Você está na página 1de 17

Journal Reading

Sleep Disorders in Chronic Traumatic Brain


Injury

Disusun oleh:
M. Faiz K. Anwar
G99141163
M. Rama anshrie
G99141164
Paksi Suryo B.
G99141165
Dwi Budi N.
G99191166
Christian Ganda W. G99141167

Pembimbing:
dr. Indriyani, Sp.S

Abstrak
Penelitian ini menguji gambaran gangguan tidur pada pasien dengan
traumatic brain injury (TBI) kronis dan menentukan apakah intensitas
gangguan tidur berkaitan dengan derajat keparahan pada kasus TBI
kronis.
Menggunakan analisis retrospektif terhadap 60 subjek pasien dengan
keluhan gangguan tidur paska TBI kronis (3 bulan - 2 tahun)
Skor GAF sebagai skala berat cedera otak memiliki keterkaitan
signifikan dengan beberapa variabel gangguan tidur.

Kata kunci :CHI, TBI, Daytime somnolence, EDS, OSA,


insomnia, parasomnia, Epworth sleepiness scale, Hamilton
anxiety scale, Beck Depression Inventory, PSG, MSLT

Pendahuluan
Traumatic brain injury (TBI) terjadi sebanyak 100-400 per 100.000
orang per tahun di Amerika Utara dan Eropa. Penyebab utamanya
adalah kecelakaan lalu lintas, terjatuh, penyerangan, cedera, dan
kecelakaan lainnya.
Sleep disorder (gangguan tidur) merupakan temuan yang biasa
ditemukan setelah fase akut dari TBI terlewati.
Studi dari Guilleminault et al yang menyimpulkan bahwa gangguan
kinerja di siang hari dan somnolen muncul pada 98% pasien dengan
TBI, dan gangguan nafas terkait tidur (sleep disordered breathing)
sering sekali ditemukan

Metode
Populasi Studi

Pasien dengan TBI kronis (didefinisikan 3 bulan hingga 2


tahun pasca mengalami cedera)
Subjek dengan predominan sleep onset insomnia (sulit
tidur) diperiksa dengan skor Hamilton Anxiety Scale
(HAS)
Subjek dengan predominan sleep maintenance insomnia
(terbangun tengah malam) diperiksa dengan Beck
Depression Inventory (BDI)
Beratnya cedera kepala ditentukan berdasarkan skala
Global Assessments of Functioning (GAF)

Metode

Metode

Berbagai index arsitektur tidur yang dianalisa adalah :


efisiensi tidur,
jumlah terjaga saat tidur
jumlah pergeseran tahapan tidur
presentase tahapan tidur
bangun sebelum tidur (yaitu latensi hingga 3 masa stage
1 atau 1 masa stage 2, REM, atau tidur delta)
bangun saat tidur
latensi hingga periode REM pertama
apnea-hypopnea index (AHI).

Teknik Statistik
Teknik statistik dilakukan dengan perhitungan
koefisien korelasi Pearson, 95% confidence
interval, dan nilai p (2-talied T test) dari skor
GAF dengan variabel pengukuran terhadap
gangguan tidur

Hasil
Hipersomnia merupakan keluhan yang muncul pada 50%
subjek
Insomnia dikeluhkan pada 25% subjek, separuh dengan
sleep maintaince insomnia dan skor Beck Depression
Inventory (BDI) yang tinggi, dan sisanya dengan sleep onset
insomnia dan dengan skor Hamilton Anxiety Scale (HAS)
yang tinggi
Parasomnia dikeluhkan sebanyak 25% subjek

Skor GAF memiliki keterkaitan yang signifikan (p<0.05)


dengan beberapa variable dari gangguan tidur (stage 1,
efisiensi tidur, dan terbangun saat tidur), tetapi tidak
dengan variable lainnya
Lima puluh tiga persen (15/28) memiliki rata-rata onset
tidur laten <5 menit, dan 32% (9/28) memiliki dua atau
tiga kali sleep onset rapid eye movement period
(SOREMPs) pada MSLT

diskusi
Pada penelitian ini perbandingan wanita dan laki laki
adalah 2:1 mirip dengan populasi masyarakat yang
terkena TBI.
Mekanisme patogenesis TBI yang menyebabkan
gangguan tidur antara lain cedera otak langsung, cedera
otak tidak langsung, cedera lain pada leher dan
punggung yang menyebabkan nyeri yang mengganggu
proses tidur, kelainan anatomis yang sudah ada
sebelumnya dan kelainan genetik memperburuk
gangguan tidur yang disebabkan oleh TBI.

Pada cedera kepala ringan yang dapat berkaitan dengan


gangguan tidur jika terjasi exitotoxicity, inflamasi, radikal
bebas, hiperglikosis, hiper glikemia dan sistesis apolipo
preotein E e4 yang dapat terjadi akibat direct brain injury.
Cedera otak sekunder (akibat hematom ekstradural,
subdural, atau intraparenkim atau parenchymal
contusion dari hemisphere cerebri) atau keterlibatan
batang otak (dengan contusion, distortion, compression,
atau hemorrhage) dapat berpotensi menggangu fungsi
atau mekanisme pengaturan sentral tidur-bangun.
Alasan paling sering akibat munculnya somnolen di
siang hari adalah gangguan tidur di malam hari

Sebanyak 30% pasien yang mengalami ganguan nafas


tidur, kemungkinan berhubungan dengan timbulnya rasa
kantuk di siang hari.
Narcolepsy akibat TBI dapat berpengaruh terhadap
kejadian somnolen di siang hari.
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya gangguan
tidur parasomnia sebelum terjadi TBI. Sehingga cidera
kepala terbukti berperan dalam terbentuknya RBD
secara langsung maupun tidak langsung.

Simpulan
Gangguan tidur adalah temuan yang sering muncul
pasca TBI fase akut
Gejala yang muncul :
Somnolen di siang hari
Irama sirkardian terganggu
Insomnia (onset maupun maintenance)
Skor GAF berkorelasi pada beberapa hasil pengukuran
gangguan tidur.
Patogenesis gangguan tidur yang disebabkan oleh TBI
merupakan hal yang kompleks dan multifaktorial

Terima Kasih

Você também pode gostar