Você está na página 1de 12

ARTIKEL BIOLOGI

INFLUENZA

OLEH : CLARESTA KURNIA NUR


HUDA

X3 / 12

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan paling
sering didapat pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu penyakit
yang mematikan. Penyakit influenza pertama kali diperkenalkan oleh
Hipocrates pada 412 sebelum Masehi. Pandemi pertama yang terdokumentasi
dengan baik muncul pada 1580, dimana muncul dari Asia dan meyebar ke
Eropa melalui Africa. Sampai saat ini telah terdokumentasi sebanyak 31
kemungkinan terjadinya pandemi influenza dan empat di antaranya terjadi pada
abad ini yakni pada 1918 (Spanish flu) yang menyebabkan 50-100 juta
kematian oleh virus influenza A subtipe H1N1, 1957 (Asia flu) yang
meyebabkan 1-1,5 juta kematian oleh virus influeza A subtipe H2N2, dan 1968
(Hongkong flu) yang menyebabkan 1 juta kematian oleh virus ifluenza A
subtipe H3N2.
Penyakit tersebut hingga saat ini masih mempengaruhi sebagian besar
populasi manusia setiap tahun. Virus influenza mudah bermutasi dengan cepat,
bahkan seringkali memproduksi strain baru di mana manusia tidak mempunyai
imunitas terhadapnya. Ketika keadaan ini terjadi, mortalitas influenza
berkembang sangat cepat. Di Amerika Serikat epidemi influenza yang biasanya
muncul setiap tahun pada musim dingin atau salju menyebabkan rata-rata
hampir 20.000 kematian. Sedangkan di Indonesia atau di negara-negara tropis
pada umumnya kejadian 2

wabah influenza dapat terjadi sepanjang tahun dan puncaknya akan terjadi pada
bulan Juli.
Karena sifat-sifat materi genetiknya, virus influenza dapat mengalami
evolusi dan adaptasi yang cepat, dapat melewati barier spesies dan
menyebabkan pandemic pada manusia. Burung air liar dan itik menjadi sumber
virus yang potensial sebagai pemicu pandemi di Indonesia. Sedangkan ternak
babi berperan sebagai tempat reassortment virus avian influenza (VAI) dengan
virus human influenza. Burung puyuh dapat juga menjadi tempat
reassortment dari VAI asal berbagai burung yang dijual di pasar burung.
Sementara peternakan unggas menyediakan hewan peka dalam jumlah yang
banyak yang memungkinkan VAI mengalami evolusi yang cepat. Suatu
Rencana Gawat Influenza diusulkan untuk segera dikembangkan.
WHO menyatakan bahwa awal tahun 2006 ini merupakan saat terdekat
terjadinya pandemi flu sejak pandemi terakhir tahun 1968. Data yang ada
menunjukkan bahwa wabah avian influenza hanya kurang satu syarat lagi untuk
menjadi calon. pandemi, yaitu belum ditemukan bukti penularan
antarmanusia di masyarakat. Pengalaman masa lalu, pandemi tahun 1918,
misalnya, menunjukkan bahwa korban manusia dapat sampai puluhan juta
orang.Diseluruh dunia hingga April 2007 terdapat 172 kasus flu burung yang
terkonfirmasi. Seperti dapat terlihat dari laporan WHO kasus terbanyak di
Vietnam (93 kasus) dan Indonesia menduduki peringkat ke-2 dengan 81 kasus
namun jumlah kematian di Indonesia yang tertinggi, yaitu 63 dari 81 kasus.

B .Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, dan


gejala klinis influenza sehigga dapat menegakkan diagnosis guna melakukan
penanganan yang tepat.

BAB II ISI
A.Definisi
Influenza yang dikenal sebagai flu adalah penyakit pernapasan yang
sangat menular dan disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan bisa juga C.
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan
terutama ditandai oleh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering
disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif.
Influenza adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang burung dan
mamalia yang disebabkan oleh virus RNA famili orthomyxoviridae.

B.Epidemiologi
Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di
lingkungan masyarakat. Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk
mereka yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi
kardiopulmoner yang terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut dengan penyakit
ginjal kronik atau ganggugan metabolik endokrin dapat meninggal akibat
penyakit yang dikenal tidak berbahaya ini. Serangan penyakit ini tercatat paling
tinggi pada musim dingin di negara beriklim dingin dan pada waktu musim
hujan di negara tropik. Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada umumnya
dunia dilanda pandemi oleh influenza 2-3 tahun sekali. Jumlah kematian pada

pandemi ini dapat mencapai puluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi dari pada
angka-angka pada keadaan non-epidemik.
Risiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada
individu di atas 65 tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan penyakitpenyakit tertentu. Pada anak-anak usia 0-4 tahun, yang berisiko tinggi
komplikasi angka morbiditasnya adalah 500/100.000 dan yang tidak berisiko
tinggi adalah 100/100.000 populasi. Pada epidemi influenza 1969-1970 hingga
1994-1995, diperkirakan jumlah penderita influenza yang masuk rumah sakit
16.000 sampai 220.000/epidemik. Kematian influenza dapat terjadi karena
pneumonia dan juga eksaserbasi kardiopulmoner serta penyakit kronis lainnya.
Penelitian di Amerika dari 19 musim influenza diperkirakan kematian yang
berkaitan influenza kurang lebih 30 hingga lebih dari 150 kematian / 100.000
penderita dengan usia > 65 tahun. Lebih dari 90% kematian yang disebabkan
oleh pneumonia dan influenza terjadi pada penderita usia lanjut.
Di Indonesia telah ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan
demikian Indonesia merupakan negara ke lima di Asia setelah Hongkong,
Thailand, Vietnam dan Kamboja yang terkena flu burung pada manusia.
Hingga 5 Agustus 2005, WHO melaporkan 112 kasus A (H5N1) pada manusia
yang terbukti secara pemeriksaan mikrobiologi berupa biakan atau PCR. Kasus
terbanyak dari Vietnam, disusul Thailand, Kamboja dan terakhir Indonesia.
Hingga Agustus 2005, sudah jutaan ternak mati akibat avian influenza. Sudah
terjadi ribuan kontak antar petugas peternak dengan unggas yang terkena 6
wabah.
Ternyata kasus avian influenza pada manusia yang terkonfirmasi hanya
sedikit diatas seratus. Dengan demikian walau terbukti adanya penularan dari
unggas ke manusia, proses ini tidak terjadi dengan mudah. Terlebih lagi
penularan antar manusia, kemungkinan terjadinya lebih kecil lagi.

C.Etiologi
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B dan C. Ketiga tipe
ini dapat dibedakan dengan complement fixasion test.
Tipe A merupakan virus penyebab influenza yang bersifat epidemik. Tipe
B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan dari tipe A dan
kadang-kadang saja sampai mengakibatkan epidemi. Tipe C adalah tipe yang
diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya menyebabkan
gangguan ringan saja. Virus penyebab influenza merupakan suatu
orthomixovirus golongan RNA dan berdasarkan namanya sudah jelas bahwa
virus ini mempunyai afinitas untuk Myxo atau musin.
Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtipe berdasarkan tanda
berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus
influenza A yaitu protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan protein
neuraminidase dilambangkan dengan N. Ada 15 macam protein H, H1 hingga
H15, sedangkan N terdiri dari sembilan macam, N1 hingga N9. Kombinasi dari
kedua protein ini bisa menghasilkan banyak sekali varian subtipe dari virus
influenza tipe A.
Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat menginfeksi unggas yang
merupakan pejamu alaminya, sehingga virus influenza tipe A disebut juga
sebagai avian influenza. atau flu burung. Sebagian virus influenza A juga
menyerang manusia, anjing, kuda dan babi. Variasi virus ini sering dinamai
dengan hewan yang terserang, seperti flu burung, flu manusia, flu babi, flu kuda
dan flu anjing. Subtipe yang lazim dijumpai pada manusia adalah dari kelompok
H1, H2, H3 serta N1, N2 dan disebut human influenza.

Sekarang ini dihebohkan dengan penyakit flu burung atau avian


influenza dimana penyebabnya adalah virun influenza tipe A subtipe H5N1.
Virus avian influenza ini digolongkan dalam
Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI).

D. Sifat Virus Influenza


Virus influenza mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4
hari pada suhu 22oC dan lebih dari 30 hari pada suhu 0oC. Mati pada pemanasan
60C selama 30 menit atau 56oC selama 3 jam Dan pemanasan 80oC selama 1
jam. Virus akan mati dengan deterjen, disinfektan misalnya formalin, cairan
yang mengandung iodin dan alkohol 70%.
Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama
berupa: antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase.
Antigen S merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas
ribonukleoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin
menonjol keluar dari selubung virus dan memegang peran pada imunitas
terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung virus dan
hanya memegang peran yang minim 8 pada imunitas. Selubung inti virus
berlapis matriks protein sebelah dalam dan membran lemak disebelah luarnya.
Salah satu ciri penting dari virus influenza adalah kemampuannya untuk
mengubah antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat atau mendadak
maupun lambat. Peristiwa terjadinya perubahan besar dari struktur antigen

permukaan yang terjadi secara singkat disebut antigenic shift.Bila perubahan


antigen permukaan yang terjadi hanya sedikit, disebut antigenic drift
Antigenic shift hanya terjadi pada virus influenza A dan antigenic drift
hanya terjadi pada virus influenza B, sedangkan virus influenza C relatif stabil.
Teori yang mendasari terjadinya antigenic shift adalah adanya penyusunan
kembali dari gen-gen pada H dan N diantara human dan avian influenza virus
melalui perantara host ketiga. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa adanya
proses antigenic shift akan memungkinkan terbentuknya virus yang lebih
ganas, sehingga keadaan ini menyebabkan terjadinya infeksi sistemik yang berat
karena sistem imun host baik seluler maupun humoral belum sempat terbentuk.
Sejak dulu diduga kondisi yang memudahkan terjadinya antigenic shift
Adalah adanya penduduk yang bermukim didekat daerah peternakan
unggas dan babi. Karena babi bersifat rentan terhadap infeksi baik oleh avian
maupun human virus makan hewan tersebut dapat berperan sebagai lahan
pencampur (mixing vesel) untuk penyusunan kembali gen-gen yang berasal dari
kedua virus tersebut, sehingga menyebabkan terbentuknya subtiper virus baru.

Avian Influenza
Masa inkubasi AI sangat pendek yaitu 3 hari, dengan rentang 2-4 hari.
Manifestasi klinis AI pada manusia terutama terjadi di sistem respiratorik mulai
dari yang ringan sampai berat. Manifestasi klinis AI secara umum sama dengan
gejala ILI (Influenza Like Illness), yaitu batuk, pilek dan demam. Demam
biasanya cukup tinggi yaitu >38oC. Gejala lain berupa sefalgia, nyeri
tenggorokan, mialgia dan malaise. Adapun keluhan gastrointestinal berupa
diare dan keluhan lain berupa konjungtivitis. Spektrum klinis bisa sangat
bervariasi, mulai dari asimtomatik, flu ringan hingga berat, pneumonia dan
banyak yang berakhir dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)

Perjalanan klinis AI umumnya berlangsung sangat progresif dan fatal,


sehingga sebelum sempat terfikir tentang AI, pasien sudah meninggal.
Mortalitas penyakit ini hingga laporan terakhir sekitas 50%. Kelainan
laboratorium rutin yang hampir selalu dijumpai adalah lekopenia, limfopenia
dan trombositopenia. Cukup banyak kasus yang mengalami gangguan ginjal
berupa peningkatan nilai ureum dan kreatinin. Kelainan gambaran radiologis
toraks berlangsung sangat progresif dan sesuai dengan manifestasi klinisnya
namun tidak ada gambaran yang khas.

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada virus influenza adalah:
-Pneumonia influenza primer, ditandai dengan batuk yang progresif, dispnea,
dan sianosis pada awal infeksi. Foto rongten menunjukkan gambaran infiltrat
-Pneumonia bakterial sekunder, dimana dapat terjadi infeksi beberapa bakteri
(seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Haemophilus
influenza).difus bilateral tanpa konsolidasi, dimana menyerupai ARDS.

F.Pencegahan
Yang paling pokok dalam menghadapi influenza adalah pencegahan.
Infeksi dengan virus influenza akan memberikan kekebalan terhadap infeksi
virus yang homolog. Karena sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, antigen
pada virus influenza akan berubah, sehingga seseorang masih mungkin diserang
berulang kali dengan galur (strain) virus influenza yang telah mengalami
perubahan ini. Kekebalan yang diperoleh melalui vaksinasi sekitar 70%. Vaksin
influenza mengandung virus subtipe A dan B saja karena subtipe C tidak
berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan atau intramuskuler. Vaksin ini dapat

mencegah tejadinya mixing dengan virus yang sangat pathogen H5N1 yang
dikenal sebagai penyakit avian influenza atau flu burung.
Nasal spray flu vaccine (live attenuated influenza vaccine) dapat juga
digunakan untuk pencegahan flu pada usia 5-50 tahun dan tidak sedang hamil.
Vaksinasi perlu diberikan 3-4 minggu sebelum terserang influenza. Karena
terjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada permulaan wabah influenza
biasanya hanya tersedia vaksindalam jumlah terbatas dan vaksinasi dianjurkan
hanya untuk beberapa golongan masyarakan tertentu sehingga dapat mencegah
terjadinya infeksi dengan kemungkinan komplikasi yang fatal.
Golongan yang memerlukan imunoprofilaksis ini antara lain:
1. Pasien berusia diatas 65 tahun.
2. Pasien dengan penyakit yang kronik seperti kardiovaskuler,
pulmonal, renal, metabolik (termasuk diabetes melitus), anemia
berat dan pasien imunokompromise. Dianjurkan diberikan vaksin
setiap tahun menjelang musim dingin atau musim hujan.
3. Juga mereka yang melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat
yang vital memerlukan vaksinasi, seperti misalnya pegawai yang
bertugas di unit darurat medis di rumah sakit. Mereka mungkin
dapat menularkan penyakit ke pasien yang dirawat. Pencegahan
dengan kemoprofilaksis untuk mereka yang tidak dapat diberikan
vaksinasi karena menderita alergi terhadap protein dalam telur
dapat diusahakan dengan pemberian rimantadine 200 mg dua kali
sehari atau amantadine 100 mg tiap 12 jam masing-masing selam
4-6 minggu. Juga bila tidak tersedia vaksin, cara pencegahan ini
juga dapat diterapkan. Pemberian amantadine harus hati-hati pada
mereka dengan gangguan fungsi ginjal atau yang menderita
penyakit konvulsif. Pada usia lanjut cukup diberika amantadine
100 mg sekali sehari mengingat penurunan fungsi ginjal. Juga pada

bersihan kreatinin antara 40-60 ml/menit berlaku hal yang sama.


Pada bersihan kreatinin antar 10-15 ml/menit dapat diberikan 200
mg amantadine sekali seminggu. Meluasnya penyebaran penyakit
ini dalam masyarakat dapat dicegah dengan meningkatkan tingkah
laku higienik perorangan.

BAB III KESIMPULAN


1. Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang
sangat menular dapat menyerag burung dan mamalia.
2. Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan C yang
merupakan suatu orthomixovirus golongan RNA.

3. Virus influenza tipe A mempunyai banyak subtipe, diantaranya H5N1


yang menyebabkan flu burung dan termasuk HPAI.

4. Penularan virus influenza melalui droplet dan lokalisasinya di traktus


respiratorius.

5. Gejala klinis influenza adalah demam, sefalgia, mialgia, batuk, pilek dan
disfagia.

6. Diagosis ditegakkan dari anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang.

7. Komplikasi influenza dapat terjadi pneumonia influenza primer dan


pneumonia bakterial sekunder.

8. Influenza dapat diobati secara simtomatik, dan dengan antiviral dapat


memperpendek angka sakit.

9. Pencegahan dengan vaksin bagi golongan yang memerlukan


imunoprofilaksis.

Você também pode gostar