Você está na página 1de 7

A.

PENGERTIAN MOKSA
MOKSA ADALAH SUATU KELEPASAN ATAU KEBEBASAN. DIMANA KATA MOKSA DPT
DISAMAKAN DENGAN NIRWANA, NISREYASA ATAU KEPARAMARTHAN. MOKSA JUGA BISA DI
KATAKAN NIRGUNA BRAHMAN.
YANG DIMAKSUD DGN KEBEBASAN DALAM MOKSA IALAH TERLEPASNYA ATMAN DARI
IKATAN MAYA, SEHINGGA ATMAN DAPAT MENYATU DENGAN BRAHMAN
BAGI MANUSIA YG TELAH MENCAPAI MOKSA BERARTI MEREKA TELAH MENCAPAI
ALAM SAT CIT ANANDA. SAT CIT ANANDA BERARTI KEBAHAGIAAN YANG TERTINGGI.
SETIAP MANUSIA BISA MENCAPAI MOKSA APABILA IA DGN TEKUN MENGIKUTI PETUNJUK
AJARAN AGAMA. JalaN YG DITUNJUK OLEH AGAMA UNTUK MENCAPAI MOKSA ADALAH
CATUR MARGA YOGA YANG ARTINYA EMPAT JALAN MENUJU TUHAN ATAU BRAHMAN.
MOKSSA DAPAT DICAPAI DI DUNIA INI (KETIKA KITA HIDUP) DAN DPT PULA KITA CAPAI
SETELAH HIDUP INI BERAKHIR. ORANG YG DAPAT MEMBEBASKAN DIRINYA DARI PIKIRAN,
INDERA DAN KAMA DARI IKATAN KEDUNIAWIAN DAN PENGARUH SUKA DUKA, SEDIH DAN
SENANG YANG MUNCUL DARI TRI GUNA MAKA MANUSIA TERSEBUT AKAN DPT MENCAPAI
KELEPASAN ITU. setelah menjadi satu dengan Brahman jiwanya tentram, tiada duka tiada
nafsu-birahi, memandang semua makhluk insani sama, ia mencapai pengabdian kepadaku yang tertinggi. Sattwa mengikat seseorang dengan kebahagiaan, rajas dengan
kegiatan tetapi tamas, mengikat dengan kebingungan.Apabila sattwa berkuasa dikala
penghuni-badan bertemu dengan kemtian maka ia mencapai dunia suci tempat mereka,
para yang mengetahui. Tetapi dengan pengabdian jua yang hnya terpusatkan, oh arjuna
Aku dapat diketahui juga sesungguhnya dapat dilihat, Parantapa
Jadi didalam kehidupan ini sebab membebaskan diri dari pengaruh Tri Guna adalah
merupakan ussaha yang sangat berat, namun hal itu pasti dapat dilakukan asalkan kita
mendasarkan diri pada disiplin.
Perlu kiranya setiap orang menyadari bahwa tubuh ini adalah suatu alat untuk mendapat
kan moksa. Moksanam sariram sadhanam yang artinya bahwa tubuh ini adalah
sebagai alat untuk mencapai kebahagiaan, kebebasan abadi dan moksa.
B. Jalan Menuju Moksa
Tujuan terakhir dan tertinggi yang ingin dicapai oleh umat Hindu adalah Moksa.
Berbagai cara/jalan dilakukan oleh umat Hindu guna mewujudkan tujuan utamanya ini
dgn sembahyang. Dgn sembahyang bathin seseorang menjadi tenang, dgn Dharana
(menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta) dan Samadhi (mengheningkan cita),
manusai beranggur-anggur ingin dpt mencapai tujuan hidupnya yg tertinggi yaitu bebas
dari segala ikatan keduniawian.

Empat jalan menuju Tuhan atau pemusatan pikiran kpd Tuhan yg disebut dgn Catur
Marga Yoga.
1. BhaktiMarga Yoga
proses atau cara mempersatukan Atman dgn Brahman dgn berlandaskan atas dasar
cinta kasih yg mendalam kpd Tuhan.
Bhakti marga yoga berarti jalan cinta kasih atau persembahan. Cinta kasih yg
mendalam adlh suatu cinta kasih yg bersifat umum dan mendalam yg disebut Maitri.
Bagi seorang Bhakta cinta kasihnya kpd semua ciptaan Tuhan sangat subur dan kasih
sayangnya tanpa batas. Seorang Bhakta akan selalu berusaha melenyapkan
kebenciannya kpd semua makhluk. Sebaliknya ia akan selalu mengembangkan sifat-sifat
Catur Paramita yaitu Maitri = persahabatan/persaudaraan, Karuna = sifat kasih sayang,
Mudita = sifat simpati dan peduli kpd penderitaan orang lain, dan Upeksa = sifat yang
arif bijaksana kpd semua ciptaan Tuhan tanpa membedakan statusnya.
2. Karma Marga Yoga
Jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan atau moksa dgn perbuatan atau
kebajikan tanpa pamrih. Hal yg paling penting dari Karma Marga Yoga adalah
melepaskan semua hasil kerja dan segala perbuatannya hnya kpd Tuhan. Ajaran agama
selalu menyarankan kepada umatnya agar menjadi seorang Karma Yogin yang selalu
mendambakan pedoman Rame Inggawe Sepi Ing Pamrih ( banyak melakukan pekerjaan
tanpa menginginkan imbalan atau hasilnya).
3. JnanaMarga Yoga
Jnana artinya kebijaksanaan filsafat (pengetahuan). Yoga berasal dari kata Yuj artinya:
menghubungkan diri. Jnana Marga Yoga artinya mempersatukan jiwatman dgn
paramatman yg dicapai dgn jalan mempelajari ilmu pengetahuan dan filsafat
pembebasan diri dari ikatan-ikatan keduniawian.
Ada tiga hal yg penting dalam menghubungkan diri dgn Tuhan, dlm hal ini kebulatan
pikiran, pembatasan pada kehidupan sendiri, dan keadaan jiwa yg seimbang atau tenang
maupun pandangan yg kokoh, tentram, dan damai.
Ketiga hal tersebut merupakan Dhyana Yoga. Untuk mencapai hal trsbut dgn jln Abhyasa,
yaitu latihan-latihan dan Vairagya, yaitu keadaan tidak mengaktifkan diri.
4. Raja Marga Yoga
Suatu jln mistik (rohani) utk mencapai kelepasan atau Moksa. Dgn Raja Marga Yoga
seseorang lbh cpt utk mencapai Moksa, namun tnantangannya yg dihadapinya punlebih
berat, dimana orang yg mencapai moksa dgn jalan ini diwajibkan mempunyai seorang
guru kerohanian yg sempurna.

Adapun tiga jalan pelaksanaan yg ditempuh oleh seorang Raja Yogin, yaitu melakukan
Tapa Brata, Yoga, dan Samadhi.
TapaBerata: merupakan suatu latihan untuk mengendalikan emosi dan nafsu yg ada dlm
diri kita kearah yg positif sesuai dgn petunjuk ajaran kitab suci.
Yoga dan Samadhi: latihan utk dpt menyatukan atman dgn Brahman dgn melakukan
meditasi atau pemusatan pikiran.
Seorang Raja Yoga dpt mencapai moksa dgn melalukan Astangga Yoga Yaitu delapan
Tahan Yoga untuk mencapai Moksa. Astangga Yoga di ajarkan Oleh Rsi Patanjali dlm
Bukunya Yoga Sutra Patanjali.
Astangga Yoga:
1.Yama:
suatu bentuk larangan yg hrs dilakukan oleh seseorang dr segi jasmani, sprti Tidak
membunuh (Ahimsa), berbohong (satya), tidak menginginkan sesuatu yg bukan miliknya
(Asteya), pantang melakukan hubungan seksual (Brahmacari), tidak menerima
pemberian orang lain (Aparigraha).
2. Nyama:
Bentuk pengendalian diri yg lebih bersifat rohani, misalnya: Sauca (tetap suci lahir
batin), Santosa (selalu puas dgn apayg datang), Swadhyaya (mempelajari kitab-kitab
keagamaan), dan Iswara Pranidhana (selalu bhakti kepada Tuhan), dan Tapa (tahan uji).
3. Asana:
Sikap duduk yang menyenangkan, teratur, dan disiplin.
4. Pranayama:
Mengatur pernafasan sehingga menjadi sempurna melalui tiga jalan yaitu: (1) Puraka
(menarik napas), (2) Kumbhaka (Menahan nafas), dan (3) Recaka (Mengeluarkan nafas).
5. Pratyahara:
Mengontrol dan mengendalikan semua indrya dari ikatan obyeknya, sehingga orang
dapat melihat hal-hal suci.
6. Dharana:

Usaha-usaha untuk menyatukan pikiran dengan sasaran yang diinginkan, terfokus pada
satu obyek tujuan yaitu Brahman.
7. Dhyana:
pemusatan pikiran yang tenang, tidak tergoyahkan kepada suatu obyek. Dhyana dapat
dilakukan terhadap Ista Dewata.
8. Samadhi:
Penyatuan Atman, sang diri sejati dgn Brahman) bila seseorang melakukan latihan Yoga
dgn teratur dan sungguh-sungguh ia akan dpt menerima getaran-getaran suci / wahyu
Tuhan.
C. Tantangan dan Hambatan Dalam Mencapai Moksa Sesuai Dengan Zamannya
Globalisasi
Tantangan untuk mencapai kebahagiaan hidup ini Moksa dapat teratasi dengan baik
yaitu dengan :
1. Menjauhkan diri dari ketertarikkan materialis
Mengumpulkan harta-benda untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
berkecukupan dalam kehidupan ini merupakan hal yang baik, namun apabila
kekayaan yang kita kumpulkan membuat orang lain menjadi menderita adalah
tindakan yag kurang terpuji. Menjadikan diri sebagai insan yang
koruptor,pemeras,membuat masyarakat miskin dan menderita adalah tindakan
yang sangat bertentangan dengan tujuan hidup Moksa.
2. Mengutamakan aktivitas yang bernuansa spiritual
Menjadi orang kreatif,rajin,tekun, dan cekatan yang bernafaskan keagamaan dan
kemanusiaan dapat mengantarkan yang bersangkutan mampu mewujudkan
kebahagiaan hidupnya.Oleh karena itu bila kita memutuskan diri menjadi orangorang rajin mendapatkan harta-benda jangan pernah lupa untuk rajin
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta guna memohon keteduhan dalam hidup
ini. Walaupun disibukkan dengan kegiatan duniawi akan tetapi jangan pernah lupa
mengimbanginya dengan kegiatan spiritual.
3. Jauhkan dan hindarkanlah diri dari tindakan tidak terpuji
Tindakan manusia terpuji adalah menjauhkan diri dari kebodohan (Punggung), iri
hati (Irsya) dan marah (Krodha) serta sifat-sifat negatif yang lainnya seperti
mabuk,berjudi,bermain wanita, dan bertindak anarkis karena mengantarkan
seseorang menjadi insan yang nista.

Tujuh macam sifat awidya atau kegelapan yang ada pada manusia apabila dapat
dikendalikan dengan baik akan menimbulkan berbagai macam tindakan kejam.
Disebutkan manusia memiliki enam peluang untuk bertindak kejam apabila keberadaan
sapta timira tidak terkendalikan. Enam tindakan kejam itu disebut dengan istilah sad
atatayi, yang terdiri dari: agnida; membakar, wisada; meracun, atharwa; mensihir,
castraghma; mengamuk, dharatikrama; memperkosa, rajapisuna; memfitnah.
Agar manusia tidak terjerumus ke penderitaan sebagai akibat dari kebodohan, dan
kegelapannya di tengah-tengah arus globalisasi yang serba terbuka maka ia
berkewajiban untuk meningkatkan kecerdasan intelektual dan realigusnya. Umat
sedharma hendaknya selalu dapat meningkatkan diri untuk belajar, menumbuh
kembangkan kebijaksanaannya, memohon tuntunan-Nya untuk berlatih berpikir jernih,
berketetapan hari, dan selalu bersikap baik dharma serta sikap positif yang lainnya.
Dengan demikian umat sedharma akan selalu tenang, sabar, dan penuh kedamaian
dalam mewujudkan tujuan hidup dan tujuan agamanya.
D. Upaya-Upaya dalam Mengatasi Hambatan dan Tantangan Untuk Mencapai
Moksa Menurut Zamannya Globalisasi
Untuk dapat mencapai moksa, sesorang harus memahami dan mematuhi persyaratanpersyaratan dalam aktifitas hidupnya, sehingga proses mencapai moksa dapat berjalan
sesuai dengan norma-norma ajaran agama Hindu. Adapun tanda-tanda seseorang yang
telah mencapai moksa atau mencapai jiwatman mukti adalah;
1. Selalu dalam keadaan tenang secara lahir maupun batin.
2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.
3. Tidak terikan dengan keduniawian.
4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat
banyak).
Untuk mencapai moksa, juga disebutkan mempunyai tingkat-tingkatan yang tergantung
dari karma seseorang selama hidupnya, apakah sudah sesuai dengan norma-norma
ajaran Agama Hindu. Tingkatan-tingkatan moksa yang dicapai oleh seseorang dapat
dikategorikan sebagai berikut;
1. Moksa; apabila seorang sudah mampu mencapai kebebasan rohani dengan
meninggalkan badan kasar (jasad).
2. Adi Moksa; apabila seorang sudah mencapai kebebasan rohani dengan tidak
meninggalkan jasad tetapi meningkalkan bekas-bekas misalnya abu, dan atau
tulang.
3. Parama Moksa; apabila orang yang bersangkutan telah mencapai kebebasan
rohani dengan tidak meninggalkan badan kasar (jasad) serta tidak membekas.

Adapun upaya-upaya yang patut dilakukan dalam mengatasi hambatan dan tantangan
untuk mencapai moksa sampai dengan sekarang ini adalah:
1. Melaksanakan meditasi.
Memuja kebesaran dan kesucian Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta
prabhawanya adalah merupakan kewajiban bagi setiap umat beragama Hindu.
Semakin dekat kita dengan-Nya, maka semakin merasa tentram damai hidup kita
ini. Kita dapat mewujudkan semua itu melalui sembahyang sesuai dengan
waktunya, melaksanakan upawasa, merenungkan keberadaan Hyang Widhi
berserta prabhawa-Nya.
2. Mendalami ilmu pengetahuan
Mendalami berbagai cabang ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangannya
adalah merupakan kewajiban setiap insan yang dilahirkan sebagai manusia.
Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sampai saat ini
dapat dijadikan media oleh manusia yang dilahirkan dengan kesempurnaan yang
terbatas, untuk menyelesaikan berbagai macam tantangan dan hambatan yang
sedang dan akan dihadapinya guna mewujudkan cita-cita hidupnya.
3. Melaksanakan/mewujudkan Dharma
Dalam ajaran Catur Parusartha dijelaskan bahwa tujuan umat sedharma
beragama Hindu adlah terpenuhinya kama, artha, dan moksa berdasarkan
dharma. Setiap tindakan wajib berdasarkan kebenaran, tidak ada dharma yang
lebih tinggi dari kebenaran. Bagawad Gita menjelaskan bahwa dharma dan
kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna
mengatakan bahwa dimana ada dharma akan dilindungi oleh dharma juga, maka
kehidupan hendaknya selalu ditenpuh dengan cara yang suci dan terhormat.
4. Mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa
Proses mendekatkan diri ke hadapan Sang Hyang Widhi Wasa, umat sedharma
dapat melakukan dengan cara; Darana (menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan
cipta). Dan Semadi (mengheningkan cipta). Dengan melakukan latihan rohani
seperti ini secara sungguh-sungguh dan bekesinambungan, batin yang
bersangkutan akan dapat menyadari kesatuan dan menikmati sifat-sifat Tuhan
yang selalu ada dalam dirinya.
5. Menumbuhkembangkan kesucian (Jiwa dan raga)
Untuk memperoleh pengetahuan suci dari Sang Hyang Widhi Wasa, umat
sedharma hendaknya selalu berdoa memohon tuntunan-Nya. Sebaiknya setiap
akan melakukan kegiatan didahului dengan memohon tuntunan kehadapan Sang
Hyang Widhi Wasa, agar kita selalu dalam keadaan selamat dan terlindungi.
Tujuannya adalah agar atman terbebas dari triguna dan menyatu dengan
Paratman.
6. Mempedomani dan melaksanakan Catur Marga
Disebutkan ada empat cara yang patut dipedomani dan dilaksanakan untuk
mewujudkan hidup bahagia yang disebut Catur Marga/Yoga, yang terdiri dari:
a. Bakti Marga Yoga : bersatunya atman dan Brahman dalam melaksanakan
sujud bhakti kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa.

b. Karma Marga Yoga

: jalan untuk mencapai moksa dengan selalu berbuat

baik, hasil yang diperoleh diabdikan untuk kepentingan bersama.


c. Jnana Marga Yoga : jalan untuk mencapai persatuan atau pertemuan antara
Atman dengan Paratman berdasarkan pengetahuan terutama pengetahuan
kebenaran dan pembebasan diri dari ikatan duniawi/
d. Raja Marga Yoga : jalan untuk mencapai moksa dengan melaksanakan tapa,
brata, yoga, dan semadi yang dapat mengantarkan seseorang menumbuhkan
dan mengembangkan kesabaran untuk mencapai ketengangan dalam
hidupnya.
E. Contoh-Contoh Orang yang Dipandang Mampu Mencapai Moksa
Orang yg telah mencapai Jiwan Mukti dalam hidupnya tidak lagi terikat pada
gelombang kehidupan di dunia ini. Bagi orang yg telah mencapai Jiwan Mukti bekerja
adalah merupakan pemujaan kepada Tuhan dan semua hasilnya diserahkan pula kepada
Tuhan.orang suci yg telah mencapai kesadaran akan dirinya yg sejati adalah seseorang
yg telah mencapai Jiwa Mukti. Ia telah mempersembahkan setiap perbuatannya kepada
Tuhan dan dgn demikian segala perbuatannya akan menjadi ibadah.
Namun bagi masyarakat kebanyakan biasa yg belum mencapai kesadaran jiwa mukti,
maka semua yg dikerjakannya merupakan sesuatu yg masih terikat dgn hasilnya. Mereka
menganggap, semua pekerjaannya dilakukan oleh dirinya, maka itu dirinya masih
dipenuhi oleh sifat-sifat egoisme. Mereka belum menyadari sepenuhnya bahwa
semuannya ini ada diliputi oleh Ketuhanan. Pekerjaan yang dilandasi dengan rasa
egoisme dapat mendatangkan malapetaka dan penderitaan.
Begitulah perbedaan antara seseorang yg telah mencapai jiwa mukti dgn kalangan
masyarakat biasa yg masih sangat terikat dgn akan duniawi, benda-benda duniawi yg
serba ilusi. Hendaknya diantara mereka dapat saling mengisi, mengasihi, sehingga
kehidupan ini berlangsung dengan damai, tentram, harmonis, saling mengasihi dan
saling menyayangi satu dgn yg lainnya.

Você também pode gostar