Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSTRAK
Bencana alam menjadi permasalahan yang terjadi di negara ini. Berada di garis katulistiwa
menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis dengan curah hujan tinggi, akibatnya bangsa ini menjadi
sangat rentan terhadap bencana banjir. Provinsi Jawa Timur adalah salah satu wilayah di Indonesia
yang sering terjadi bencana alam. Sungai Bang adalah sebuah sungai yang berada di wilayah Malang,
Jawa Timur yang merupakan kawasan wisata dan berpotensi mengalami kejadian banjir. Prediksi luas
genangan dan pola aliran di Sungai Bang dimodelkan dengan menggunakan bantuan HEC
GeoRAS (Hydrologic Engineering Centre Geographic and River Analysis System) versi 3.1, yaitu
sebuah ekstensi yang berguna untuk mengkoneksikan antara 2 (dua) software utama, yaitu HEC RAS
versi 4.1.0 dan Arc View GIS versi 3.3. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa pemodelan software,
didapat luas genangan maksimum terjadi sebesar 4,99 km2 pada kala ulang Q50 dengan tata guna lahan
tahun 2010, sedangkan rata-rata kedalaman maksimum terjadi sebesar 4,15 m pada kala ulang Q50 dengan
tata guna lahan tahun 2010. Besar pengaruh perubahan lahan tahun 2001 ke 2010 terhadap luas terjadi
peningkatan sebesar 0,4% dan kedalaman genangan terjadi peningkatan 0,5% di sungai Sub DAS Bang.
Kata kunci: banjir, simulasi, genangan, kedalaman
ABSTRACT
Natural disaster is become a problem that occurs in this country. Indonesia is lie on equatorial area
that makes this country has tropical climate with high rainfall that makes this country is vulnerable to flood
disaster. East Java province is one of region in Indonesia with natural disaster that occured frequently. Bang
River is lie on Malang, East Java. This is tourism area with potential floods occurence. The inundiation
widespread prediction and flow scheme on Bang River is modeled by using HEC GeoRAS (Hydrologic
Engineering Centre Geographic and River Analysis System) version 3.1, this program is an application
that are used to make a connection between 2 (two) main program, i.e. HEC RAS version 4.1.0 dan Arc View
GIS version 3.3. Based on the calculation and modelling program analysis, so that can be obtained a
relation between the change of land use that affects the value of designed flood discharge (Qr) with
inundiation widespread and depth that occured in Bang River. From Hydraulic Modelling Simulation, it is
2
found that the occured maximum inundation widespread value is 4,99 km in Q50 period with using land
use in year 2010. However, the occured mean maximum depth value is 4,15 m in Q50 period with using
land use in year 2010. There is significant change of land use in the amount of 0,4% between year 2001 to
2010, and the increasing inundiation depth within 0,5% on Bang Subwatershed.
keywords: flood, simulation, inundation, depth
1. PENDAHULUAN
Lebih dari 50% wilayah provinsi Jawa
Timur memiliki potensi kejadian bencana
banjir yang tinggi. Sub DAS Bang yang
ada di Kabupaten Malang dan termasuk
wilayah yang memiliki potensi kejadian
bencana banjir yang tinggi.
Tujuan dari studi ini adalah untuk
mengetahui luas dan kedalaman genangan
pada sungai di Sub DAS Bang jika terjadi
perubahan tataguna lahan didaerah sekitar
Sub DAS Bang.
Manfaat dari studi ini adalah dinamika
dan modelnya Sub DAS Bang dapat
diketahui dan dapat dimanfaatkan sebagai
acuan pengembangan dan pengelolaan
wilayah
disekitar
sungai
kepada
masyarakat, pemerintah dan komponenkomponen lainnya. Dan sebagai kalibrasi
untuk permasalahan sejenis yang terjadi di
daerah lain yang membutuhkan analisa
prediksi untuk genangan terhadap banjir.
Sehingga kerugian materiil atau non
materiil dapat teratasi.
2. KAJIAN PUSTAKA
Analisa Hidrologi
Uji
konsistensi berarti menguji
kebenaran data lapangan yang tidak
dipengaruhi oleh kesalahan pada saat
pengiriman atau saat pengukuran, data
tersebut harus betul-betul menggambarkan
fenomena hidrologi seperti keadaan
sebenarnya di lapangan. Dengan kata lain
data hidrologi disebut tidak konsisten
apabila terdapat perbedaan antara nilai
pengukuran dengan nilai sebenarnya
(Soewarno, 1995:23)
Uji konsistensi yang dilakukan
adalah dengan menggunakan metode
RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums).
Cara ini dilakukan dengan cara
menghitung
nilai
kumulatif
penyimpangannya terhadap nilai rata-rata
(mean) dengan persamaan berikut:
S*o = 0
k
S*k =
(Yi Y)
i 1
Dengan :
K = 1,2,3, ... ,n
S *k
Dy
S**k =
k
Dy2 =
(Yi Y )
i 1
n
Pengujian dengan menggunakan data
dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian
dengan komulatif penyimpangan terhadap
nilai rata-rata dibagi dengan akar
komulatif rerata penyimpangan kuadrat
terhadap nilai reratanya, lebih jelas lagi
bisa dilihat pada rumus, nilai statistik Q
dan R.
90%
1.05
1.10
1.12
1.13
1.14
1.17
1.22
Q/n
95%
1.14
1.22
1.24
1.26
1.27
1.29
1.36
99%
1.29
1.42
1.46
1.50
1.52
1.55
1.63
90%
1.21
1.34
1.40
1.42
1.44
1.50
1.62
R/n
95%
1.28
1.43
1.50
1.53
1.55
1.62
1.75
99%
1.38
1.60
1.70
1.74
1.78
1.86
2.00
Sumber:Harto(2009:41)
R24 t
.
t T
dimana:
IT =intensitas curah hujan dalam T jam
(mm/jam)
R24 =curah hujan harian (mm)
T
=waktu hujan dari awal sampai jam
ke t (jam)
t
=lama curah hujan (jam)
I T
a. Hidrograf
Banjir Rancangan
Satuan Sintetik Nakayasu
Untuk memperkirakan debit banjir
yang akan terjadi dapat dilakukan analisis
Rainfall (Runoff Model) dengan metode
Nakayasu.
A * Ro
3,6 * (0,3 * TP T0.3 )
Persamaan umum hidrograf satuan
sintetik Nakayasu adalah sebagai berikut
(Soemarto, 1987):
dengan:
QP
= debit puncak banjir (m3/det),
R0
= hujan satuan (mm),
TP
= tenggang waktu dari permulaan
hujan sampai puncak banjir
(jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh
penurunan debit, dari debit
QP
2.4
dengan:
Qa
= limpasan sebelum mencapai debit
puncak (m3/dtk),
T
= waktu,
Qp
= debit puncak (m3/dtk)
Bagian lengkung turun (decreasing limb)
Untuk, Qd > 0.3 Qp
t TP
T0.3
Qd QP 0.3
Untuk, 0.3.Qp > Qd > 0.32Qp
t TP 0.5T0.3
1.5T0.3
Qd QP 0.3
Untuk, 0.32Qp > Qd
t TP 1.5T0.3
2T0.3
Qd QP 0.3
T0.3 = . Tg
dengan ketentuan:
- untuk daerah pengaliran biasa = 2,
- untuk bagian naik hidrograf yang
lambat dan bagian menurun yang
cepat = 1.5
- untuk bagian naik hidrograf yang
cepat dan bagian menurun yang
lambat = 3.
Tenggang waktu,
Tp = tg + 0.8 tr
Untuk:
L < 15 km
tg = 0.21 L0.7
L > 15 km
tg = 0.4 + 0.058 L
dengan:
L = panjang sungai (km),
tg = waktu konsentrasi (jam),
tr = 0.5tg sampai tg.
b. Koefisien Pengaliran
Koefisien Pengaliran (C) adalah
perbandingan antara jumlah air yang
mengalir di suatu daerah akibat turunnya
hujan dengan jumlah air hujan yang turun
di daerah tersebut. Besarnya koefisien
Tahun
Curah Hujan
Pada studi ini digunakan maximum
annual series untuk mengambil seri data
hujan maksimum tahunan. Tabel berikut
menampilkan data hujan maksimum
tahunan Stasiun Sitiarjo:
Tabel 3. Rekapitulasi
Curah
Hujan
maksimum
Daerah
Harian
Maksimum tahunan.
Tahun
1999
157.0
2000
157.0
2001
103.0
2002
85.0
2003
121.0
2004
210.0
2005
136.0
2006
60.0
Sumber: Hasil Perhitungan
Tahun
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Tahun
1
1999
2
2000
3
2001
4
2002
5
2003
6
2004
7
2005
8
2006
9
2007
10
2008
Mean X
Std. Deviasi X
X (mm)
Log X
157
157
103
85
121
210
136
60
32
35
109.6
57.828
2.2
2.2
2.01
1.93
2.08
2.32
2.13
1.78
1.51
1.54
1.97
0.28
Distribusi Hujan
Pada studi ini digunakan distribusi
hujan metode ABM (alternating block
method). Metode tersebut mengurutkan
hujan dengan puncak di tengah. Tabel b
dan Tabel c. menampilkan distribusi hujan
jam-jaman untuk berbagai kala ulang
dengan dasar perhitungan analisa frekuensi
Normal.
25 th
27 th
50 th
100 th
200 th
6.7%
6.7%
4.73
6.83
7.93
9.00
9.07
9.85
10.55
11.17
10.0%
16.8%
7.04
10.16
11.79
13.38
13.49
14.65
15.69
16.62
55.0%
71.8%
38.61
55.72
64.68
73.41
73.98
80.37
86.07
91.17
14.3%
86.1%
10.04
14.48
16.81
19.08
19.23
20.89
22.37
23.70
8.0%
94.1%
5.60
8.09
9.39
10.66
10.74
11.67
12.49
13.23
5.9%
100.0%
4.14
5.97
6.93
7.87
7.93
8.61
9.22
9.77
109.60
158.18
183.62
208.39
210.00
228.15
244.34
258.80
HUJAN RANCANGAN
KO EFISIEN PENGALIRAN
HUJAN EFEKTIF
5 th
10 th
0.64
0.64
0.64
0.64
0.64
0.64
0.64
0.64
70.16
101.25
117.54
133.40
134.43
146.04
156.41
165.66
25 th
27 th
50 th
100 th
200 th
6.7%
6.7%
5.00
7.22
8.38
9.51
9.58
10.41
11.15
11.81
10.0%
16.8%
7.44
10.74
12.46
14.15
14.26
15.49
16.59
17.57
55.0%
71.8%
40.80
58.89
68.36
77.58
78.19
84.94
90.97
96.35
14.3%
86.1%
10.61
15.31
17.77
20.17
20.32
22.08
23.64
25.04
8.0%
94.1%
5.92
8.55
9.92
11.26
11.35
12.33
13.20
13.99
5.9%
100.0%
4.37
6.31
7.32
8.31
8.38
9.10
9.75
10.32
109.60
158.18
183.62
208.39
210.00
228.15
244.34
258.80
HUJAN RANCANGAN
KO EFISIEN PENGALIRAN
HUJAN EFEKTIF
5 th
10 th
0.68
0.68
0.68
0.68
0.68
0.68
0.68
0.68
74.15
107.01
124.22
140.98
142.07
154.35
165.30
175.08
Kala Ulang
2
5
10
25
27
50
100
200
30
20
28.1
32.3
36.5
38.7
39.8
42.5
44.9
Kala Ulang
2
5
10
25
27
50
100
200
30
21
29.6
34.1
38.4
38.7
41.9
44.8
47.3
jangkauan
sungai
yang
saling
berhubungan. Pada program HEC-RAS,
skema sistem sungai merupakan data awal
yang dibutuhkan sebelum data lain
dimasukkan
Gambar 1.
c. Hasil Simulasi
Dari hasil simulasi oleh software HEC
RAS dan Arc View GIS 3.3 dengan
bantuan ekstensi Hec GeoRAS, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Pasang Surut
Data pasang surut diperlukan
dalam studi ini sebagai input outflow
muka air pada hilir sungai Bang. Gerakan
air (pasang surut) perairan pantai Sendang
Biru pada umumnya mempunyai tipe
pasang surut campuran condong ke harian
ganda (mixed tide prevailing semi
diurnal). Data pasang surut yang
digunakan sebagai input outflow dalam
studi ini adalah data pencatatan pasang
surut
hasil
pengukuran
penelitian
sebelumnya yang ada di Sendang Biru
pada tanggal 1 16 oktober 2005.
Dikarenakan simulasi ini bertujuan untuk
mengetahui
kemungkinan
terburuk
kondisi banjir, maka data yang digunakan
adalah pada saat pasang tertinggi yaitu
pada tanggal 7 oktober 2005.
b. Kalibrasi Model
Pada studi digunakan elevasi tinggi
penampang sungai pada patok 30 (elevasi
+33,15). Berdasarkan hasil survey
(wawancara warga) pada hujan tahun
2004 yang dikalibrasi dengan curah hujan
historis dengan kala ulang 27 tahun muka
air berada 1.02 meter di atas penampang
sungai (elevasi +34,27). Kalibrasi
dilakukan dengan melakukan perubahan
pada nilai n (koefisien manning).
Percobaan dilakukan pada nilai 0,020
sampai dengan 0,025. Hasil yang
mendekati kondisi lapangan adalah 0,023.
Nilai tersebut termasuk saluran besar
dengan jenis saluran bersih, sedikit
tanaman.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Output
Hasil
Simulasi
Kedalaman Genangan Q27
dengan
Tataguna Lahan
Tahun 2001
Gambar 5.
Output
Hasil
Simulasi
Kedalaman Genangan Q50
dengan Tataguna Lahan
Tahun 2001
Gambar 8.
Output
Hasil
Simulasi
Kedalaman Genangan Q27
dengan Tataguna Lahan
Tahun 2010
Gambar 6.
Gambar 9.
Output
Hasil
Simulasi
Kedalaman Genangan Q5
dengan Tataguna Lahan
Tahun 2010
Output
Hasil
Simulasi
Kedalaman Genangan Q50
dengan Tataguna Lahan
Tahun 2010
Gambar 7.
Output
Hasil
Simulasi
Kedalaman Genangan Q10
dengan Tataguna Lahan
Tahun 2010
Rata-rata
Luas
Kedalaman
Genangan
Genangan
(Q)
(A)
(H)
(m/dt)
(km)
(m)
Debit
Q5
124.82
4.18
3.509
Q10
144.3
4.19
3.643
Q27
173.64
4.2
3.669
Q50
178.39
4.25
3.695
Rata-rata
Luas
Kedalaman
Genangan
Genangan
(Q)
(A)
(H)
(m/dt)
(km)
(m)
Debit
Q5
131.71
4.19
3.572
Q10
Q27
152.3
4.2
3.729
173.64
4.21
3.781
Q50
188.32
4.29
3.854
sedangkan
rata-rata
kedalaman
maksimum terjadi sebesar 4,15 m pada
kala ulang Q50 dengan tata guna lahan
tahun 2010.
2. Besar pengaruh perubahan lahan tahun
2001 ke 2010 terhadap luas terjadi
peningkatan
sebesar
0,4%
dan
kedalaman
genangan
terjadi
peningkatan 0,5% di sungai Sub DAS
Bang.
6. DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pekerjaan Umum. 2004.
Undang undang Nomor 7 Tahun
2004 Tentang Sumber Daya Air.
Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum. 2009.
Peta Kejadian Bencana Banjir tahun
1979 2009. Jakarta : Badan
Nasional Penanggulangan Bencana
(BNBP).
Gambar 3.
Grafik
perbandingan
pengaruh
perubahan
tataguna lahan terhadap
kedalaman maksimal
5. KESIMPULAN
Kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pemodelan genangan dengan
menggunakan Hec-Georas 3.1, didapat
luas genangan maksimum terjadi
sebesar 4,99 km2 pada kala ulang Q50
dengan tata guna lahan tahun 2010,
kabupaten
Semarang).Tugas
Akhir.
Semarang:
Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas
Teknik
Universitas
Diponegoro.
Nolan, Brook. 2010. Ekonomi Politik
Masyarakat
Nelayan
Kecil:
Sebuah
Studi Perbandingan
Masyarakat
Pendatang
di
Rote
Ndao
dan
Jawa
Timur.Laporan Hasil Penelitian.
Malang: Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu
Politik
Universitas
Muhammadiyah.
Prasetyorini, Linda. 2007. Kajian
Pengendalian Banjir di Hilir Sungai
Cideres
Deet
kabupaten
Majalengka.
Skripsi
tidak
diterbitkan.
Malang:
Jurusan
Pengairan
Fakultas
Teknik
Universitas Brawijaya.
Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik.
Surabaya: Usaha Nasional Gadjah
Mada University Press.Yogyakarta.
Suwarno. 1991. Hidrologi. Bandung:
Nova.
US Army Corps Of Engginers. Hydraulic
References Manual. 2001. USA:
Hydraulic Engineering Centre.