian dada depan (dibawah sternum) dan abdomen bagian
atas dengan atau tanpa penjalaran
c. Nyeri dada dapat menjalar sampai ke dagu, leher, bahu, lengan kiri, dan tembus
samapi ke punggung
d. Kualitas nyeri dapat berupa rasa nyeri berat seperti ditekan atau rasa panas seperti
terbakar.
e. Lama nyeri bisa lebih dari 15-30 detik
f. Nyeri tidak hilang dengan istirahat atau dengan pemberian nitrogliserin (NTG)
secara sublingual
g. Kadang nyeri dada disertai gejala berupa keringat dingin, dada berdebar (palpitasi),
sesak, pucat, dan saki kepala. Sering dijumpai factor pencetus berupa aktivitas
fisisk, emosi/stress, atau dingin
2. Adanya perubahan EKG
a. Gelombang Q (signifikan infark) atau Q patologis
b. Segmen ST elevasi
c. Gelombang T (meninggi atau menurun)
Perubahan EKG pada infark miokardium. Inverse gelombang T (kiri), elevasi
segmen ST (tengah), gelombang Q menonjol (kanan). Gelombang Q menunjukkan
nekrosisi miokardium dan bersifat irrversibel. Perubahan pada segmen ST dan
gelombangT diakibatkan karena iskemia dan akan menghilang sesudah jangka
waktu tertentu
3. Kenaikan enzim otot jantung
a. CK-MB, merupakan enzim spesifik sebagai penanda adanya kerusakan pada otot
jantung, enzim ini meningkat pada 6-10 jam setelah nyeri dada dan kembali normal
pada 48-72 jam
b. Aspartate Amino Transferase (AST) dapat membantu apabila penderita datang ke
rumah sakit sesudah hari ke 3 nyeri dada. AST/SGOTmeningkat dalam 6-12 jam
dan akan kembali normal dalam hari ke 3 atau hari ke 4
c. Lactate Dehidrogenase (LDH) akan meningkat sesudah hari ke 4 setelah nyeri dada
dan akan normal sesudah hari ke 10.
E. Komplikasi
1. Aritmia ; ekstra sistol, bradikardia, AV block, takikardia, dan fibrilasi ventrikel
2. Gagal jantung dan edema paru
3. Shock
4. Ruptur miokard
5. Henti Jantung Nafas ( Cardio Pulmonary Arrest )
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)
EKG member informasi mengnai elektrofisiologi jantung, sehingga kita mampu
memantau perkembanagan dan resolusi suatu infark miokardium.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan labiratorium sangat membantu dalam mendiagnosis infark miokard akut,
pemeriksaan darah lengkap sering laki menunjukkan peningkatan leukosit, peningkatan
LED, dan peningktan enzim otot jantung yang terjadi karena kematianlogi bias bergu
(nekrosis) otot jantung
2
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi berguna bila ditemukan adanya bendungan paru, akan tetapi hasil
rontgen dada ini tidak bias menunjukkan secara spesifik adanaya infark miokard akut,
hanya terkadang terjadi pembesaran jantung
4. Pemerikasaan Ekokardiografi
Pada IMA tampak kontraksi asinergi di daerah yang rusak dan penebalan sistolik dinding
jantung yang menurun. Dengan ekojardiografi dua dimensi ini dapat ditemukan daerah
dan luas IMA yang terkena, serta mendeteksi adany penyulit-penyulit seperti thrombus,
rupture septum, dan aneurism ventrikel
5. Pemeriksaan Radioisotop
Pemeriksaan radioisotope ini dapat membantu bila diagnosis IMA masih meragukan.
Hasil pemeriksaan ini akan diambil dan terikat pada daerah-daerah nekrotik dan tidak
pada daerah normal.
G. Penatalaksanaan
Prinsip Umum Penatalaksanaan AMI
1. Diagnosa
a. Berdasarkan riwayat penyakit dan keluhan/ tanda tanda
b. EKG awal tidak menentukan, hanya 24 60 % dari AMI ditemukan dengan EKG
awal yang menunjukkan luka akut ( Acute injury )
2. Terapi Oksigen
a.
Hipoksia menimbulkan metabolisme anaerob dan metabolik asidosis, yang akan
menurunkan efektifitas obat obatan dan terapi elektrik ( DC shock )
b.
Pemberian oksigen menurunkan perluasan daerah iskemik
c.
Penolong harus siap dengan bantuan pernafasan bila diperlukan
3. Monitor EKG
a.
Harus segera dilaksanakan
b.
Kejadian VF sangat tinggi pada beberapa jam pertama AMI. Penyebab utama
kematian beberapa jam pertama AMI adalah aritmia jantung 3. Elevasi segmen ST >
atau = 0,1 mV pada 2 atau lebih hantaran dari area yang terserang ( anterior, lateral,
inferior ), merupakan indikasi adanya serangan miokard karena iskemia akut.
4. Akses Intravena
a.
Larutan fisiologis atau RL dengan jarum infus besar
b.
Bila pada kejadian henti jantung, nafas tak ada, saluran infus terpasang, maka
vena cubiti anterior dan vena jugularis eksterna merupakan pilihan pertama untuk
dipasang aliran infus
5. Penghilang rasa sakit
a.
Keuntungan
Menurunkan kegelisahan dan rasa sakit, dapat menurunkan tekanan darah dan
frekuensi denyut nadi, menurunkan kebutuhan O2, menurunkan resiko terjadinya
aritmia.
b.
Terapi
Preparat nitrat : tablet di bawah lidah atau spray
Nitrogliserin IV untuk sakit dada iskemik berat dan tekanan darah > 100 mmHg.
Morphin 9 jika nitrat tidak berhasil atau pada sakit dada berat dengan dosis kecil IV
( 1-3 mg ), diulang setiap 5 menit nitrasi sampai sakit dada hilang
c.
Komplikasi
1. Hipotensi
2. Aritmia karena perfusi kurang pada miokard atau reperfusi. Penghilang rasa sakit
merupakan prioritas obat obat yang diberikan
6. Trombolitik
a.
Penyumbatan koroner sangat sering disebabkan thrombosis
b.
Perlu diberikan segera oleh dokter yang mampu ALCS
7. Limitasi Infark
Diltazen ( antagonis calsium ), Nitrogliserin IV, Beta blockers, Aspirin.
yang perlu diketahui, yaitu : nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku dan agama
yang dianut oleh klien.
Dalam mengajukan pertanyaan kepada k;lien, hendaknya diperhatikan kondisi
klien. Bila klien dlam keadaan kritis maka pertanyaan yang diaujakn bukan pertanyakan
tebuka, tetapi pertanyaan tertutup yang jawabannya adalah ya atau tidak pertanyaan
yang dapat dijawab dengan gerak tubuh, yaitu menggangguk atau menggelengkan kepala
saja, sehingga tidak memerlukan energy yang besar.
7. Psikologis
Adanaya keluhan nyeri dada yang sanagt hebat dan sesak napas akan membeikan
dampak psikologis yang negative pada klien.klien infrak miokardium akut dengan nyeri
akan mengalami kecemasan berat smapi ketakutan akan kematian. Pening bagi perawat
untuk memahami adanya kecemasan yang berta yang dapat memberikan respon patologis
sehingga menyebabkan terjadinya serangkaina mekanisme pengeluaran hormone.
Berdasarkan konsep psikoneuro imunologi, stress merupakan stesor yang dapat
menurunkan sistem imunitas tubuh. Hal ini tejadi melalui serangkaina aksi yang
diperantai oleh HPA-axis (hipotalanus, pituitary, dan adnernal). Sters akan merangsang
hipotalamus untuk meningkatkan produksi CRF ( corticotrophin releasing faktor). CRF
ini selanjutnya akan merangsang kelenjar pituitari anterior untuk meningkatkan produksi
ACTH (adreno cortico tropin hormone). Hormone ini yang akan merangsang korteks
adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol inilah yang akan menekan sistem
imun tubuh (Guyton dan Hal, 1996).
Kecemasan juga akan menstimulasi respon saraf simpatis untuk menjawab respon
fight or flight dengan upaya peningkatan denyut jantung dan tekanan darah dengan
manisfestasi terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokontriksi, peningkatan denyt
jantung dan tekanan darah akan memperberat beban jantung serta meningkatkan
komsumsi miokardium, sehingga dapat memperberat kondisi iskemia dan akan
memperluas area infrak pada miokadium. Saat ini, perawat perlu mengkaji mekanisme
koping yang digunakan klien dan berupaya untuk membantu alternative koping yang
positif untuk diterima klien.
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik klien terdiri atas keadaan umum dan B1-B6
9. Keadaan umum
Pada pemeriksaan umum klien IMA biasanya didapatkan kesadaran baik atau
compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi
sistem saraf pusat.
a. B1 (Breathing)
Terlihat sesak, frekwensi napas melebihi normal, dan keluhan napas sperti tercekik.
Biasanya juaga terdpat dispnea kardia. Sesak napas ini terjadi akibat pengerahan
tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic dai ventikel kiri yang
meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan
peningkaan curah daah ventrikel kiri pada waktu melakuykan kegiatn fisik. Dispnea
kardia dapat timbul pada waktu beristirahat bila keadaannya sudah parah.
b. B2 (Bleeding)
Pemeriksaaan B2 yang dilakukan dapat melalui teknik inspeksi, palpasi dan auskultasi
1) Inspeksi : adnaya parut
2) Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA tanpa kompliaksi biasnya
tidak didapatkan.
3) Auskultasi: tekanan darah biasanya menuun akibat penurunan volume sekuncup
pada IMA. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak
didapatkan pada IMA tanpa kompliaksi.
4) Perkusi : tidak ada pergeseran batas jantung
c. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya CM, tidak didapatkan sianonis perifer. Pengkajian objektif klien
berupa adanya wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis merintih,
meregang, dan menggeliat.
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan caran, oleh karena itu
perawat perlu memantau adanya oliguria pada klien IMA karedn amerupakan tanda
awal dari shok kardiogenik.
e. B5 (Bowel)
Kaji pola makan klien apakah sebelumnya terdapat peningkatan konsumsi garam dan
lemak. Adanya nyeri akan memberikan respons mual dan muntah. Palpasi abdomen
didapatakan nyeri tekan pada keempat kuadran. Penuunan peristaltik usus merupakan
tandakardial pada IMA.
f. B6 (Bone)
Hasil yang biasanya terdapat pada pemeriksaan B6 adalahsebgai berikut:
1) Aktivitas dan gejala, kelemahan, kelelehan, tidak dapat tidur, gerak statis, dan
jadwal olahraga tidak teratur.
2) Tanda : takikkardi, dispnea pada saat istirahat/aktivitas, dan kesulitan melakuakn
tugas perawatan diri.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C.
Diagnosa Keperawata
Nyeri akut berhubungan dengan agent cidera iskhemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri koroner
Penurunan cardiac out put berhubungan dengan Gangguan stroke volume (preload,
afterload, kontraktilitas)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen
Cemas berhubungan dengan nyeri yang diantisipasi dengan kematian.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan. gangguan mekanisme regulasi
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, kecemasan
Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurangnya informasi
Rencana keperawatan
N
O
1
DIAGNOSA
Nyeri akut b/d
agen injuri fisik
INTERVENSI
(NIC)
NIC
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif ( lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi,kualitas dan faktor
pesipitasi)
Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
Ginakan teknik komunikasi
teraipetik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien
Evaluasi pengalaman nyeri masa
lalu
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan
Ajarkan tentang teknik
pernafasan / relaksasi
Berikan analgetik untuk
menguranggi nyeri
6
Penurunan
cardiac output
b/d gangguan
stroke volume
(preload,
afterload,
kontraktilitas)
NIC
Cardiac Care
1. Evaluasi adanya nyeri dada
(intensitas, lokasi, durasi)
2. Catat adanya disritmia jantung
3. Catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac output
4. Monitor status kardiovaskuler
5. Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
6. Monitor abdomen sebagai
indikator penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan
tekanan darah
9. Monitor respon klien terhadap
efek pengobatan anti aritmia
10. Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas
pasien
12. Monitor adanya dispneu,
fatigue, takipneu, dan ortopneu
13. Anjurkan pasien untuk
menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, Nadi, Suhu, dan
RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor vital sign saat pasien
berbaring, duduk dan berdiri
7
4.
Intoleransi
aktivitas b/d
fatigue
yang tepat.
2. Bantu pasienuntuk
mengidentivikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan sosial
4. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
6. Bantu untuk mengidentivikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu pasien/ keluarga untuk
mengidentivikasi kekurangan
dalam beraktivitas
1. Gunakan ketenangan dalam
pendekatan
2. Kaji perilaku klien yang tidak
diduga
3. Identifikasi persepsi klien
terhadap ancaman / situasi
4. Anjurkan klien melakukan
tehnik relaksasi
5. Orientasikan klien / keluarga
terhadap prosedur rutin dan
aktivitas yang diharapkan
6. Laporkan adanya kegelisahan,
me-nolak, menyangkal
program medis
7. Dengarkan klien dengan
penuh perhatian
8. Kuatkan tingkah laku yang
tepat
9. Ciptakan suasana yang
memudahkan kepercayaan
10. Dorong / anjurkan klien mengungkapkan dengan kata-kata
mengenai perasaan,
menanggapi sesuatu, kekhawatiran
11. Identifikasi ketika tingkat
cemas berubah
12. Berikan pengalihan perhatian
untuk menurunkan
ketegangan
9
Kelebihan
volume cairan
b.d. gangguan
mekanisme
regulasi
Kurang
pengetahuan
tentang penyakit
b/d kurangnya
informasi
secara benar
Pasien dan keluarga
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat
penyebab
6.
Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7.
Hindari harapan kosong
8.
Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien
9.
Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang
akan datang atau
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi dan
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
12. Instruksikan pasien
mengenali tanda dan gejala
untuk melap[orkan pada
pemberiperawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
12