Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Skenario B Blok 17
I. AnalisisMasalah
1. Ny. W, 42 tahun, dibawa ke UGD RSMH karena mengalami nyeri perut kanan atas yang
hebat, disertai demam dan menggigil.
a. Bagaimana mekanisme dari nyeri perut kanan atas, demam, dan menggigil pada
kasus?
2. Sejak 2 bulan yang lalu, Ny. W mengeluh nyeri di perut kanan atas yang menjalar sampai
ke bahu sebelah kanan dan disertai mual. Nyeri hilang timbul dan bertambah hebat bila
makan makanan berlemak. Biasanya Ny. W minum obat penghilang nyeri.
a. Bagaimana mekanisme penjalaran dari nyeri pada kasus?
Nyeri pada perut kanan atas dikarenakan implikasi pada saraf yang mempersarafi
vesica felea yaitu, plexus coeliacus dan nervus splanchnicus major. Plexus coeliacus
mempunyai hubungan
dengan
n.suprascapularis
sehingga nyeri pada
plexus ini bisa juga
dirasakan oleh
n.suprascapularis yang
mempersarafi otot pada
belikat kanan(bahu
sebelah
kanan).Sebenarnya,
nyeri yang terjadi pada
penderita ikterus
obstruktif merupakan
nyeri yang menyebar
atau (reffered pain).
Ikterus obstruktif
menyebabkan nyeri
yang akan diterima oleh saraf aferen mengikuti saraf simpatis. Nyeri ini akan berjalan
melalui plexus coeliacus dan nervus splanchnicus major menuju ke medula spinalis.
Peradangan dapat menyebabkan plexus coeliacus terjepit, maka nyeri ini bisa
menyebar dan mengenai peritoneum parietal dinding anterior abdomen atau
diafragma bagian perifer. Hal ini akan menyebabkan:
1. Nyeri somatik dirasakan di kuadran kanan atas dan berjalan ke punggung bawah
angulus inferior scapula.
2. Radang yang mengenai peritoneum parietal bagian sentral yang dipersarafi oleh
nervus phrenicus (C3, C4, C5), akan menyebabkan nyeri di daerah bahu sebab
kulit di daerah bahu mendapat persarafan dari nervisupraclavicularis (C3, C4).
3. Pemeriksaanlaboratorium:
Darah rutin: Hb: 12,4 g/dl, Ht 36 vol%, Leukosit: 15.400/mm3, trombosit: 329.00/mm3,
LED: 77 mm/jam
Liver Function Test (LFT): bil. Total: 20,49 mg/dl, bil. Direk: 19,94 mg/dl, bil. Indirek:
0,55 mg/dl, SGOT: 29 /L, SGPT: 37 /L, fosfatase alkali: 864 /L
Amilase: 40 unit/L dan lipase: 50 unit/L
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
Ny. M
Darah Rutin
Hb
12,4 g%
Ht
36%
Leukosit
16.800/mm3
Nilai Normal
Keterangan
12-16 g%
38-48 %
5.000-11.000/ mm3
Normal
Rendah
Tinggi, adanya
infeksi dan
Trombosit
329.000/
150.000-350.000
mm3
mm3
inflamasi
Normal
LED
77 mm/jam
Wintrobe: 0-15
Meningkat
mm/jam
Westergren:020mm/jam
Liver Function Test
Bil Total
0,1-1,2 mg/dL
Bil Direct
0,1-0,3 mg/dL
20,49 mg/dL
19,94 mg/dL
Meningkat
Meningkat sirosis, obstruksi
biliaris, hepatitis infeksius,
karsinoma pankreas, obat
(kontrasepsi oral, sulfonamid,
rifamfisin, aspirin, morfin,
Bil Indirect
0,1-1 mg/dL
0,55 mg/dL
tiazid, prokainamid)
Normal (meningkat pada
kondisi peningkatan kerusakan
SGOT
8-38 U/L
8-33 U/L pada
29 u/L
suhu 37 C
(Satuan SI)
45 115 U/L
SGPT
SDM)
Normal enzim yg sebagian
dan hati
37 U/L
Fosfatase
43-136U/L
864 u/L
Alkali
dan hati
Meningkat ALP terutama
ditemukan di tulang dan hati,
juga usus, ginjal, dan plasenta.
Meningkat pada kerusakan hati
yang berat (kanker hati, masalah
hepatoseluler)
isoenzim ALP1 Hati, ALP2
tulang
Amylase: 40
Amilase: <120
Normal
Lipase:
unit/L 50 unit/L
Lipase:
unit/L < 190
Normal
unit/L
Mekanisme abnormal:
Leukosit dan LED meningkat
Pertumbuhan bakteri akibat kolestasis kolesistitis dan atau kolangitis
Koledokolitiasis,
Pankreatitis
Klinik
Kolangitis,
Akut
Koledokolitiasis Ca Caput
Pankreas
Kolesistitis
Sklera Ikterik
(+)
(-)
(+)
(+)
Nyeri perut
(+), biasa di
(+)
(+) di epigastrium,
epigastrium
jika obstruksi
parsial nyeri
samar di abdomen
kanan atas,
obstruksi total
nyeri seperti
ikterus obstruktif
Demam
(+)
(+)
(+)
(+)
Nyeri Alih
(+) di bawah
(+) di
(+)
(+) di punggung
scapula kanan
punggung
kanan
kanan
Kulit kuning
(+)
(-)
(+)
(+)
Murphys Sign
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
BAB dempul
(+)
(-)
(+)
(-)
Leukositosis
(+)
(+)
(-)
(+)
LED
(-)
Bilirubin
meningkat
SGOT/SGPT
Normal/
(-)
Normal/
Normal
Amilase &
Normal
Normal
Nyeri kolik
(+)
(-)
(+)
(-)
Gatal-Gatal
(+)
(-)
(+)
(-)
Lipase
Hipersaturasi kolesterol
4F
5. Bagaimana patofisiologi
pada kasus?
Fatty
Forty
Female
Fertile
kolelitiasis
kolengitis
total
Nyerih alih yang dirasakan pada kuadran kanan atas. Dermatom yangObstruksi
dipersarafi
oleh T 7,choledokolitiasis
89
Tidak ke
terbentuk
Regurgitasi cairan empedu dan fosfatase alkalin
sistemiksterkobilinCairan empedu statis
Gatal-gatal
Iritasi
peritoneum
parietal
subdiagfragmaticus
dipersar
Nyeri alih ke bahu karena kulit
bahu
di persarafi
oleh n.
supraclaviculares y
(C3,
4)
Difiltrasi oleh Ginjal
BAK Kuning
jangka
pendek
dengan Ursodeoxycholic
acid perlu
3. Tidak makan sebelum tidur. Makanan kecil sebelum tidur dapat menaikkan garam
empedu dalam kandung empedu.
4. Membiasakan minum kopi dan makan kacang-kacangan. Selain berbagai manfaat
lainnya, ada beberapa bukti bahwa kopi bisa mengurangi risiko mengembangkan batu
empedu, setidaknya pada orang berusia 40 hingga 75 tahun. Dalam sebuah studi
pengamatan yang melacak sekitar 46.000 dokter laki-laki selama 10 tahun, mereka yang
minum dua sampai tiga cangkir kopi berkafein setiap hari mengurangi risiko
pengembangan batu empedu sampai 40%. Dalam studi lain, konsumsi kacang tanah atau
kacang-kacangan lainnya juga berhubungan dengan risiko yang lebih rendah untuk
kolesistektomi. (American Journal of Clinical Nutrition vol 80, no. 1, hal 76-81)
5. Tambahan suplemen untuk mencerna lemak sangat membantu seperti lecithin dan
vitamin B kompleks
6. Tercukupinya vitamin C dapat mencegah pembentukan maupun memperburuk kasus
batu empedu
II.
Learning Issue
Ikterus obstruktif
A. Ikterus Obstruktif
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran
mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat
konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Bilirubin dibentuk sebagai akibat pemecahan
cincin hem, biasanya sebagai akibat metabolisme sel darah merah. Kata ikterus
(jaundice) berasal dari kata Perancis yaitu jaune yang berarti kuning. Ikterus sebaiknya
diperiksa di bawah cahaya terang siang hari, dengan melihat sklera mata. Ikterus dapat
dibagi dalam dua kelompok yaitu ikterus hemolitik dan ikterus obstruktif.
Ikterus obstruktif, disebabkan oleh obstruksi duktus biliaris (yang sering terjadi
bila sebuah batu empedu atau kanker menutupi duktus koledokus) atau kerusakan sel hati
(yang terjadi pada hepatitis), kecepatan pembentukan bilirubin adalah normal, tapi
bilirubin yang dibentuk tidak dapat lewat dari darah ke dalam usus.
Ikterus obstruktif atau bisa juga disebut kolestasis dibagi menjadi 2 yaitu
kolestasis intrahepatik dan ekstrahepatik. Penyebab paling sering kolestatik intrahepatik
adalah hepatitis, keracunan obat, penyakit hati karena alkohol dan penyakit hepatitis
autoimun sedangkan penyebab paling sering pada kolestasis ekstrahepatik adalah batu
duktus koledokus dan kanker pankreas.
B. Epidemiologi
Ikterus obstruktif dapat ditemukan pada semua kelompok umur, tetapi bayi baru
lahir dan anak-anak lebih rentan mengalami ikterus obstruktif karena struktur hepar yang
masih immatur. Bayi-bayi yang lahir prematur, BBLR, dan riwayat sepsis, serta riwayat
mendapat nutrisi parenteral dalam waktu lama meningkatkan resiko terjadinya ikterus
obstruktif. Adapun angka kejadian ikterus obstruksi kausa Atresia Bilier (AB) di USA
sekitar 1 : 15.000 kelahiran, dan dominasi oleh pasien berjenis kelamin wanita. Didunia
angka kejadian atresia bilier tertinggi di Asia, dengan perbandingan bayi-bayi di negara
Cina lebih banyak dibandingkan Bayi di Negara Jepang.
Dari segi gender, Atresia bilier lebih sering ditemukan pada anak perempuan. Dan
dari segi usia, lebih sering ditemukan pada bayi-bayi baru lahir dengan rentang usia
kurang dari 8 minggu. Insiden tinggi juga ditemukan pada pasien dengan ras kulit hitam
yang dapat mencapai 2 kali lipatinsiden bayi ras kulit putih.
Di Kings College Hospital England antara tahun 1970-1990, atresia bilier 377
(34,7%), Hepatitis Neonatal 331 (30,5%), @-1 antitripsin defisiensi 189 (17,4%),
hepatitis lain 94 (8,7%), sindroma Alagille 61 (5,6%), kista duktus koledokus 34 (3,1%).
Di Instalasi Rawat Inap Anak RSU Dr. Sutomo Surabaya antarra tahun 1999-2004
penderita rawat inap, didapat 96 penderita dengan neonatal kolestasis. Neonatasl hepatitis
68 (70,8%), atresia bilier 9 (9,4%), kista duktus koledukus 5 (5,2%), kista hati 1 (1,04%)
dan sindroma inspissated-bie 1 (1,04%).
C. Etiologi
Aliran empedu dapat terganggu pada tingkat mana saja dari mulai sel hati (kanalikulus),
sampai ampula vateri, sehingga ikterus obstruktif berdasarkan lokasi obstruksinya
dibedakan atas ikterus obstruktif intrahepatik dan ekstrahepatik.
- Penyebab Ikterus Obstruktif Intrahepatik :
1.
Virus Hepatitis, peradangan intrahepatik mengganggu transport bilirubin terkonyugasi
dan menyebabkan ikterus. Hepatitis A merupakan penyakit self-limited dan
dimanifestasikan dengan adanya ikterus yang timbul secara akut. Hepatitis B dan C
akut sering tidak menimbulkan pada tahap awal (akut),tetapi bisa berjalan kronik dan
menahun dan mengakibatkan gejala hepatitis menahun atau bahkan sudah menjadi
2.
sirosis hati.
Alkohol, bisa mempengaruhi gangguan pengambilan empedu dan sekresinya,dan
mengakibatkan
kolestasis.
Pemakaian
alkohol
secara
terus
menerus
bisa
4.
ikterus obstruktif yang paling sering dilakukan pembedahan yang ditemukan selama
periode baru lahir. Jika tidak dikoreksi melalui pembedahan, akan bermanifestasi
menjadi sirosis bilier sekunder. Pasien dengan atresia bilier dapat dibagi lagi menjadi
2 kelompok yang berbeda: mereka dengan atresia bilier terisolasi (bentuk postnatal),
yang menyumbang 65-90% kasus, dan pasien dengan asosiasi Situs inversus atau
polysplenia / asplenia dengan atau tanpa kelainan kongenital lain (janin / embrio
bentuk), yang terdiri dari 10-35% kasus.
2. Kolelitiasis, Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan
dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang
memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis jarang pada anakanak, lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada
wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi
lemak dan genetik.
3. Kolesistitis, adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan
akibat dari adanya batu empedu didalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba
menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa.
4. Kista duktus kholedokus, koledukus adalah dilatasi kongenital pada duktus empedu
yang dapat menyebabkan obstruksi bilier progresif dan sirosis bilier. Kista silinder
dan bulat dari duktus ekstrahepatik adalah jenis yang paling sering. Sekitar 75%
kasus munculselama masa anak-anak.
5. Tumor Pankreas, Sekitar 95% tumor yang bersifat kanker (malignant ) pada pankreas
adalah adenocarcinoma. Adenocarcinoma biasanya berasal dari sel kelenjar yang
melapisi saluran pankreas. Kebanyakan adenocarcinoma terjadi di dalam kepala
pankreas, bagian yang paling dekat bagian pertama usus kecil (duodenum)
D. Patofisiologi
Gangguan ekskresi bilirubin, baik yang disebabkan oleh faktor fungsional
maupun obstruktif terutama menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia terkonjugasi.
Bilirubin terkonjugasi larut dalam air sehingga dapat dieksresi dalam urin dan
menimbulkan bilirubinuria serta urin yang gelap. Urobilinogen feses dan urobilinogen
urin sering menurun sehingga feses terlihat pucat. Peningkatan kadar bilirubin
akibat
hiperbilirubinemia
terkonjugasi
biasanya
lebih
kuning
1)Fase pra-ikterik
Periode dimana infektivitas paling besar. Gejala meliputi mual, muntah, diare, konstipasi,
penurunan berat badan, malaise, sakit kepala, demam ringan, sakit sendi, ruam kulit.
2) Fase ikterik-jaundice (temuan paling menonjol).
Urine gelap berkabut (disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin), hepatomegali dengan
nyeri tekan, pembesaran nodus limfa, pruritus (akibat akumulasi garam empedu pada
kulit); gejala fase pra-ikterik berkurang sesuai menonjolnya gejala.
3) Fase pasca ikterik.
Gejala sebelumnya berkurang tetapi kelelahan berlanjut; empat bulan diperlukan untuk
pemulihan komplit.
b. Ikterus Obstruktif Ekstrahepatik
Penderita penyakit kandung empedu akibat batu empedu dapat mengalami dua jenis gejala
yaitu gejala yang disebabkan oleh kandung empedu sendiri dan gejala yang terjadi akibat
obstruksi pada lintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya bisa bersifat akut atau kronis
seperti:
1) Gangguan epigrastrium seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang samar
pada kuadran kanan. Gejala ini dapat terjadi setelah individu mengkonsumsi makanan
yang berlemak atau digoreng.
2) Rasa nyeri dan kolik bilier.
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami
distensi dan akhirnya infeksi. Klien akan menderita panas dan mungkin teraba massa
padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada
abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini
biasanya disertai dengan mual dan muntah dan bertambah hebat dalam waktu beberapa
jam sesudah makan makanan dalam porsi besar.
3) Ikterus
Ikterus dapat dijumpai di antara penderita penyakit kandung empedu dengan persentase
yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran
getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas yaitu getah
empedu yang tidak lagi dibawa ke duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan
empedu ini membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering
disertai dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit
4) Perubahan warna urine dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses
yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanya pekat
yang disebut clay-colored
5) Defisiensi Vitamin
Obstruksi aliran empedu juga mengganggu abosorpsi vitamin A,D,E dan K yang larut
lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamn ini jika
obstruksi bilier berjalan lama. Defisiensi vitamin A dapat menggangu pembekuan darah
yang normal.
F. DIAGNOSIS
a. Ikterus Obstruktif Intrahepatik
1) Tes fungsi hati : Abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : Merupakan batasan nilai
untuk membedakan hepatitis virus dari non virus.
2) AST (SGOT)/ALT(SGPT) : Awalnya meningkat. Dapat meningkat dalam 1-2 minggu
sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
3) Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan
enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
4) Leukopenia : Trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
5) Diferensial darah lengkap : Leukositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel
plasma.
6) Alkali fosfatase : Agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
a) Peningkatan level bilirubin direk (terkonjugasi) (> 0,4 mg/ml), Normal = 0,1-0,3
mg/ml.
b) Peningkatan level bilirubin indirek (tak terkonjugasi) (> 0,8 mg/ml), Normal = 0,2-0,8
mg/ml.
c) Tidak adanya bilirubin dalam urin atau peningkatan bilirubin urin (konsentrasi tinggi
dalam darah).
d) Peningkatan urobilinogen (> 4 mg/24 jam) tergantung pada kemampuan hati untuk
mengabsorbsi urobilinogen dari sistem portal, Normal = 0-4 mg/hari.
e) Menurunnya urobilinogen fekal (< 40 mg/24 jam), Normal = 40-280 mg/hari, karena
tidak mencapai usus.
f) Peningkatan alkalin fosfat dan level kolesterol karena tidak dapat diekskresi ke
kandung empedu secara normal.
g) Pada kasus penyakit hati yang sudah parah, penurunan level kolesterol
mengindikasikan ketidakmampuan hati untuk mensintesisnya.
h) Peningkatan garam empedu yang menyebabkan deposisi di kulit, sehingga
menimbulkan pruritus.
i) Pemanjangan waktu PTT (Prothrombin Time) (> 40 detik) dikarenakan penurunan
absorbsi vitamin K.
G. TATALAKSANA
a. Ikterus Obstruktif Intrahepatik
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepetitis virus akut. Tirah baring selama fase akut
penting dilakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya
merupakan makanan yang paling dapat dimakan oleh penderita. Pemberian makanan
secara intravena mungkin perlu diberikan selama fase akut bila pasien terus menerus
muntah. Aktifitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala mereda dan tes fungsi
hati kembali normal.
b. Ikterus Obstruktif Ekstrahepatik
Operasi pengangkatan kandung empedu melalui pembedahan tradisional dianggap
sebagai cara pendekatan yang baku dalam penatalaksanaan penyakit ini. Namun
demikian, perubahan dramatis telah terjadi dalam penatalaksanaan bedah dan
Sebuah kateter dan alat disertai jaring yang terpasang padanya disisipkan lewat
saluran T-tube atau lewat fistule yang terbentuk pada saat insersi T-tube, jaring
digunakan untuk memegang dan menarik keluar batu yang terjepit dalam duktus
koledokus.
e) Extracorporeal Shock-Wafe Lithotripsy (ESWL)
Prosedur litotripsi atau ESWL ini telah berhasil memecah batu empedu tanpa
pembedahan. Prosedur noninvasif ini menggunakan gelombang kejut berulang
(repeated shock waves) kepada batu empedu di dalam kandung empedu atau duktus
koledokus.
f) Litotripsi Intrakorporeal
Pada litotripsi intrakorporeal, batu yang ada dalam kandung empedu atau duktus
koledokus dapat dipecah dengan menggunakan gelombang ultrasound, laser berpulsa
atau litotripsi hidrolik yang dipasang pada endoskop, dan diarahkan langsung pada
batu. Kemudian fragmen batu atau debris dikeluarkan dengan cara irigasi dan
aspirasi.
2) Penatalaksanaan Bedah
Penanganan bedah pada penyakit kandung empedu dan batu empedu dilaksanakan
untuk mengurangi gejala yang sudah berlangsung lama, untuk menghilangkan
penyebab kolik bilier dan untuk mengatasi kolesistitis akut. Pembedahan dapat efektif
kalau gejala yang dirasakan klien sudah mereda atau bisa dikerjakan sebagai suatu
prosedur darurat bilamana kondisi pasien mengharuskannya.
a) Kolesistektomi
Kolesistektomi merupakan salah satu prosedur yang paling sering dilakukan, di
Amerika lebih dari 600.000 orang menjalani pembedahan ini setiap tahunnya. Dalam
prosedur ini, kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
b) Minikolesistektomi
Minikolesistektomi merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandung empedu
lewat insisi selebar 4 cm.
c) Kolesistektomi Laparoskopik (atau endoskopik)
Prosedur ini dilakukan lewat luka insisi yang kecil atau luka tusukan melalui dinding
abdomen pada umbilikus. Pada prosedur kolesistektomi endoskopik, rongga abdomen
dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum
falsiformis.
Lobus-Lobus Hepar
Pada lobus hepatis dextra, terdapat fossa sagittalis sinistra, fossa sagittalis
dextra, dan porta hepatis. Fossa sagittalis sinistra hepatis terdiri dari fossa ductus
venosi dan fossa venae umbilicalis. Fossa sagittalis dextra terdiri dari fossa vesicae
fellea dan fossa
venae
cavae.
Porta
hepatis
membentuk
lobus
quadratus
sinistra.
Pada
lobus
ini,
terdapat impressio
gastrica,tuber
Ligamentum Hepar
Ligamenta hepatis terdiri dari:
1 Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding ant. abd dan terletak
2
Vascularisasi Hepar
Sirkulasi portal
Hepatica communis
Aliran Limfe
Hepar menghasilkan banyak cairan limfe, sekitar sepertiga sampai setengah
jumlah seluruh cairan limfe tubuh. Pembuluh limfe meninggalkan Hepar dan masuk
ke dalam sejumlah kelenjar limfe yang ada di dalam porta hepatis. Pembuluh aferen
berjalan ke nodi coeliaci. Beberapa pembuluh limfe berjalan dari area nuda melalui
diaphragma ke nodi lymphoidei mediastinales posteriores.
Persarafan
Saraf simpatis dan parasimpatis membentuk plexus coeliacus. Truncus vagalis
anterior mempercabangkan banyak rami hepatici yang berjalan langsung ke hepar.
Innervasi hepar
1 Nn. Splanchnici (simpatis)
2 N. Vagus dexter et sinister (chorda anterior dan chorda posterior), dan
3 N. Phrenicus dexter (viscero-afferent)
Empedu disekresi secara terus menerus oleh hepar masuk ke saluran empedu
yang kecil dalam hepar. Saluran empedu yang kecil bersatu membentuk dua saluran
lebih besar yan keluar dari permukaan bawah hepar sebagai duktus hepatikus kana
dan kiri, yang segera bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus
hepatikus bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus. Duktus
koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula Vateri sebelum
bermuara ke usus halus. Bagian terminal dari kedua saluran dan ampula dikelilingi
oleh serabut otot sirkular yang dikenal sebagai Sfingter Oddi.
Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu.
Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 40-60 ml empedu. Dalam kandung
empedu, pembulluh limfe dan pembuluh darah mengabsorpsi air dan garam-garam
anorganik, sehingga empedu dalam kandung empedu kira-kira 5x lebih pekat
dibandingkan empedu Hepar. Secara berkala, kandung empedu mengososngkan
isinya ke dalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan ototnya dan relaksasi
sfingter Oddi. Hormon kolesistokinin (CCK) dilepaskan dari sel duodenal akibat
hasil pencernaan dari protein dan lipid, dan hal ini merangsang terjadinya kontraksi
kandung empedu.
Sistem biliaris secara luas dibagi menjadi dua komponen, jalur intra-hepatik
dan ekstra-hepatik. Unit sekresi Hepar (hepatosit dan sel epitel bilier, termasuk
kelenjar peribilier), kanalikuli empedu, duktulus empedu (kanal Hearing), dan
duktus biliaris intrahepatik membentuk saluran intrahepatik dimana duktus biliaris
ekstrahepatik (kanan dan kiri), duktus hepatikus komunis, duktus sistikus, kandung
empedu, dan duktus biliaris komunis merupakan komponen ekstrahepatik
percabangan biliaris.
Duktus biliaris ekstrahepatal terdiri atas duktus hepatikus kiri dan kanan,
common hepatic duct, duktus sistikus, dan common bile duct atau duktus
koledokus.
Pasokan darah ke kandung empedu adalah melalui arteri sistika; yang akan
terbagi menjadi anterior dan posterior, secara khas merupakan cabang dari arteri
hepatika kanan, tetapi asal dari arteri sistika bervariasi. Arteri sistika muncul dari
segitiga Calot (dibentuk oleh duktus sistikus, common hepatic duct dan ujung
hepar). Drainase vena dari kandung empedu bervariasi, biasanya ke dalam cabang
kanan dari vena porta. Aliran limfe masuk secara langsung ke dalam Hepar dan
juga ke nodus-nodus di sepanjang permukaan vena porta.
Persarafannya berasal dari vagus dan cabang simpatik yang melewati celiac
plexus (preganglionik T8-9). Impuls dari liver, kandung empedu, dan bile ducts
melewari aferen simpatetik melalui splanknik nerve dan menyebabkan nyeri kolik.
Saraf muncul dari aksis seliak dan terletak di sepanjang arteri hepatica. Sensasi
nyeri diperantarai oleh serat viseral, simpatis. Rangsangan motoris untuk kontraksi
kandung empedu dibawa melalui cabang vagus dan ganglion seliaka.
Daftar Pustaka
Brunner & suddart, Keperawatan Medical Bedah Vol 2. Jakarta.EGC, 2001
Gunawan.G.Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Guyton AC, Hall JE. Sistem Saluran Empedu dalam: Buku Ajar
FisiologiKedokteran. Edisi ke-9. Jakarta: EGC, 1997. 1028-1029.
Lesmana L. Batu Empedu dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi
IV.Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2007.479 - 481
Lumbantobing S. M, Pemeriksaan fisik dan Mental, Jakarta: Fakultas
kedokteran Univeritas Indonesia, 1998.
Naskah Lengkap New Horizon of Diagnosis and Treatment in Internal
Medicine Temu Ilmiah Penyakit Dalam FK Unsri 2012
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit.
Jakarta: EGC.
Satria, BI. 2013. Batu Empedu. Medan: Universitas Sumatera Utara