Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris, perekonomiannya bertumpu
pada sektor pertanian. Salah satu subsektor pertanian yang menjadi andalan adalah
subsektor perkebunan. Beberapa komoditi unggulan Indonesia dari sektor ini
yaitu, kelapa sawit, kelapa, karet, tebu, kakao, dan kopi. Masing-masing komoditi
memiliki kekhasan yang membuat Indonesia menjadi salah satu eksportir terbesar
di dunia.
Penggerak
roda
perekonomian
suatu
negara
antara
lain
adalah
persaingan yang semakin ketat. Negara yang memiliki keunggulan akan secara
cepat menciptakan sebuah interaksi ekonomi yang baik ketimbang negara yang
hanya berpaku pada satu segi saja. Suatu negara akan melakukan perdagangan
dengan negara lain karena negara tersebut akan menciptakan manfaat dari
diadakannya manfaat dari sebuah perdagangan, karena tidak ada negara yang
mampu berdiri sendiri dengan mempertahankan suatu sistem perekonomian yang
stagnan, tanpa dilakukannya kerja sama dan tukar menukar komoditi dengan
negara lain baik barang maupun jasa, maka suatu negara tidak meningkatkan
perekonomiannya, sehingga perdagangan internasional harus diupayakan agar
dapat meraih berbagai peluang dan kesempatan yang ada.
Menuju era perdagangan bebas, persaingan global yang semakin ketat
memaksa Indonesia harus kompetitif untuk mempertahankan ekonomi. Salah satu
cara untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi suatu negara dengan
meningkatkan pembangunan pada sektor primer (pertanian) (Jhingan, 2010).
Beberapa kawasan di dunia seperti Asia, Afrika dan Amerika Selatan,
ekspor telah menjadi perangsang yang penting dalam mempercepat pertumbuhan
ekonomi baik itu pada sisi kesempatan kerja, pengolahan sumber daya dengan
kapasitas yang lebih optimal, hingga kemungkinan suatu negara untuk
memperkuat sumber-sumber finansial dan fiskalnya.
Tabel 1.1 menyajikan produksi komoditi perkebunan dari tahun 2012 dan
tahun 2013. Produksi karet menempati urutan ketiga dengan jumlah produksi
3,012 juta ton tahun 2012 dan di tahun 2013 jumlah produksi sementara 3,107 juta
ton. Hal ini merupakan salah satu potensi untuk terus diperhatikan oleh
pemerintah secara lebih serius karena terjadinya tren positif.
2013*
27,746
3,228
3,107
2,550
0,777
0,669
0,146
2011
2,932
257
267
3,456
2012
2,978
259
269
3,506
2013*
3,016
261
279
3,556
2014**
3,063
264
279
3,606
Perkembangan (%)
2001
57.361.000.000
2002
59.166.000.000
3.15
2003
64.108.000.000
8.35
2004
70.766.610.000
10.39
2005
86.996.064.000
22.93
2006
103.527.000.000
19.00
2007
118.013.000.000
13.99
2008
139.606.000.000
18.30
2009
119.646.000.000
-14.30
2010
158.074.492.000
32.12
2011
201.472.259.000
27.45
125.494.831.000
-37.71
2012
Sumber : BPS, 2014 (diolah)
Permintaan yang semakin tinggi atas bahan dasar karet alam terjadi di
negara konsumen utama karet alam dunia seperti Jepang, China dan Korea.
Pertumbuhan konsumsi karet alam di Filipina mengalami peningkatan yang relatif
menurun yang signifikan sebanyak 88.45 persen. Berbeda halnya yang terjadi di
Negara China, peningkatan konsumsi China sebesar 44,11 persen pada periode
2009-2011 seperti yang tertera pada tabel 1.4.
Tabel 1.4 Perkembangan Ekspor Karet Indonesia Berdasarkan Negara
Konsumen, Tahun 2009-2011 (US$)
Negara
Konsumen
Filipina
Jepang
India
China
Korea
Sumber : BPS, Gapkindo
2009
164.908.880
453.127.917
51.749.829
693.936.091
159.535.641
2010
19.042.186
972.376.493
301.174.197
1.305.807.983
281.084.964
2011
25.301.178
1.788.095.140
315.720.054
1.882.679.766
544.472.195
Indonesia. Pada tabel 1.4 tingkat konsumsi Negara China cenderung mengalami
tren naik yang signifikan positif.
Selama ini ekspor hasil pertanian sebagian besar merupakan ekspor hasil
perkebunan primer. Dalam jangka panjang pengembangan ekspor sektor pertanian
difokuskan kepada produk-produk olahan hasil pertanian yang memberikan nilai
tambah lebih besar bagi perekonomian nasional. Sejalan dengan rencana tersebut,
maka pengembangan agro industri mutlak diperlukan yang pada gilirannya akan
mendukung upaya pengembangan ekspor sektor pertanian. Tren nilai ekspor
komoditas perkebunan dari tahun 2009 hingga 2011 cenderung meningkat. Tren
ekspor yang terus meningkat ini, memberikan gambaran bahwa produk
perkebunan kita telah mampu bersaing di pasar internasional sehingga mampu
memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam devisa perdagangan.
Berdasarkan perkembangan yang sudah dijelaskan, maka penulis tertarik
untuk menganalisis lebih lanjut bagaimana perkembangan ekspor karet Indonesia
ke China, kontribusi nilai ekspor karet Indonesia ke China terhadap nilai ekspor
karet Indonesia dan bagaimana pengaruh kurs, GDP China, dan harga karet
internasional terhadap nilai ekspor karet indonesia ke China dengan judul
Analisis Ekspor Karet Indonesia ke China
1.2
Rumusan Masalah
Pada era perdagangan bebas seperti saat ini, daya saing ekspor karet
terletak pada industri hilirnya, tidak lagi pada produk primer, di mana nilai tambah
dalam negeri yang dapat tercipta pada produk hilir dapat berlipat ganda daripada
produk primernya. Usaha produk hilir saat ini terus berkembang dan memiliki
kelayakan yang tinggi untuk usaha kecil, menengah maupun besar sehingga
industri hilir menjadi lokomotif industri hulu.
Motor penggerak perekonomian suatu negara adalah perdagangan
internasional, di mana setiap negara akan selalu berinteraksi dengan negara lainya.
Ketika kegiatan ekonomi internasional semakin berkembang maka akan terus
terciptanya kebutuhankebutuhan ekonomi antarnegara.
Produksi karet alam Indonesia pada 2011 merupakan terbesar ke dua di
dunia yakni mencapai 2.982.000 ton. Di mana kontribusinya terhadap produksi
karet dunia mencapai 27,06%. Indonesia memiliki luas area karet mencapai
3.445.000 hektare dengan 85% merupakan perkebunan karet rakyat. Namun
produktivitas Indonesia masih lemah yakni hanya 986 kg per hektare per tahun
(Dhany, 2013).
Harga sangat berpengaruh yang sangat erat kaitannya ketika berada dalam
suatu pasar internasional, hal ini terjadi karena jika harga karet alam Indonesia
mengalami peningkatan akan menimbulkan dampak pengurangan kapasitas
permintaan ekspor karet dari Indonesia.
Berdasarkan pada latar belakang dan uraian tersebut maka rumusan
masalah yang perlu diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan ekspor karet Indonesia ke China, kurs, GDP
China, harga karet internasional dan kontribusi nilai ekspor karet Indonesia
ke China terhadap nilai ekspor karet Indonesia selama periode 2001-2012.
2. Bagaimana pengaruh kurs, GDP China dan harga karet internasional
terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke China selama periode 2001-2012.
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitian
1.
2.
2001-2012.
Menganalisis pengaruh kurs, GDP China dan harga karet internasional
terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke China selama periode 2001-2012.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi akademisi
maupun praktisi dan pihak lain yang berkepentingan. Manfaat yang diharapkan
tersebut antara lain yaitu:
1. Akademis
Diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian berikutnya terutama yang
berkaitan dengan analisis ekspor karet Indonesia.
2. Praktisi
Dapat dijadikan bahan masukan dan informasi bagi pemerintah untuk
keperluan perumusan kebijakan yang terkait dengan perkembangan ekspor
karet sehingga pemerintah mampu meningkatkan daya saing dalam
mengatasi efek persaingan global yang semakin ketat dengan perencanaanperencanaan yang lebih menggairahkan bagi sektor perkebunan khususnya
komoditi karet Indonesia sehingga menghasilkan kualitas dan kuantitas
ekspor yang sangat baik di mata dunia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
pada saat melakukan ekspor, negara menerima devisa dan sebaliknya pada saat
impor, devisa dikeluarkan untuk pembayaran. Ekspor suatu negara merupakan
impor bagi negara lain, begitu juga sebaliknya (Boediono, 1995).
Teori mengenai perdagangan antardua negara yang dikenal luas dengan
teori keunggulan absolut dikemukan oleh Adam Smith. Asumsi yang menjadi
dasar dalam teori ini adalah perdagangan internasional hanya dapat terjadi pada
negara yang memiliki keuntungan absolut. Jika suatu negara lebih efisien atau
memiliki keunggulan absolut terhadap negara lainnya dalam memproduksi suatu
komoditas, namun kurang efisien dibandingkan negara lain dalam memproduksi
komoditi lain, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan
cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam komoditi unggulan dan
menukarkannya dengan komoditi lain yang tidak memiliki keunggulan absolut
dalam suatu mekanisme perdagangan internasional (Salvatore, 1997).
Perdagangan ini terjadi apabila terdapat permintaan dan penawaran pada
pasar internasional. Selain itu perdagangan internasioanal mampu menggerakan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pada saat ini perdagangan internasional lebih
mengarah pada terjadinya perdagangan bebas dan menuntut adanya efisiensi yang
tinggi, setiap negara berusaha memasuki pasar internasional dengan produk yang
dihasilkannya memiliki kualitas yang terbaik dan mampu bersaing di pasar
internasional. Melalui perdagangan internasional, kebutuhan masyarakat akan
barang dan jasa dapat dipenuhi dengan baik, dengan demikian perdagangan
internasional memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian suatu
negara. Perdagangan merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi setiap negara, perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu
10
Faktor pertama yang harus diperhatikan adalah faktor hasil (proceds) dan
biaya (cost). Barang-barang yang akan dijual ke luar negeri adalah barang
yang biaya produksinya relatif murah dibandingkan dengan ongkos
pembuatannya di luar negeri, dalam arti kata kalau diekspor akan dapat
dijual dengan menguntungkan. Sebaliknya barang-barang yang akan
diimpor adalah barang yang biaya produksinya di dalam negeri terlalu
2.
yang cukup misalkan dalam segi teknis pembiayaan baik impor maupun ekspor,
masalah perasuransian, masalah shipping, urusan pabean dan lain-lain. Setiap
transaksi perdagangan luar negeri dilihat baik sebagai transaksi impor maupun
sebagai transaksi ekspor. Dari sudut penjual transaksi ini disebut ekspor dan
11
sebaliknya dari sudut pembeli disebut transaksi impor. Oleh karenanya ada
baiknya secara sepintas lalu dipelajari prosedur ekspor-impor.
Perkembangan
dalam
teori
perdagangan
internasional
selanjutnya
12
dari
perkembangan
ekonomi
dunia
secara
keseluruhan.
13
tersebut
memiliki
keunggulan
komperatif
(Comperative
Advantage) tersebar dan akan mengkhususkan diri pada impor barang bila
negara
tersebut
memiliki
kerugian
komperatif
(Comperative
David Ricardo
adalah
14
dan perak, semakin banyak logam mulia yang dimiliki suatu negara
semakin kaya dan kuat negara tersebut.
2.1.2
Dalam dunia modern dewasa ini negara sulit untuk memenuhi seluruh
kebutuhanya sendiri dengan kata lain tanpa ada kerja sama dengan negara lain.
Dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat sangat membantu proses kerja
sama antarnegara tersebut, perdagangan antarnegara pun berkembang pula dengan
pesat, dan dengan demikian perdagangan antarnegara ini saling menginginkan:
1. Tukar menukar barang dan jasa-jasa,
2. Pergerakan sumber daya melalui batas-batas negara,
3. Pertukaran dan perluasan penggunaan teknologi sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang terlibat di
dalamnya.
Bagi Indonesia perdagangan bukanlah hal yang baru karena sejak dahulu
Bangsa Indonesia telah menjalankan perdagangan antarnegara dan diikuti negara
asing lainnya, seperti: Amerika, Eropa, Australia dan Amerika Latin. Manfaat dari
perdagangan timbul karena adanya perbedaan selera antara konsumsi-konsumsi
tersebut dan perbedaan dalam jumlah awal dari barang-barang yang dimiliki
masing-masing (Boediono, 1995).
Seperti yang kita ketahui perdagangan internasional sangat membantu
dalam pertumbuhan ekonomi di suatu negara sehingga dapat kita lihat manfaatnya
secara langsung dari perdagangan internasional yaitu meningkatkan hasil produksi
dan pendapatan produsen. Di samping itu bertambahnya lapangan pekerjaan serta
mendorong perbaikan mutu dari barang-barang yang diproduksi dan dihasilkan
oleh masing-masing perusahaan yang memproduksi barang yang diperdagangkan
15
maupun dalam bentuk layanan jasa. Manfaat tidak langsung seperti pemindahan
modal dan teknologi dari negara maju ke negara berkembang.
2.1.3
ini pada dasarnya bertolak belakang dengan prinsip perekonomian terbuka, karena
negara yang memiliki tujuan seperti ini berusaha untuk menghindari dari
pengaruh negara lain. Kesejahteraan (welfare), tujuan kebijakan ini bertentangan
dengan kebijakan di atas. Tujuan kebijakan ekonomi internasional seperti ini
sangat
mendukung
dilaksanakannya
perdagangan
internasional,
dengan
16
kuat terancam akan hancur bila apabila impor sepenuhnya dibebaskan yang
selanjutnya akan meningkatkan pengangguran. Pembangunan ekonomi, dengan
adanya kebijakan perlindungan terhadap infant industri, maka industri akan
mampu tumbuh dan berkembang yang selanjutnya produksi domestik akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tujuan politik, sebagian negara tetap ngotot
untuk melindungi sektor-sektor tertentu di dalam negeri semata-mata untuk tujuan
politik. Seperti Jepang yang melindungi petani berasnya dengan menetapkan tarif
impornya yang sangat tinggi bagi impor berasnya, sehingga kegiatan pertanian di
Jepang mampu berkembang (Haryadi, 2007).
2.1.4 Teori Permintaan dan Teori Penawaran
2.1.4.1 Teori Permintaan
Menurut Belante dan Mark (1990) pemintaan ialah jumlah yang diminta
atas suatu komoditas pada tingkat harga dan periode waktu tertentu. Permintaan
suatu komoditas merupakan hubungan yang menyeluruh antara kuantitas
komoditas yang akan dibeli konsumen selama periode tertentu pada suatu tingkat
harga. Pada sisi lain, permintaan perusahaan akan input merupakan permintaan
turunan (derived demand), yang diperoleh dari permintaan konsumen terhadap
produk perusahaan.
Menurut Sukirno (1994) secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi
oleh suatu penawaran dan permintaan, permintaan diartikan sebagai hubungan
antara jumlah barang yang diminta dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan itu sendiri.
Permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah suatu barang
yang ingin dan dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga yang mungkin
selama suatu periode tertentu. Pengertian
17
18
elastisitas
yang
mempunyai
hubungan
dengan
19
20
2.
3.
4.
bergeser ke kanan.
Perkembangan teknologi
Teknologi yang digunakan oleh produsen akan untuk menurunkan biaya
produksi dan meningkatkan keuntungan. Artinya, semakin berkembang
teknologi yang digunakan dalam suatu proses produksi maka semakin
21
2.1.5
Ekspor
Menurut Todaro (2003), menyatakan ekspor adalah perdagangan
pabrik
besar,
bersama dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang fleksibel.
Dengan kata lain, ekspor mencerminkan aktivitas perdagangan antarbangsa yang
dapat memberikan dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan
internasional, sehingga suatu negara yang berkembang kemungkinan untuk
mencapai kemajuan perekonomian setara dengan negara-negara yang lebih maju.
Ekspor adalah arus keluar sejumlah barang dan jasa dari suatu negara ke pasar
internasional.
Kegiatan ekspor merupakan kegiatan perdagangan dengan cara melakukan
penjualan barang-barang dari dalam negeri ke luar negeri. Ekspor ini sangat
penting bagi perekonomian suatu negara. Dengan adanya ekspor maka akan
terjadi akumulasi bagi devisa negara. Ekspor menunjukkan hubungan antara
permintaan luar negeri terhadap barang domestik, di mana permintaan tersebut
dipengaruhi oleh harga relatif dan pendapatan luar negeri (Batiz,1994).
22
23
Menurut teori klasik Adam Smith dan David Ricardo (Sukirno, 1994),
menyatakan bahwa perdagangan luar negeri dapat memberikan beberapa
sumbangan pada ahirnya akan dapat memperlaju perkembangan ekonomi suatu
negara, dapat dikatakan bahwa ahli-ahli ekonomi klasik mengemukakan
sumbangan yang penting dari kegiatan perdagangan luar negeri di dalam
pembangunan ekonomi.
2.1.6
Peranan Ekspor
Ekspor memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara
24
yang semakin besar akan menunjukkan kemampuan suatu negara dapat membeli
barang impor dan membayar hutang luar negeri serta semakin kuat cadangan
devisa yang dimiliki suatu negara.
Ekspor adalah salah satu komponen pengeluaran agregat, oleh sebab itu
ekspor dapat menpengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai.
Apabila ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah tinggi dan selanjutnya
akan menaikkan pendapatan nasional. Akan tetapi sebaliknya pendapatan nasional
tidak akan mempengaruhi ekspor. Ekspor belum tentu bertambah apabila
pendapatan nasional bertambah atau ekspor dapat mengalami perubahan
walaupun pendapatan nasional tetap. Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan
dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam ke luar negeri dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku (Tan, 2004).
Menurut Mankiw (2003), ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa
yang diproduksi di dalam negeri lalu dijual di luar negeri. Sedangkan menurut
(Jhingan, 2000) fungsi terpenting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri
adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, kemudian
menaikan jumlah output dan laju petumbuhan ekonomi. Dengan tingginya tingkat
output maka akan mematahkan lingkaran setan kemiskinan dan pembangunan
ekonomi dapat ditingkatkan.
Menurut Amir M.S (2004), ekspor adalah mengeluarkan barang-barang
dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai
ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing
ataupun ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki
25
kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan bayaran dengan
valuta asing.
2.1.7
26
harga
ekspor
negara
itu
Sebaliknya, semangkin rendah nilai tukar mata uang suatu negara (mengalami
depresiasi), harga ekspor negara itu di pasar internasional menjadi lebih murah.
Menurut Sukirno (2011), kurs mata uang asing menunjukkan harga atau
nilai mata uang suatu negara atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam
nilai mata uang negara lain. Menurutnya ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kurs yakni :
27
28
pemerintahan untuk barang dan jasa (G) dan pengeluaran sektor luar negeri untuk
ekspor dan impor (X-M). Menurut pembagiannya terdapat dua macam PDB,
yaitu:
1. PDB dengan harga berlaku atau PDB nominal, yaitu nilai barang dan jasa
yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun dinilai menurut harga yang
berlaku pada tahun tersebut.
2. PDB dengan harga tetap atau PDB riil, yaitu nilai barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara dalam satu tahun menurut harga yang berlaku pada
satu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan
jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain.
Menurut Tan (2004), peningkatan impor sebagai akibat dari meningkatnya
PDB negara importir dapat dilihat dari dua mekanisme yaitu:
1. Kenaikan PDB negara importir menyebabkan meningkatnya investasi,
sehingga mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan barang impor
antara lain barang-barang modal dan bahan baku sebagai input dalam
proses produksi.
2. Kenaikan PDB negara importir menyebabkan peningkatan kebutuhan
pokok impor karena tidak semua dapat dipenuhi dalam negeri.
Menurut McEachern (2000), GDP artinya mengukur nilai pasar dari
barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu
negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat
dipergunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk
membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Gross Domestic
Product hanya mencakup barang dan jasa akhir yakni, barang dan jasa yang dijual
kepada pengguna akhir. Dalam teorinya ada dua pendekatan yang digunakan
untuk menghitung GDP, yakni :
29
30
31
2.2
Penelitian Sebelumnya
Dalam penulisan dan penelitian ini terdapat beberapa penelitian yang telah
lebih dahulu diterbitkan dan dipublikasikan dengan tema yang sama tentang
ekspor
suatu
komoditi
yang
dihasilkan
oleh
suatu
negara
kemudian
32
variabel runtut waktu yang tidak stasioner dan persoalan regresi langsung.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, hasil regresi berganda dengan
menggunakan ECM, Harga komoditas udang Indonesia (fob) dalam jangka
pendek mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap permintaan
Jepang terhadap komoditi udang Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena naiknya
harga komoditas udang Indonesia (fob) dalam jangka pendek akan menyebabkan
turunnya permintaan Jepang terhadap komoditi udang Indonesia dan antara
variabel cadangan devisa dengan permintaan Jepang terhadap komoditas udang
Indonesia dalam jangka pendek mempunyai hubungan yang negatif dan
33
signifikan. Hal ini bisa dimengerti karena cadangan devisa yang dimiliki oleh
Jepang tidak hanya digunakan untuk membiayai impor saja, tetapi juga digunakan
untuk investasi di luar negeri.
3.
Penelitian yang dilakukan oleh Ella Hapsari Hendratno (2008) dalam
skripsinya. Analisis Permintaan Ekspor Karet Alam Indonesia di Negara
China. Dalam penelitian menggunakan metode deskriptif dan model
kuantitatif.
Metode
deskriptif
digunakan
untuk
mengidentifikasi
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
permintaan
komoditas
tertentu
dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, pendapatan rata-rata konsumen, jumlah
34
populasi, harga barang lain yang ada kaitannya dengan penggunaan (Samuelson
dan Nordhus, 1997).
Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor karet terbesar ke
dua dunia setelah Thailand, sehingga produksi karet dapat memberikan kontribusi
bagi perekonomian Indonesia. Namun dalam pengembangannya, ekspor karet
Indonesia dihadapkan pada produksi yang berfluktuasi yang berdampak pada
berfluktuasinya jumlah ekspor karet Indonesia ke China. Permasalahannya lain
yang dihadapi yaitu diberlakukannya kebijakan dalam persyaratan kualitas mutu
karet yang akan diekspor.
Dalam melakukan kegiatan ekspor karet Indonesia ke China dipengaruhi
beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor karet
Indonesia ialah nilai tukar atau kurs yang merupakan perbandingan nilai atau
harga di antara dua negara yang melakukan jual beli. Selain kurs harga karet
Indonesia dan harga karet dunia juga mempengaruhi terhadap permintaan produk
karet Indonesia.
Kegiatan perdagangan luar negeri akan menghasilkan devisa, semakin
banyak devisa yang diperoleh maka akan berpengaruh terhadap PDB negara
tersebut yang akhirnya berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat negara
tersebut.
35
Ekspor
Karet
Indonesia
Ke China
Kurs
2.4
Faktor Faktor
yang
Mempenga
ruhi
Kontribusi
Ekspor
Harga
Internasion
al
GDP China
Perkemban
gan Ekspor
Karet
Indonesia
Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam
penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, di mana hipotesis
selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel
atau lebih (J. Supranto, 1997).
36
2.
3.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
38
3.
4.
5.
6.
3.2
Metode Analisis
3.3
Alat Analisis
Dalam penulisan ini penulis menggunakan analisis regresi untuk mengolah
data yang tersedia. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan suatu variabel dependen terhadap suatu variabel independen untuk
memprediksi nilai rata-rata variabel terikat terhadap nilai variabel bebas yang
diketahui.
39
3.3.1
Analisis Deskriptif
Adalah analisis data yang digunakan untuk mengetahui dan menganalisis
= Perkembangan variabel
Xt
X t 1
Xp
Xp
x 100
Tx
= Kontribusi nilai ekspor karet Indonesia ke China terhadap
nilai
ekspor karet Indonesia (%)
Xp
Tx
40
ER
GDP
Pc
ER1 t
(US$/Yuan)
GDP2 t
41
Pc3 t
0
= Konstanta
3.4
Uji Statistik
Selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu dilakukan
Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk menguji koefisien dugaan secara serentak atau
e2 /(k1)
(1e 2)/(nk )
Di mana:
e2
1e 2
k
= Koefisien determinasi
= Jumlah kuadrat sisa
= Jumlah variabel dependen dan independen
42
= Jumlah sampel
H0
diterima jika
3.4.2
Uji Statistik t
Uji statistik-t digunakan untuk menguji koefisien dugaan dari masing-
43
t hitung =
x
S e( x)
Di mana:
x
= Koefisien regresi
S e ( x )
= Standar Error
maka
H0
maka
H0
R
(
2)
3.4.3 Koefisien Determinasi
44
dependen. Nilai
R 2=
1 X 1Y t + 2 X2 Y t + 3 X3Y t
Y 2t
Di mana:
R
= Koefisien determinasi
Yt
1 2 3
= Koefisien regresi
X1
X2
= GDP China
X3
Di mana persamaan
R2
berkisar 0
0 R 2 1 . Jika mendekati 0
berarti kurang kuat hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Jika
nilai mendekati 1 maka ini menunjukkan semakin besarnya hubungan antara
kedua variabel tersebut.
3.5
a.
Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005), uji multikolinearitas adalah sebagai alat uji
45
adanya korelasi antarvariabel bebas (independen). Karena model regresi yang baik
seharusnya
tidak
terjadi
korelasi
di
antara
variabel
independen.
Uji
Heteroskedastisitas
Menurut Winarno (2009), uji ini digunakan untuk melihat varians residual
apakah konstan atau tidak. Apabila varians residual konstan maka asumsi
homoskedastisitas terpenuhi. Salah satu cara untuk melihat ada atau tidaknya
masalah heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan Uji White. Uji White
menggunakan residual kuadrat sebagai variabel dependen yang diregresikan
terhadap variabel- variabel independennya.
Uji heteroskedastisitas hipotesinya adalah:
H 0 = Homokedastisitas
46
H 1 = Heteroskedastisitas
Jika di temukan heteroskedastisitas, maka estimator OLS tidak akan
efisien dan akan menyesatkan permalan atau kesimpulan selanjutnya. Ada
beberapa yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas.
(Winarno, 2009), yaitu, Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan
meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan
x2
hitung
x2
tabel
, apabila
x2 > x2
hitung
tabel
dan
x2
hitung
<
x2
tabel
maka
x hitung
Autokorelasi
Menurut Wijaya (2009), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
47
t 1
). Autokorelasi terjadi
Linearitas
Uji Linearitas ini dikembangkan oleh Ramsey pada tahun 1996 (Gujarati,
48
satu uji yang dikenal dengan general test of spesification atau reset test. Asumsi
yang digunakan dalam uji ini adalah bahwa fungsi yang benar adalah fungsi
linear.
Fhitung
Ftabel
, jika
Fhitung
>
Ftabel
, kemudian nilai
maka hipotesis
nol yang menyatakan model dalam bentuk linear ditolak dan sebaliknya jika
Fhitung < F tabel
e.
maka diterima
H0
Normalitas
Menurut Imam Ghozali (2007), uji normalitas adalah sebagai alat uji
49
3.6
Operasional Variabel
Berdasarkan data yang dikumpulkan maka dilakukan pengukuran variabel-
2.
2001-2012.
GDP China
GDP yang digunakan adalah nilai GDP China tahunan dalam miliar US$
3.
periode 2001-2012.
Harga karet internasional
Harga karet yang digunakan adalah harga karet internasional tahunan
4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
tren fluktuasi, hal ini disebabkan oleh permintaan negara pengimpor mengalami
pola konsumsi yang berfluktuatif. Tingkat konsumsi penduduk negara pengimpor
akan produk karet merupakan suatu efek dari perkembangan penduduk dalam
suatu negara, dikarenakan peningkatan jumlah penduduk akan secara langsung
50
Nilai
(US $)
75.530.000
40.070.000
111.220.000
252.143.000
341.040.000
689.440.000
762.110.000
901.200.000
838.990.000
1.416.130.000
2.006.857.000
1.735.971.000
764.225.083,3
Growth
(%)
-46,94
177,56
126,70
35,25
102,15
10,54
18,25
-6,90
68,78
41,71
-13,49
46,69
51
menimbulkan
krisis
keuangan
global,
yang
pada
akhirnya
52
53
selama periode 2001-2012. Nilai rata-rata ekspor karet Indonesia ke China sebesar
46,69 persen selama periode 2001-2012.
4.2
Kurs (Dollar/Yuan)
8,2712
8,2781
8,2644
Growth (%)
0,0834
-0,1655
54
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Rata-rata
Sumber : www.x-rates.com (diolah)
8,2625
6,1613
7,9723
7,6064
6,9518
6,8322
6,7705
5,9162
6,3101
7,29975
-0,0229
-25,4306
29,3931
-4,5896
-8,6059
-1,7204
-0,9030
-12,618
6,6579
-1,6292
55
4.3
pengeluaran modal terhadap output barang dan jasa yang ada di suatu negara.
Menurut Lipsey (1995) menyatakan bahwa GDP merupakan nilai dari total
56
produksi barang dan jasa suatu negara yang dinyatakan sebagai produksi nasional
dan nilai total produksi tersebut juga menjadi pendapatan total negara yang
bersangkutan atau dengan kata lain, produk nasional sama dengan pendapatan
nasional.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses peningkatan pendapatan
nasional di mana diukur dari kegiatan ekspor yang dilakukan suatu negara untuk
meningkatkan suatu perekonomian negara tersebut. Pada tabel 1.7 menjelaskan
tentang perkembangan GDP China.
Growth (%)
9,73
12,87
17,71
16,83
20,20
28,79
29,41
10,35
18,84
23,46
12,39
18,23
57
Sumber : databank.wordlbank.org
Perkembangan GDP China dari tahun ke tahun mengalami tren yang
berfluktuasi, tahun 2001 GDP China US$ 1.324.806.909.020 di tahun 2002
mengalami peningkatan US$ 1.453.827.558.028 atau sebesar 9,73 persen. Pada
tahun 2003 kenaikan GDP China sebesar US$ 1.640.958.734.582 atau mengalami
kenaikan sebesar 12,87 persen. Di tahun 2004 kenaikan GDP China US$
1.931.644.329.934 atau sebesar 17,71 persen dan di tahun 2005 kenaikannya
sebanyak 16,83 persen atau sebanyak US$ 2.256.902.590.825. Pada tahun 2006
GDP China
mengalami
kenaikan
yang
cukup
berarti
sebanyak
US$
2.712.950.885.444 atau sebanyak 20,20 persen. Pada tahun 2007 kenaikan GDP
China naik dari tahun sebelumnya menjadi 28,79 persen atau sebanyak US$
3.494.055.942.162 dan di tahun 2008 terjadi kenaikan yang cukup signifikan
menjadi US$ 4.521.827.271.025 atau sebesar 29,41 persen. Di tahun 2009 terjadi
penurunan
18,05
4.990.233.518.751.
persen
Pada
menjadi
tahun
10,35
2010
persen
terjadi
atau
menjadi
US$
kenaikan
menjadi
US$
5.930.502.270.317 atau sebanyak 18,84 persen. Tahun 2011 GDP China US$
7.321.891.954.612 atau sebanyak 23,46 persen, dan yang terakhir kenaikan GDP
China sebanyak 12,39 persen atau sebanyak US$ 8.229.490.030.098. Berdasarkan
dari hasil penelitian bahwa perkembangan rata-rata GDP China per tahun adalah
US$ 3.817.424.332.899 atau sebesar 18,23 persen.
4.4
58
seringkali
berfluktuasi
sehingga
merugikan
negara
produsen.
Perkembangan harga karet alam di pasar dunia sejak tahun 2001-2012 terlihat
dalam tabel 1.8 sebagai berikut :
Tabel 1.8 Perkembangan Harga Karet Internasional 2001-2012
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Growth (%)
-0.49
9
1.83
7.20
20.16
40.55
3.98
-23.44
59
2010
2011
2012
Rata-rata
Sumber: Gapkindo (diolah)
2.930
4.000
3.300
1.860
83.12
36.51
-17.5
19.77
4.5.
60
Sebagai salah satu sumber penerimaan negara, ekspor non migas berperan
penting dalam menopang kegiatan perekonomian secara nasional. Karena
pemerintah harus berupaya lebih intensif dalam peningkatan peluang ekspor karet
tersebut. Peningkatan ekspor karet juga dimaksudkan untuk meningkatkan skala
produksi nasional, dengan demikian diharapkan akan memberikan kesempatan
kerja yang lebih besar pada masyarakat.
Berdasarkan dengan kesempatan kerja dan usaha yang lebih besar pada
masyarakat diharapkan akan semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Karenanya pemerintah diharapkan berusaha meningkatkan ekspor non migas
(karet) dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di samping itu, perlu
dilihat pertumbuhan ekspor karet selain hasil perkebunan setiap tahunnya baik
volume maupun nilainya yang dipakai dalam satuan persentase. Untuk melihat
perkembangan kontribusi nilai ekspor karet Indonesia terhadap nilai ekspor karet
Indonesia ke China periode 2001-2012 dapat dilihat tabel 1.9 di bawah ini.
Tabel 1.9 Kontribusi Nilai Ekspor Karet Indonesia ke China terhadap Nilai
Ekspor Karet Indonesia Periode 2001-2012 (US$)
Tahun
2001
2002
2003
2004
Ekspor Karet
Indonesia Ke China
(US$)
75.530.000
40.070.000
111.220.000
252.143.000
Ekpor Karet
Indonesia (US$)
57.361.000.000
59.166.000.000
64.108.000.000
70.766.610.000
Kontribusi (%)
0,131675
0,067725
0,173488
0,356302
61
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Rata-Rata
Sumber : BPS (diolah)
341.040.000
689.440.000
762.110.000
901.200.000
838.990.000
1.416.130.000
2.006.857.000
1.735.971.000
614.379.385,8
86.996.064.000
103.527.000.000
118.013.000.000
139.606.000.000
119.646.000.000
158.074.492.000
201.472.259.000
125.494.831.000
108.685.938.000
0,392018
0,665952
0,645785
0,645531
0,701227
0,895862
0,996096
1,383301
0,587913
Berdasarkan tabel 1.9 dapat dilihat bahwa kontribusi nilai ekspor karet
Indonesia ke China terhadap nilai ekspor karet Indonesia periode 2001-2012
mengalami tren berfluktuatif pada tahun 2001 sebesar 0,131675 persen. Pada
tahun 2002 kontribusi ekspor karet Indonesia ke China terhadap nilai ekspor karet
Indonesia sebesar 0,067725 persen, pada tahun 2003 kontribusi ekspor karet
Indonesia ke China terhadap nilai ekspor karet Indonesia mengalami kenaikan
menjadi 0,173488 persen. Tahun 2004 kontribusi ekspor karet Indonesia ke China
terhadap nilai ekspor karet Indonesia sebesar 0,356302 persen, pada tahun 2005
sebesar 0,392018 persen. Tahun 2006 terjadi kenaikan kontribusi ekspor karet
Indonesia ke China terhadap nilai ekspor karet Indonesia sebesar 0,665952 persen.
Di tahun 2007 kontribusi ekspor karet Indonesia ke China terhadap nilai ekspor
karet Indonesia sebesar
tersebut relatif sama dengan ekspor tahun 2007, sebesar 0,645531 persen terjadi
kenaikan kontribusi ekspor karet Indonesia ke China terhadap nilai ekspor karet
Indonesia di tahun 2009 sebesar 0,701227 persen kontribusi ekspor karet
Indonesia ke China mengalami kenaikan pada tahun 2010, sebesar 0,895862
persen tahun 2011 kontribusi ekspor karet Indonesia ke China terhadap nilai
ekspor karet Indonesia sebesar 0,996096 persen dan kontribusi tertinggi pada
tahun 2012 sebesar 1,383301 persen terhadap nilai ekspor karet Indonesia. Rata62
rata kontribusi ekspor karet Indonesia ke China terhadap nilai ekspor karet
Indonesia sebesar 0,587913 persen.
4.6.
China, dan harga karet internasional terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke
China, dengan menggunakan persamaan regresi berganda, maka didapat hasil
estimasi fungsi dengan menggunakan progran eview 8.1 sebagai variabel
internasional (
X3
X1
), GDP (
X2
karet Indonesia ke China (Y). Dari hasil persamaan regresi berganda, nilai ekspor
karet Indonesia ke China 2001-2012, maka diperoleh hasil estimasi :
Tabel 1.10 Hasil Estimasi Pengaruh Kurs, GDP China dan Harga Karet
Internasional terhadap Nilai Ekspor Karet Indonesia ke China 2001-2012
Dependent Variable: XIND
Method: Least Squares
Date: 03/08/15 Time: 23:27
Sample: 2001 2012
Included observations: 12
63
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
ER
GDP
PC
-2246169
-2168842
0.115668
372106.5
4822197
5640413
0.041701
89706.97
-0.465798
-0.384518
2.773776
4.148022
0.6538
0.7106
0.0242
0.0032
0.982101
0.975389
1037364.
8.608997
-236.0828
146.3181
0.000000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
= -2246169 + -2168842 (
X1
+ 0.115668
7642250
6612511
40.01381
40.17544
39.95396
1.727184
X
( 2) + 372106.5
( X3)
R
= 0.982101
Fhitung
= 146.3181
= 12
df
=9
Pada hasil perhitungan regresi linear berganda ini dapat dijelaskan bahwa
konstanta (C) sebesar US$ -2246169 artinya jika kurs, GDP dan harga karet
internasional sama dengan nol atau tidak berubah, maka besar penawaran ekspor
karet secara rata-rata menunjukkan penurunan adalah US$ -2246169. Untuk
melihat nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel maka dapat dilihat di
bawah ini:
64
Nilai koefisien regresi kurs yang diperoleh adalah yuan -2168842 yang
menunjukkan pengaruh negatif terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke
China. Jika kurs yuan turun yuan 1 maka nilai ekspor karet Indonesia ke
China akan mengalami penurunan yuan -2168842 begitu juga sebaliknya.
Artinya kurs berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke
China.
b. Variabel GDP China (GDP)
Nilai koefisien regresi dari GDP China diperoleh US$ 0.115668 yang
menunjukkan pengaruh positif terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke
China. Jika GDB China mengalami kenaikan US$ 1 maka nilai ekspor
karet Indonesia ke China naik US$ 0.115668 dan penawaran akan
meningkat dengan anggapan kurs dan harga karet internasional tidak
berubah. Artinya GDP China sangat berpengaruh signifikan positif
terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke China.
c. Variabel Harga Karet Internasional (PC)
Nilai koefisien regresi dari harga karet internasional diperoleh angka
sebesar US$ 372106.5 yang menunjukkan pengaruh yang positif terhadap
nilai ekspor karet Indonesia ke China. Hal ini sesuai dengan hukum
penawaran, jika harga karet internasional meningkat maka barang yang
diekspor akan meningkat. Hal ini berarti jika harga karet internasional
mengalami peningkatan sebesar US$ 1 per ton, maka nilai ekspor karet
Indonesia ke China akan mengalami peningkatan sebesar US$ 372106.5,
begitu juga sebaliknya apabila harga karet Internasional mengalami
penurunan sebesar US$ 1 per ton, maka nilai ekspor karet Indonesia ke
China akan turun sebesar US$ 372106.5. Artinya harga karet internasional
65
Uji Statistik
4.7.1
Uji F
Uji F-statistik merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
apakah semua variabel independen (Kurs, GDP dan PC) memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen (nilai ekpor karet Indonesia ke China), Uji F
Fhitung
dengan nilai
Ftabel
pada
tingkat kepercayaan tertentu atau melihat angka probabilitasnya dan pada taraf
signifikannya ( = 0,05) dengan menggunakan program eview 8.1.
Hasil yang diperoleh dari uji
Fhitung
Fhitung
>
Ftabel
maka (Ho)
ditolak dan (Ha) diterima yang artinya memiliki pengaruh signifikan positif antara
variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat.
4.7.2. Uji t
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, uji t
t hitung
dengan
t tabel
66
X1
(Kurs)
t hitung
t hitung
t tabel
>
maka (Ho)
diterima dan (Ha) ditolak yang artinya kurs yuan memiliki pengaruh
negatif antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
X2
b. Uji t Koefisien Variabel
(GDP China)
Dari hasil regresi menunjukkan nilai
t hitung
t hitung
>
t tabel
t tabel
dan (Ha) diterima yang artinya GDP China memiliki pengaruh signifikan
positif antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
X3
c. Uji t Koefisien Variabel
(Harga Karet Internasional)
Dari hasil regresi menunjukkan nilai
t hitung
t hitung
>
t tabel
t tabel
1,83311.
2
4.7.3. Koefisien Determinasi ( R )
67
ekonometrika nilai
tepat menarik garis linear tersebut. Dari hasil perhitungan secara statistik
diperoleh nilai
kontribusi variabel bebas yakni kurs, GDP China dan harga karet internasional
terhadap variabel terikat yakni nilai ekspor karet Indonesia ke China sebesar 98,21
persen sedangkan sisanya 1,79 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitian ini.
4.8.
XIND
PC
GDP
ER
XIND
PC
GDP
ER
1.000000
0.979179
0.971196
-0.782089
0.979179
1.000000
0.938317
-0.745582
0.971196
0.938317
1.000000
-0.793002
-0.782089
-0.745582
-0.793002
1.000000
Dari data di atas dapat dilihat bahwa model tersebut lolos dari masalah
multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dari beberapa korelasi antara variabel.
Korelasi antara XIND dengan PC bernilai 0.979179, korelasi PC dengan GDP
bernilai 0.938317, dan korelasi GDP dengan ER bernilai -0.793002 dan ER
dengan XIND -0.782089 . berdasarkan dari uraian tersebut variabel bebasnya
kurang dari satu, maka model tersebut lolos dari uji multikolinearitas.
68
4.8.2
Uji Heterokedastisitas
Dari hasil yang didapat pada lampiran, nilai chi square tabel pada = 5%
dengan df= 9 adalah 16.919 dapat diketahui bahwa nilai Chi square tabel > Chi
square hitung (16.919 > 9.542385). maka melalui uji White dapat disimpulkan
bahwa model ini lolos dari uji terhadap gejala heterokedastisitas.
X2
hitung sebesar
adalah 16.919. maka dari hasil uji tersebut chi square hitung <
tabel
(0.106706 < 16.919). Maka model ini lolos dari uji terhadap gejala autokorelasi.
F statistik
1.117993 sedangkan nilai tabel di tingkat keyakinan 95% sebesar 4.26. di mana
F statistik
<
Ftabel
linearitas atau model bersifat linear. Probability sebesar 0.00000 < = 5) artinya
model ini lolos dari gejala linearitas.
69
Nilai Jarque-Bera < nilai tabel Chi square, pada = 5%, df = 9 maka
diperoleh
9.227737
<
16.919. Artinya
model
ini
lolos
dari
adanya
4.9.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada
2.
Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang dibuat, dapat diberikan saran sebagai
berikut :
1.
2.
akan
72
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M.S. 2004. Seluk Beluk Dan Tehnik Perdagangan Luar Negeri. Victory
Jaya Abadi. Jakarta.
Anggarini, Dewi. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor
kopi Indonesia dari Amerika Serikat. Tesis. Magister Ekonomi. Program
Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro.
Anindita, Ratya. 2008. Pendekatan Ekonomi untuk Analisis Harga. Kencana.
Jakarta.
Batiz, R. 1994. International Finance and Open Economy Macroeconomics.
Prentice Hall. USA.
Boediono. 1995. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. BPFE. Yogyakarta.
Ghozali, Imam. (2007). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program
SPSS.Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Dhany, Rista Rama. 2013. Ini 5 Negara Produsen Karet Terbesar Di Dunia. Di
akses
pada
tanggal
29
Agustus
2014.
http://finance.detik.com/read/2013/03/06 /100113/2187003/1036/5/#bigpic
Djiwardono, Soedrajad. J. 1992. Perdagangan dan Pembangunan. Jakarta
Gilarso. T. 1993. Pembangunan Nasional Kanisius. Yogyakarta
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
73
74
Samuelson, Paul A dan Nordhus William D., 1997. Makro Ekonomi. Erlangga.
Jakarta.
Satria, Dias. 2012. Amerika Geram dengan China. Diakses Pada Tanggal 7
Desember 2014. http://diassatria.lecture.ub.ac.id/2012/01/artikel-amerikageram-dengan-China/
Soekartawi. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Penerbit Raja Grafindo,
Jakarta
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Makroekonomi. Cetakan keempat belas.
Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Todaro, M.P. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, dalam Haris
Munandar (Penerjemah). Erlangga. Jakarta.
Tan, Syamsurizal. 2004. Ekonomi Internasional. Citra Indonesia. Jakarta.
Tan, Syamsurizal. 2010. Perencaan Pembangunan: Teori dan Implementasi Pada
Pembangunan Daerah. FE-UNJA. Jambi.
Wijaya, Tony. 2009. Analisis Structural Equation Modelling Untuk Penelitian
Menggunakan AMOS, Penerbit Universitas Atmajaya Yogyakarta.
Winardi. 1985. Perkembangan Ilmu Ekonomi. Tarsito. Bandung
Winardi. 1990. Pengantar Ilmu Ekonomi Edisi ke VII Buku 2. Tarsito. Bandung.
Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eview. UPP STIM YKPN. Jogjakarta
Virdhani, Marieska Harya. 2013. 2013, Produksi Karet Indonesia Capai 3,1 Juta
Ton.
Diakses
pada
tanggal
29
Agustus
2014.
http://economy.okezone.com
/read/2013/05/29/320/814350/2013produksi-karet-indonesia-capai-3-1-juta-ton
75
Lampiran
1.
Data
Nilai
Ekspor
Karet
Indonesia
Ke
China
(US$),
XIND
ER
(US $)
(US/Yuan)
75.530.000
8,2712
40.070.000
8,2781
111.220.000
8,2644
252.143.000
8,2625
341.040.000
6,1613
689.440.000
7,9723
762.110.000
7,6064
901.200.000
6,9518
838.990.000
6,8322
1416130000
6,7705
2.006.857.000
5,9162
1.735.971.000
6,3101
GDP
(US $)
1.324.806.909
1.453.827.558
1.640.958.734
1.931.644.329
2.256.902.590
2.712.950.885
3.494.055.942
4.521.827.271
4.990.233.518
5.930.502.270
7.321.891.954
8.229.490.030
PC
(US $/Ton)
1.005
1.000
1.090
1.110
1.190
1.430
2.010
2.090
1.600
2.930
4.000
3.300
Keterangan :
XIND = Nilai Ekspor Karet Indonesia Ke China US $ (Y)
Kurs
= Kurs (Dollar/Yuan)
(X 1 )
GDP
= GDP China US $ (
X2 )
PC
X3 )
76
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
ER
GDP
PC
-2246169
-2168842
0.115668
372106.5
4822197
5640413
0.041701
89706.97
-0.465798
-0.384518
2.773776
4.148022
0.6538
0.7106
0.0242
0.0032
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.982101
0.975389
1037364.
8.608997
-236.0828
146.3181
0.000000
7642250
6612511
40.01381
40.17544
39.95396
1.727184
77
Multikoleniaritas
XIND
PC
GDP
ER
2.
XIND
PC
GDP
ER
1.000000
0.979179
0.971196
-0.782089
0.979179
1.000000
0.938317
-0.745582
0.971196
0.938317
1.000000
-0.793002
-0.782089
-0.745582
-0.793002
1.000000
Hetokedastisitas
0.862841
9.542385
10.09309
Prob. F(9,2)
Prob. Chi-Square(9)
Prob. Chi-Square(9)
0.6434
0.3888
0.3430
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/08/15 Time: 22:53
Sample: 2001 2012
Included observations: 12
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
PC
PC^2
PC*GDP
PC*ER
GDP
-8.46E+18
4.53E+15
1.36E+11
-187316.6
-6.10E+14
-2.58E+09
5.59E+18
2.37E+15
9.31E+10
127139.8
2.98E+14
1.18E+09
-1.515104
1.909045
1.461334
-1.473313
-2.046065
-2.195987
0.2690
0.1965
0.2814
0.2786
0.1774
0.1593
78
GDP^2
GDP*ER
ER
ER^2
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
3.
0.086055
3.14E+08
2.50E+18
-1.71E+17
0.795199
-0.126407
1.74E+16
6.02E+32
-454.9852
0.862841
0.643433
0.048063
1.41E+08
1.65E+18
1.14E+17
1.790478
2.235147
1.513475
-1.500704
0.2153
0.1549
0.2693
0.2722
7.17E+15
1.63E+16
77.49754
77.90163
77.34793
3.062604
Uji Autokorelasi
0.026916
0.106706
Prob. F(2,6)
Prob. Chi-Square(2)
0.9736
0.9480
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 03/08/15 Time: 22:56
Sample: 2001 2012
Included observations: 12
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PC
GDP
ER
C
RESID(-1)
RESID(-2)
-6047.250
0.001704
1203862.
-4590144.
0.104919
0.009374
106384.8
0.049020
65327634
5.59E+08
0.455969
0.450686
-0.056843
0.034755
0.018428
-0.008217
0.230102
0.020800
0.9565
0.9734
0.9859
0.9937
0.8257
0.9841
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.008892
-0.817031
1.19E+08
8.53E+16
-236.0292
0.010766
0.999942
-4.72E-08
88466725
40.33821
40.58066
40.24844
1.895299
79
4.
Uji Linearitas
df
7
(1, 7)
1
Probability
0.3255
0.3255
0.1824
Sum of Sq.
1.19E+16
8.61E+16
7.42E+16
7.42E+16
df
1
8
7
7
Mean Squares
1.19E+16
1.08E+16
1.06E+16
1.06E+16
Value
-236.0828
-235.1938
df
8
7
t-statistic
F-statistic
Likelihood ratio
F-test summary:
Test SSR
Restricted SSR
Unrestricted SSR
Unrestricted SSR
LR test summary:
Restricted LogL
Unrestricted LogL
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PC
GDP
ER
C
FITTED^2
500837.6
0.123923
-21351473
-3.94E+08
-1.12E-10
150841.3
0.042126
55993629
5.05E+08
1.06E-10
3.320295
2.941712
-0.381320
-0.779943
-1.057352
0.0128
0.0217
0.7143
0.4610
0.3255
R-squared
0.984566
7.64E+08
80
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
5.
0.975747
1.03E+08
7.42E+16
-235.1938
111.6366
0.000002
Uji Normalitas
Series: Residuals
Sample 2001 2012
Observations 12
0
-1.0e+08
6.61E+08
40.03230
40.23434
39.95750
2.262347
500.000
1.0e+08
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-4.72e-08
-2480521.
2.41e+08
-96042425
88466725
1.646171
5.759702
Jarque-Bera
Probability
9.227737
0.009913
2.0e+08
81
82