Você está na página 1de 10

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN LAHAN TERHADAP LUAS DAN

KEDALAMAN GENANGAN DI SUB DAS BANG MALANG


Syaiful Amrie1, . Lily Montarcih L 2, Widandi Soetopo 2
Mahasiswa Teknik Pengairan, 2Dosen Teknik Pengairan
syaifulamrie@rocketmail.com, -, -

ABSTRAK
Bencana alam menjadi permasalahan yang terjadi di negara ini. Berada di garis katulistiwa
menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis dengan curah hujan tinggi, akibatnya bangsa ini menjadi
sangat rentan terhadap bencana banjir. Provinsi Jawa Timur adalah salah satu wilayah di Indonesia
yang sering terjadi bencana alam. Sungai Bang adalah sebuah sungai yang berada di wilayah Malang,
Jawa Timur yang merupakan kawasan wisata dan berpotensi mengalami kejadian banjir. Prediksi luas
genangan dan pola aliran di Sungai Bang dimodelkan dengan menggunakan bantuan HEC
GeoRAS (Hydrologic Engineering Centre Geographic and River Analysis System) versi 3.1, yaitu
sebuah ekstensi yang berguna untuk mengkoneksikan antara 2 (dua) software utama, yaitu HEC RAS
versi 4.1.0 dan Arc View GIS versi 3.3. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa pemodelan software,
didapat luas genangan maksimum terjadi sebesar 4,99 km2 pada kala ulang Q50 dengan tata guna lahan
tahun 2010, sedangkan rata-rata kedalaman maksimum terjadi sebesar 4,15 m pada kala ulang Q50 dengan
tata guna lahan tahun 2010. Besar pengaruh perubahan lahan tahun 2001 ke 2010 terhadap luas terjadi
peningkatan sebesar 0,4% dan kedalaman genangan terjadi peningkatan 0,5% di sungai Sub DAS Bang.
Kata kunci: banjir, simulasi, genangan, kedalaman

ABSTRACT
Natural disaster is become a problem that occurs in this country. Indonesia is lie on equatorial area
that makes this country has tropical climate with high rainfall that makes this country is vulnerable to flood
disaster. East Java province is one of region in Indonesia with natural disaster that occured frequently. Bang
River is lie on Malang, East Java. This is tourism area with potential floods occurence. The inundiation
widespread prediction and flow scheme on Bang River is modeled by using HEC GeoRAS (Hydrologic
Engineering Centre Geographic and River Analysis System) version 3.1, this program is an application
that are used to make a connection between 2 (two) main program, i.e. HEC RAS version 4.1.0 dan Arc View
GIS version 3.3. Based on the calculation and modelling program analysis, so that can be obtained a
relation between the change of land use that affects the value of designed flood discharge (Qr) with
inundiation widespread and depth that occured in Bang River. From Hydraulic Modelling Simulation, it is
2
found that the occured maximum inundation widespread value is 4,99 km in Q50 period with using land
use in year 2010. However, the occured mean maximum depth value is 4,15 m in Q50 period with using
land use in year 2010. There is significant change of land use in the amount of 0,4% between year 2001 to
2010, and the increasing inundiation depth within 0,5% on Bang Subwatershed.
keywords: flood, simulation, inundation, depth

1. PENDAHULUAN
Lebih dari 50% wilayah provinsi Jawa
Timur memiliki potensi kejadian bencana
banjir yang tinggi. Sub DAS Bang yang
ada di Kabupaten Malang dan termasuk
wilayah yang memiliki potensi kejadian
bencana banjir yang tinggi.
Tujuan dari studi ini adalah untuk
mengetahui luas dan kedalaman genangan
pada sungai di Sub DAS Bang jika terjadi
perubahan tataguna lahan didaerah sekitar
Sub DAS Bang.
Manfaat dari studi ini adalah dinamika
dan modelnya Sub DAS Bang dapat
diketahui dan dapat dimanfaatkan sebagai
acuan pengembangan dan pengelolaan
wilayah
disekitar
sungai
kepada
masyarakat, pemerintah dan komponenkomponen lainnya. Dan sebagai kalibrasi
untuk permasalahan sejenis yang terjadi di
daerah lain yang membutuhkan analisa
prediksi untuk genangan terhadap banjir.
Sehingga kerugian materiil atau non
materiil dapat teratasi.
2. KAJIAN PUSTAKA
Analisa Hidrologi
Uji
konsistensi berarti menguji
kebenaran data lapangan yang tidak
dipengaruhi oleh kesalahan pada saat
pengiriman atau saat pengukuran, data
tersebut harus betul-betul menggambarkan
fenomena hidrologi seperti keadaan
sebenarnya di lapangan. Dengan kata lain
data hidrologi disebut tidak konsisten
apabila terdapat perbedaan antara nilai
pengukuran dengan nilai sebenarnya
(Soewarno, 1995:23)
Uji konsistensi yang dilakukan
adalah dengan menggunakan metode
RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums).
Cara ini dilakukan dengan cara
menghitung
nilai
kumulatif
penyimpangannya terhadap nilai rata-rata
(mean) dengan persamaan berikut:
S*o = 0
k

S*k =

(Yi Y)
i 1

Dengan :
K = 1,2,3, ... ,n
S *k
Dy

S**k =
k

Dy2 =

(Yi Y )

i 1

n
Pengujian dengan menggunakan data
dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian
dengan komulatif penyimpangan terhadap
nilai rata-rata dibagi dengan akar
komulatif rerata penyimpangan kuadrat
terhadap nilai reratanya, lebih jelas lagi
bisa dilihat pada rumus, nilai statistik Q
dan R.

Nilai statistik Q dan R


Q = maks S**k untuk 0 k n
R = maks S**k min S**k
dengan :
S*o = simpangan awal
S*k = simpangan mutlak
S**k = nilai konsistensi data
n
= jumlah data
Dy
= simpangan rata-rata
Q
= nilai statistik Q untuk 0 k n
R
= nilai statistik (range)
Dengan melihat nilai statistik diatas
maka dapat dicari nilai Q/n dan R/n.
Hasil yang di dapat dibandingkan dengan
nilai Q/n syarat dan R/n syarat, jika
lebih kecil maka data masih dalam
batasan konsisten.
Tabel 1. Nilai Q/n0.5 dan R/n0.5
n
10
20
30
40
50
100

90%
1.05
1.10
1.12
1.13
1.14
1.17
1.22

Q/n
95%
1.14
1.22
1.24
1.26
1.27
1.29
1.36

99%
1.29
1.42
1.46
1.50
1.52
1.55
1.63

90%
1.21
1.34
1.40
1.42
1.44
1.50
1.62

R/n
95%
1.28
1.43
1.50
1.53
1.55
1.62
1.75

99%
1.38
1.60
1.70
1.74
1.78
1.86
2.00

Sumber:Harto(2009:41)

Perhitungan rerata curah hujan diperlukan untuk mendapatkan nilai koefisien


kepencengan (Cs), koefisien kepuncakan
(Ck), dan koefisien keseragaman (Cv).
Penentuan curah hujan rancangan
dengan periode ulang tertentu dihitung
dengan menggunakan analisis frekuensi
dalam hal ini dengan menggunakan
metode metode Normal, Log Normal,
Gumbel atau Log Pearson III. Untuk
menguji diterima atau tidaknya distribusi,

maka dilakukan pengujian simpangan


horizontal yakni uji Smirnov Kolmogorov
dan pengujian simpangan vertikal, yakni
Chi Square.
Analisa Debit Banjir Rancangan
Sebelum melakukan perhitungan debit
banjir
rancangan
(Design
Flood)
diperlukan perhitungan intensitas hujan.
Analisis intensitas curah hujan ini dapat
diproses dari data curah hujan yang telah
terjadi di masa lampau. Intensitas hujan
dapat diperoleh dari data hujan otomatis
sehingga diperoleh hujan dengan durasi
singkat. Apabila data yang tersedia adalah
data hujan harian Mononobe (Suyono dan
Takeda, 1983) memberikan persamaan
sebagai berikut:
2
3

R24 t
.
t T
dimana:
IT =intensitas curah hujan dalam T jam
(mm/jam)
R24 =curah hujan harian (mm)
T
=waktu hujan dari awal sampai jam
ke t (jam)
t
=lama curah hujan (jam)
I T

a. Hidrograf
Banjir Rancangan
Satuan Sintetik Nakayasu
Untuk memperkirakan debit banjir
yang akan terjadi dapat dilakukan analisis
Rainfall (Runoff Model) dengan metode
Nakayasu.
A * Ro
3,6 * (0,3 * TP T0.3 )
Persamaan umum hidrograf satuan
sintetik Nakayasu adalah sebagai berikut
(Soemarto, 1987):
dengan:
QP
= debit puncak banjir (m3/det),
R0
= hujan satuan (mm),
TP
= tenggang waktu dari permulaan
hujan sampai puncak banjir
(jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh
penurunan debit, dari debit
QP

puncak sampai menjadi 30 %


dari debit puncak.
Bagian lengkung naik (rising limb)
hidrograf satuan mempunyai persamaan:
t
Qa QP
TP

2.4

dengan:
Qa
= limpasan sebelum mencapai debit
puncak (m3/dtk),
T
= waktu,
Qp
= debit puncak (m3/dtk)
Bagian lengkung turun (decreasing limb)
Untuk, Qd > 0.3 Qp
t TP
T0.3

Qd QP 0.3
Untuk, 0.3.Qp > Qd > 0.32Qp
t TP 0.5T0.3
1.5T0.3

Qd QP 0.3
Untuk, 0.32Qp > Qd
t TP 1.5T0.3
2T0.3

Qd QP 0.3
T0.3 = . Tg
dengan ketentuan:
- untuk daerah pengaliran biasa = 2,
- untuk bagian naik hidrograf yang
lambat dan bagian menurun yang
cepat = 1.5
- untuk bagian naik hidrograf yang
cepat dan bagian menurun yang
lambat = 3.
Tenggang waktu,
Tp = tg + 0.8 tr
Untuk:
L < 15 km
tg = 0.21 L0.7
L > 15 km
tg = 0.4 + 0.058 L
dengan:
L = panjang sungai (km),
tg = waktu konsentrasi (jam),
tr = 0.5tg sampai tg.
b. Koefisien Pengaliran
Koefisien Pengaliran (C) adalah
perbandingan antara jumlah air yang
mengalir di suatu daerah akibat turunnya
hujan dengan jumlah air hujan yang turun
di daerah tersebut. Besarnya koefisien

pengaliran tergantung pada daerah


pengaliran dan karakteristik hujan pada
suatu daerah yang meliputi: keadaan
hujan, luas dan bentuk daerah pengaliran,
kemiringan daerah pengaliran, daya
infiltrasi dan perkolasi tanah, kebasahan
tanah, suhu, udara, angin, evaporasi, tata
guna lahan.
Jumlah Limpasan
C
Jumlah Curah Hujan
c. Hidrograf Banjir Rancangan
Dari hasil perhitungan hidrograf satuan
akan didapat suatu bentuk satuan
hidrograf yang mendekati dengan sifat
aliran banjir sungai yang ada, yang selanjutnya hidrograf banjir untuk berbagai
kala ulang dapat dihitung dengan mempergunakan persamaan-persamaan yang
ada pada salah satu metode yang sesuai
tersebut di atas.
Hidrograf banjir untuk berbagai kala
ulang dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
Qk = U1Ri + U2Ri-1 + U3Ri-2 + .. +
UnRi-n+1 + Bf
dengan :
Qk = Ordinat hidrograf banjir pada jam
ke k
Un = Ordinat hidrograf satuan
Ri = Hujan netto (efektif) pada jam ke I
Bf = Aliran dasar (base flow)
(Harto,1993:159).
Analisa Profil Aliran
Elevasi muka air pada alur sungai perlu
dianalisis untuk mengetahui pada sisi
mana terjadi luapan pada alur sungai atau
juga dapat digunakan untuk mengetahui
dimana terjadi hambatan pada alur sungai,
Sehingga dapat ditentukan dimensi dari
perbaikan sungai.
Sebagai alat bantu analisa profil muka
air digunakan program HEC-RAS versi
4.1 untuk kondisi aliran steady (tanpa
pasang surut) dan unsteady (dengan
pengaruh pasang surut). Prosedur
perhitungan didasarkan pada penyelesaian
persamaan aliran satu dimensi melalui
saluran terbuka. Aliran satu dimensi
ditandai dengan besarnya kecepatan yang

sama pada seluruh penampang atau


digunakan kecepatan rata-rata.
3. METODOLOGI
Lokasi Daerah Studi
Studi ini berada pada kawasan Sub
DAS Bang pantai Tamban yang terletak di
desa
Tambakrejo,
kecamatan
Sumbermanjing
Wetan,
kabupaten
Malang, propinsi Jawa Timur. Pantai
Tamban secara geografis terletak di
bagian selatan khatulistiwa pada koordinat
80o26 - 80o30 lintang selatan dan
1120o38-1120o43 bujur timur.
Tahapan Perencanaan
Untuk
menyelesaikan
studi
perencanaan ini hingga mencapai maksud
maupun tujuan yang diharapkan, maka
tahapan/prosedur perhitungan dan analisa
yang dilakukan dalam studi ini dengan
merujuk dari data-data yang dibutuhkan
adalah sebagai berikut :
1. Analisa Hidrologi;
a. Uji outlier data hujan;
b. Uji Konsistensi data;
c. Penentuan curah hujan maksimal
daerah;
d. Penentuan
curah
hujan
rancangan;
e. Uji kesesuaian distribusi;
f. Uji Chi Square;
g. Uji Smirnov Kolmogorov;
h. Penentuan Koefisien pengaliran;
i. Penentuaan intensitas hujan,
meliputi sebaran hujan jam
jaman dan curah hujan Netto
jam jaman;
j. Penentuan
debit
banjir
rancangan dengan hidrograf
satuan
sintetis
metode
Nakayasu;
2. Analisa lokasi studi, meliputi
analisa daerah pengaliran sungai
berupa peta kontur serta penentuan
aliran dan dimensi penampang
sungai;
3. Analisa hidrolika ;
Perangkat lunak yang digunakan
adalah HEC-RAS 4.1 untuk
mengetahui pola aliran yang terjadi.

Langkah langkah penyelesaiannya


adalah sebagai berikut:
a. Memulai HEC-RAS 4.1;
b. Memasukkan Data Geometri;
c. Memasukkan Data Debit
(steady Flow) dan Kondisi
Batas;
d. Pemrosesan Data (Running
Data);
e. Mengeluarkan Hasil
Pemrosesan Data (Running
Data);
4. Analisa peta resiko banjir;
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Uji Pemeriksaan data Outlier
Tabel 2. Rekapitulasi uji pemeriksaan data
outlier
Curah Hujan
Log R
Maks (R)
(mm/hari)
1
2007
32
1.505
2
2008
35
1.544
3
2006
60
1.778
4
2002
85
1.929
5
2001
103
2.013
6
2003
121
2.083
7
2005
136
2.134
8
1999
157
2.196
9
2000
157
2.196
10
2004
210
2.322
Jumlah
1096
19.7
Sumber: Hasil perhitungan
n
=
10
Cs
=
0.16
Rerata
=
109.6
Sd
=
57.83
Ck
=
3.3
No

Tahun

Dari hasil perhitungan didapatkan


bahwa data di stasiun yang bersangkutan
tidak ada yang di luar batas atas (Xh) dan
batas bawah (XL), maka data di stasiun
yang bersangkutan bisa diterima.
Uji Homogenitas
Berdasarkan pengujian RAPS dapat
disimpulkan bahwa data berdasarkan
Stasiun Sitiarjo cukup konsisten pada
probabilitas 95%.

Curah Hujan
Pada studi ini digunakan maximum
annual series untuk mengambil seri data
hujan maksimum tahunan. Tabel berikut
menampilkan data hujan maksimum
tahunan Stasiun Sitiarjo:
Tabel 3. Rekapitulasi
Curah
Hujan
maksimum
Daerah
Harian
Maksimum tahunan.
Tahun

Curah Hujan (mm)

1999
157.0
2000
157.0
2001
103.0
2002
85.0
2003
121.0
2004
210.0
2005
136.0
2006
60.0
Sumber: Hasil Perhitungan

Tahun
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

Data hidrologi berupa data curah


hujan daerah maksimum tahunan yang
telah
dihitung
sebelumnya
akan
digunakan
untuk
memperkirakan
besarnya debit banjir rancangan Sungai
Bang.
Tabel 4. Perhitungan
Curah
Hujan
Rancangan Metode Normal
No

Tahun

1
1999
2
2000
3
2001
4
2002
5
2003
6
2004
7
2005
8
2006
9
2007
10
2008
Mean X
Std. Deviasi X

X (mm)

Log X

157
157
103
85
121
210
136
60
32
35
109.6
57.828

2.2
2.2
2.01
1.93
2.08
2.32
2.13
1.78
1.51
1.54
1.97
0.28

Sumber: Hasil Perhitungan

Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi


Untuk menguji diterima atau tidaknya
distribusi, maka dilakukan pengujian simpangan horizontal yakni uji Smirnov
Kolmogorov dan pengujian simpangan
vertikal, yakni uji Chi Square.
a. Uji Smirnov Kolmogorof
Dari
perhitungan
yang
telah
dilakukan, diperoleh nilai Pmax =
8,415 %. Untuk = 5 % dan n = 10,

pada tabel nilai kritis untuk uji


Smirnov Kolmogorov diperoleh Pcr
= 0,409 = 41 %. Karena Pmax <
Pcr, maka distribusinya diterima.
b. Uji Chi-Square
Dari
perhitungan
yang
telah
2
dilakukan, diperoleh nilai X hitung =
0,40. Untuk = 5 % dan DK = 1,
pada tabel nilai kritis untuk uji ChiSquare diperoleh X2cr = 3,840.
Karena X2 hitung < X2 cr, maka
hipotesanya diterima.
Curah Hujan Historis
Penelusuran hujan historis dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kala
ulang banjir pada waktu tersebut.
Berdasarkan data lapangan hujan ekstrim
terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar
210.00 mm. Dengan mengikuti hujan
rancangan Normal maka dilakukan
perhitungan terbalik.
x
= 210 mm
Mean X
= 109.6
(berdasarkan perhitungan pada metode Normal)
Std. Deviasi X = 57.83
(berdasarkan perhitungan pada metode Normal)
k
= 1.74
Kala Ulang
= 27.04

Distribusi Hujan
Pada studi ini digunakan distribusi
hujan metode ABM (alternating block
method). Metode tersebut mengurutkan
hujan dengan puncak di tengah. Tabel b
dan Tabel c. menampilkan distribusi hujan
jam-jaman untuk berbagai kala ulang
dengan dasar perhitungan analisa frekuensi
Normal.

Tabel 5. Distribusi Hujan Metode ABM


Untuk Berbagai Kala Ulang
dengan Tata Guna Lahan pada
Tahun 2001
HUJAN JAM-JAMAN (mm)

JAM KE RASIO KUMULATIF


2 th

25 th

27 th

50 th

100 th

200 th

6.7%

6.7%

4.73

6.83

7.93

9.00

9.07

9.85

10.55

11.17

10.0%

16.8%

7.04

10.16

11.79

13.38

13.49

14.65

15.69

16.62

55.0%

71.8%

38.61

55.72

64.68

73.41

73.98

80.37

86.07

91.17

14.3%

86.1%

10.04

14.48

16.81

19.08

19.23

20.89

22.37

23.70

8.0%

94.1%

5.60

8.09

9.39

10.66

10.74

11.67

12.49

13.23

5.9%

100.0%

4.14

5.97

6.93

7.87

7.93

8.61

9.22

9.77

109.60

158.18

183.62

208.39

210.00

228.15

244.34

258.80

HUJAN RANCANGAN
KO EFISIEN PENGALIRAN
HUJAN EFEKTIF

5 th

10 th

0.64

0.64

0.64

0.64

0.64

0.64

0.64

0.64

70.16

101.25

117.54

133.40

134.43

146.04

156.41

165.66

Sumber: Hasil Analisa

Tabel 6. Distribusi Hujan Metode ABM


Untuk Berbagai Kala Ulang
dengan Tata Guna Lahan pada
Tahun 2010
HUJAN JAM-JAMAN (mm)

JAM KE RASIO KUMULATIF


2 th

25 th

27 th

50 th

100 th

200 th

6.7%

6.7%

5.00

7.22

8.38

9.51

9.58

10.41

11.15

11.81

10.0%

16.8%

7.44

10.74

12.46

14.15

14.26

15.49

16.59

17.57

55.0%

71.8%

40.80

58.89

68.36

77.58

78.19

84.94

90.97

96.35

14.3%

86.1%

10.61

15.31

17.77

20.17

20.32

22.08

23.64

25.04

8.0%

94.1%

5.92

8.55

9.92

11.26

11.35

12.33

13.20

13.99

5.9%

100.0%

4.37

6.31

7.32

8.31

8.38

9.10

9.75

10.32

109.60

158.18

183.62

208.39

210.00

228.15

244.34

258.80

HUJAN RANCANGAN
KO EFISIEN PENGALIRAN
HUJAN EFEKTIF

5 th

10 th

0.68

0.68

0.68

0.68

0.68

0.68

0.68

0.68

74.15

107.01

124.22

140.98

142.07

154.35

165.30

175.08

Sumber: Hasil Analisa

Debit Banjir Rancangan dengan Hidrograf Nakayasu


Dari perhitungan debit banjir rancangan didapat debit maksimum pada kala
ulang 10 Tahun yang akan digunakan dalam perencanaan normalisasi sungai dan
tanggul
Tabel 7. Banjir Rancangan Berbagai Kala
Ulang (Tata Guna Lahan tahun
2001)
3

Kala Ulang
2
5
10
25
27
50
100
200

30
20
28.1
32.3
36.5
38.7
39.8
42.5
44.9

Debit Pada Patok (m /detik)


12
8
4
0
39.53
74.93
82.83
87.63
55.65 106.81 118.12 124.82
64.09 123.51 136.61 144.3
72.3
139.76 154.61 163.27
76.8
148.66 164.45 173.64
78.86 152.73 168.96 178.39
84.23 163.36 180.73 190.79
89.02 172.84 191.23 201.86

Sumber: Hasil Analisa

Tabel 8. Banjir Rancangan Berbagai Kala


Ulang (Tata Guna Lahan tahun
2010)
3

Kala Ulang
2
5
10
25
27
50
100
200

30
21
29.6
34.1
38.4
38.7
41.9
44.8
47.3

Debit Pada Patok (m /detik)


12
8
4
0
41.6
79.02
87.36
92.4
58.63 112.71 124.66 131.71
67.55 130.36 144.2
152.3
76.23 147.54 163.22 172.34
76.8
148.66 164.45 173.64
83.16 161.24 178.39 188.32
88.84 172.47 190.82 201.43
93.9
182.5 201.92 213.12

Sumber: Hasil Analisa

Simulasi dengan Software


Skema sungai di bawah ini
menggambarkan
berbagai
variasi

jangkauan
sungai
yang
saling
berhubungan. Pada program HEC-RAS,
skema sistem sungai merupakan data awal
yang dibutuhkan sebelum data lain
dimasukkan

Gambar 1.

c. Hasil Simulasi
Dari hasil simulasi oleh software HEC
RAS dan Arc View GIS 3.3 dengan
bantuan ekstensi Hec GeoRAS, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:

Skema Inflow Debit Pada


Pemodelan Hidrolika (HecRas)

a. Pasang Surut
Data pasang surut diperlukan
dalam studi ini sebagai input outflow
muka air pada hilir sungai Bang. Gerakan
air (pasang surut) perairan pantai Sendang
Biru pada umumnya mempunyai tipe
pasang surut campuran condong ke harian
ganda (mixed tide prevailing semi
diurnal). Data pasang surut yang
digunakan sebagai input outflow dalam
studi ini adalah data pencatatan pasang
surut
hasil
pengukuran
penelitian
sebelumnya yang ada di Sendang Biru
pada tanggal 1 16 oktober 2005.
Dikarenakan simulasi ini bertujuan untuk
mengetahui
kemungkinan
terburuk
kondisi banjir, maka data yang digunakan
adalah pada saat pasang tertinggi yaitu
pada tanggal 7 oktober 2005.
b. Kalibrasi Model
Pada studi digunakan elevasi tinggi
penampang sungai pada patok 30 (elevasi
+33,15). Berdasarkan hasil survey
(wawancara warga) pada hujan tahun
2004 yang dikalibrasi dengan curah hujan
historis dengan kala ulang 27 tahun muka
air berada 1.02 meter di atas penampang
sungai (elevasi +34,27). Kalibrasi
dilakukan dengan melakukan perubahan
pada nilai n (koefisien manning).
Percobaan dilakukan pada nilai 0,020
sampai dengan 0,025. Hasil yang
mendekati kondisi lapangan adalah 0,023.
Nilai tersebut termasuk saluran besar
dengan jenis saluran bersih, sedikit
tanaman.

Gambar 2.

Hasil Simulasi Kedalaman


Genangan
Q5
dengan
Tataguna Lahan Tahun 2001

Sumber: Hasil Analisa

Gambar 3.

Hasil Simulasi Kedalaman


Genangan
Q10
dengan
Tataguna Lahan Tahun 2001

Sumber: Hasil Analisa

Gambar 4.

Output
Hasil
Simulasi
Kedalaman Genangan Q27
dengan
Tataguna Lahan
Tahun 2001

Gambar 5.

Output
Hasil
Simulasi
Kedalaman Genangan Q50
dengan Tataguna Lahan
Tahun 2001

Gambar 8.

Output
Hasil
Simulasi
Kedalaman Genangan Q27
dengan Tataguna Lahan
Tahun 2010

Sumber: Hasil Analisa

Sumber: Hasil Analisa

Gambar 6.

Gambar 9.

Output
Hasil
Simulasi
Kedalaman Genangan Q5
dengan Tataguna Lahan
Tahun 2010

Sumber: Hasil Analisa

Output
Hasil
Simulasi
Kedalaman Genangan Q50
dengan Tataguna Lahan
Tahun 2010

Sumber: Hasil Analisa

Tabel 9. Hasil rekapitulasi situasi banjir di


Sungai Bang dengan tataguna
lahan tahun 2001
Debit Kala
No
Ulang
(tahun)

Gambar 7.

Output
Hasil
Simulasi
Kedalaman Genangan Q10
dengan Tataguna Lahan
Tahun 2010

Sumber: Hasil Analisa

Rata-rata
Luas
Kedalaman
Genangan
Genangan
(Q)
(A)
(H)
(m/dt)
(km)
(m)
Debit

Q5

124.82

4.18

3.509

Q10

144.3

4.19

3.643

Q27

173.64

4.2

3.669

Q50

178.39

4.25

3.695

Sumber: Hasil Analisa

Tabel 10. Hasil rekapitulasi situasi banjir


di Sungai Bang dengan tataguna
lahan tahun 2010
Debit Kala
Ulang
No
(tahun)

Rata-rata
Luas
Kedalaman
Genangan
Genangan
(Q)
(A)
(H)
(m/dt)
(km)
(m)
Debit

Q5

131.71

4.19

3.572

Q10

Q27

152.3

4.2

3.729

173.64

4.21

3.781

Q50

188.32

4.29

3.854

Sumber: Hasil Analisa

sedangkan
rata-rata
kedalaman
maksimum terjadi sebesar 4,15 m pada
kala ulang Q50 dengan tata guna lahan
tahun 2010.
2. Besar pengaruh perubahan lahan tahun
2001 ke 2010 terhadap luas terjadi
peningkatan
sebesar
0,4%
dan
kedalaman
genangan
terjadi
peningkatan 0,5% di sungai Sub DAS
Bang.
6. DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pekerjaan Umum. 2004.
Undang undang Nomor 7 Tahun
2004 Tentang Sumber Daya Air.
Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum. 2009.
Peta Kejadian Bencana Banjir tahun
1979 2009. Jakarta : Badan
Nasional Penanggulangan Bencana
(BNBP).

Gambar 10. Grafik


perbandingan
perubahan tataguna lahan
terhadap luas genangan
Sumber: Hasil Analisa

Kementerian Pekerjaan Umum. 2010.


Peta Potensi Kejadian Bencana
Banjir tahun 2010. Jakarta : Badan
Nasional Penanggulangan Bencana
(BNBP).
Kementerian Pekerjaan Umum. 2011.
Undang undang Nomor 38 Tahun
2011 Tentang Sungai. Jakarta.
Asdak, Chay.2002. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(edisi kedua).
Chow, Ven Te. 1989. Hidrolika Saluran
Terbuka. Jakarta: Erlangga

Gambar 3.

Grafik
perbandingan
pengaruh
perubahan
tataguna lahan terhadap
kedalaman maksimal

Sumber: Hasil Analisa

5. KESIMPULAN
Kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pemodelan genangan dengan
menggunakan Hec-Georas 3.1, didapat
luas genangan maksimum terjadi
sebesar 4,99 km2 pada kala ulang Q50
dengan tata guna lahan tahun 2010,

Federal Emergency Management Agency.


2012. Recommended Procedure for
Flood Velocity Data Development.
Washington DC.
Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi,
Jakarta: Gramedia
Limantara,
Lily Montarcih
2010.
Hidrologi Praktis. Bandung: Lubuk
Agung
Mulyanto, Argo. 2008. Pengembangan
Model SIG untuk Menentukan Rute
Evakuasi Bencana Banjir (Studi
kasus: Kecamatan Semarang Barat,

kabupaten
Semarang).Tugas
Akhir.
Semarang:
Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas
Teknik
Universitas
Diponegoro.
Nolan, Brook. 2010. Ekonomi Politik
Masyarakat
Nelayan
Kecil:
Sebuah
Studi Perbandingan
Masyarakat
Pendatang
di
Rote
Ndao
dan
Jawa
Timur.Laporan Hasil Penelitian.
Malang: Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu
Politik
Universitas
Muhammadiyah.
Prasetyorini, Linda. 2007. Kajian
Pengendalian Banjir di Hilir Sungai
Cideres
Deet
kabupaten
Majalengka.
Skripsi
tidak
diterbitkan.
Malang:
Jurusan
Pengairan
Fakultas
Teknik
Universitas Brawijaya.
Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik.
Surabaya: Usaha Nasional Gadjah
Mada University Press.Yogyakarta.
Suwarno. 1991. Hidrologi. Bandung:
Nova.
US Army Corps Of Engginers. Hydraulic
References Manual. 2001. USA:
Hydraulic Engineering Centre.

Você também pode gostar