Você está na página 1de 163

ANALISIS HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DALAM

KITAB KASYF AL-JILBAB

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) dalam Ilmu Syariah
Jurusan Ahwal al-Syakhsiyah

Oleh:
MUHAMMAD CHANIF
082111085

KONSENTRASI ILMU FALAK


JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012

DEKLARASI
Dengan penuh tanggung jawab dan kejujuran, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini benar-benar berisi hasil penelitian yang penulis lakukan. Skripsi ini tidak berisi
materi-materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga
skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam refrensi yang dijadikan bahan rujukan
Semarang, 25 Juni 2012
Deklarator

Muhammad Chanif
NIM. 082111085

ABSTRAK
Penentuan awal bulan Qamariah yang terjadi dan berkembang di
Indonesia memang menjadi sebuah permasalahan tersendiri. Hal ini tak lepas
dari belum adanya kesepakatan tentang metode yang dipakai selain melihat
hilal secara langsung (ruyat al-hilal). Bagi golongan yang tidak
memberlakukan hisab secara mutlak jika hilal tidak dapat dilihat akan terjadi
perbedaan tentang metode apa yang akan digunakan. Apakah dengan
menetapkan awal bulan Qamariah sebagaimana hasil hisab ataukah
menggunakan cara istikmal?.
Hisab meliputi beberapa kategori, yaitu urfi, istilahi, haqiqi bi altaqrib, haqiqi bi al-tahqiq dan haqiqi kontemporer. Semua metode tersebut
memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Anatara hisab haqiqi bi altaqrib pun terdapat perbedaan. Salah satunya seperti yang ditunjukkan dalam
kitab Kasyf al-Jilbab.
Dari latar belakang tersebut muncul beberapa permasalahan pokok
yaitu bagaimana perbedaan model perhitungan dalam kitab Kasyf al-Jilbab
dengan kitab Sullam al-Nayyirain, Syamsul Hilal dan Fath al-Rouf alMannan? Serta bagaimana tingkat akurasi hasil perhitungan dalam kitab Kasyf
al-Jilbab dengan kitab-kitab tersebut yang notabene sama-sama taqribi?
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Selain itu penelitian ini
bersifat kepustakaan (Library Research) dimana data primernya adalah datadata yang ada dalam kitab Kasyf al-Jilbab dan data sekundernya adalah
dokumen berupa buku, tulisan, makalah-makalah yang berkaitan dengan
obyek penelitian serta hasil wawancara terhadap ahli waris dan murid
pengarang kitab Kasyf al-Jilbab. Data-data tersebut kemudian dianalisis
dengan menggunakan metode analisis komparatif, yakni mengkomparasikan
antara hasil perhitungan dalam kitab Kasyf al-Jilbab dan kitab-kitab taqribi
lain yang telah penulis sebutkan di atas dengan hasil perhitungan hisab
kontemporer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan antara perhitungan
dalam kitab Kasyf al-Jilbab dengan kitab yang lain terletak pada langkah
koreksi (tadil) yang dilakukan. Dalam kitab Kasyf al-Jilbab ada dua tadil
yang dihilangkan, yakni tadil al-syams dan tadil al-ayyam. Dalam kitab
Kasyf al-Jilbab untuk mencari tadil al-allamah cukup dengan mengalikan
antara budu al-muthlaq dengan hissoh al-saah. Hal ini tentu berbeda dengan
kitab-kitab pembanding yang dalam menentukan tadil al-allamah melalui
proses koreksi terhadap budu al-muthlaq untuk dijadikan budu al-muaddal
kemudian dikalikan hissoh al-saah.
Selain itu, hasil perhitungan dalam kitab ini menunjukkan hasil yang
jika dilihat dari aspek ijtima, hasil dalam kitab Kasyf al-Jilbab tergolong
paling lambat dari pada kitab-kitab lainnya. Hal ini dikarenakan perbedaan
proses penentuan ijtima. Dalam kitab Kasyf al-Jilbab penentuan ijtima
menggunakan data budu al-muthlaq sedangkan dalam kitab-kitab lainnya
menggunakan budu al-muaddal. Namun dari aspek irtifa al-hilal, hasil yang
ditunjukkan tergolong paling mendekati hasil hisab kontemporer.
Kata kunci: Hisab, Awal Bulan, Kitab Kasyf al-Jilbab.

MOTTO

)8: (



Artinya: Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah
(QS. Al Insyiqaq: 8)1

Depag RI, al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: CV Penerbit J-Art, tt, hlm. 590

PERSEMBAHAN
Saya persembahkan untuk:
Ayah Ibundaku tercinta (Bapak Masud dan Ibu Nuriyati), yang telah
memberikanku akan arti kehidupan, yang telah membimbingku dengan
penuh kasih sayang yang tiada henti, semoga amal Bapak Ibu mendapatkan
balasan yang terbaik dari Allah swt.
Kakak dan Mbak Serta keponakanku tersayang yang telah memberikanku
arti kebersamaan, semoga kalian senantiasa mendapatkan kebahagiaan dari
Allah di dunia maupun kelak di akhirat.
Romo KH. Ahmad Maulani (Pengasuh Ponpes An Nihayah Senori Tuban)
beserta keluarga yang senantiasa membimbingku walaupun kini Beliau
berada jauh dariku
Romo KH. Sirodj Khudlori dan Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag. (Pengasuh Ponpes
Daarun Najaah Tugu Semarang) dan keluarga yang senantiasa
membimbingku
Bapak H. Zainal Hakim (Mantan Ketua Pengadilan Agama Kab. Rembang)
yang senantiasa memberikan support kepadaku
Bapak H. Nuril Anwar, S.H (Ketua Badan Hisab Rukyah Kab. Rembang) yang
selalu memotivasiku
Romo KH. Zainal Abidin (Wakil Ketua Badan Hisab Rukyah Kab. Rembang)
yang senantiasa memberikan saran-saran serta motifasinya kepadaku
Bapak Drs. H. Eman Sulaeman, MH beserta keluarga yang selalu menerima
kedatanganku bak seorang anak sendiri, yang selalu memberikan saran-saran
selama aku di sini serta yang telah membantuku mengatasi masa-masa
sulitku.
Bapak Drs. KH. Slamet Hambali, M.SI, dan Bapak Dr. Ali Murtadlo, M.Ag yang
dengan sabar, tulus dan ikhlas selalu membimbingku
Buat teman-teman TOGETHER dan kawan-kawan Daarun Najaah,
khususnya kepada Mas Amar X yang telah membuatku iri, sehingga
semangatku bisa muncul kembali

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi alladzi bi nimatihi tatimmu al-shalihaat. Puji syukur
senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, atas segala limpahan Nikmat,
Taufiq serta Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul Analisis Hisab Awal Bulan Qamariah dalam Kitab Kasyf alJilbab, dengan baik meskipun di tengah-tengah proses penulisan banyak sekali
kendala yang menghadang. Namun berkat pertolongan Nya semua dapat penulis
lalui.
Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan keharibaan baginda
Sayyid al-Anbiya wa Imam al-Mursalin Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan pengikutnya, yang telah membawa dan menyebarkan agama islam
yang membawa rahmat bagi seluruh alam serta mengembangkannya hingga
sekarang sampai hari kiamat kelak.
Atas terselesaikannya penulisan skripsi yang tidak hanya karena jerih
payah penulis melainkan atas bantuan dan support dari berbagai pihak ini, maka
perkenankan penulis menyampaikan ungkapan terima kasih sebagai bentuk
apresiasi penulis kepada;
1. Bapak Dr. H. Imam Yahya, M.Ag., Dekan Fakultas Syariah IAIN
Walisongo Semarang beserta para Pembantu Dekan
2. Bapak Drs. H. Slamet Hambali, M.S.I, dan Bapak Dr. Ali Murtadho,
M.Ag yang dengan sabar, tulus dan ikhlas meluangkan waktu untuk
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini

3. Ayah Ibunda penulis tercinta (Bapak Masud dan Ibu Nuriyati), yang telah
memberikan penulis akan arti kehidupan, yang telah membimbing penulis
dengan penuh kasih sayang yang tiada henti, semoga amal Bapak Ibu
mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah swt.
4. Kakak dan Mbak serta keponakan penulis tersayang yang telah
memberikan penulis arti kebersamaan, semoga senantiasa mendapatkan
kebahagiaan dari Allah di dunia maupun kelak di akhirat.
5. Romo KH. Ahmad Maulani (Pengasuh Ponpes An Nihayah Senori Tuban)
beserta keluarga yang senantiasa membimbing penulis walaupun kini
berada jauh dari penulis.
6. Romo KH. Sirodj Khudlori dan Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag. (Pengasuh
Ponpes Daarun Najaah Tugu Semarang) dan keluarga yang senantiasa
membimbing penulis.
7. Bapak H. Zainal Hakim (Mantan Ketua Pengadilan Agama Kab.
Rembang), Bapak H. Nuril Anwar, S.H (Ketua Badan Hisab Rukyah Kab.
Rembang) dan Romo KH. Zainal Abidin (Wakil Ketua Badan Hisab
Rukyah Kab. Rembang) yang senantiasa memberikan support kepada
penulis.
8. Bapak Drs. H. Eman Sulaeman, M.H. beserta keluarga yang selalu
menerima kedatangan penulis bagaikan seorang anak sendiri, yang selalu
memberikan saran-saran selama penulis di sini serta yang telah membantu
penulis dalam mengatasi masa-masa sulit penulis.

9. Buat teman-teman TOGETHER dan kawan-kawan Pondok Pesantren


Daarun Najaah, khususnya kepada Mas Amar X yang telah membuat
penulis iri, sehingga semangat penulis pun bisa muncul kembali
10. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi
ini.
Hanya ungkapan terima kasih yang bisa penulis berikan sebagai bentuk
apresiasi penulis atas semua bantuan yang telah diberikan semoga Allah
memberikan balasan yang lebih baik. Amiin..
Meski penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan
skripsi ini, namun kesalahan dan kekurangan telah menjadi keniscayaan bagi
manusia. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berserah diri atas segala upaya yang
telah penulis lakukan. Dengan mengharap pertolongan dan ridlo Allah swt,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan bagi pembaca umumnya.

Penulis,

MUHAMMAD CHANIF
NIM : 082111085

Pedoman Translitrasi

:A

:B

: TS

:T

:J

: KH

:H
:D

: DZ

:Z

:R
:S

: SY

: DL

: SH

: TH

: DH
: GH

:F

:K

:Q
:L

:M

:U

:N

:H

:Y

Daftar Glosarium
Allamah al-Muaddalah

: waktu terjadinya konjungsi yang


menjadi penghabisan bulan yang
pertama sekaligus permulaan bulan
ke dua dengan kata lain yang
memisahkan antara kedua bulan
tersebut yang telah ditadil.

Auj

: istilah untuk menggambarkan titik


terjauh matahari dari bumi pada
orbitnya.

Al-Budu al-Muthlaq

: jarak sudut antara bulan dan


matahari yang belum ditadil
(dikoreksi)

Allamah

: waktu terjadinya konjungsi yang


menjadi penghabisan bulan yang
pertama sekaligus permulaan bulan
ke dua dengan kata lain yang
memisahkan antara kedua bulan
tersebut.

Deklinasi

: jarak benda langit sepanjang


lingkaran yang dihitung dari equator
sampai benda langit tersebut

Dip (Kerendahan Ufuk)

: adalah perbedaan kedudukan


antara
kaki
langit
(horizon)
sebenarnya (ufuq haqiqi) dengan
kaki langit yang terlihat (ufuq mari)
seorang pengamat

Geosentris

: sebuah teori yang menyatakan


bahwa bumi adalah pusat tata surya.
Teori
ini
dipopulerkan
oleh
Ptolomeus.

Haqiqi bi al-Tahqiq

: hisab yang didasarkan pada


peredaran bulan dan bumi yang
sebenarnya, dengan menggunakan
data-data yang diperoleh dengan
lebih modern dan teliti sehingga
mempunyai tingkat akurasi yang
lebih tinggi

Haqiqi bi al-Taqrib

: hisab yang didasarkan pada


peredaran bulan dan bumi yang
sebenarnya yang masih bersifat
perkiraan

Heliosentris

: sebuah teori yang menyatakan


bahwa matahari adalah pusat tata
surya. Teori ini dipopulerkan oleh
Nicolas Copernicus.

Hisab

: cara memprediksi fenomena alam


lainya seperti terjadinya gerhana
(matahari
dan
bulan)
yang
didasarkan pada perhitungan posisi,
gerak matahari dan bulan

Hissoh

: istilah untuk menunjukkan lebar


bulan, yakni pada kemiringan
lintasan edar bulan dari lintasan edar
bumi dalam Madar al-Itidal

Ijtima

: berkumpulnya matahari dan bulan


dalam satu bujur astronomi yang
sama. Ijtima di sebut juga dengan
konjungsi, pangkreman, iqtiraan.
Sedangkan yang di maksud ufuk
adalah lingkaran besar yang
membagi bola langit menjadi dua
bagian yang besarnya sama. Ufuk di
sebut juga horizon, kaki langit,
cakrawala, batas pandang

Imkan al-ruyat

:
sebuah
konsep
yang
mempertimbangkan kemungkinan
hilal dapat dilihat

Irtifa

: ketinggian hilal yang dihitung dari


pusat bumi (hisab haqiqi bi altaqrib) atau dari permukaan bumi
(hisab haqiqi bi al-tahqiq) sampai
pada posisi hilal pada saat matahari
terbenam

Istikmal

: metode yang dipakai dalam


penentuan awal bulan Qamariah
dengan
cara
menyempurnakan

bilangan bulan yang sedang berjalan


menjadi 30 hari.
Khossoh

: istilah untuk tempat/ posisi bulan


pada garis edarnya

Markaz

: istilah untuk tempat/ posisi tetap


matahari pada garis edarnya

Mukts al-hilal

: lama hilal berada di atas ufuk


dihitung
sejak
terbenamnya
matahari sampai terbenamnya hilal.

Nur al-hilal

: cahaya hilal yang menunjukkan


besarnya piringan bulan yang
terkena dan memantulkan sinar
matahari

Refraksi

: Refraksi yaitu perbedaan antara


tinggi suatu benda langit yang
dilihat dengan tinggi sebenarnya
diakibatkan
karena
adanya
pembiasan sinar

Ruyat

: aktivitas mengamati hilal setelah


terjadinya
ijtima
(konjungsi).
Adapun yang dimaksud disini
adalah
ruyat
al-hilal
yaitu
penentuan hilal dengan mata
telanjang atau dengan menggunakan
alat yang dilakukan setiap akhir
bulan atau setiap tanggal 29 bulan
Qamariah pada saat matahari
terbenam.

Saat min al-ijtima ila al-ghurub

: selisih waktu yang dihitung antara


ijtima sampai matahari terbenam.

Semi diameter

: titik pusat matahari


piringan luarnya

Sudut Waktu

: sudut pada titik kutub langit yang


dibentuk oleh perpotongan antara
lingkaran
meridian
dengan
lingkaran waktu yang melalui suatu
objek tertentu di bola langit

dengan

Tadil al-Allamah

: koreksi yang digunakan untuk


mengoreksi al-allamah

Urfi

: sistem perhitungan kalender yang


didasarkan pada peredaran rata-rata
bulan mengelilingi bumi dan
ditetapkan secara konvensional

Wujud al-hilal

: sebuah konsep yang berpedoman


bahwa jika hilal telah wujud (berada
di atas ufuk) maka keesokan harinya
telah masuk bulan baru meskipun
hilal tidak dapat dilihat.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................


HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................
HALAMAN MOTO .......................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
HALAMAN KATA PENGANTAR ...............................................................
PEDOMAN TRANSLITRASI .........................................................................
DAFTAR GLOSARIUM .................................................................................
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xi
xii
xv

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................

B. Permasalahan .................................................................................................

14

C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................

15

D. Telaah Pustaka ...............................................................................................

15

E. Metode Penelitian ..........................................................................................

17

F. Sistematika Penulisan ....................................................................................

19

BAB II : KONSEP UMUM TENTANG AWAL BULAN QAMARIAH


A. Pengertian Hisab Awal Bulan Qamariah .......................................................

21

B. Dasar Hukum Hisab Awal Bulan Qamariah ..................................................

23

C. Metode-Metode yang Digunakan dalam Menentukan Awal


Bulan Qamariah ............................................................

30

D. Macam-Macam Hisab Awal Bulan Qamariah ...............................................

40

E. Pandangan Ulama Terhadap Posisi Ilmu Hisab dalam


Penetapan Awal Bulan Qamariah ..................................................................

46

BAB III : HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DALAM KITAB


AL-JILBAB

KASYF

A. Gambaran Umum tentang Kitab Kasyf al-Jilbab ...........................................

51

B. Metode Perhitungan Awal Bulan Qamariah dalam Kitab


Kasyf al-Jilbab ...............................................................................................

56

C. Perhitungan Awal Bulan Qamariah dalam Kitab Kasyf al-Jilbab .................

62

BAB IV : ANALISIS TERHADAP HISAB AWALBULAN


QAMARIAH DALAM KITAB KASYF AL-JILBAB
A. Perbedaan Kitab Kasyf al-Jilbab dengan Kitab-Kitab Lainnya .....................

64

B. Kelebihan dan Kekurangan dalam Kitab Kasyf al-Jilbab ..............................

85

BAB V : KESIMPULAN

A. Kesimpulan ...................................................................................................

87

B. Saran-saran ...................................................................................................

88

C. Penutup..................

90

Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
Riwayat Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan dengan tujuan untuk selalu menyembah (beribadah)
kepada Allah, hal ini sebagaimana ditegaskan dalam surat al-Dzariyat ayat 56.2
Salah satu bentuk ibadah itu ialah puasa pada bulan Ramadlan. Puasa berarti
menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkannya dengan tata cara
tertentu.3
Di antara syarat yang diwajibkan dalam menjalankan ibadah puasa yaitu
seseorang dapat menyaksikan masuknya bulan baru. Hal ini sebagaimana yang
ditegaskan oleh Allah dalam al-Quran (Surat al-Baqarah: 185) yang berbunyi;



185
Artinya;Bulan Ramadlan ialah, (bulan) yang di dalamnya diturunkan alQuran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang benar dan yang
batil). Karena itu, siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka
berpuasalah. Dan siapa yang sakit atau dalam perjalanan (ia tidak
berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.4 (Q.S al-Baqarah: 185)

Dalam ayat ini Allah berfirman yang artinya, dan Kami tidak menciptakan manusia
dan jin kecuali untuk beribadah kepada Ku. (QS. 51 : 56)
3
Syihabuddin, al-Minhaj al-Qawim, Semarang: Pustaka al-Alawiyyah, t.t. hlm. 117.
4
Depag RI, Quran Tajwid dan Terjemahannya, Jakarta: Maghfiroh Pustaka, 2007,
hlm 28.

Dalam ayat tersebut dengan jelas Allah menyebutkan bahwa barang


siapa yang telah menyaksikan bulan maka ia diwajibkan menjalankan ibadah
puasa begitu pula jika ia telah melihat bulan baru setelah menyempurnakan
jumlah hari dalam satu bulan selama menjalankan puasa ia diperintahkan untuk
berbuka (berhari raya).5
Untuk mengetahui maksud jumlah bulan dalam ayat tersebut, dapat
digunakan salah satu hadits nabi yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad
berikut;





)(
Artinya:Satu bulan itu ada 29 hari, maka janganlah kalian berpuasa
hingga kalian melihatnya (hilal) dan jangan pula kalian
berhari raya sehingga kalian melihatnya. Jika kalian terhalang
oleh awan (sehingga kalian tidak dapat melihatnya) maka
perkirakanlah. 6 (HR. Muslim dan Ahmad)
Dengan menggunakan hadits tersebut sebagai alat penafsir terhadap
ayat di atas maka akan didapatkan beberapa kesimpulan antara lain;
a. Syarat diwajibkannya memulai dan mengakhiri ibadah puasa adalah ketika
seseorang melihat hilal (bulan),7

Perintah berbuka (berhari raya) ini ditunjukkan oleh kalimat pada akhir ayat dan
hendaklah ia menyempurnakan bilangan dan kemudian hendaklah ia bertakbir kepada Allah.
6
Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, juz 2, Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyyah, t.t, hlm. 759.
7
Hal ini penulis ungkapkan dengan berdasarkan pada kaidah lughawiyah bahwa
lafadh berarti batas. Hal ini sebagaimana dicontohkan, saya makan ikan sampai
kepalanya, jadi kepala di sini merupakan batas akhir dari bagian ikan yang dimakan
sehingga kepalanya tidak ikut dimakan. Senada dengan contoh tersebut, seseorang tidak
diwajibkan puasa hingga melihat hilal, maka melihat hilal adalah batas akhir manusia
tidak wajib puasa dan sebaliknya melihat hilal ini merupakan batas awal diwajibkannya
manusia untuk menjalankan ibadah puasa.

b. Jumlah bilangan bulan dalam satu bulan yang wajib kita sempurnakan
dalam menjalankan ibadah puasa ini adalah selama 29 hari, namun
terkadang juga 30 hari,8
c. Jika pada akhir hari ke 29 hilal tidak dapat dilihat maka perintah
berikutnya sebagai jalan alternatif ialah mengira-ngirakan (yang menurut
hadits lain menyempurnakan jumlah hari dalam satu bulan menjadi 30 hari
(istikmal)).9
Hal di atas juga erat kaitannya dengan hadits berikut;

.
:



Artinya;Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berbukalah
(berharirayalah) kalian karena melihatnya. Jika kalian tertutup
oleh mendung (sehingga kalian tidak bisa melihatnya) maka
perkirakanlah.10
Berangkat dari dalil-dalil di atas maka muncullah perbedaan penafsiran
terhadap hadits tersebut. Banyak pihak yang mengartikan hadits tersebut secara
berbeda, yang jika disimpulakan sebagai berikut;

Hal ini dikarenakan secara astronomis bulan akan bergerak mengelilingi bumi
dengan sempurna dalam kurun waktu 29 hari 12 jam 44 menit 03 detik, lihat Saadoeddin
Djambek, Hisab Awal Bulan Cet I, Jakarta: Tintamas Indonesia, 1976. yang jika dibuat
rata-rata bulan akan mengelilingi bumi dua kali dalam kurun waktu 59 hari 1 jam 28
menit 06 detik. Oleh sebab itu rata-rata umur bulan dalam satu bulan Qamariah berbeda
dengan bulan berikutnya.
9
Hal ini sebagaimana keterangan dalam point 6 di atas bahwa bulan bergerak
mengelilingi matahari membutuhkan waktu lebih dari 29 hari dan kurang dari 30 hari,
sehingga ada kemungkinan bulan pada akhir hari ke 29 tersebut masih belum menempuh
jarak dalam waktu tersebut. Dengan demikian jika jumlah hari tersebut disempurnakan
selama 30 hari maka akan dapat dipastikan bulan sudah sempurna mengelilngi bumi.
10
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Matn al- Bukhari, Jilid 1, Beirut: Dar
al-Fikr, t.t. hlm. 398.

a. Golongan yang mengartikan hadits tersebut sebagai perintah untuk


melaksanakan ruyat al-hilal
Menurut golongan ini ruyat diartikan melihat dengan mata kepala,
baik dengan mata telanjang maupun dengan alat.11 Dengan demikian
menurut golongan ini hadits tersebut merupakan perintah pelaksanaan
ruyat.
Mereka mendasarkan pendapat mereka dengan hadits nabi yang
lain yang berbunyi


.


Artinya;Berpuasalah kalian karena melihat hilal (Ramadlan) dan
berbukalah kalian karena melihatnya (hilal bulan Syawwal).
Apabila kalian terhalang oleh sesuatu maka lengkapkanlah
bilangan bulan Syaban menjadi tiga puluh hari.12
Dari hadits tersebut tampak jelas bahwa nabi Muhammad saw
dalam anjuran pelaksanaan puasa dan hari raya menawarkan dua metode,
yakni ruyat al-hilal, jika hilal ternyata tidak dapat dilihat karena suatu hal
maka metode alternatif yang ditawarkan nabi ialah dengan cara istikmal.13
Dengan berdasarkan pada hadits-hadits nabi di atas, maka
secara eksplisit kita tidak dapat menemukan dasar untuk diberlakukannya
hisab dalam penentuan awal bulan Qamariah.

11

Ahmad Izzuddin. Penentuan Awal Bulan Qamariah Prespektif NU, Makalah


disampaikan dalam Seminar Nasional oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,27-30 Nopember 2008.
12
Bahrun Abu Bakar, dkk (terj), Ibanat al-Ahkam, cet I, Bandung: Sinar Baru
Algesindo Offset. 1994, hlm. 1088.
13
Istikmal ialah metode dalam penetapan awal bulan dengan cara menyempurnakan
jumlah bilangan hari pada bulan sebelumnya menjadi 30 hari. Hal ini disebabkan usia hari
dalam satu bulan Qamariah terkadang 29 hari dan terkadang 30 hari.

b. Golongan

yang

mengartikan

hadits

tersebut

sebagai

dasar

diperbolehkannya menggunakan metode hisab dalam penentuan awal


bulan Qamariah.
secara bahasa bermakna maka perkirakanlah. Inilah yang
mengundang berbagai penafsiran jika pada tanggal 29 hilal tidak dapat
dilihat. Salah satu penafsiran tersebut ialah memperkirakan posisi hilal saat
itu dengan berdasarkan pada data-data hasil perhitungan (hisab).
Dalam kitab Fath al-Bari Ibn Hajar al-Asqalany menyebutkan
beberapa perbedaan pandangan tentang hadits di atas yakni pada lafadh
. Menurut ulama mutaakhirin, yang dimaksud dengan lafadh tersebut
ialah perkirakanlah dengan menghitung posisi benda-benda langit.
Sedangkan ibn al-Arabi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lafadh
tersebut ialah khithab terhadap orang-orang yang mempunyai kapabilitas
dalam ilmu hisab, sedangkan khithab bagi orang awam ialah dengan redaksi
lain yaitu . Sehingga menurut Ibn al-Arabi kewajiban dalam
bulan Ramadlan bermacam-macam, bagi sekelompok orang wajib
menghitung gerak matahari dan bulan sedangkan bagi sekelompok orang
yang lainnya hanya diwajibkan menghitung bilangan (jumlah) hari.14
Dari kedua perbedaan penafsiran tersebut ternyata dipadukan
menjadi satu oleh sebagian pihak, yakni menjadikan hisab sebagai pemandu
dalam pelaksanaan ruyat al-hilal atau dengan kata lain hisab dijadikan

14

Ibn Hajar al-Asqalany, Fath al-Bari, Juz 4, Beirut: Dar al-Fikr, t.t. hlm. 122

sebagai alat pemberi informasi terhadap posisi atas keberadaan objek yang
saat itu sedang dicari (hilal).
Namun permasalahannya, bagaimana pada zaman dahulu yang
pada dasarnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi masih belum pesat
seperti zaman sekarang orang-orang dapat menghitung posisi dan
mengetahui keadaan hilal? Bagaimana metode yang digunakan manusia
pada zaman dahulu untuk menentukan keberadaan hilal tersebut? Dalam
tulisan ini penulis akan menyampaikan salah satu karya yang cukup
memberikan gambaran tentang munculnya beragam khazanah keilmuan
dalam bidang ini. Namun, sebelum penulis berbicara lebih lanjut penulis
bermaksud untuk menguraikan sekilas tentang macam-macam hisab yang
muncul dan berkembang di kalangan masyarakat Indonesia.
a. Hisab Urfi
Hisab urfi berarti sistem perhitungan kalender yang
didasarkan pada peredaran rata-rata bulan mengelilingi bumi dan
ditetapkan secara konvensional. Sistem ini mulai muncul dan
berkembang pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab
ra.15
Model hisab ini pula yang dianut oleh Sultan Agung
Anyokro Kusumo pada tahun 1663 M atau 1555 C (Caka) dalam

15

Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Cet II, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008, hlm. 79.

merumuskan penanggalan Jawa Islam, yakni perpaduan antara tahun


Hindu Jawa dengan kalender Hijriyah.16
Metode hisab ini menetapkan dalam satu daur (siklus)
terdiri dari 8 tahun yang sering disebut dengan Windu. Dari delapan
tahun tersebut ditetapkan ada tiga tahun yang berumur lebih panjang
(kabisat) atau dengan istilah lain disebut Wuntu yakni berumur 355
hari, yaitu tahun yang jatuh pada urutan tahun ke 2, 5, dan 8.
Sedangkan lima tahun sisanya disebut tahun basithah (Wustu) yang
berumur lebih pendek yakni 354 hari. Kelima tahun tersebut ialah
tahun yang jatuh pada urutan tahun ke 1, 3, 4, 6, dan 7.17
Dalam metode ini juga ditetapkan bahwa umur bulan
untuk bulan ganjil selama 30 hari sedangkan umur bulan untuk bulan
genap selama 29 hari kecuali bulan Dzul Hijjah pada tahun kabisat.
Di samping itu, dalam metode ini juga menetapkan bahwa dalam
120 tahun akan terjadi perubahan kaidah penentuan hari dan pasaran
awal tahun.18
Perubahan penentuan hari dan pasaran awal tahun itu
terjadi karena setiap 120 tahun jumlah hari dalam hisab ini lebih satu
hari dan harus dikurangi satu hari untuk mendapatkan hari yang
sama dengan sistem hisab lain. Kelebihan jumlah hari itu salah

16

Lihat Badan Hisab dan Rukyat, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek
Pembinaan Badan Peradilan agama Islam, 1981, hlm. 45.
17
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), Yogyakarta :
Buana Pustaka, cet. I, 2004, hlm. 117.
18
Sayful Mujab, Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2007,
hlm. 6.

satunya menurut analisa penulis disebabkan karena pembulatan


dalam penetapan hari pada tahun-tahun sebelumnya.
Nama-nama tahun dalam hisab ini yaitu; Alif, Ehe, Jim
Awal, Ze, Dal, Be, Wawu, dan Jim Akhir. Sedangkan nama-nama
bulannya ialah sebagai berikut; Suro, Sapar, Mulud, Bakdomulud,
Jumadilawal,

Jumadilakhir,

Rejeb,

Ruwah,

Poso,

Sawal,

Dulkangidah dan Besar.19


b. Hisab Istilahi
Hisab Istilahi adalah metode perhitungan kalender yang
didasarkan pada peredaran rata-rata bulan mengelilingi bumi. Dalam
metode hisab ini ditetapkan bahwa satu siklus ialah tiga puluh tahun
yang dalam masa 30 tahun itu terdapat 11 tahun kabisat dan 19 tahun
basithah.20
Tahun-tahun kabisat tersebut yakni tahun-tahun yang
jumlah harinya lebih banyak (355 hari) dan jatuh pada urutan tahun
ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29. 21 Pada tahun-tahun
tersebut umur bulan Dzul Hijjah lebih panjang satu hari dari pada
pada tahun-tahun yang lainnya. Sedangkan tahun-tahun yang jatuh
selain pada urutan tersebut disebut tahun basithah (354 hari).

19

Muhyiddin Khazin, Op. Cit. hlm. 118-119.


Badan Hisab dan Rukyat, Op Cit, hlm. 43.
21
Ibid, hlm. 43.
20

c. Hisab haqiqi bi al-taqrib


Hisab haqiqi berarti hisab yang didasarkan pada peredaran
bulan dan bumi yang sebenarnya. Menurut hisab ini umur tiap bulan
tidaklah konstan dan juga tidak beraturan, melainkan tergantung
posisi hilal pada setiap awal bulan. Artinya boleh jadi dua bulan
berturut-turut umurnya 29 atau 30 hari, bahkan boleh jadi bergantian
seperti dalam hisab urfi.22
Bi al-taqrib artinya mendekati, hal ini dikarenakan datadata yang diperoleh dalam sistem hisab ini masih bersifat perkiraan,
bukan data yang sebenarnya. Salah satu sumber data yang digunakan
dalam sistem hisab ini ialah data-data yang disusun oleh Ulugh Beik
As-Samarqand (w.1420 M).
Dalam sistem hisab ini data hasil perhitungan yang
diperoleh belum lengkap. Hasil yang biasanya muncul dari sistem
hisab ini hanyalah berkisar pada konjungsi (ijtima), ketinggian hilal
(irtifa al-hilal), lama hilal di atas ufuk (mukts al-hilal), dan cahaya
hilal (nur al-hilal). Hal ini belum bisa memberikan penjelasan yang
signifikan jika dipakai dalam pemandu ruyat. Ini disebabkan karena
jika hisab ini digunakan sebagai pemandu ruyat maka seseorang
akan kesulitan menentukan posisi hilal saat matahari terbenam
karena dalam hasil perhitungan sistem ini belum menyebutkan

22

Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 78.

azimut hilal dan matahari, sehingga sangat memungkinkan sekali


terjadi salah arah.
Selain itu hasil irtifa yang diperoleh juga belum
menunjukkan akurasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan dalam
menghitung irtifa al-hilal sistem ini hanya dengan membagi antara
selisih antara waktu ijtima (konjungsi) dengan waktu matahari
terbenam (ghurub) yang kemudian dibagi 2. Hal ini salah satunya
disebabkan oleh asumsi bahwa bulan bergerak mengelilingi bumi
sejauh 12 derajat setiap harinya (24 jam), sehingga untuk
mendapatkan angka 12 tersebut cukup dengan membagi angka 24
dengan angka 2. Dengan demikian akan diperoleh angka 360 derajat
(angka maksimal yang dicapai bulan untuk mengelilingi bumi)
setelah 30 hari bulan melakukan perjalanannya.
KH. Ghazali bin Masud, penulis kitab Kasyf al-Jilbab
menyebutkan bahwa untuk menentukan irtifa al-hilal dapat
dilakukan dengan cara mengalikan bilangan al-saaat min al-ijtima
ila al-ghurub dengan 30 menit.23
d. Hisab haqiqi bi al-tahqiq
Sebagaimana pengertian di atas bahwa hisab haqiqi adalah
hisab yang didasarkan pada peredaran bulan dan bumi yang
sebenarnya. Sedangkan arti bi al-tahqiq ialah dengan kenyataannya.
Maksudnya hisab haqiqi bi al-tahqiq ini ialah sistem hisab yang

23

Ghazali bin Masud, Kasyf al-Jilbab, 1988. hlm. 8.

didasarkan pada peredaran bulan dan bumi sebenarnya dan data-data


yang digunakan ialah data-data tentang bumi dan bulan yang
diperoleh dengan cara yang lebih modern sehingga menghasilkan
data yang mempunyai akurasi yang relatif lebih tinggi dari pada data
yang diperoleh sistem hisab haqiqi bi al-taqrib.
Hisab ini perhitungannya berdasarkan pada data-data yang
diolah dengan Spherical Trigonometri (Segitiga bola)24 bukan
seperti hisab haqiqi bi al-taqrib yang didasarkan pada data-data yang
diolah dengan sistem Geocentris.25 Dengan demikian menurut
penulis sangatlah wajar jika terdapat perbedaan tingkat akurasi hasil
perhitungan antara kedua sistem hisab tersebut.
Dalam sistem hisab haqiqi bi al-tahqiq ini penentuan
irtifa al-hilal tidak seperti pada sistem hisab haqiqi bi al-taqrib
yang hanya membagi dua antara selisih waktu ijtima dengan waktu
ghurub, akan tetapi dalam hisab haqiqi bi al-tahqiq sudah
memperhatikan tata koordinat lokasi pelaksanaan ruyat al-hilal

24
25

Sayful Mujab, Op Cit, hlm. 9.


Ibid, hlm. 8.

dilaksanakan,

deklinasi26,

sudut

waktu27,

bahkan

refraksi28,

kerendahan ufuk (dip)29 dan semi diameter30 bulan.


Dalam sistem hisab ini juga telah disebutkan azimut bulan,
azimut matahari dan lain sebagainya sehingga sistem ini dapat
memberikan informasi yang lebih jelas dan terperinci tentang
keadaan suatu objek, dalam hal ini adalah hilal dalam suatu tempat
tertentu.
Kesimpulannya, dari berbagai macam metode hisab yang
ada dan berkembang dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hisab
urfi dan istilahi tidak bisa dijadikan patokan untuk menentukan awal
bulan Qamariah. Hal ini disebabkan hasil yang diperoleh dari kedua
sistem hisab ini ialah data perkiraan yang menetapkan jumlah hari
dalam satu bulan antara 29 dan 30 hari secara bergantian.
Sedangkan metode/ sistem hisab haqiqi bi al-taqrib dan
haqiqi bi al-tahqiq bisa dijadikan pedoman terhadap penentuan awal
bulan Qamariah dikarenakan kedua sistem hisab tersebut sudah
mendasarkan hasil perhitungnnya dengan data peredaran bulan
26

Deklinasi (Mail) adalah jarak benda langit sepanjang lingkaran yang


dihitung dari equator sampai benda langit tersebut. Lihat Muhyiddin Khazin, Kamus
Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm.
27
Sudut waktu ialah sudut pada titik kutub langit yang dibentuk oleh
perpotongan antara lingkaran meridian dengan lingkaran waktu yang melalui suatu
objek tertentu di bola langit. Lihat Susiknan Azhari, Op. Cit, hlm. 195.
28
Refraksi yaitu perbedaan antara tinggi suatu benda langit yang dilihat
dengan tinggi sebenarnya diakibatkan karena adanya pembiasan sinar. Lihat Susiknan
Azhari, Ibid, hlm. 180. Lihat pula Muhyiddin Khazin, Op.Cit, hlm. 19.
29
Dip (kerendahan ufuk) adalah perbedaan kedudukan antara kaki langit
(horizon) sebenarnya (ufuq hakiki) dengan kaki langit yang terlihat (ufuq mari)
seorang pengamat. Lihat Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 58.
30
Semi diameter yaitu titik pusat matahari dengan piringan luarnya.Lihat
Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 191.

sebenarnya. Namun dalam sistem hisab haqiqi bi al-taqrib tingkat


akurasinya masih rendah karena tingkat akurasi data juga masih
tergolong rendah. Sedangkan dalam sistem hisab haqiqi bi al-tahqiq
data-data yang diperoleh sudah menunjukkan akurasi tinggi sehingga
sangat memungkinkan untuk dijadikan pedoman dan bahan
informasi pelaksanaan ruyat al-hilal dalam rangka penentuan awal
bulan Qamariah khususnya dalam bulan-bulan yang mengandung
unsur ibadah seperti Ramadlan, Syawwal dan Dzul Hijjah.
Sebagaimana keterangan di atas kitab Kasyf al-Jilbab
merupakan salah satu kitab dengan metode hisab haqiqi bi al-taqrib,
hal ini dapat dilihat dari data-data yang digunakan dalam
perhitungannya. Selain itu dalam kitab karya KH. Ghazali bin
Masud ini hanya menampilkan hasil irtifa al-hilal, nur al-hilal dan
mukts al-hilal. Hasil perhitungan dalam kitab ini belum melakukan
koreksi terhadap refraksi, kerendahan ufuk maupun lainnya sehingga
hasil perhitungan dalam kitab ini masih bersifat perkiraan
(mendekati).
Walaupun

demikian,

penulis

tetap

tertarik

untuk

mengangkat kitab ini dalam sebuah penelitian. Hal yang paling


menarik bagi penulis ialah tentang cara/ metode perhitungan yang
digunakan dalam kitab tersebut yang berbeda dengan kitab-kitab
lainnya dalam menghitung awal bulan Qamariah.

Selain itu hal yang mendasari penulis mengambil kitab ini


ialah untuk memperkenalkan kepada masyarakat umum bahwa
sebenarnya masih banyak karya-karya yang khususnya berkaitan
dengan ilmu falak yang masih belum tersebarluaskan seperti halnya
kitab ini.
Dengan berbagai alasan tersebut maka penulis bermaksud
untuk meneliti lebih lanjut apa yang menjadikan kitab ini dapat
menghitung awal bulan Qamariah dengan cara yang berbeda (lebih
singkat) dibandingkan dengan kitab-kitab lain yang sama-sama
taqribi? Selain itu juga untuk mengetahui tingkat akurasi hasil
perhitungan dalam kitab ini jika dibandingkan dengan kitab Sullam
al-Nayyirain, Syamsul Hilal, dan Fathu al-Rouf al-Mannan yang
notabene sama-sama menggunakan sisten hisab taqribi.
Penulis akan menjadikan hasil hisab dengan metode
kontemporer sebagai pembanding untuk mengetahui tingkat akurasi
hasil perhitungan yang dihasilkan antara kitab Kasyf al-Jilbab,
Sullam al-Nayyirain, Syamsul Hilal. Hal ini disebabkan hasil
perhitungan kontemporer mempunyai tingkat akurasi tinggi dengan
kenyataan di lapangan. Sehingga di antara kitab-kitab dengan
metode hisab taqribi tersebut mana yang lebih mendekati hasil
perhitungan hisab kontemporer itulah yang penulis golongkan
mempunyai tingkat akurasi yang lebih tinggi.

B. Permasalahan
Dengan berdasarkan pada uraian dalam pendahuluan di atas, maka
penulis dapat mengemukakan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas
dalam tulisan ini. Adapun permasalahannya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perbedaan model perhitungan awal bulan Qamariah
dalam kitab Kasyf al-Jilbab dengan kitab Sullam al-Nayyirain,
Syamsul Hilal, dan Fathu al-Rouf al-Mannan?

2. Bagaimana tingkat akurasi hasil perhitungan dalam kitab Kasyf


al-Jilbab dengan kitab-kitab Sullam al-Nayyirain, Syamsul Hilal,
dan Fathu al-Rouf al-Mannan yang sama-sama taqribi?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan model perhitungan dalam kitab
Kasyf al-Jilbab dari kitab Sullam al-Nayyirain, Syamsul Hilal, dan
Fathu al-Rouf al-Mannan.

2. Untuk mengetahui tingkat akurasi hasil perhitungan dalam kitab


Kasyf al-Jilbab.

D. Telaah Pustaka
Skripsi Ahmad Izzuddin yang berjudul Analisis Kritis Tentang Hisab
Awal Bulan Qomariyyah dalam Kitab Sullam al-Nayyirain,31 yang kajian
untuk memperdalam penghitungan dalam kitab Sullam al-Nayyirain untuk
31

Ahmad Izzuddin, Analisis Kritis Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyyah dalam
Kitab Sullam al-Nayyirain, Skripsi Fakulats Syariah IAIN Walisongo Semarang, 1997.

menentukan awal bulan Qamariah dan untuk mengungkap dan mengkaji


khilafiyah dalam penilaian eksistensi kitab Sullam al-Nayyirain sebagai
pedoman hisab awal bulan Qamariah dan pengaktualisasian pada era modern.
Skripsi Sayful Mujab yang berjudul Studi Analisis Pemikiran KH.
Moh. Zubair Abdul Karim dalam Kitab Ittfaq Dzatil Bain,32 yang
menguraikan tentang pemikiran hisab KH. Moh. Zubair Abdul Karim dalam
kitabnya serta permasalahan yang terdapat dalam kitab tersebut, yakni
mengapa hasil perhitungan kitab tersebut khususnya dalam penentuan awal
Syawwal 1427 H berbeda dengan hasil-hasil perhitungan kitab lain yang
sejenis.
Skripsi M. Rifa Jamaluddin Nashir yang berjudul Pemikiran Hisab
KH. Mashum bin Ali al-Maskumambangi (Analisis Terhadap Kitab Badiah
al-Mitsal fi Hisab al-Sinin wa al-Hilal) yang menjelaskan tentang pemikiran
KH. Mashum bin Ali al-Maskumambangi tentang hisab awal bulan
Qamariah.33
Skripsi Kitri Sulastri yang berjudul Studi Analisis Hisab Awal Bulan
Kamariyah dalam Kitab Irsyad al-Murid yang menguraikan tentang hisab awal
bulan Qamariah yang terdapat dalam kitab Irsyad al-Murid.34
Dalam penulisan skripsi ini, penulis bermaksud untuk memaparkan
perbedaan perhitungan antara kitab Kasyf al-Jilbab dengan kitab yang lain
32

Sayful Mujab, Studi Ananlisis Pemikiran KH. Moh. Zubair Abdul Karim dalam
Kitab Ittfaq Dzatil Bain, Skripsi Fakulats Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2007.
33
M. Rifa Jamaluddin Nashir, Pemikiran Hisab KH. Mashum bin Ali alMaskumambangi (Analisis Terhadap Kitab Badiah al-Mitsal fi Hisab al-Sinin wa al-Hilal)
Skripsi Fakulats Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2010.
34
Kitri Sulastri, Analisis Hisab Awal Bulan Kamariyah Dalam Kitab Irsyad al-Murid,
Skripsi Fakulats Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2011.

(Sullam al-Nayyirain, Syamsul Hilal dan Fath al-Rouf al-Mannan), selain itu
juga membandingkan hasil perhitungan antara kitab ini dan kitab-kitab
tersebut dengan hasil hisab kontemporer untuk mengetahui tingkat akurasinya.
Sejauh penelusuran penulis belum pernah ada satupun tulisan yang membahas
tentang hal ini. Dengan demikian penulis menyatakan bahwa penelitian yang
penulis lakukan benar-benar orisinil, murni dari penulis sendiri tanpa ada
unsur plagiarisme.

E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penyelesaian skripsi
ini ialah metode penelitian kualitatif, hal ini dikarenakan data yang
dianalisis merupakan data yang didapat dengan cara pendekatan kualitatif.
2. Jenis Data
Dalam penelitian yang akan penulis lakukan ini terdapat dua jenis
data, yakni data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang
penulis peroleh dari kitab Kasyf al-Jilbab, sedangkan data skunder adalah
data-data yang penulis peroleh dari dokumen-dokumen, buku-buku, hasil
penelitian lain, dan juga hasil wawancara yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data data yang diperlukan dalam tulisan ini
penulis menggunakan metode Library Research (penelitian kepustakaan)

berupa pengumpulan dokumen dalam hal ini kitab Kasyf al-Jilbab, yakni
penulis melakukan analisis terhadap sumber data yaitu kitab Kasyf al-Jilbab
sebagai data primer, dan buku-buku/ tulisan-tulisan yang menjelaskan
seputar permasalahan yang sedang dikaji. Selain itu penulis juga melakukan
wawancara kepada orang-orang terdekat pengarang kitab ini (baik ahli waris
maupun murid-muridnya) sebagai data pendukung dalam penelitian ini.
Selain itu, penulis juga melakukan komparasi data hasil
perhitungan dalam kitab ini dengan hasil perhitungan kitab-kitab lain yang
sejenis untuk kemudian dikomparasikan dengan hasil perhitungan dengan
metode terkini yang tingkat akurasinya lebih tinggi dari pada kitab-kitab
tersebut. Hal ini sebagai bahan untuk menarik sebuah kesimpulan sementara
tentang tingkat akurasi metode hisab dalam kitab ini dengan metode hisab
lain yang sejenis.
4. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka kemudian dilakukan pengolahan dan
analisis terhadap data tersebut. Dalam menganalisis data penulis
menggunakan

tehnik

analisis

komparatif,35

yakni

dengan

mengkomparasikan antara hasil perhitungan dalam kitab ini dan hasil


perhitungan kitab-kitab lain dengan hasil perhitungan sistem hisab
kontemporer untuk menarik kesimpulan tentang tingkat akurasinya. Dengan
demikian metode analisis yang penulis gunakan adalah metode analisis

35

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,


Ed. III, 1996, hlm. 88.

kualitatif, hal ini dikarenakan data yang dianalisis merupakan data yang
didapat dengan cara pendekatan kualitatif.36
Analisis yang digunakan adalah analisis isi, yang dalam hal ini
metode hisab awal bulan Qamariah dalam kitab Kasyf al-Jilbab. Analisis ini
diperlukan untuk menguji apakah metode hisab yang tertuang dalam kitab
Kasyf al-Jilbab sesuai dengan kebenaran ilmiah dalam astronomi modern,
sehingga metode kitab ini dapat dijadikan salah satu pedoman dalam
penentuan awal bulan Qamariah.
Karena data-data yang didapat juga berasal dari dokumendokumen maka analisis data juga dilakukan dengan menggunakan dua
metode kritik yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal
menanyakan apakah data/ dokumen tersebut otentik atau tidak?,
sedangkan kritik internal menanyakan apabila data/ dokumen itu otentik,
apakah data tersebut akurat atau relevan?37. Dua metode ini berfungsi
sebagai metode kritik atas data/dokumen yang ada.

F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar penulisan penelitian ini terdiri atas 5 bab, yang
mana dalam setiap bab terdapat sub-sub pembahasan sebagaimana berikut :
Bab pertama adalah Pandahuluan; Bab ini menguraikan tentang
Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Telaah
Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
36

Analisis kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisis


dengan logika, induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya. Lihat Tatang M. Amirin,
Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 95.
37
M. Sayuthi Ali, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori dan Praktek),
cet. I, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 169.

Bab kedua adalah Konsep Umum Tentang Hisab Awal Bulan


Qamariah; Bab ini meliputi Pengertian Hisab Awal Bulan Qamariah, Dasar
Hukum Hisab Awal Bulan Qamariah, Metode-Metode yang Digunakan dalam
Menentukan Awal Bulan Qamariah, Macam-macam Hisab Awal Bulan
Qamariah dan Pandangan Ulama terhadap Penentuan Awal Bulan Qamariah
Bab ketiga adalah Hisab Awal Bulan Qamariah Dalam Kitab Kasyf
al-Jilbab; Bab ini menjelaskan mengenai Gambaran Umum tentang Kitab
Kasyf al-Jilbab, Metode Perhitungan Awal Bulan Qamariah dalam Kitab
Kasyf al-Jilbab, Perhitungan Awal Bulan Qamariah dalam Kitab Kasyf alJilbab
Bab keempat adalah Analisis Terhadap Konsep Hisab Awal Bulan
Qamariah Dalam Kitab Kasyf al-Jilbab; Bab ini meliputi Perbedaan Kitab
Kasyf al-Jilbab dengan Kitab-Kitab yang Lainnya, Kelebihan dan Kekurangan
dalam Kitab Kasyf al-Jilbab.
Bab kelima adalah Penutup; Bab ini meliputi Kesimpulan, SaranSaran, dan Penutup

BAB II
Konsep Umum Tentang Hisab Awal Bulan Qamariah
A. Pengertian Hisab Awal Bulan Qamariah
Menurut bahasa hisab berasal dari kata
,
. Kata
tersebut juga mempunyai arti yang sama dengan kata , yang berarti
hitung, menghitung.38 Dalam kamus al-Munjid juga disebutkan bahwa hisab
secara bahasa yaitu ( hitungan).39
Kata hisab banyak digunakan dalam ayat-ayat al-Quran. Menurut
Tono Saksono dalam buku Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, kata hisab
muncul sebanyak 37 kali dalam al-Quran yang semuanya mempunyai arti
perhitungan dan tidak memiliki ambiguitas arti/ makna.40
Secara etimologi, kata hisab secara umum dalam al-Quran
mempunyai beberapa arti, antara lain:
a. Perhitungan



)86 : (
Artinya: Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau

38

A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Indonesia-Arab, Surabaya: Pustaka


Progresif, 1970, hlm. 323.
39
Louis Maluf, al-Munjid, Beirut: Dar al-Masyriq, 1986, hlm.132.
40
Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas
Publicita; Center For Islamic Studies, 2007, hlm.120.

balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya


memperhitungkan segala sesuatu. (al-Nisa: 86)41

Allah

b. Memeriksa

)8: (



Artinya:Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.
(Q.S. al-Insyiqaq: 8)42
c. Batas





27

Artinya:Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau
masukkan siang ke dalam malam, engkau keluarkan yang
hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari
yang hidup. Dan Engaku memberi rizqi siapa yang Engkau
hendaki tanpa hisab (batas). (Q.S. Ali Imran: 27)43
d. Pertanggungjawaban

(69 : (
Artinya: Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas
orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka, akan
tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar
mereka bertakwa. (Q.S. al-Anam: 69)44
Secara terminologi, Muhyiddin Khazin mendefinisikan bahwa, hisab
adalah perhitungan atau Arithmatic45 Sedangkan menurut Moedji Raharto
ilmu hisab dalam arti khusus adalah cara penentuan awal bulan Islam atau
41

Depag RI, al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: CV Penerbit J-Art, tt, hlm. 92.
Ibid, hlm. 590
43
Ibid, hlm. 54
44
Ibid, hlm.137
45
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm.
42

30.

cara memprediksi fenomena alam lainya seperti terjadinya gerhana (matahari


dan bulan) yang didasarkan pada perhitungan posisi, gerak matahari dan
bulan.46
B. Dasar Hukum Hisab Awal Bulan Qamariah
Dalil-dalil yang dijadikan sebagai dasar hukum hisab antara lain:
A. Al-Quran
a. Firman Allah SWT dalam surat Yunus: 5, sebagaimana berikut:




(5: (

Artinya:Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan


bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
(Q.S Yunus: 5).47
Dalam Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab
disebutkan bahwa Lafadhh dipahami dalam arti Allah swt
menjadikan bagi bulan manzilah-manzilah yakni tempat-tempat
dalam perjalananya mengitari matahari, setiap malam pada
tempatnya dari saat ke saat sehingga terlihat Bumi ia selalu berbeda
sesuai dengan posisinya

dengan matahari.

Hal ini

yang

menghasilkan perbedaan-perbedaan bentuk bulan dalam pandangan


46

Moedji Raharto, Astronomi Islam dalam Perspektif Astronomi Modern dalam


Moedji Raharto, (ed), Gerhana Kumpulan Tulisan Moedji Raharto, Lembang: Pendidikan
dan Pelatihan Hisab Rukyat Negara-Negara MABIMS, 2000, hlm.107.
47
Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 209.

kita di Bumi. Dari sini pula dimungkinkan untuk menetukan bulan


Qamariah.48
b. Firman Allah SWT dalam surat al-Isra: 12, seperti berikut:









12
Artinya: Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda,
lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda
siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari
Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahuntahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami
terangkan dengan jelas. (Q.S. al-Isra: 12)49

, lafadhh tersebut menjelaskan

bahwa Allah menciptakan langit dan Bumi supaya manusia


mengetahui bilangan tahun dan perhitungan bulan dan hari.50

c. Firman Allah SWT dalam surat al-Anam: 96, seperti berikut:





96

Artinya: Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk
beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk

48

Lihat M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati,


v.VI, cet.II, 2004, hlm.20
49
Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 284
50
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Quranul Majid an-Nuur,
Semarang: Hayam Wuruk, juz.15, cet.II, 2000, hlm. 230

perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa


lagi Maha mengetahui. (Q.S. al-Anam: 96)51
Dalam tafsir ibnu Kastir, firman Allah serta menjadikan
matahari dan bulan dengan perhitungan, yakni keduanya berjalan
menurut perhitungan yang sempurna, terukur, tidak berubah, dan
tidak kacau. Masing-masing memiliki orbit yang dilaluinya pada
musim hujan dan musim panas yang berimpliksai terhadap
pergantian siang dan malam.
Kata husbana terambil dari kata hisab, seperti ayat
sebelumnya (al-Rahman:5) penambahan huruf alif dan nun
memberi arti kesempurnaan sehingga kata tersebut diartikan
perhitungan yang sempurna dan teliti. Penggalan ayat di atas
sebagian ulama memahami bahwa peredaran matahari dan Bumi
terlaksana dalam satu perhitungan yang sangat teliti. Peredaran
benda-benda langit yang sedemikian konsisten, teliti dan pasti
sehingga tidak tejadi tabrakan antar planet-planet. Sebagian ulama
memahami bahwa Allah menjadikan peredaran matahari dan bulan
sebagai alat untuk malakukan perhitungan waktu, tahun, bulan,
hari, bahkan menit dan detik.52
Jadi, ayat-ayat di atas khususnya surat al-Anam ayat 96
secara kontekstual menjelaskan antara pendapat ulama satu dan
yang lain tidak ada kerancuan, sebagaimana bulan mengalami

51

52

Departemen Agama RI, op.cit, hlm 141.


Quraish Shihab, Op. Cit, hlm. 204

beberapa fase, pada paruh pertama bulan berada pada posisi di


antara matahari dan Bumi, sehingga bulan itu menyusut yang
menandakan bahwa bulan tersebut adalah bulan sabit.
Begitu pula apabila berada di arah behadapan dengan
matahari, di mana Bumi berada di tengah maka akan tampak bulan
purnama. Kemudian purnama itu akan kembali mengecil sedikit
demi sedikit sampai pada paruh kedua. Dengan demikian,
sempurnalah satu bulan Qamariah selama 29,5309 hari. Atas dasar
itulah manusia bisa menentukan penanggalan bulan Qamariah.53
B. Al-Hadits
Dalam istilah ulum al-hadits al-Hadits atau sering disebut
dengan al-Sunnah diartikan sebagai segala sesuatu baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun sikap diam yang dianggap sebagai
sebuat legitimasi (ketetapan) yang berasal dari Muhammad saw.
Namun, antara al-Hadits dan al-Sunnah, ternyata kedua istilah tersebut
mempunyai perbedaan. Bahwa al-Sunnah yaitu segala ucapan dan
perbuatan Nabi sesudah kenabian, sedangkan al-Hadits yaitu segala
ucapan dan perbuatan Nabi sebelum kenabian.
Dalam tata hirarki sistem hukum islam, kedudukan al-Hadits
ini menempati posisi kedua setelah al-Quran. Hal ini dikarenakan
kebenaran hadits merupakan sebuah jaminan dari Allah dalam salah
satu firman Nya (surat al-Najm) yang berarti,

53

Ibid.

dan dia (Muhammad) tidak akan mengucapkan sesuatu


berdasarkan hawa nafsu, melainkan wahyu yang telah diwahyukan
kepadanya.
Pada dasarnya tidak banyak hadits yang mejelaskan tentang
penggunaan hisab dalam penentuan awal bulan Qamariah jika
dibanding dengan ruyat. Hal ini disebabkan pada saat itu hisab belum
berkembang pesat, hisab baru mulai berkembang pada masa Umar bin
Khattab yang ditandai dengan munculnya kelender Hijriah. Namun
demikian terdapat beberapa dalil yang oleh madzhab hisab dijadikan
sebagai pegangan diantaranya:
a.

Hadits riwayat Bukhori




) (

Artinya : Dari Nafi dari Abdullah bin Umar bahwasanya


Rasulullah saw menjelaskan bulan Ramadlan
kemudian beliau bersabda: janganlah kamu berpuasa
sampai kamu melihat hilal dan (kelak) janganlah
kamu berbuka sebelum melihatnya lagi. Jika tertutup
awan maka perkirakanlah. (HR Bukhari).54
b.

Hadits riwayat Muslim

54

Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, Shohih Bukhari, Juz III,Beirut: Dar


al-Fikr ,tt, hlm. 34.


)(

Artinya :

Dari

Dari Ibnu Umar ra. Berkata Rasulullah saw bersabda


satu bulan hanya 29 hari, maka jangan kamu berpuasa
sebelum melihat bulan, dan jangan berbuka sebelum
melihatnya dan jika tertutup awan maka
perkirakanlah. (HR. Muslim).55
kedua

hadits

tersebut

lafadhz

yang

menjadi

permasalahan adalah pada lafadhz , para ulama berbeda dalam


menginterpretasikanya. Menurut jumhur ulama bahwa yang dimaksud
lafadhz tersebut yaitu menyempurnakan dengan bilangan 30 hari, hal
ini dikarenakan banyak hadits yang menempatkan posisi istikmal
secara shorih. Sedangkan menurut ulama mutaakhirin maksud dikirakirakan adalah dengan menggunakan hisab.
C. Ijma
Ijma yang secara etimologi berarti

kesepakatan atau

konsensus merupakan sumber hukum Islam yang ketiga dalam tata


hirarki perundang-undangan islam. Sedangkan secara terminologi
ijma berarti kesepakatan semua mujtahid muslim pada suatu masa
setelah wafatnya Rasulullah SAW atas hukum syara mengenai suatu
kejadian.56

55

56

Ibid, hlm. 481.


Abdul Wahab Kholaf, Ushul Fiqh, cet I, Jakarta: Pustaka Amani, 2003, hlm. 54

Jika menilik dasar hukum sebelumnya, bahwa metode hisab


yang dihasilkan dari interpretasi al-Quran dan al-Hadits tentunya
akan mengahasilkan suatu ijtihad yang dihasilkan dengan menempuh
beberapa metode baik Ijma, Qiyas, dan sebagainya. Yang kemudian
akan melahirkan perbedaan pendapat.
Dengan belum adanya kesepakatan yang pasti tentang
metode apa yang harus digunakan dalam penentuan awal bulan
Qamariah selain ruyat al-hilal, hal ini menunjukkan belum adanya
konsensus antara para ulama terhadap masalah ini. Hal ini berarti
secara eksplisit tidak ada penjelasan yang menunjukkan kesepakatan
para mujtahid yang terkait tentang penetapan awal bulan Qamariah
dengan metode hisab, akan tetapi ada beberapa argumen ulama yang
menyatakan bahwa hisab merupakan salah satu alternatif menentukan
waktu syari.
Untuk lebih lengkapnya hal tersebut akan dipaparkan pada
sub bab pendapat ulama tentang hisab yang digunakan dalam
penentuan awal bulan Qamariah.
D. Qiyas
Qiyas secara istilahi yaitu menyamakan sesuatu hukum dari
peristiwa yang tidak memiliki nash hukum dengan peristiwa yang
sudah memiliki nash hukum sebab sama dalam illat hukumnya.57

57

Abdul Wahab Kholaf, Ibid, hlm. 65

Penentuan awal bulan Qamariah dengan metode hisab juga


dianalogikan dengan penentuan awal waktu shalat dengan metode
hisab, dimana dalam hadits disebutkan bahwa penentuan waktu shalat
berdasarkan gejala-gejala alam58 (Dhuhur; tergelincirnya matahari,
Ashar;

bayangan

benda

sama

panjang

bendanya,

Maghrib;

terbenamnya matahari, Isya; hilangnya mega merah atau cahaya


merah, dan Shubuh; terbitnya fajar).
Dengan demikian, menurut Qiyas pemberlakuan metode
hisab dalam rangka penentuan awal bulan Qamariah dapat dibenarkan
dengan ketentuan-ketentuan tertentu sebagaimana pemberlakuan
metode hisab dalam penentuan awal waktu shalat di samping
menggunakan cara pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam.
C. Metode-Metode yang Digunakan dalam Menentukan Awal Bulan
Qamariah
Sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya, bahwa terdapat dasar
hukum dalam penentuan awal bulan Qamariah baik yang tercantum dalam alQuran ataupun al-Hadits. Dari pedoman tersebut secara garis besar terdapat
tiga macam cara dalam penentuan awal bulan Qamariah khususnya yang
terkait dengan masalah ibadah, diantaranya yaitu:

58

Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat, Jakarta: Gema Inani Press, 1996, hlm.87

1.

Cara pertama, Ruyat


Ruyat berasal dari bahasa Arab yaitu yang artinya
melihat secara sederhana ruyat berarti melihat, mengamati, dan
mengobservasi, artinya melihat dengan kepala.59
Ruyat adalah aktivitas mengamati visibiltas60 hilal setelah
terjadinya ijtima (konjungsi). Adapun yang dimaksud disini adalah ruyat
al-hilal yaitu penentuan hilal dengan mata telanjang atau dengan
menggunakan alat yang dilakukan setiap akhir bulan atau setiap tanggal 29
bulan Qamariah pada saat matahari terbenam.61
Madzhab ruyat mempunyai pedoman sendiri yaitu dengan
berpedoman pada al-Quran surat al-Baqoroh: dan berbagai hadits yang
menyatakan bahwa penentuan awal bulan Qamariah dilakukan dengan
ruyat, salah satu diantaranya:

: , ,
, , , ,

:
:

59

Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Belajar,


2008, hlm. 183
60
Visibilitas hilal merupakan istilah inggris yang berarti kemungkinan hilal
terlihat, selain memperhitungkan wujudnya hilal di atas ufuk, pelaku hisab juga
memperhatikan fator-faktor lain yang memungkinkan terlihatnya hilal. Lihat Susiknan
Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008, hlm.79.
61
Lihat di kumpulan seminar Lajnah Falakiyah, 1994, hlm.22

62


)(

Artinya :Mengabarkan kepada kami Abu Abdillah al-Hafidz, dan Abu


Zakaria bin Abi Ishaq al-Muzakki, mereka berkata : bercerita
kepada kami Abu Abdillah Muhammad bin Yakub, bercerita
kepada kami, Jafar bin Muhammad, bercerita kepada kami
Yahya, Ismail bin Jafar memberitakan, dari Abdullah bin Dinar
sesungguhnya Ibnu Umar berkata : bersabda Rasulullah SAW :
bulan itu 29 malam, janganlah kalian berpuasa hingga melihat
hilal, dan janganlah kalian berbuka hingga melihat hilal, kecuali
jika awan menutupi (mendung), maka sempurnakanlah 30 hari.
(HR. Muslim, hadits Shahih dari Yahya bin Yahya).
Ruyat terdiri dari beberapa macam, diantaranya:
a. Ruyat bi al-Qalbi
Yaitu ruyat yang hanya diperkirakan bahwa hilal sudah bisa
terlihat. Ruyat seperti ini tidak banyak diikuti, karena tidak ada bukti
yang nyata dan ditakutkan akan menyesatkan.
b. Ruyat bi al-Fili
Ruyat bi al-fili adalah usaha melihat hilal dengan mata
telanjang dan dilakukan secara langsung yang dilakukan setiap akhir
bulan tanggal 29 bulan Qamariah pada saat matahari tenggelam. Apabila
hilal berhasil dilihat, maka sejak malam itu sudah dihitung tanggal satu
bulan baru. Tetapi jika tidak berhasil diruyat maka malam dan keesokan
harinya masih merupakan bulan yang sedang berjalan, sehingga umur
bulan tersebut digenapkan 30 hari (Istikmal).63

62

Muhammad Abdul Qadir Athab, Sunan al-Kubra (Li al-Imam Abi Bakar
Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqi), Libanon : Daar al-Kutub al-Ilmiah, juz 4, hlm.
345.
63
Depag RI, Ephemeris Hisab Rukyat 2004,Jakarta, Ditpenpera,2004, hlm. 37.

Ruyat bi al- fili menjadi sistem penentuan awal bulan


Qamariah yang diterapkan pada zaman Nabi, para sahabat, tabiin dan
tabi al-tabiin. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa ruyat
tersebut masih digunakan dalam menentukan awal bulan Ramadlan,
Syawwal dan Dzul Hijjah. Namun sistem ini tidak dapat dijadikan dalam
pembuatan kalender.
Sebelum

berkembangnya

ilmu

astronomi,

ruyat

yang

diinterpretasikan dari hadits Rasulullah yaitu ruyat yang dilakukan


secara visual. Padahal jika dilihat di era sekarang banyak sekali problem
yang menghambat pengamatan hilal secara visual, diantaranya: Pertama,
kondisi cuaca seperti mendung; kedua, ketinggian hilal dan matahari;
ketiga, jarak antara bulan dan matahari (jika hilal terlalu dekat, meskipun
matahari telah tenggelam, berkas sinarnya masih menyilaukan sehingga
hilal tidak akan tampak); keempat, kondisi atmosfir Bumi seperti akibat
polusi udara, kabut dan sebagainya); kelima, kualitas mata pengamat.64
Perbedaan

di

kalangan

ulama

fiqh

terkait

masalah

pemberlakuan ruyat apakah hanya untuk satu wilayah atau seluruh


dunia. Dalam hal ini, jumhur fuqoha menyatakan bahwa ruyat di suatu
negara berlaku untuk di negara-negara Islam lainya (bersifat global).

64

Depag RI, Ibid, hlm. 87

Menurut madzhab Syafii65, terdapat lima pendapat tentang


jarak ke garis batas mathla dari lokasi ruyat al-hilal, yaitu: Pertama,
pemberlakuan hasil ruyat hanya sejauh jarak dimana qoshar shalat
diijinkan yakni sekitar 80 km; Kedua, pemberlakuan hasil ruyat sejauh
8 bujur; Ketiga, wilayat al-hukmi sebagaimana yang berlaku di
Indonesia jika di suatu wilayah ruyat berhasil, maka berlaku di seluruh
Indonesia; Keempat, pemberlakuan hasil ruyat sejauh 24 farsakh (133
km); Kelima, pemberlakuan hasil ruyat al-hilal sampai suatu daerah
dimana hilal masih memungkinkan untuk diruyat.
Sedangkan menurut Imam as-Sarkhosi, hasil ruyat berlaku
juga bagi daerah yang jauh, jika daerah yang jauh tersebut
memungkinkan untuk ruyat dalam arti keadaan hilal di daerah yang jauh
tidak berada di bawah ufuk. Secara astronomi, pendapat tersebut dapat
dibenarkan.
Mengenai kriteria visibilitas hilal masih terjadi perselisihan,
yakni belum ada kesepakatan secara global tentang kriteria yang harus
digunakan dalam mengontrol hasil ruyat.66 Karena kriteria visibilitas
hilal cukup rumit dan tidak ditemukanya zona yang pasti.
Indonesia sebagai anggota MABIMS, menggunakan kriteria
imkan al-ruyat bahwa tinggi hilal terendah adalah 2 derajat di atas
65

Shoifiyulloh, Al-Muhtaj (Seputar Awal Bulan Hijriyah Edisi Baru


Dilengkapi Perhitungan Gerhana Bulan), cet 2, Malang: Pondok Pesantren Miftahul
Huda, 2006, hlm.18
66
Shofiyullah, Ibid, hlm.12

ufuq mari. Tetapi ketetapan ini sangat sulit diterima para astronom
internasional. Kriteria yang disepakati MABIMS merupakan tinggi hilal
minimum tiga derajat dan umur bulan saat Matahari terbenam minimal
delapan jam.67
2.

Cara kedua, Istikmal


Cara ini dilakukan ketika hilal tidak behasil untuk dilihat, tidak
pandang cuaca cerah maupun mendung. Istikmal dilakukan dengan
menyempurnakan jumlah hari Syaban atau Ramadlan menjadi 30 hari.
Seperti halnya ruyat, penentuan awal bulan dengan istikmal juga
mempunyai dasar. Salah satu hadits yang dapat dijadikan pedoman yaitu:



:
:

(:-
:
68

.)

Artinya :Bercerita kepada kami Adam, bercerita kepada kami


Muhammad bin Ziyad, ia berkata : aku mendengar Abu
Hurairah RA berkata : bersabda Nabi SAW : berpuasalah
kalian karena melihat hilal dan berbukalah kalian karena
melihat hilal,, dan apabila mendung maka sempurnakanlah
bulan Syaban menjadi 30 hari. (HR. Al-Bukhari).

Cara ini hanya fokus pada tiga bulan yaitu bulan Ramadlan untuk
penentuan awal puasa, Syawwal untuk menetapkan hari raya idul fitri dan
Dzul Hijjah untuk menetapkan idul Adha.

67

Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat: Wacana untuk Membangun


Kebersamaan di Tengah Perbedaan), Yogyakarta:Pustaka Pelajar, cet.I, Mei 2007,
hlm.158.
68
Susiknan Azhari, Ibid.

3.

Cara ketiga, Hisab


Metode hisab merupakan penentuan awal bulan Qamariah yang
didasarkan pada perhitungan peredaran bulan mengelilingi matahari.
Metode hisab tersebut dapat menentukan awal bulan jauh sebelumnya,
sebab tidak tergantung pada terlihatnya hilal pada saat matahari terbenam
walaupun metode ini diperselisihkan kebolehan penggunaanya dalam
menentukan awal bulan yang ada kaitanya dengan pelaksanaan ibadah
(awal bulan Ramadlan, Syawwal, dan Dzul Hijjah), namun metode ini
mutlak diperlukan dalam menetapkan awal-awal bulan untuk kepentingan
penyusunan kalender.
Dari ketiga metode penentuan awal bulan Qamariah di atas juga
masih terdapat perbedaan dalam memahami konsep permulaan hari dalam
bulan baru. Di sinilah kemudian muncul berbagai aliran mengenai
penentuan awal bulan yang pada dasarnya berpangkal pada pedoman
ijtima, dan posisi hilal di atas ufuk.69
Menurut

ahli

ruyat,

dalam

sistem

penanggalan

hijriah

(penentuan awal bulan) adalah posisi hilal berada di atas ufuk pada saat
matahari terbenam dan dapat diruyat sedangkan menurut ahli hisab, awal
bulan cukup ditandai dengan keberadaan hilal di atas ufuk pada saat
matahari terbenam. Adapun ahli astronomi menyatakan awal bulan
69

Ijtima adalah berkumpulnya matahari dan bulan dalam satu bujur astronomi
yang sama. Ijtima di sebut juga dengan konjungsi ,pangkreman, iqtiraan. Sedangkan
yang di maksud ufuk adalah lingkaran besar yang membagi bola langit menjadi dua
bagian yang besarnya sama. Ufuk di sebut juga horizon, kaki langit, cakrawala, batas
pandang

ditandai dengan terjadinya konjungsi atau ijtima al-hilal (matahari dan


bulan berada pada garis bujur yang sama).
a) Konsep ijtima
Golongan yang berpedoman pada ijtima dapat dibedakan
menjadi beberapa golongan yaitu:
a. Ijtima qobla al-ghurub yaitu apabila ijtima terjadi sebelum
matahari terbenam maka pada malam harinya sudah dianggap
sebagai bulan baru.
b. Ijtima qobla al-fajri yaitu apabila ijtima terjadi sebelum terbit
fajar maka pada malam itu sudah dianggap sudah masuk awal
bulan baru.
c. Ijtima qabla al-zawal yaitu apabila ijtima terjadi sebelum zawal
maka hari itu sudah memasuki awal bulan baru.
Namun

dari

golongan-golongan tersebut

yang masih

dipegang oleh ulama adalah ijtima qobla al-ghurub dan ijtima qobla
al-fajri. Sedangkan golongan yang lain tidak banyak di kenal secara
luas oleh masyarakat.70
b) Konsep posisi al-hilal
Adapun kriteria posisi hilal yang dijadikan sebagai penentu
masuknya awal bulan Qamariah adalah apabila perhitungan hilal sudah

70

Nouruz Zaman Shiddiqi, Fiqh Indonesia: Penggagas dan Gagasannya,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997, hlm. 195.

memenuhi

kriteria

sebagai

penentu

awal

bulan

(tidak

memperhitungkan apakah hilal dapat dilihat atau tidak).


Golongan yang berpedoman pada posisi hilal di atas ufuk
dibedakan menjadi:
a. Golongan yang berpedoman pada posisi hilal di atas ufuk haqiqi
yaitu ufuk yang berjarak 90 derajat dari titik zenit (lingkaran bola
langit yang bidangnya melalui titik pusat Bumi dan tegak lurus
pada garis vertikal peninjau.71 Menurut pendapat ini, bahwa apabila
pada saat matahari terbenam (setelah terjadinya ijtima), posisi hilal
sudah berada di atas ufuk haqiqi.72
b. Golongan yang berpedoman pada posisi hilal di atas ufuk mari
yaitu ufuk haqiqi dengan

koreksi seperti kerendahan ufuk73,

refraksi74, semi diameter75, dan parallax76.


c. Imkan al-ruyat yaitu masuknya awal bulan ditentukan berdasarkan
pengamatan langsung terhadap hilal atau berdasarkan penampakan
71

Marsito. Kosmografi Ilmu Bintang-Bintang, Djakarta: Pembangunan, 1960,


hlm. 13. Posisi hilal pada ufuk adalah posisi titik pusat bulan pada ufuk haqiqi. Lihat
Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta: Lazuardi, 2001, hlm.
32.
72
Penentuan awal bulan Qamariah dilakukan dengan menentukan ketinggian
(haqiqi) titik pusat bulan yang diukur dari ufuk haqiqi. Lihat Ichtijanto. Almanak
Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981,
hlm. 148.
73
Untuk mencari kerendahan ufuk dapat di gunakan rumus 0 o 1,76 di
kalikan dengan akar ketinggian tempat tersebut dari permukaan air laut.
74
Untuk mencari refraksi dapat digunakan rumus tinggi lihat tinggi nyata.
75
Semi Diameter / jari-jari/ Nisful Qotr adalah titik pusat matahari / bulan
dengan piringan luarnya. Lihat dalam Tim Hisab Ditpenpera Depag RI, Op.Cit, hlm.
4.
76
Parallax/ ikhtilaf al-mandzor adalah sudut antara garis yang di tarik dari
benda langit ke titik pusat Bumi dan garis yang di tarik dari benda langit ke mata si
Pengamat. Lihat dalam Tim Hisab Ditpenpera Depag RI,Ephemeris Hisab Rukyat
2004, Jakarta, Ditpenpera, 2004, hlm. 5.

hilal (menetukan posisi ketinggian hilal pada saat terbenamnya


matahari, yang memungkinkan bisa dilihat).77
Di Indonesia terdapat beberapa golongan dalam menentukan awal
bulan Qamariah, diantaranya: NU, Muhammadiyah78,PERSIS79, Jamaah
Tarekat Naqsyabandiyah80, an-Nadzir81, HTI.
Konsep imkan al-ruyat merupakan konsep yang ditawarkan
pemerintah untuk menjembatani antara madzhab hisab dan madzhab ruyat.
Ketetapan ini pada dasarnya merupakan titik temu yang paling baik
meskipun kriteria di Indonesia lebih rendah dari kriteria Internasional.
Kriteria ini juga dibuat dari perpaduan data ruyat dan data hisab.
Ormas-ormas yang menerima kriteria MABIMS yaitu NU dan
Persis, sedangkan untuk Muhammadiyah mempunyai konsep sendiri yaitu

77

Ichtijanto. Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan


Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 149.
78
Pada mulanya konsep yang digunakan Muhammadiyah adalah hisab haqiqi
dengan kriteria imkan al-ruyat, kemudian hisab haqiqi dengan konsep ijtima qabla alghurub Akan tetapi pada tahun 1938 M/1357 H organisasi ini menggunakan konsep wujud
al-hilal sebagai jalan tengah antara hisab murni (hisab ijtima) dan ruyat murni, dan
konsep ini masih dijadikan pegangan hingga sekarang.
79
Persis merupakan salah satu ormas yang menggunakan hisab dalam penentuan
awal bulan Qamariah (Ramdlan, Syawwal, dan Dzul Hijjah). Pada awalnya mereka
menggunakan konsep yang sama dengan Muhammadiyah yaituk wujud al-hilal. Seiring
dengan perubahan pemahaman, pada tahun 1422 H/1423 H Persis mulai mengadopsi teori
imakan al-ruyat dalam menyusun kalender.
80
Jamaah tarekat Naqsyabandiyah terdiri atas beberapa aliran yang berdasarkan
syeikh Mursyid masing-masing, sebagaimana yang disampaikan pada seminar nasional
bahwa hanya aliran Pasar Baru Padanglah yang berbeda dalam penetapan awal Ramadlan
dan Syawwal. Aliran ini lebih menitikberatkan hisab urfi yang terdapat dalam almanak
guru mereka yaitu syeikh Abdul Munir.
81
An-Nadzir merupakan kelompok muslim yang memegang tiga konsep dalam
penentuan awal bulan Qamariah yaitu konsep hisab dengan angka 54 sebagai pedoman
perhitunganya, ruyat dengan mata hati, dan pengamatan fenomena alam seperti pasang
surut air laut, angin, hujan dan kilat

wujud al-hilal dengan berdasarkan bahwa hilal berada di atas ufuk, dan
tidak memandang berapa ketinggian hilalnya.
D. Macam-Macam Hisab Awal Bulan Qamariah
Macam-macam hisab yang muncul dan berkembang di kalangan
masyarakat Indonesia.
e. Hisab Urfi
Hisab urfi berarti sistem perhitungan kalender yang
didasarkan pada peredaran rata-rata bulan mengelilingi Bumi dan
ditetapkan secara konvensional. Sistem ini mulai muncul dan
berkembang pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab
ra.82
Model hisab ini pula yang dianut oleh Sultan Agung
Anyokro Kusumo pada tahun 1663 M atau 1555 C (Caka) dalam
merumuskan penanggalan Jawa Islam, yakni perpaduan antara tahun
Hindu Jawa dengan kalender Hijriyah.83
Metode hisab ini menetapkan dalam satu daur (siklus)
terdiri dari 8 tahun yang sering disebut dengan Windu. Dari delapan
tahun tersebut ditetapkan ada tiga tahun yang berumur lebih panjang
(kabisat) atau dengan istilah lain disebut Wuntu yakni berumur 355
hari, yaitu tahun yang jatuh pada urutan tahun ke 2, 5, dan 8.
Sedangkan lima tahun sisanya disebut tahun basithah (Wustu) yang
82

Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Cet II, Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2008, hlm. 79.
83
Lihat Badan Hisab dan Rukyat, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek
Pembinaan Badan Peradilan agama Islam, 1981, hlm. 45.

berumur lebih pendek yakni 354 hari. Kelima tahun tersebut ialah
tahun yang jatuh pada urutan tahun ke 1, 3, 4, 6, dan 7.84
Dalam metode ini juga ditetapkan bahwa umur bulan
untuk bulan ganjil selama 30 hari sedangkan umur bulan untuk bulan
genap selama 29 hari kecuali bulan Dzul Hijjah pada tahun kabisat.
Di samping itu, dalam metode ini juga menetapkan bahwa dalam
120 tahun akan terjadi perubahan kaidah penentuan hari dan pasaran
awal tahun.85
Perubahan penentuan hari dan pasaran awal tahun itu
terjadi karena setiap 120 tahun jumlah hari dalam hisab ini lebih satu
hari dan harus dikurangi satu hari untuk mendapatkan hari yang
sama dengan sistem hisab lain. Kelebihan jumlah hari itu salah
satunya menurut analisa penulis disebabkan karena pembulatan
dalam penetapan hari pada tahun-tahun sebelumnya.
Nama-nama tahun dalam hisab ini yaitu; Alif, Ehe, Jim
Awal, Ze, Dal, Be, Wawu, dan Jim Akhir. Sedangkan nama-nama
bulannya ialah sebagai berikut; Suro, Sapar, Mulud, Bakdomulud,
Jumadilawal,

Jumadilakhir,

Rejeb,

Ruwah,

Poso,

Sawal,

Dulkangidah dan Besar.86

84

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), Yogyakarta:


Buana Pustaka, cet. I, 2004, hlm. 117.
85
Sayful Mujab, Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2007,
hlm. 6.
86
Muhyiddin Khazin, Op. Cit. hlm. 118-119.

f. Hisab Istilahi
Hisab Istilahi adalah metode perhitungan kalender yang
didasarkan pada peredaran rata-rata bulan mengelilingi Bumi. Dalam
metode hisab ini ditetapkan bahwa satu siklus ialah tiga puluh tahun
yang dalam masa 30 tahun itu terdapat 11 tahun kabisat dan 19 tahun
basithah.87
Tahun-tahun kabisat tersebut yakni tahun-tahun yang
jumlah harinya lebih banyak (355 hari) dan jatuh pada urutan tahun
ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26, dan 29. 88 Pada tahun-tahun
tersebut umur bulan Dzul Hijjah lebih panjang satu hari dari pada
pada tahun-tahun yang lainnya. Sedangkan tahun-tahun yang jatuh
selain pada urutan tersebut disebut tahun basithah (354 hari).
g. Hisab Haqiqi bi al-taqrib
Hisab Haqiqi berarti hisab yang didasarkan pada
peredaran bulan dan Bumi yang sebenarnya. Menurut hisab ini umur
tiap bulan tidaklah konstan dan juga tidak beraturan, melainkan
tergantung posisi hilal pada setiap awal bulan. Artinya boleh jadi dua
bulan berturut-turut umurnya 29 atau 30 hari, bahkan boleh jadi
bergantian seperti dalam hisab urfi.89
Bi al-taqrib artinya mendekati, hal ini dikarenakan datadata yang diperoleh dalam sistem hisab ini masih bersifat perkiraan,
bukan data yang sebenarnya. Salah satu sumber data yang digunakan
87

Badan Hisab dan Rukyat, Op Cit, hlm. 43.


Ibid, hlm. 43.
89
Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 78.
88

dalam sistem hisab ini ialah data-data yang disusun oleh Ulugh Beik
As-Samarqand (w.1420 M).
Dalam sistem hisab ini data hasil perhitungan yang
diperoleh belum lengkap. Hasil yang biasanya muncul dari sistem
hisab ini hanyalah berkisar pada konjungsi (ijtima), ketinggian hilal
(irtifa al-hilal), lama hilal di atas ufuk (mukts al-hilal), dan cahaya
hilal (nur al-hilal). Hal ini belum bisa memberikan penjelasan yang
signifikan jika dipakai dalam pemandu ruyat. Ini disebabkan karena
jika hasil hisab ini digunakan sebagai pemandu ruyat maka
seseorang akan kesulitan menentukan posisi hilal saat matahari
terbenam karena dalam hasil perhitungan sistem ini belum
menyebutkan

azimut

hilal

dan

matahari,

sehingga

sangat

memungkinkan sekali terjadi salah arah.


Selain itu hasil irtifa yang diperoleh juga belum
menunjukkan akurasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan dalam
menghitung irtifa al-hilal sistem ini hanya dengan membagi antara
selisih antara waktu ijtima (konjungsi) dengan waktu matahari
terbenam (ghurub) yang kemudian dibagi 2. Hal ini salah satunya
disebabkan oleh asumsi bahwa bulan bergerak mengelilingi Bumi
sejauh 12 derajat setiap harinya (24 jam), sehingga untuk
mendapatkan angka 12 tersebut cukup dengan membagi angka 24
dengan angka 2. Dengan demikian akan diperoleh angka 360 derajat

(angka maksimal yang dicapai bulan untuk mengelilingi Bumi)


setelah 30 hari bulan melakukan perjalanannya.
KH. Ghazali bin Masud, penulis kitab Kasyf al-Jilbab
menyebutkan bahwa untuk menentukan Irtifa al-hilal dapat
dilakukan dengan cara mengalikan bilangan al-Saaat min al-Ijtima
ila al-Ghurub dengan 30 menit.90
h. Hisab Haqiqi bi al-tahqiq
Sebagaimana pengertian di atas bahwa hisab haqiqi adalah
hisab yang didasarkan pada peredaran bulan dan Bumi yang
sebenarnya. Sedangkan arti bi al-tahqiq ialah dengan kenyataannya.
Maksudnya hisab haqiqi bi al-tahqiq ini ialah sistem hisab yang
didasarkan pada peredaran bulan dan Bumi sebenarnya dan data-data
yang digunakan ialah data-data tentang Bumi dan bulan yang
diperoleh dengan cara yang kontemporer sehingga menghasilkan
data yang mempunyai akurasi yang relatif lebih tinggi dari pada data
yang diperoleh sistem hisab haqiqi bi al-taqrib.
Hisab ini perhitungannya berdasarkan pada data-data yang
diolah dengan Spherical Trigonometri (Segitiga bola)91 bukan
seperti hisab haqiqi bi al-taqrib yang didasarkan pada data-data yang
diolah dengan sistem Geocentris.92 Dengan demikian menurut
penulis sangatlah wajar jika terdapat perbedaan tingkat akurasi hasil
perhitungan antara kedua sistem hisab tersebut.
90

Ghazali bin Masud, Kasyf al Jalbab, 1988. Hlm. 8.


Sayful Mujab, Op Cit, hlm. 9.
92
Ibid, hlm. 8.
91

Dalam sistem hisab haqiqi bi al-tahqiq ini penentuan irtifa


al-hilal tidak seperti pada sistem hisab haqiqi bi al-taqrib yang
hanya membagi dua antara selisih waktu ijtima dengan waktu
ghurub, akan tetapi dalam sistem hisab ini sudah memperhatikan tata
koordinat dimana lokasi ruyat al-hilal dilaksanakan, deklinasi93,
sudut waktu94, bahkan refraksi95, kerendahan ufuk (dip)96 dan semi
diameter97 bulan.
Dalam sistem hisab ini juga telah disebutkan azimut bulan,
azimut matahari dan lain sebagainya sehingga sistem ini dapat
memberikan informasi yang lebih jelas dan terperinci tentang
keadaan suatu objek, dalam hal ini adalah hilal dalam suatu tempat
tertentu.
Kesimpulannya, dari beberapa metode hisab yang ada dan
berkembang dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hisab urfi dan
istilahi tidak bisa dijadikan patokan untuk menentukan awal bulan
Qamariah. Hal ini disebabkan hasil yang diperoleh dari kedua sistem

93

Deklinasi (Mail) adalah jarak benda langit sepanjang lingkaran yang


dihitung dari equator sampai benda langit tersebut. Lihat Muhyiddin Khazin, Kamus
Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm.
94
Sudut waktu ialah sudut pada titik kutub langit yang dibentuk oleh
perpotongan antara lingkaran meridian dengan lingkaran waktu yang melalui suatu
objek tertentu di bola langit. Lihat Susiknan Azhari, Op. Cit, hlm. 195.
95
Refraksi yaitu perbedaan antara tinggi suatu benda langit yang dilihat
dengan tinggi sebenarnya diakibatkan karena adanya pembiasan sinar. Lihat Susiknan
Azhari, Ibid, hlm. 180. Lihat pula Muhyiddin Khazin, Op.Cit, hlm. 19.
96
Dip (kerendahan ufuk) adalah perbedaan kedudukan antara kaki langit
(horizon) sebenarnya (ufuq haqiqi) dengan kaki langit yang terlihat (ufuq mari)
seorang pengamat. Lihat Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 58.
97
Semi diameter yaitu titik pusat matahari dengan piringan luarnya. Lihat
Susiknan Azhari, Op. Cit. hlm. 191.

hisab ini ialah data perkiraan yang menetapkan jumlah hari dalam
satu bulan antara 29 dan 30 hari secara bergantian.
Sedangkan metode/ sistem hisab haqiqi bi al-taqrib dan
haqiqi bi al-tahqiq bisa dijadikan pedoman terhadap penentuan awal
bulan Qamariah dikarenakan kedua sistem hisab tersebut sudah
mendasarkan hasil perhitungnnya dengan data peredaran bulan
sebenarnya. Namun dalam sistem hisab haqiqi bi al-taqrib tingkat
akurasinya masih rendah karena tingkat akurasi data juga masih
tergolong rendah. Sedangkan dalam sistem hisab haqiqi bi al-tahqiq
data-data yang diperoleh sudah menunjukkan akurasi tinggi sehingga
sangat memungkinkan untuk dijadikan pedoman dan bahan
informasi pelaksanaan ruyat al-hilal dalam rangka penentuan awal
bulan Qamariah khususnya dalam bulan-bulan yang mengandung
unsur ibadah seperti Ramadlan, Syawwal dan Dzul Hijjah.
E. Pandangan Ulama Terhadap Penentuan Awal Bulan Qamariah
Di Indonesia metode hisab dijadikan acuan dalam penentuan awal
bulan Qamariah yang kemudian dilakukan pembuktian melalui ruyat alhilal, namun ada sebuah golongan yang berpegang teguh dengan metode
hisab saja. Sehingga menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan awal
bulan Qamariah di Indonesia.
Seperti halnya hukum yang dikodifikasi ulama fiqh yang sering
kali terjadi perbedaan pendapat dalam penetapan hukum dengan masingmasing argumen yang mereka bangun. Begitu juga dengan penetapan

hukum tentang metode hisab yang digunakan dalam penentuan awal bulan
Qamariah.
Ada ulama fiqih yang tidak memperbolehkan penetapan awal
bulan Qamariah dengan ilmu hisab sebagaimana pendapat Imam Hanafi,
Imam Syafii, mayoritas ulama salaf dan khalaf.98 Sedangkan ulama
yang memperbolehkan hisab diantaranya adalah Muthorif bin Abdullah
(tokoh terkemuka tabiin), Ibnu Suraij, Ibnu Qutaibah dan sebagian ulama
mutaakhirin (zaman sekarang).
Perbedaan ini disebabkan cara pandang terhadap kutipan hadits
Ibnu Umar. Argumentasi fuqoha yang tidak memperbolehkan penetapan
awal bulan Qamariah yang terkait dengan waktu ibadah dengan hisab
karena menganggap bahwa hadits tersebut sifatnya masih global, dan
ditakhsis dengan hadits yang diriwayatkan Bukhori :

Artinya: Berpuasalah kamu semua karena terlihatnya hilal (Ramadlan)


dan berbukalah kamu semua (berhari raya idul fitri) karena
terlihatnya hilal (Syawwal), jika ia tertutup bagimu maka
sempurnakanlah 30 hari. (HR. Bukhori)
Imam Nawawi dan fuqoha yang lain juga berpendapat demikian,
dengan alasan ketidakmampuan menghitung pada zaman Nabi sehingga
menjadi suatu kesulitan bagi mereka.

98

Shofiyullah, Almuhtaj (Seputar Awal bulan Hijriah Edisi Baru dilengkapi


Perhitungan Gerhana Bulan,), Malang: Ponpes Miftahul Huda, cet.II, Juli 2007, hlm.21.

Sedangkan fuqoha yang memperbolehkan penetapan awal bulan


Qamariah dengan hisab yaitu karena memang diperuntukkan bagi mereka
yang bisa dan mengetahui ilmu falak, sedangkan

ditujukan untuk orang awam (bagi mereka yang tidak bisa ilmu hisab).99
Seiring dengan perkembangan zaman, kasus perbedaan penetapan
awal bulan Qamariah sebenarnya berdasarkan khithab pada waktu itu yaitu
disesuaikan dengan perbedaan situasi dan kondisi. Sehingga fatwa
(hukum) akan berubah seiring perubahan zaman dan keadaan.
Menurut Ibnu Suraij mengutip pendapat imam Syafii bahwa
orang-orang yang mengikuti madzhabnya itu mengambil pedoman dengan
bintang-bintang dan kedudukan bulan, kemudian jelas baginya bahwa hilal
terlihat, tetapi tertutup awan maka orang tersebut boleh menjalankan puasa
dan hal itu sudah dianggap cukup.100
Ada juga kelompok Rowafidh yang menyatakan jika hilal tidak
dapat dilihat dengan mata maka hal ini hendaknya dikembalikan kepada
ahlinya (ahli perbintangan). Begitu juga dengan pendapat Ibnu Syakir hasil
hisab yang cermat dan dapat dipercaya, hendaknya diterima dan diamalkan
oleh semua anggota masyarakat secara umum. Hal ini didukung karena
pada zaman syeikh Syakir, ilmu falak mengalami kemajuan yang pesat

99

Ibid, hlm.22
Lihat Bidayatul Mujtahid, juz I, hlm,.243

100

seperti yang terjadi zaman sekarang (pendapat ini lebih dari setengah abad
1939 M).101
Pendapat Imam al-Ramli dan al-Khatib asy-Syarbani menyatakan
bahwa jika hisab bertentangan dengan ruyat maka hisab tersebut tidak
bisa diterima, sedangkan Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab Tuhfatul
Muhtaj menjelaskan hasil ruyat dapat ditolak apabila didasarkan adanya
kesamaan hasil perhitungan seluruh ahli hisab.102
Yusuf Qordhawi menganjurkan untuk menggunakan hisab yang
mendatangkan kepastian, minimal dalam hal penafian bukan dalam hal
pengukuhan.103 Yakni dalam penentuannya tetap menggunakan ruyat,
akan tetapi jika hasil perhitungan menunjukkan bahwa hilal sama sekali
belum wujud maka kesaksian terhadap ruyat harus ditolak. Pendapat ini
serupa dengan pendapat Imam Taqiyyuddin al-Subkiy.
Dari pendapat-pendapat di atas, sangat jelas bahwa pada dasarnya
ruyat dan hisab sama-sama penting. Sehingga hisab dan ruyat harusnya
saling melengkapi, sebagian besar masyarakat di Indonesia memadukan
diantara keduanya. Sebagaimana pendapat yang ditawarkan fuqoha yang
mewajibkan menggunakan hisab dan ruyat, dengan cara ruyat dikontrol
dengan hisab atau dalam Jawa hisab dijadikan ancer-ancer.

101

Shofiyullah, op.cit, hlm.35, lihat Awail asy-Syuhur al-Arabiyah, hlm.717.


Ahmad Yazid Fattah, Hisab dan Rukyat dalam Penentuan Awal Bulan
Hijriah, Disampaikan pada seminar di Bululawang 9 Agustus 2009.
103
Shofiyullah, op.cit, hlm.38.
102

Jika menurut hisab hilal tidak mungkin dapat diruyat, maka


ruyat tersebut dapat ditolak seperti pendapat Imam al-Subki, hal
inilah yang dilakukan pemerintah Indonesia. Berbeda dengan imam
Ibnu Hajar, jika terjadi perbedaan antara hisab dan ruyat maka yang
dikedapankan adalah hisab.

BAB III
Hisab Awal Bulan Qamariah Dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
A. Gambaran Umum tentang Kitab Kasyf al-Jilbab
1. Biografi Sosial KH. Ghazali.
a. Riwayat Hidup
KH. Ghazali mempunyai nama lengkap yaitu KH.
Ghazali bin Masud bin Irsyad bin Syarif. Ia dilahirkan dari pasangan
KH. Masud dan Nyai Hj. Muthmainnah pada tahun 1921 M di desa
Gandrirojo Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang Jawa Tengah.
Semasa mudanya beliau sempat nyantri di berbagai
pondok pesantren, yaitu;
1. Pondok Pesantren Kasingan Rembang Jawa Tengah yang saat itu
diasuh oleh KH. Musthofa. Beliau adalah kakek KH. Musthofa
Bisyri (Gus Mus).
2. Pondok Pesantren Mahad Ilmi al-Syari (MIS) yang dulu
bernama Pondok Pesantren al-Muttahidah di Sarang Rembang
Jawa Tengah di bawah bimbingan KH. Imam.
3. Pondok Pesantren Darul Quran Kediri Jawa Timur di bawah
bimbingan seorang ulama ahli falak yaitu KH. Yunus. Di sinilah
KH. Ghazali memperdalam pengetahuan tentang ilmu falak.

4. Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur yang pada saat


itu diasuh oleh Khadlratus Syaikh KH. Hasyim Asyari.104
Sepulang dari perantauannya dalam menuntut ilmu beliau
pulang ke desa Gandrirojo tempat beliau dilahirkan. Selain itu desa
Gandrirojo pada saat itu merupakan desa tempat berlindung para Kyai
Sedan, Pamotan, Lasem, Kajen dan lain-lain dari kejaran Belanda
yang pada waktu itu berbasis di Pamotan dan Lasem saat melancarkan
serangan Agresi Militernya. Para Kyai tersebut akhirnya mendirikan
sebuah madrasah yang kemudian pada tahun 1949 mengangkat KH.
Ghazali yang pada saat itu masih jejaka sebagai Mufattisy (sekarang
kepala sekolah).105
Pengangkatan itu dinilai oleh para Kyai sebagai langkah
yang tepat karena para Kyai tersebut menilai sosok Ghazali muda
adalah sosok pemuda yang berilmu lengkap. Anggapan para Kyai
tersebut tentu bukanlah hal yang mengada-ada ataupun hal yang
berlebihan, namun benar adanya. Selain menguasai ilmu alat, anak
KH. Masud ini juga sangat fasih dalam berbagai bidang keilmuan
antara lain, Balaghah, Faroidl, Fiqh, Hadits, Tasawwuf dan tentunya
ilmu Falak.106
Setelah kurang lebih lima tahun menjabat sebagai
Mufattisy akhirnya Ghazali memutuskan untuk menikahi Aminah,
104

Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Kholiq, Putra KH. Ghazali di


Karang Asem Sedan Rembang pada tanggal 30 Desember 2011.
105
Hasil wawancara dengan Bapak KH. Sahlan M. Nur, Murid angkatan
pertama KH. Ghazali di Gandrirojo Sedan Rembang pada tanggal 10 Januari 2012.
106
Hasil wawancara dengan Bapak KH. Sahlan M. Nur, Ibid.

seorang gadis dari desa Karangasem kec. Sedan. Setelah pernikahan


tersebut berjalan kurang lebih 2 tahun, sang istri merasa tidak kerasan
tinggal di Gandrirojo dan meminta untuk pindah ke Karangasem.
Sebagai bentuk Muasyarah bi al-Maruf seorang suami terhadap
istri, akhirnya KH. Ghazali pun menuruti permintaan istrinya untuk
pindah ke desa Karangasem.107
Sepindahnya

KH.

Ghazali

dari

Gandrirojo

ke

Karangasem tidak membuat semangat juang beliau mengendur, beliau


tetap menunaikan tugasnya sebagai seorang guru. Tugas mengajar itu
dibajak dari Karangasem ke Gandrirojo setiap Selasa dan Jumat.108
Selama pernikahannya dengan Nyai Hj. Aminah KH.
Ghazali dikaruniai tiga orang anak yaitu;
1. Abdul Kholiq (berdomisili di desa Karangasem Kec Sedan)
2. Abdul Jalil (berdomisili di desa Karangasem Kec Sedan)
3. Nur Qoid (berdomisili di desa Karangasem Kec Sedan).109
Selain itu, pria yang sewaktu nyantri di Jombang terkenal
jadog ini merupakan sosok pria yang tidak mau menampakkan diri di
kalangan masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang tidak tahu
tentang beliau, yang mereka ketahui hanyalah KH. Ghazali itu sosok
ulama yang sangat alim. Bahkan satu hal yang sering dipesankan
kepada santrinya ialah Idfin Nafsaka Fi al Naas (Kuburlah dirimu

107

Hasil wawancara dengan Bapak KH. Sahlan M. Nur, Ibid


Hasil wawancara dengan Bapak KH. Sahlan M. Nur, Ibid, Juga Hasil
wawancara dengan Bapak Abdul Kholiq, Op Cit.
109
Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Kholiq, Op Cit.
108

dalam manusia) yang berarti janganlah suka menampakkan diri di


hadapan manusia.110
Beliau wafat pada hari Kamis Pahing, 09 Dzul Hijjah
1417 H/ 17 April 1997 M dalam usia 76 tahun.
b. Karya KH. Ghazali.
KH. Ghazali semasa hidup tergolong orang yang
produktif dalam hal melahirkan karya tulis, namun karya-karya beliau
tidak dipublikasikan seperti halnya penulis-penulis yang lain. Karyakarya beliau cukup ditulis dalam sebuah risalah yang kemudian beliau
ajarkan kepada santri-santrinya. Beliau menyampaikan apa yang
beliau tulis dan mempersilakan bagi para santrinya yang ingin
menggandakan (memfoto kopi).
Bahkan perhatian ahli waris terhadap karya-karya beliau
pun agak kurang, hal ini terbukti dengan banyaknya karya-karya yang
penulis jumpai yang rusak, ada yang karena kehujanan, ada pula yang
dimakan rayap. Selain itu khusus untuk kitab ini ahli warisnya pun
tidak punya kitab aslinya. Justru penulis memperoleh kitab ini dari
murid beliau yang belajar langsung kepada beliau dan diizinkan untuk
menggandakannya.

110

Hasil wawancara dengan Bapak KH. Sahlan M. Nur, Op. Cit

Di antara karya KH. Ghazali adalah


1. Risalah Kasyf al-Jilbab
Nama lengkap kitab yang disusun KH. Ghazali adalah
Kasyf al-Jilbab fi al Ijtima bi Aqshar al Hisab ala Thariqati al Syekh
Yunus bin Abdullah al Kediri. Kitab ini disusun oleh beliau pada hari
Rabu Kliwon, 5 Syaban 1408 H. yang bertepatan dengan tanggal 23
Maret 1988.111 Adapun data yang digunakan dalam kitab tersebut
merujuk pada kitab Risalah al-Qamarain fi Ijtima al-Nayyirain karya
Syekh Yunus bin Abdullah Kediri sebagaimana pengakuan pengarang
dalam Mukaddimah kitab ini.
Kitab ini memuat beberapa pokok pembahasan, dimulai
dengan mukaddimah, kemudian langkah-langkah menghitung ijtima
yang kemudan dilengkapi juga dengan table data sebagai bahan
perhitungan. Selain itu, pada bagian terakhir kitab ini dibahas secara
singkat tentang tata cara mengetahui dan menghitung hari pada bulanbulan tertentu.
2. Bulugh al-Wathor fi al-Amal bi al-Qamar
Kitab ini membahas metode yang digunakan untuk
mengetahui thul al-qamar, mengetahui terbit dan tenggelamnya,
mengetahui lama hilal di atas ufuk, posisi hilal, cahaya hilal, sifat
hilal dan kemungkinan merukyahnya yang diambil dari kitab alMathla al-Said.
111

Abu abdul Kholiq Ghazali bin Masud, Kasyf al Jilbab fi al Ijtima bi


Aqshar al Hisab ala Thariqati al Syekh Yunus bin Abdullah al Kediri.

3. Risalah fi al-Amal bi al-Rubi al-Mujayyab,


Risalah ini berisikan penjelasan mngenai pola kerja rubu
mujayyab dalam penentuan jam dan waktu yang sesuai dengan alsaah al-zawaliyah. Rislah ini terdiri dari 13 (tiga belas) bab ditambah
pendahuluan dan penutup.
4. Nafisat al-Ashfad
Buku ini berisi tentang wirid-wirid dan hizib-hizib yang
diamalkan oleh KH. Ghazali dan sampai sekarang masih digunakan
dan diamalkan oleh ahli warisnya, baik secara individu maupun
jamaah.
B. Metode Perhitungan Awal Bulan Qamariah dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
Data Tahun Majmuah
Tahun

5
3
2

1370
1400
1430

Allamah

13 43
13 58
14 13

6
2
10

Hissoh

24
26
27

39
3
27

4
2
-

Khossoh

24
7
18 49
12 46

Markaz

3 10 4
4 18 4
5 26 4

Data Tahun Majmuah dalam Kitab Kasyf al-Jilbab

Data Tahun Mabsutoh


Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

4
1
6
3
7
5
2
6
4
1

Allamah

8
49
17 37
2
26
11 14
20
3
4
51
13 40
22 28
7
17
16
5

1
1
1
1
2
2
2

Hissoh

8
3
16
6
24
8
2
11
10 14
18 17
26 20
4
22
12 25
20 28

Data Tahun Mabsuthah dalam Kitab Kasyf al-Jilbab

Khossoh

10
9
48
8
19 36
6
29 24
5
9
12
3
19
1
28 47
0
8
35
10 18 23
8
28 11
7
7
59

11
11
10
10
10
9
9
9
8
8

Markaz

19
8
27
17
6
25
14
4
23
12

16
32
48
4
20
36
52
8
24
40

Data Bulan
Bulan
Muharrom
Shofar
R. Awal
R. Akhir
J. Awal
J. Akhir
Rajab
Syaban
Ramadhan
Syawwal
Dzul Qadah
Dzul Hijjah

1
3
4
6
2
3
5
6
1
2
4

Allamah

12 44
1
28
14 12
2
56
15 40
4
24
17
8
5
52
18 36
7
20
20
4
8
49

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
0

Hissoh

1
2
2
3
4
4
5
6
6
7
8

40
20
1
41
21
1
42
22
2
42
23
3

Khossoh

25 39
1
21 38
2
17 27
3
13 16
4
9
5
5
4
54
6
43
6
26 32
7
22 21
8
18 10
9
13 59
10
9
48

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Markaz

29
28
27
26
25
24
23
22
21
21
20
19

Data Bulan dalam Kitab Kasyf al-Jilbab

Dalam menghitung awal bulan Qamariah, kitab Kasyf al-Jilbab


menggunakan metode hisab haqiqi bi al-taqrib. Hal ini ditunjukkan dengan
tidak adanya koreksi-koreksi seperti kerendahan ufuk (dip), refraksi, dan lain
sebagainya yang digunakan dalam metode hisab haqiqi bi al-tahqiq..
Cara untuk menghitung awal bulan Qamariah dalam kitab ini
dapat dilalui dengan beberapa langkah sebagai berikut
1. Mengambil , , , dari tabel
( tahun puluhan) dan ( tahun satuan)
jika ada, atau tahun puluhan ( )saja dengan tahun dan bulan
yang dicari kemudian dijumlahkan sesuai tingkatannya. Hasil
penjumlahan itulah yang kemudian kita namakan dengan
. Contoh;

6
13
19
25
32
38
44
51
57
3
10
16

Mengetahui ijtima akhir Ramadlan 1432 H.

1430

02

14

13

10

27

27

00 12 46 05 26 04

01

17

37

00

16

06

08 19 36 11 08 32

1432

04

08

50

11

13

33

09 02 22 05 04 36

06

18

36

09

06

02

07 22 21 08 21 57

03

26

08

19

35

04 24 43 01 26 33

2. Mengambil dari jadwal (tabel) sesuai data yang telah


dijumlahkan kemudian mengambil dari tabel yang
telah dijumlahkan. Kemudian kedua tadil itu dijumlahkan. Hasil dari
penjumlahan itu disebut dengan . Contoh;
04 24 43

01 26 33

187

: /

+ 343

: /

530

3. Mengambil

dalam tabel sesuai nilai kemudian

dikalikan dengan . Setelah kita kalikan maka hasilnya kita


ambil empat angka dari kanan,maka sisa hasilnya tersebut dinamakan
, dan empat angka yang kita potong tersebut kita
kalikan 60 (kaidah) dan hasilmya juga kita potong empat angka dari
kanan maka sisanya disebut . Contoh;

180
x

530

0000
540
+

900

95400
x

60
00000

32400
324000

Dalam contoh ini dapat diketahui bahwa nilai ialah


9 32
4. Mengurangi dengan yang kemudian hasilnya
disebut . Contoh;
4

03 26

09 32

17 54

Keterangan;
a. Kitab ini disusun dengan menggunakan koordinat 71 derajat 19
menit yang merupakan koordinat kota Rembang dari kota
Makkah. Dengan demikian jika hendak menghitung untuk
kota-kota yang berada di luar Rembang maka kita dapat
melakukannya dengan cara jam allamah al-muaddalah
tersebut ditambah fadlutthulain (selisih bujur) antara Rembang

dengan termpat tersebut, dengan catatan jika tempat tersebut


berada di sebelah timur Rembang, jika tempat tersebut berada
di sebelah barat rembang maka fadlutthulain tersebut
dikurangkan jam allamah al-muaddalah.
b. Jam yang terdapat dalam perhitungan ini dihitung mulai jam
ketika matahari tenggelam (ghurub) yakni jam 6 setelah
matahari tergelincir/ kulminasi atas (zawal)
5. Mengurangkan dengan 24 jam (sehari semalam),
kemudian hasilnya kita sebut dengan

Contoh;
:

24

17 54
06 06
6. Kemudian hasil dari

dikalikan 30 menit

untuk menghasilkan tinggi hilal. Contoh;

06
3

06
3

00

) (

X
30

03

7. Mengalikan tinggi hilal dengan 4 menit untuk mencari lama hilal di


atas ufuk setelah matahari terbenam ( (
Contoh;
03

03
-

12

12

12

X
4

12
12

8. Mengambil dari tabel sesuai nilai buruj untuk bagian


atas atau bawahnya dan juga derajat untuk nilai sebelah kanan
atau kiri. Kemudian pada pertemuan nilai keduanya itulah nilai
, kemudian jumlahkan dengan nilai

. Nilai dari

penjumlahan ini disebut ( cahaya hilal) yang mana setiap 60


menit sama dengan satu jari. Contoh;
52
12
12 52

:
:
:

C. Perhitungan Awal Bulan Qamariah dalam Kitab Kasyf al-Jilbab


Perhitungan akhir Ramadhan 1432 H

00 12 46 05 26 04

27

27

10

13

14

02

1430

08 19 36 11 08 32

06

16

00

37

17

01

09 02 22 05 04 36

33

13

11

50

08

04

1432

07 22 21 08 21 57

02

06

09

36

18

06

04 24 43 01 26 33

35

19

08

26

03

04 24 43

01 26 33

/ :

187

/ :

+ 343

530

180
:

530

0000
540
+

900

95400
60

00000
32400
324000

Dalam hasil ini dapat diketahui bahwa nilai ialah 9


32
4

03 26

09 32

17 54
:

Dengan demikian Ijtima terjadi pada hari Senin


:

24

17 54
06 06

Dengan demikian Ijtima terjadi pada hari Senin 6 jam 6 menit


sebelum Ghurub yang berarti jam 11:54 WIB
06
3

06

X
30

00
) (

03

Dengan demikian ketinggian hilal pada saat ghurub ialah 3 3

03

03
-

12
12

X
4

12
12

Lama hilal di atas ufuk 12 menit 12 detik sejak terbenam matahari


52
12
12 52

:
:
:

BAB IV
Analisis Terhadap Konsep Hisab Awal Bulan Qamariah Dalam Kitab Kasyf
al-Jilbab
A. Perbedaan Kitab Kasyf al-Jilbab dengan Kitab Sullam al-Nayyirain, Fath
al-Rouf al Mannan dan Syamsul Hilal.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai
dengan peningkatan sumber daya manusia ternyata berdampak luas bagi
perkembangan ilmu hisab terutama di Indonesia. Dengan semakin
berkembangnya zaman manusiapun mulai berpikir cerdas dalam menanggapi
segala sesuatu, tidak terkecuali dalam bidang ilmu hisab. Sebagaimana yang
telah diketahui bahwa pada awal mulanya ilmu hisab ini hanyalah
berdasarkan kebiasaan atau yang sering disebut dengan hisab urfi.
Banyak ulama yang mulai mencurahkan perhatiannya terhadap
perkembangan ilmu ini. Para ulama banyak yang mengarang berbagai macam
kitab falak dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu ini. Kitab-kitab
tersebut juga disajikan dalam berbagai macam sistem perhitungan, berbeda
markaz, maupun berbeda dalam hal-golongan hisab.
Kitab-kitab tersebut antara lain Sullam al-Nayyirain karya
Muhammad Manshur bin Abdul Hamid Muhammad Damiri al-Batawi,
Syamsul Hilal, Nurul Anwar karya KH. Noor Ahmad SS Jepara, Fath alRouf al-Mannan karya Abu Hamdan Abdul Jalil bin abdul Hamid Kudus, alKhulashah al-Wafiyah karya KH. Zubair Umar Jailani Salatiga dan lain
sebagainya.

Secara umum dalam menghitung awal bulan Qamariah, kitab ini


lebih singkat dari pada kitab-kitab taqribi yang lainnya. Kitab ini hanya
menggunakan dua kali tadil yaitu menjumlahkan tadil al-khossoh dan tadil
al-markaz untuk mencari budu al-muthlaq yang kemudian dilanjutkan
dengan mencari tadil al-allamah yang kemudian digunakan untuk
menentukan jam ijtima sampai matahari terbenam setelah itu membagi
selisih tersebut dengan 30 menit maka diketahuilah ketinggian hilal-pada saat
itu.
Sebagaimana pengakuan pengarang kitab Kasyf al-Jilbab ini
bahwa hasil perhitungan ini telah digunakan berkali-kali dan berkesesuaian
dengan keadaan yang terjadi, maka dari situlah penulis tergerak untuk
menguak kebenaran atas pengakuan tersebut. Mengingat kitab ini masih
menggunakan sistem taqribi, sedangkan hampir semua kitab yang
menggunakan sistem hisab taqribi hasilnya masih terpaut cukup jauh dengan
keadaan yang sebenarnya.
Untuk mengetahui kebenaran pengakuan tersebut maka penulis
melakukan beberapa analisis di bawah ini yang meliputi;
1. Paradigma yang Membangun Teori
Sistem perhitungan yang dipakai dalam kitab Kasyf al-Jilbab
ialah sistem hisab haqiqi bi al-taqrib, artinya data-data yang digunakan
masih bersifat perkiraan. Dalam sistem hisab haqiqi bi al-taqrib,

pemikirannya didasarkan kepada teori Ptolomeus112 yang sering dikenaldengan teori geosentris.
Menurut teori geosentris, Bumi tidaklah bergerak mengelilingi
matahari, melainkan tetap berdiam diri pada tempatnya. Bumi menjadi
pusat tata surya. Oleh sebab itu seluruh benda langit yaitu meliputi
matahari, bulan, dan benda-benda angkasa lainnya bergerak mengelilingi
Bumi. Berpangkal dari sini maka koreksi yang dilakukan dalam sistem ini
yakni koreksi terhadap posisi bulan dan matahari bisa dibilang sangat
sederhana.113
2. Sumber Data yang Digunakan
Masih sebagaimana pengakuan pengarang kitab Kasyf al-Jilbab
ini, bahwa data-data yang digunakan dalam perhitungan awal bulan
Qamariah dalam kitab ini ialah data-data yang diambil dari tabel sang
Guru, Syekh Yunus Kediri. Namun, dalam hal-ini KH. Ghozali mengubah
bujur markaz perhitungan dengan menjadikan kota Rembang sebagai
pusatnya, yakni 71 19 terhitung dari kota Makkah al-Mukarramah.
3. Penentuan Ijtima
Dalam

penentuan

ijtima

kitab

Kasyf

al-Jilbab

tidak

menunjukkan secara langsung pada jam menit serta detik berapa ijtima
terjadi. Akan tetapi, seperti halnya kita-kitab lainnya dalam penentuan
112

Ptolomeus adalah sarjana Mesir di Iskandariah yang berpendapat bahwa


Bumi itu diam, sedangkan seluruh benda langit beredar mengelilinginya. Lihat P.
Simanora, Ilmu Falak (Kosmografi), cet, XXX, Jakarta: Penerbit CV Pedjuang Bangsa,
1985, hal. 3
113
Ahmad Sayful Mujab, Studi Analisis Pemikiran Hisab KH. Moh. Zubair
Abdul Karim dalam Kitab Ittifaq Dzatil Bain, Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo,
2007, hlm. 63.

ijtimanya kitab ini menggunakan istilah jarak jam antara ijtima sampai
ghurub, sehingga untuk mengetaui jam berapa ijtima itu terjadi ialah
dengan cara mengurangi jam terbenam matahari dengan lama antara
ijtima dengan ghurub, maka dengan langkah tersebut dapat ditentukan
jam berapa (WIB) ijtima terjadi.
Contoh, jika jam antara ijtima dengan ghurub sebesar 13 jam,
itu berarti kita harus menghitung mundur 13 jam dari jam ghurub. Jika jam
ghurub adalah jam 18.00 WIB, maka 13 jam sebelumnya ialah jam 05.00
WIB, itu berarti ijtima terjadi pada pukul 05.00 WIB.
4. Penentuan Ketinggian Hilal
Ketinggian hilal merupakan hal yang sangat penting dalam
proses ini (hisab). Hal tersebut dikarenakan dari sinilah dapat diketahui
apakah secara teori hilal sudah ada di atas ufuk atau belum. Selain itu juga
untuk mengetahui apakah hilal memungkinkan untuk dilihat atau tidak.
Hal ini pula yang akan dibuktikan dalam ruyat al-hilal.
Dalam penentuan ketinggian hilal, kitab Kasyf al-Jilbab
menggunakan metode yang cukup simpel, yaitu jarak jam antara ijtima
dengan ghurub dikalikan 30 menit.
Dengan hasil tersebut menurut pengakuan pengarang kitab
Kasyf al-Jilbab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, akan tetapi
mengingat sistem yang dipakai masih menggunakan sistem hisab haqiqi bi
al-taqrib

maka

penulis

akan

mencoba

membuktikan

dengan

membandingkan hasil perhitungan kitab Kasyf al-Jilbab dan kitab-kitab

lain yang menggunakan sistem hisab haqiqi bi al-taqrib untuk kemudian


dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan menggunakan sistem hisab
haqiqi kontemporer yang tingkat akurasinya sudah terbukti.
Secara umum, untuk mengetahui dan membuktikan tingkat
akurasi hasil perhitungan dalam kitab Kasyf al- Jilbab ini, berikut penulis
sajikan perbandingan hasil perhitungan antara kitab Kasyf al-Jilbab
dengan kitab-kitab lainnya.
Perhitungan Awal Syawwal 1413 H
Hasil

Ijtima

Jam

Irtifa

Mukuts

Kasyf al-Jilbab

Selasa

13.37

2 12

09 Menit

Sullam al-Nayyirain

Selasa

12.50

2 35

10 Menit

Fath al-Rouf al-Mannan

Selasa

13.01

2 20

09 Menit

Syamsul Hilal

Selasa

13.03

2 19

09 Menit

Kontemporer

Selasa

14.12

- 1 54

00 Menit

Kitab

Perhitungan Awal Syawwal 1414 H


Hasil

Ijtima

Jam

Irtifa

Mukuts

Kasyf al-Jilbab

Sabtu

13.44

2 08

9 Menit

Sullam al-Nayyirain

Sabtu

13.13

2 32

10 Menit

Fath al-Rouf al-Mannan

Sabtu

13.29

2 07

09 Menit

Syamsul Hilal

Sabtu

13.24

2 10

09 Menit

Kontemporer

Sabtu

14.06

- 1 38

00 Menit

Kitab

Perhitungan Awal Ramadlan 1432 H


Hasil

Ijtima

Jam

Irtifa

Mukuts

Kasyf al-Jilbab

Ahad

02.47

7 36

30 Menit

Sullam al-Nayyirain

Ahad

01.03

8 28

34 Menit

Fath al-Rouf al-Mannan

Ahad

01.19

8 10

33 Menit

Syamsul Hilal

Ahad

01.25

8 08

33 Menit

Kontemporer

Ahad

01.41

7 12

27 Menit

Kitab

Perhitungan Awal Syawwal1432 H


Hasil

Ijtima

Jam

Irtifa

Mukuts

Kasyf al-Jilbab

Senin

11.54

3 03

12 Menit

Sullam al-Nayyirain

Senin

10.12

3 54

16 Menit

Fath al-Rouf al-Mannan

Senin

10.25

3 35

14 Menit

Syamsul Hilal

Senin

10.35

3 30

14 Menit

Kontemporer

Senin

10.05

2 00

07 Menit

Kitab

Perhitungan Awal Ramadlan1433 H


Hasil

Ijtima

Jam

Irtifa

Mukuts

Kasyf al-Jilbab

Kamis

10.39

3 41

15 Menit

Sullam al-Nayyirain

Kamis

09.49

4 06

16 Menit

Fath al-Rouf al-Mannan

Kamis

10.00

3 50

15 Menit

Syamsul Hilal

Kamis

10.04

3 48

15 Menit

Kontemporer

Kamis

11.25

1 47

06 Menit

Kitab

Perhitungan Awal Syawwal1433 H


Hasil

Ijtima

Jam

Irtifa

Mukuts

Kasyf al-Jilbab

Jumat

22.54

9 33

38 Menit

Sullam al-Nayyirain

Jumat

22.14

9 53

40 Menit

Fath al-Rouf al-Mannan

Jumat

22.24

9 36

38 Menit

Syamsul Hilal

Jumat

22.31

9 33

38 Menit

Kontemporer

Jumat

22.56

7 27

28 Menit

Kitab

Dari beberapa hasil perhitungan awal bulan Qamariah dalam


tabel di atas kita dapat menyimpulkan bahwa hasil perhitungan ketinggian
hilal-dalam kitab Kasyf al-Jilbab ini lebih mendekati hasil hisab
kontemporer dibanding kitab-kitab yang tertulis dalam tabel yang
notabene sama-sama menggunakan metode hisab haqiqi bi al-taqrib.
Namun demikian tidak dalam hasil perhitungan jam terjadinya ijtima,
sebagaimana dalam tabel di atas jam terjadinya ijtima yang dihasilkan
dalam perhitungan kitab ini ternyata jauh lebih lambat dari pada yang lain.
Perbedaan Perhitungan Antara Kitab Kasyf al-Jilbab Dengan Kitab Taqribi
Lainnya
a. Perbedaan Data
Berikut kami sajikan beberapa perbandingan data yang terdapat
dalam masing-masing kitab;

1. Kasyf al-Jilbab
a. Data Tahun Majmuah
Tahun
1370
1400
1430

5
3
2

Allamah

13 43
13 58
14 13

6
2
10

Hissoh

24
26
27

39
3
27

4
2
-

Khossoh

24
7
18 49
12 46

3
4
5

Markaz

10 4
18 4
26 4

k
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Markaz

29
28
27
26
25
24
23
22
21
21
20
19

Data Tahun dalam Kitab Kasyf al-Jilbab

b. Data Bulan
Allamah
Bulan

Muharram
1 12 44
Shofar
3
1
28
R. Awal
4 14 12
R. Akhir
6
2
56
J. Awal
- 15 40
J. Akhir
2
4
24
Rajab
3 17
8
Syaban
5
5
52
Ramadlan
6 18 36
Syawwal
1
7
20
Dzul Qadah
2 20
4
Dzul Hijjah
4
8
49

Hissoh

1
2
2
3
4
4
5
6
6
7
8

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
0

40
20
1
41
21
1
42
22
2
42
23
3

Khossoh

25 39
1
21 38
2
17 27
3
13 16
4
9
5
5
4
54
6
43
6
26 32
7
22 21
8
18 10
9
13 59
10
9
48

6
13
19
25
32
38
44
51
57
3
10
16

Data Bulan dalam Kitab Kasyf al-Jilbab

2. Sullam al-Nayyirain
a. Data Tahun Majmuah
Tahun
1370
1400
1430

7
5
3

Allamah

1
34
1
49
2
4

7
3
11

Hissoh

25
27
28

33
3
33

Data Tahun dalam Kitab Sullam al-Nayyirain

5
3
1

Khossoh

20 13
14 13
8
13

4
5
6

Markaz

9
17
25

10
10
10

3
3
3

Auj

11 38
12
2
12 26

b. Data Bulan
Bulan
Muharram
Shofar
R. Awal
R. Akhir
J. Awal
J. Akhir
Rajab
Syaban
Ramadlan
Syawwal
Dzul Qadah
Dzul Hijjah

0
1
3
4
6
0
2
3
5
6
1
2

Allamah

0
0
12 44
1
28
14 12
2
56
15 40
4
24
17
8
5
52
18 36
7
20
20
5

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Hissoh

0
0
1
2
2
3
4
4
5
6
6
7

0
40
20
1
41
21
1
42
22
2
42
23

0
0
1
2
3
4
5
6
6
7
8
9

Khossoh

0
0
25 49
21 38
12 27
13 16
9
5
4
54
0
43
26 32
22 20
18 10
13 59

0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Markaz

0
29
28
27
26
25
24
23
22
21
21
20

6
7
8

Wasath

10 57
19 21
27 45

Khossoh

3
3
55
27 53
10 21 49

0
6
13
19
25
32
38
44
51
57
3
10

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Auj

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

2
4
5

Markaz

29
7
15

19
19
19

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Markaz

29
28
27
26
25
24
23
22
21
21
20
19

6
13
31
25
32
38
44
51
57
3
10
16

Data Bulan dalam Kitab Sullam al-Nayyirain

3. Fath al-Rouf al-Mannan


a. Data Tahun Majmuah
Tahun
1370
1400
1430

2
7
5

Allamah

22 28
22 43
22 57

7
3
11

Hissoh

2
4
5

42
6
30

Data Tahun dalam Kitab Fath al-Rouf al-Mannan

Bulan
Muharram
Shofar
R. Awal
R. Akhir
J. Awal
J. Akhir
Rajab
Syaban
Ramadlan
Syawwal
Dzul Qadah
Dzul Hijjah

b. Data Bulan
Allamah

1 12 44
3
1
28
4 14 12
6
2
56
7 15 40
2
4
24
3 17
8
5
5
53
6 18 36
1
7
20
2 20
4
4
8
48

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
0

Hissoh

0
1
2
2
3
4
4
5
6
6
7
8

40
20
1
41
21
1
42
22
3
42
23
3

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Wasath

29
6
28 13
27 19
26 25
25 32
24 28
23 45
22 51
21 58
21
4
20 10
19 17

Data Bulan dalam Kitab Fath al-Rouf al-Mannan

Khossoh

0
25 49
1
21 32
2
17 37
3
13 16
4
9
5
5
4
54
6
0
43
6
26 32
7
22 21
8
18 10
9
13 59
10
9
48

4. Syamsul Hilal
a. Data Tahun Majmuah
Tahun

2
5

1370
1400
1430

Allamah

22 28
22 43
22 58

7
3
11

Hissoh

05
8
11

24
12
-

6
7
8

Wasath

21 54
38 42
5 30

3
10

Khossoh

7
50
55 44
43 38

2
4
5

Markaz

58
14
30

38
38
38

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Markaz

58
56
54
52
51
49
47
45
43
42
40
38

13
26
38
51
4
16
29
41
54
7
20
32

Data Tahun dalam Kitab Syamsul Hilal

b. Data Bulan
Tahun
Muharram
Shofar
R. Awal
R. Akhir
J. Awal
J. Akhir
Rajab
Syaban
Ramadlan
Syawwal
Dzul Qadah
Dzul Hijjah

1
3
4
6
7
2
3
5
6
1
2
4

Allamah

12 44
1
28
14 12
2
56
15 40
4
24
17
8
5
52
18 36
7
20
20
4
8
48

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
0

Hissoh

1
2
4
5
6
8
9
10
12
13
14
16

21
41
2
22
43
3
23
44
4
25
45
6

Wasath

- 58 13
1 56 26
2 54 38
3 52 51
4 51 4
5 49 16
6 47 30
7 45 43
8 43 55
9 42 8
10 40 21
11 38 33

Khossoh

51 38
1
43 16
2
34 54
3
26 32
4
18 10
5
9
48
6
1
26
6
53
4
7
44 42
8
36 19
9
27 58
10 19 36

Data Bulan dalam Kitab Syamsul Hilal

Dari tampilan data yang penulis sajikan di atas, dapat diketahui


bahwa antara data kitab Kasyf al-Jilbab dengan kitab yang lain terdapat
perbedaan yang tentu perbedaan ini akan mempengaruhi hasil akhir.
Perbedaan data di atas salah satunya disebabkan oleh perbedaan
koordinat markaz masing-masing kitab. Jika kitab Sullam al-Nayyirain
bermarkaz di Jakarta, Syamsul Hilal di Jepara dan Fath al-Rouf alMannan bermarkaz di Semarang, maka kitab Kasyf al-Jilbab bermarkaz di

Rembang. Sehingga karena data tersebut dipindah dari satu markaz ke


markaz yang lain maka perbedaan titik koordinat akan sangat menentukan.
Data-data yang digunakan dalam perhitungan awal bulan
Qamariah

dalam

kitab

Kasyf

al-Jilbab

sebagaimana

pengakuan

pengarangnya diperoleh dari tabel guru pengarang yaitu Syekh Yunus


Kediri, hanya saja ada beberapa data yang dihilangkan yakni data alWasath, selain itu pengarang juga merubah markaz yang pada awalnya
berada di Kediri dipindah ke Rembang, sehingga terdapat perbedaan
antara data dalam kitab ini dengan kitab asli karangan Syekh Yunus.
Namun karena metode yang dipakai masih dalam kategori hisab
haqiqi bi al-taqrib, yang notabene mengikuti paham Geosentris yang
secara ilmiah telah digugurkan oleh teori Heiosentris, maka secara ilmiah
pula data-data yang terdapat dalam kitab Kasyf al-Jilbab ini sudah tidak
sesuai dengan kebenaran ilmiah (tidak relevan/ tidak akurat).
b. Perbedaan Proses Perhitungan
1. Kasyf al-Jilbab.
Proses perhitungan dalam kitab ini yang menjadi data utama
untuk mencari gerak muthlaq ialah, Allamah, Hissoh, Khossoh, dan
Markaz.
Selain data yang berbeda dalam kitab ini data tahun yang
digunakan dalam perhitungan bukanlah tahun sebelumnya, namun tahun
itu juga. Sedangkan untuk bulan tetap mengambil data bulan sebelumnya.

Contoh, menghitung bulan Ramadlan 1432 H. maka data yang digunakan


ialah data bulan Syaban tahun 1432 H.
Adapun data-data yang diproses untuk menghasilkan keterangan
tentang awal bulan telah penulis jelaskan pada sub bab terdahulu.
2. Sullam al-Nayyirain
Proses perhitungan dalam kitab ini yang menjadi data utama
untuk mencari gerak muthlaq ialah, Allamah, Hissoh, Khossoh, Markaz,
dan Auj.
a. Allamah ialah; waktu terjadinya konjungsi yang menjadi
penghabisan bulan yang pertama sekaligus permulaan bulan ke dua
dengan kata lain yang memisahkan antara kedua bulan tersebut.114
b. Hissoh ialah; istilah untuk menunjukkan lebar bulan, yakni pada
kemiringan lintasan edar bulan dari lintasan edar Bumi dalam
Madar al-Itidal.115
c. Khossoh ialah; istilah untuk tempat/ posisi bulan pada garis
edarnya.116
d. Markaz ialah; istilah untuk tempat/ posisi tetap matahari pada garis
edarnya117
e. Auj ialah; istilah untuk menggambarkan titik terjauh matahari dari
Bumi pada orbitnya.118

114

Muhammad Manshur ibn abd Hamid, Sullam al-Nayyirain, Jakarta: Madrasah


al-Khoiriyah al-Manshuriyah, 1925, hal. 4
115
Ibid, hal-4
116
Ibid, hal-4
117
Ibid, hal-4
118
Ibid, hal-4

Dalam perhitungannya, data tahun yang digunakan dalam


perhitungan bukanlah tahun sebelumnya, namun tahun itu juga. Sedangkan
untuk bulan mengambil data bulan sebelumnya. Adapun data-data yang
dihitung ialah;
a. Tadil al-Khossoh; menghitung sesuai data yang ada dalam tabel
dengan menggunakan nilai al-Khossoh
b. Tadil al-Markaz; menghitung sesuai data yang ada dalam tabel
dengan menggunakan nilai al-Markaz
c. Budu al-Nayyirain Ghoiru al-Muaddalah; Tadil al-Khossoh
ditambah Tadil al-Markaz
d. Tadil al-Syams; Budu al-Nayyirain Ghoiru al-Muaddalah
dikalikan 5 menit ditambah Tadil al-Markaz.
e. Wasath al-Syams; al-Auj ditambah al-Markaz
f. Muqawwim al-Syams; Wasath al-Syams dikurangi Tadil al-Syams
g. Daqaiq Tadil al-Ayyam; menghitung sesuai dengan data
Muqawwim al-Syams
h. Budu al-Nayyirain al-Muaddalah; Budu al-Nayyirain Ghoiru alMuaddalah dikurangi Daqaiq Tadil al-Ayyam
i. Hissoh al-Saah; menghitung sesuai dengan data al-Khossoh
j. Tadil al-Allamah; Budu al-Nayyirain al-Muaddalah dikalikan
Hissoh al-Saah.
k. Al-Allamah al-Muaddalah bi Jakarta; al-Allamah Ghoiru alMuaddalah dikurangi Tadil al-Allamah

l. Selisih Jam di antara dua Bujur; selisih antara bujur tempat dengan
bujur Jakarta dikalikan 4 menit
m. Allamah sesuai dengan tempat; al-Allamah al-Muaddalah bi
Jakarta ditambah selisih jam antara kedua bujur.
n. Irtifa al-Hilal; Selisih jam dengan jam Ijtima dikalikan 4 menit
o. Mukts al-Hilal; Irtifa al-Hilal-dikalikan 4 menit
p. Nuru al-Hilal; Ardlu al-Qamar (menghitung sesuai dengan data
Hissoh) dikalikan 4 menit
q. Manzilah al-Qamar; menghitung sesuai data Muqawwim al-Syams
3. Fath al-Rouf al-Mannan
Proses perhitungan dalam kitab ini yang menjadi data utama
untuk mencari gerak muthlaq ialah, Allamah, Hissoh al-Ardl, Wasath alSyams, Khossoh, dan Markaz.
Dalam perhitungannya, data tahun yang digunakan dalam
perhitungan adalah tahun sebelumnya, begitu juga untuk bulan mengambil
data bulan sebelumnya. Adapun langkah perhitungannya ialah;
a. Tadil Khossoh; tabel
b. Tadil Markaz; tabel
c. Budu al-Muthlaq; penjumlahan antara Tadil Khossoh dan Tadil
Markaz
d. Tadil al-Syamsi; Budu al-Muthlaq dikalikan 5 menit, kemudian
ditambah Tadil Markaz

e. Muqawwim

al-Syamsi

(darajat/

thul

al-syams);

al-Wasath

dikurangi Tadil al-Syamsi


f. Daqaiq al-Ayyam, tabel
g. Budu al-Muaddal; Budu al-Muthlaq dikurangi Daqaiq alAyyam
h. Tadil al-Allamah; Budu al-Muaddal-dikalikan Hissoh al-Saah
i. Al-Allamah al-Muaddalah/ ijtima; Al-Allamah al-Muthlaqoh
dikurangi Tadil al-Allamah
j. Al-Budu min al-Ijtima ila al-Ghurub; 24 jam dikurangi Saat alIjtima
k. Irtifa al-Hilal; Al-Budu min al-Ijtima ila al-Ghurub dibagi 2
l. Al-Muktsu; Irtifa dikalikan 4 menit
m. Ardlu al-Qamar; tabel
n. Nur al-Hilal; Ardul Qamar ditambah Muktsu al-Hilal
4. Syamsul Hilal
Proses perhitungan dalam kitab ini yang menjadi data utama
untuk mencari gerak muthlaq ialah, Allamah, Hissoh, Wasath, Khossoh,
dan Markaz.
Dalam perhitungannya, data tahun yang digunakan dalam
perhitungan adalah tahun sebelumnya, begitu juga untuk bulan mengambil
data bulan sebelumnya. Adapun proses perhitungannya ialah;
a. Tadil Khossoh; tabel
b. Tadil Markaz; tabel

c. Budu al-Muthlaq; penjumlahan antara Tadil Khossoh dan Tadil


Markaz
d. Tadil al-Syams; hasil perkalian dari Budu al-Muthlaq dengan
kaidah (0.083) ditambah dengan Tadil al-Markaz
e. Tadil al-Ayyam; Tabel
f. Al-Budu al-Muaddal; al-Budu al-Muthlaq dikurangi Tadil alAyyam
g. Hissoh al-Saah; tabel
h. Tadil al-Allamah; Al-Budu al-Muaddal-dikalikan Hissoh alSaah
i. Al-Saat ila al-Ghurub; 24 dikurangi Saat al-Allamah alMuaddalah
j. Irtifa; Al-Saat ila al-Ghurub dikalikan 0.500
k. Al-Mukts; Irtifa dikalikan 0.067
l. Nur al-Hilal; al-Muktsu ditambah Ardlu al-Qamar (tabel)
c. Perbedaan Penentuan Ijtima
a. Sullam al-Nayyirain
Penetuan ijtima dalam kitab ini diawali dengan mencari budu
al-nayyirain ghoiru al-muaddal (budu al-muthlaq) dengan cara
menjumlahkan tadil khossoh dengan tadil markaz. Kemudian
hasilnya dikalikan 5 menit. Setelah itu, hasil perkalian tersebut
ditambahkan dengan tadil markaz yang selanjutnya disebut tadil alsyams. Setelah tadil al-syams diperoleh maka tadil al-syams tersebut

kemudian digunakan untuk mengurangi wasath al-syams yang


diperoleh dari penjumlahan antara al-auj dengan al-markaz. Hasilnya
disebut muqawwim al-syams.
Sebagai langkah selanjutnya ialah mencari nilai tadil alayyam sesuai dengan nilai muqawwim al-syams yang selanjutnya nilai
tadil al-ayyam tersebut digunakan untuk mengurangi budu almuthlaq. Hasil pengurangan itulah yang disebut dengan budu alnayyirain al-muaddal yang selanjutnya dikalikan hissoh al-saah
untuk mencari nilai tadil al-allamah.
b. Syamsul Hilal
Penetuan ijtima dalam kitab ini diawali dengan mencari budu
al-muthlaq dengan cara menjumlahkan tadil khossoh dengan tadil
markaz. Kemudian hasilnya dikalikan 5 menit. Setelah itu, hasil
perkalian tersebut ditambahkan dengan tadil markaz yang selanjutnya
disebut tadil wasath al-syams. Setelah tadil wasath al-syams
diperoleh maka tadil wasath al-syams tersebut kemudian digunakan
untuk mengurangi wasath al-syams yang hasilnya disebut muqawwim
al-syams.
Sebagai langkah selanjutnya ialah mencari nilai tadil alayyam sesuai dengan nilai muqawwim al-syams yang selanjutnya nilai
tadil al-ayyam tersebut digunakan untuk mengurangi budu almuthlaq. Hasil pengurangan itulah yang disebut dengan budu al-

nayyirain al-muaddal yang selanjutnya dikalikan hissoh al-saah


untuk mencari nilai tadil al-allamah.
c. Fath al-Rouf al-Mannan
Sebagaimana dalam kitab Syamsul Hilal, penetuan ijtima
dalam kitab ini diawali dengan mencari budu al-muthlaq dengan cara
menjumlahkan tadil khossoh dengan tadil markaz. Kemudian
hasilnya dikalikan 5 menit. Setelah itu, hasil perkalian tersebut
ditambahkan dengan tadil markaz yang selanjutnya disebut tadil
wasath al-syams. Setelah tadil wasath al-syams diperoleh maka tadil
wasath al-syams tersebut kemudian digunakan untuk mengurangi
wasath al-syams yang hasilnya disebut muqawwim al-syams.
Sebagai langkah selanjutnya ialah mencari nilai tadil alayyam sesuai dengan nilai muqawwim al-syams yang selanjutnya nilai
tadil al-ayyam tersebut digunakan untuk mengurangi budu almuthlaq. Hasil pengurangan itulah yang disebut dengan budu alnayyirain al-muaddal yang selanjutnya dikalikan hissoh al-saah
untuk mencari nilai tadil al-allamah.
d. Kasyf al-Jilbab
Penetuan ijtima dalam kitab ini relatif singkat dibanding
kitab-kitab tersebut. Perbedaan yang dimaksud ialah jika dalam
perhitungan kitab-kitab di atas semuanya menggunakan budu almuaddal untuk kemudian dikalikan dengan hissoh al-saah, maka

dalam kitab ini cukup menggunakan budu al-muthlaq kemudian


dikalikan hissoh al-saah.
Dengan demikian lebih singkatnya perhitungan dalam kitab
Kasyf al-Jilbab dibandingkan kitab-kitab yang kami sebutkan sebagai
pembanding ialah terletak pada langkah perhitungan untuk mencari
nilai tadil al-allamah sebagai koreksi atas al-harakat al-muthlaqah.
d. Karakteristik Hisab Urfi, dan Haqiqi
1. Hisab Urfi
Menurut Susiknan Azhari dan Ibnor Azli Ibrahim penanggalan
berdasarkan hisab urfi memiliki karakteristik:
a. Awal tahun pertama Hijriah (1 Muharam 1 H) bertepatan dengan hari
Kamis tanggal 15 Juli 622 M;
b. Satu periode (daur) membutuhkan waktu 30 tahun;
c. Dalam satu periode/ 30 tahun terdapat 11 tahun panjang (kabisat) dan
19 tahun pendek (basitah).119
2. Hisab Haqiqi bi al-Taqrib
Dalam forum seminar sehari ilmu Falak tanggal 27 April 1997
di Tugu, Bogor, Jawa Barat dicetuskan bahwa kitab Sullam al-Nayyiran
karya Muhammad Manshur bin Abdul Hamid bin Muhammad Damiri,

119

Cara menentukan suatu tahun itu termasuk tahun kabisat atau basitah adalah
dengan membagi tahun tersebut dengan angka 30. Jika sisanya termasuk deretan angkaangka pada ketentuan dalam urutan tahun kabisat maka tahun tersebut termasuk tahun
kabisat, jika tidak maka termasuk tahun basitah. Sebagai contoh tahun 1430 H, 1430: 30=
47 daur sisa 20. Bilangan 20 tidak termasuk tahun kabisat, maka tahun 1430 H adalah
tahun basitah. Contoh yang lain adalah tahun 1431 daur sisa 21. Bilangan 21 termasuk
tahun kabisat. Saaduddin Djambek agak berbeda dalam penentuan tahun kabisat ini, ia
memasukkan tahun ke 16 sebagai tahun kabisat dan tidak tahun yang ke 15.

Syams al-Hilal karya Noor Ahmad SS Jepara, dan Fath al-Rauf alMannan karya Abu Hamdan Abdul Jalil adalah tergolong hisab Haqiqi bi
al-Taqrib yang tingkat akurasinya rendah.
a. Karena kitab ini basis data yang dijadikan acuannya adalah Zeij
(tabel astronomi) Ulugh Beik (w. 1449 M)
b. Dalam

pelaksanaan

pengamatannya

berdasarkan

teori

Geosentrisnya Ptolomeus. Sedangkan teori ini secara ilmiah telah


gugur dengan munculnya teori Heliocentris yang menyatakan
bahwa bukannya Bumi yang menjadi pusat tata surya akan tetapi
mataharilah yang menjadi pusat tata surya.
c. Ketinggian hilal dihitung dari titik pusat Bumi, bukan dari
permukaan Bumi dan berpedoman pada gerak rata-rata bulan;
setiap hari bulan bergerak dari arah barat ke timur 12. Rumus
ketinggian hilal adalah selisih waktu ijtima dan waktu ghurub
kemudian di bagi dua. Akibatnya apabila ijtima terjadi sebelum
ghurub, maka pastilah ketinggian hilal itu positif di atas ufuk.120
d. Perhitungan hisab ini juga belum memberikan informasi tentang
azimut matahari dan bulan. Di samping itu diperlukan beberapa
tadil atau koreksi agar hasil perhitungannya menjadi akurat.121

120

Moh Murtadho, 2008, Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN Malang Press,
cet.ke1, h 225-226
121
Ibid

3. Hisab Haqiqi bi al-tahqiq


a. Dalam pengamatannya telah berdasarkan pada teori Nicolas
Copernicus, teori Heliosentris yang menyatakan Matahari adalah
pusat dari tata surya.
b. Perhitungannya

telah

menggunakan

rumus-rumus

spherical

trigonometri (segitiga bola) dengan melakukan banyak koreksian/


tadil data pergerakan matahari dan bulan.
c. Dalam menentukan ketinggian hilal dengan memperhatikan
koordinat lintang dan bujur, deklinasi dan sudut waktu bulan
dengan koreksi refraksi, paralaks, Dip, dan semi diameter bulan.
d. Metode hisab ini menyajikan data tentang ijtima, terbenamnya
matahari, tinggi hilal, azimut matahari dan bulan sehingga sangat
membantu dalam pelaksanaan ruyat al-hilal.122
Metode yang masuk kategori hisab haqiqi bi al-tahqiq antara
lain

kitab al-Khulashah al-Wafiyah karya Zubair Umar al-Jailani,

Almanak Menara Kudus karya Turaikhan Adjhuri, Nurul Anwar karya


Noor Ahmad SS Jepara, al-Maksuf karya Ahmad Soleh Mahmud Jauhari
Cirebon, Ittifaq Dzat al-Bain karya Muhammad Zuber Abdul Abdul Karim
Gresik, Hisab Haqiqi karya K. Wardan Dipo Ningrat, al-Qawaid alFalakiyah karya Abd al-Fatah as-Sayyid ath-Thufi al-Falaki, dan Badiah
al-Mitsal karya Mashum Jombang.

122

Ibid, 226-227

B. Kelebihan dan Kekurangan dalam Kitab Kasyf al-Jilbab


1. Kelebihan-Kelebihan yang Terdapat Dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
a. Dalam perhitungan awal bulan Qamariah, kitab Kasyf al-Jilbab
menggunakan metode yang cukup singkat sebagaimana ungkapan
pengarangnya. Kitab ini hanya menggunakan dua kali tadil yaitu
menjumlahkan tadil al-khossoh dan tadil al-markaz untuk mencari
budu al-muthlaq yang kemudian dilanjutkan dengan mencari tadil
al-allamah yang kemudian digunakan untuk menentukan jam ijtima
sampai matahari terbenam setelah itu membagi selisih tersebut
dengan 30 menit maka diketahuilah ketinggian hilal-pada saat itu.
b.

Data-data yang ditampilkan dalam kitab ini sudah ditulis dengan


angka arab (angka biasa), bukan lagi angka Jumali (abajadun)
sehingga mempermudah pembaca dalam membaca data yang tersaji

c. Meskipun proses perhitungan dalam kitab Kasyf al-Jilbab relatif lebih


singkat dari pada kitab-kitab dalam tabel, namun dalam hal ketinggian
hilal kitab ini mempunyai tingkat akurasi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kitab-kitab lainnya sebagaimana dalam tabel.
2. Kelemahan-Kelemahan yang Terdapat Dalam Kitab Kasyf al-Jilbab
a. Metode hisab yang dipakai dalam kitab ini, baik untuk penentuan saat
terjadinya ijtima, ketinggian hilal, lama hilal di atas ufuk, dan lainlain kitab Kasyf al-Jilbab masih menggunakan metode hisab haqiqi bi
al-taqrib, yang itu artinya tingkat akurasi hasil perhitungan daam
kitab ini masih rendah

b. Data-data yang disajikan masih terbatas pada waktu tertentu, sehingga


jika hendak menghitung tahun yang sebelum atau sesudah data tahun
yang disajikan akan kesulitan karena harus menghitung data tersebut
kembali.
c. Terlalu singkatnya keterangan yang terdapat dalam kitab ini
menjadikan kurangnya informasi yang didapat dari hasil perhitungan
dengan menggunakan metode dalam kitab ini. Misalnya, tidak adanya
keterangan pasti hari dimulai dari hari apa, posisi hilal terhadap
matahari, sehingga ini akan menimbulkan sedikit kebingungan
terutama bagi pemula mengingat biasanya kitab-kitab yang lain
mempunyai pedoman tersendiri kapan hari dimulai.
d. Tidak adanya informasi tentang keadaan hilal, berada di sebelah mana
matahari, kemiringan hilal dikarenakan tidak adanya data yang
diperhitungkan dalam proses perhitungan, sehingga hal-ini akan dapat
mengganggu proses ruyat al-hilal.
e. Jarak ijtima yang ditunjukkan terlalu jauh jika dibandingkan dengan
kitab taqribi yang lain sebagaimana dalam grafik di atas.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa pembahasan dan analisis yang telah penulis
lakukan pada bab-bab terdahulu, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa;
1. Dalam perhitungan awal bulan Qamariah, kitab Kasyf al-Jilbab
mempunyai perbedaan dengan kitab Sullam al-Nayyirain, Syamsul
Hilal dan Fath al-Rouf al-Mannan. Perbedaan itu terletak pada;
a. Data yang disajikan dalam setiap tahunnya. Hal ini tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap harakat al-ijtima yang dicari untuk
kemudian diproses sehingga mendapatkan hasil perhitungan yang
dicari.
b. Langkah tadil yang dilakukan yang relatif lebih singkat dari pada
kitab-kitab taqribi lainnya. Jika dalam perhitungan awal bulan
Qamariah dalam kitab Fath al-Rouf al-Mannan dan Syamsul Hilal
serta Sullam al-Nayyirain untuk mendapatkan tadil al-allamah
harus melewati koreksi terhadap budu al-muthlaq, maka dalam
kitab Kasyf al-Jilbab cukup dengan mengalikan budu al-muthlaq
dengan hissoh al-saah.
c. Selain itu, perbedaan yang terdapat dalam proses perhitungan pada
kitab ini dan kitab-kitab lainnya ialah terletak pada data-data yang
dihitung. Jika dalam kitab Sullam al-Nayyirain, Fathu al Rouf al-

Mannan, dan Syamsul Hilal semuanya menghitung data-data yang


berkaitan dengan matahari, (Sullam al-Nayyirain; al-Auj, Fathu al
Rouf al-Mannan dan Syamsul Hilal; Wasath al-Syams) maka
dalam kitab Kasyf al-Jilbab tidak memperhitungkan data-data yang
berkaitan dengan matahari kecuali al-Markaz. Hal inilah yang
menyebabkan proses perhitungan dalam kitab ini tergolong
ringkas, sebagaimana pengakuan pengarang.
d. Perbedaan yang paling mendasar antara kitab Kasyf al-Jilbab
dengan kitab yang lain ialah terdapat dalam proses penentuan
ijtima.
2. Untuk mengetahui tingkat akurasi hasil perhitungan kitab Kasyf alJilbab, sebagaimana yang penulis paparkan pada bab pertama, sesuai
hasil yang dapat kita lihat pada bab IV bahwa ternyata kitab ini
mempunyai tingkat akurasi yang lebih tinggi dalam hal ketinggian
hilal. Hal ini terbukti dengan selisih hasil antara kitab ini dengan kitabkitab yang lain jika dibandingkan dengan hasil perhitungan metode
kontemporer. Namun, dalam hal kapan terjadinya ijtima ternyata kitab
ini menunjukkan hasil yang paling lambat dibandingkan dengan hasil
jam ijtima lainnya.
B. Saran-Saran
1. Dengan semakin berkembangpesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi
di masa sekarang ini, maka perlu juga diimbangi dengan perbaikan dan
update baik data maupun sistem perhitungan yang ada di dalam kitab

ini. Oleh karena kitab ini masih bersifat haqiqi bi al-taqrib, maka
seyogyanya dari pihak waratsah dan atau murid-murid serta pengamal
kitab ini untuk melakukan revisi terhadap kitab ini, di antaranya
dengan menambahkan sistem hisab tahkiki dalam kitab ini, sehingga
hasil yang ditunjukkan dari perhitungan kitab ini benar-benar
menunjukkan akurasi yang lebih tinggi.
2. Masih banyaknya perbedaan dalam masalah penentuan awal bulan
Qamariah di zaman sekarang ini seharusnya menjadikan pemerintah
sebagai pihak yang berwenang untuk menjaga stabilitas serta
kondusifitas masyarakat untuk bergerak bersama para ulama dan ahli
falak untuk duduk bersama membahas mengenai penentuan awal bulan
Qamariah, hal ini supaya terjadi kesepahaman dari berbagai golongan
sehingga perbedaan penentuan awa bulan Qamariah terutama pada
bulan-bulan Ramadlan, Syawwal, dan Dzul Hijjah dapat dihindari. Hal
ini mengingat ketiga bulan tersebut merupakan bulan-bulan di mana
diwajibkannya melakukan ibadah fardlu.
3. Mengingat ilmu falak merupakan ilmu yang sangat penting khususnya
terhadap penentuan waktu-waktu ibadah, maka sudah seharusnya ilmu
ini dikembangkan lebih luas kepada khalayak umum. Hal ini bisa
ditempuh dengan menjadikan ilmu ini sebagai salah satu materi dalam
kurikulum pendidikan baik untuk pendidikan formal seperti sekolahsekolah dan Perguruan Tinggi maupun pendidikan informal seperti
Pondok Pesantren. Hal ini mengingat banyak kalangan yang menilai

ilmu falak adalah ilmu tua dan rumit sehingga mereka enggan untuk
mempelajarinya. Sebab jika hal ini tidak dilakukan maka nasib
keberadaan ilmu falak akan semakin mengkhawatirkan.
C. Penutup
Demikian yang dapat penulis susun dan paparkan, puji syukur
alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah swt. Tuhan semesta alam
yang telah memberikan kekuatan, petunjuk serta kasih sayang kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Meskipun penulis telah berupaya secara optimal dalam menyajikan
skripsi ini, akan tetapi penulis sendiri menyadarai bahwa masih banyak
kekurangan dari berbagai aspek serta jauh dari kesempurnaan, karena
hanya Allahlah yang bersifat Maha Sempurna. Teringat sebuah kutipan
maqalah jika sesuatu itu telah sempurna maka akan tampak
kekurangannya serta sebuah pepatah tiada gading yang tak retak,
maka penulis mengharapkan kitik serta saran yang konstruktif untuk
kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Atas segala kritik dan saran
penulis ucapkan banyak terima kasih
Akhirnya, penulis berdoa semoga dengan adanya skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Amiiin.

Awal Bulan Syawwal 1413 H dalam Kitab Kasyf al-Jilbab

26 48 1 0 44
29 24 10 27 48
26 12 11 28 32

9
6
4

16 31
24 8
10 39

5
0
6

3
26
29

6
2
8

5
6
4

1410
3
1413

21 57

22 21

36

18

Ramadhan

20 29

18 33

16 41

33

18

29

20

340

340

220

340

4800
60
8000

7
x
28

28

37

19

24

37

19

23

23

30

12

48

12
4
8

40

8
40

11

Awal Bulan Syawwal 1414 H dalam Kitab Kasyf al-Jilbab

44
4
44

26 48 1 0
9 12 10 17
6 0 11 17

9
5
3

31
11
42

16
2
18

5
1
6

3
14
17

6
11
17

5
3
1

1410
4
1414

57

21

22 21

36

18

Ramadhan

41

28 21

10

44

24

53

11

21

28

10

41

745

745

217

745

16 1665
x 60
9 9900

53

11

16

44

19

24

44

19

16

16

30
8

32

8
4
8

52

:
:

8
52

10

2
2

Awal Bulan Ramadhan 1432 H dalam Kitab Kasyf al-Jilbab

4
32
36

26
8
4

5
11
5

46
36
22

12
19
2

0
8
9

27
6
33

27
16
13

10
0
11

13
37
50

14
17
8

2
1
4

1430
2
1432

51

22

32

26

22

52

Sya'ban

27

27

54

28

55

18

42

14

54

28

27

27

40

272

312

190

312

9280
60
6800

x
55

42

14

55

47

24

47

13

15

13
30
36

15
7

2
2

28

57

:
:

36
4
30

30
57

30

Awal Bulan Syawwal 1432 H dalam Kitab Kasyf al-Jilbab

4
32
36

26
8
4

5
11
5

46
36
22

12
19
2

0
8
9

27 27
16 6
13 33

10
0
11

13
37
50

14
17
8

2
1
4

1430
2
1432

57

21

21

22

36

18

Ramadhan

33

26

43

24

19 35

26

43

24

33

26

187

343

530

190

530

x
9

x 60
32 4000

26

32

54

17

5400

24

54

17

6
30
3

6
3

12

52

:
:

3
4
12

12
52

12

Awal Bulan Ramadhan 1433 H dalam Kitab Kasyf al-Jilbab

4
48
52

26
27
23

5
10
4

46
24
10

12
29
12

0
6
7

27
8
35

27
24
21

10
0
11

13
26
39

14
2
16

2
6
1

1430
3
1433

51

22

32

26

22

52

Sya'ban

43

16

42

57

26

31

22

42

43

16

38

242

280

210

280

x
5

8800
x 60
52 8000

31

22

52

39

16

24

39

16

21

21
30

30

40

30

44

40
4
14

16

14
16

14

Awal Bulan Syawwal 1433 H dalam Kitab Kasyf al-Jilbab

4
48
52

12 46 5 26
29 24 10 27
12 10 4 23

0
6
7

27
8
35

10 27
0 24
11 21

13
26
39

14
2
16

2
6
1

1430
3
1433

57

21

22 21

36

18

Ramadhan

49

15

37

27

15

11

31

49

15

318

318

200

318

31

6 3600
x 60
21 6000

15

11

21

54

24

54

19

6
30

19

33

12

33
4
38

11

38
11

38

Awal Bulan Syawwal 1413 H dalam Kitab Sullam al-Nayyirain

10

12

50

29

13

22

10

33

17

48

27

10

24

29

24

51

22

32

26

29

20

18

12

12

54

17

1410

26

22

52

Ramadhan

17

12

18

Tahun

20

29

29

33

28

29

45

33

45

15 32

1
0
1

15 32

15 33

17

33

15

15 46

12 12

29 20

18

41

41

13 22

45

13 22

13 22

33

15

27 28

28

33 46

45

45
27

28

33 46

12

12 22

40

39 35

28

27

28

27

18

12

40

39 35

18

31

21 24

22

45 13

28

18

15 46

15 46

13

............

146

12

142

.....

18

37

37

48

22 12

12

24

18

31

21 24

18

40

50

21

34

58

50 18

21

55

39

10

52 19

30

58 34

17

22

45 13

22

11

12

46

45

18

40

..................

40

48

13

40

22

45 13

45 13

1
33

45 13

4
4

4
4

46

45

56

19 10

52

45

56

14

48

11
11

33

45 13

33

45 13

Awal Bulan Syawwal 1414 H dalam Kitab Sullam al-Nayyrain

12 10

29 50

12 13

17 33 10 22 13

54

17

1410

11

14

11

22 51

26 32

22

52

Ramadhan

10 27 57

25

11

45

12 10 17

Tahun

57 27 10

45

57

45

31

27

57

45

48

31
3

48

12 27

12 27

7
45
6

15

45

15

27 33

33

27

37

15 47

13 12

45

58 21 11

15

44

11

21

58

57 13 21 11

45

57 13

0
1

45

45

13

45 57

33

27

30

27

30

27

24 35

16

22 23

11
16

22 23

18

54

38 36

57 27 10

15

57 13

44

11

21

15

57

............

146

142

57

.....

18

35

37

24

35

25

18

54

38 36

18

40

13

38 16

19

24

16 13 19
43 46

22

26 33

21 32

25

30

11

21

13

45 57

13

13

14

32

30

32

30 21

38

30

40

..................

40

24

40

13

45 57

45 57

1
13

45 57


12

12

31

48

33

26

31

48

14

14

32

13
13

13

45 57

13

45 57

Awal Bulan Ramadhan 1432 H dalam Kitab Sullam al-Nayyirain

12 26

12 28

Tahun

10

25

13

33

11 28

1430

48

27

10

24

29

24

26

44

23

43

42

17

Sya'ban

26

27

21

19

49

12

28

32

32 28

27

26

32

26

25

48

27

50

32

26

25

26

52

48
52

48

52

26

52 48

14

56

56 14

28 12

16

40 14

48

52

26 27

54

54

48

20 53

53 48

20

53 48

1
1

14

56

47 21

13 34

20

20

21

53 48

40

47

13 34

55

36 17

11 16

21

47

21

47

40

32 28

12

49

11 16

44

49 43

32

56

............

55

32

.....

18

42

146

40

142
4

42

48

17 55

36

24

44

49 43

18

40

49 23

28

18

23

49

36 56 16

11

33

53

30

18 28

40

..................

40

24

56

21 19

48

20 53

21

47

50

48

48

20 53

20 53

21

47
1

48

48

41 37

48

20 53

53 33
3

48

20 53

48

20 53

Awal Bulan Syawwal 1432 H dalam Kitab Sullam al-Nayyirain

12 26

10

25

13

33

28

11

48

27

10

24

29

24

12 28

Tahun

1430

26

51

22

32

26

22

52

Ramadhan

33

26

21

24

20

33

21 24

26

33

21

33

51

31

56

32

21

33

45

51
1

33


45

45 52

31
33

31

45 52

33 31

18 24

27

33

24

18

30

28 12

33 26

31

33

58

30 34

58

30 34

30 25

25

30

25

24

18

30

25

30
29

29

16

31 17

16

31 17

50

39

52

29

29

21 24

33

39

52

15

53

53

21

50

............

146

50

142

21

.....

18

50

15

53

53

18

40

11

53 47

24

54

47 11 16

53

12 48

15

36

30

54

20

30 25

10

11

55

56

16

40

..................
0

40

50

40

30 25

30 25

1
2

30 25

1
4

1
4

55

36 15
4

55

55

31 20

10
10

30 25

30 25

Awal Bulan Ramadhan 1433 H dalam Kitab Sullam al-Nayyirain

12 26

13

12 28

Tahun

10

25

11 28 33

1430

48

29 24 10 27

24

26

42

17

Sya'ban

27 24

38

21

44

23

42

16

43

20

20

16

42

20

42

32

27

29

29

20

42

32

31

2
2

24

27
1

24

28

24

59

24

31

24 28

24 59

14

57

28 12

28

24

43

21

42 16

10 29

29

10

43

21

26

26

39

39 26 26

59

24

53

24

39 26

53

24

20

59

0
0

20

21

38

59

15

30

39 26
6

20

............

146

142

20

.....

18

40

40

40

..................

40

20

15

30

18

40

48

41

15

39

24

41 48 15

16

19 11

23

30

39

24 27

26

10

12

15

24

26

26

39

24

40

26

39

39

1
26

39


12

12

13

12

23 16
4

12

13

12

36 20

12

9
9

26

39

26

39

Awal Bulan Syawwal 1433 H dalam Kitab Sullam al-Nayyirain

12 26

10

25

13

33

28

11

48

29 24 10 27

24

12 28

Tahun

1430

26

51

22

26 32

22

52

Ramadhan

39

15

28

22

10

15

49

49

16

17

49

16
49

16

49

49

16

49

49 16

49 16

16

24

28 12

39 15

17 28

16

49

33

13

28

17

33

13

24

43

55 46

46 43 24

55

46 43

1
4

55

55

56

16

49

45 56

15 52

45

15 52

12 10

26

49 36

56

45

56

45

10

22

26

49 36

55

11 23

46 43

............

146

142

.....

18

49

49

48

10

12

55

11 23

18

40

14

24

11

14

52

24 58

11

56 45 19

49

39

32 31

30

58 52

28

24

40

..................

40

48

40

24

43

55 46

43

12

13

43

55 46

55 46

1
43

55 46

31 39

32 44

12

32
32

12

43

55 46

43

55 46

Awal Bulan Syawwal 1413 H dalam kitab Fathur Rouf al-Mannan

19

07

04

52

27

00

21

19

07

06

04

03

43

22

00

1400

12

21

07

34

27

03

21

21

07

33

06

03

42

09

03

12

57

21

08

20

22

07

58

21

08

02

06

09

36

18

06

Ramadhan

28

20

08

46

17

00

40

02

00

41

16

03

01

03

04

01

03

04

10

34

03

02

06

45

07

16

17

58

53

15

19

03

18

58

53

15

19

03

19

58

53

15

19

03

20

20

04

21

58

13

20

22

24

23

58

13

20

19

24

10

02

46

39

04

25

13

53

19

02

26

04

27

13

32

19

09

28

47

41

38

46

04

29

48

26

12

10

06

14

30

02

06

45

19

03

05

17

01

18

40

02

04

21

02

28

04

10

10

35

11

28

04

12

30

03

13

02

14

07

15

01
10
50
50

55
55

35

03

03

;Keterangan
: Selasa

Ijtima Pada Hari

: 13 : 01 WIB

Ijtima Pada Jam

: 02 20

Tinggi Hilal

: 09 menit 20 detik

Lamanya di atas Ufuk

Cahaya Hilal

Awal Bulan Syawwal 1414 H dalam kitab Fathur Rouf al-Mannan

19

07

04

52

27

00

21

19

07

06

04

03

43

22

00

1400

28

10

07

22

07

02

38

10

07

36

14

03

30

18

00

13

57

21

08

20

22

07

58

21

08

02

06

09

36

18

06

Ramadhan

44

09

08

34

27

10

57

21

11

44

24

03

49

11

01

49

11

01

16

44

28

07

02

08

08

16

17

16

06

58

51

40

19

18

35

58

51

40

19

19

58

51

40

19

20

04

58

11

45

05

20

55

37

21

16

06

19

22

11

44

24

23

57

21

11

58

11

45

19

24

12

21

11

02

48

14

04

25

03

10

01

24

07

02

26

35

11

04

27

03

12

36

29

08

28

32

07

13

32

32

04

29

48

30

08

02

14

08

02

13

30

02

08

08

16

15

49

07

07

;Keterangan
: Sabtu

Ijtima Pada Hari

: 13 : 29 WIB

Ijtima Pada Jam

: 02 07

Tinggi Hilal

: 08 menit 30 detik

Lamanya di atas Ufuk

Cahaya Hilal

Awal Bulan Ramadhan 1432 H dalam kitab Fathur Rouf al-Mannan

19

15

49

21

10

45

27

30

05

11

58

22

05

1430

16

19

11

47

09

10

16

19

11

02

08

00

48

08

04

01

51

22

07

32

26

06

51

22

07

22

05

08

52

05

05

Syaban

26

27

00

08

28

03

52

09

04

54

18

07

38

13

01

38

13

01

16

16

25

50

59

02

06

17

52

48

02

10

00

35

07

01

18

08

14

03

10

00

35

07

01

19

05

10

00

35

07

01

20

10

16

20

04

21

52

48

02

10

20

39

22

02

05

03

24

23

52

09

04

10

20

39

07

24

20

57

46

06

04

50

39

20

16

25

23

21

05

10

55

19

10

08

26

08

14

11

04

27

23

21

05

12

20

41

32

28

37

36

08

03

13

36

46

03

29

24

22

55

01

14

56

27

36

30

50

59

02

06

15

07

01

40
40

03

;Keterangan
: Ahad

Ijtima Pada Hari

: 01 : 19 WIB

Ijtima Pada Jam

: 08 10

Tinggi Hilal

: 32 menit 41 detik

Lamanya di atas Ufuk

Cahaya Hilal

Awal Bulan Syawwal 1432 H dalam kitab Fathur Rouf al-Mannan

19

15

05

49

21

10

45

27

08

30

05

11

58

22

05

1430

16

19

11

47

09

10

16

19

11

02

08

00

48

08

04

57

21

08

20

22

07

58

21

08

02

06

09

36

18

06

Ramadhan

32

26

01

56

23

04

59

08

05

34

19

08

22

02

03

22

02

03

07

09

36

09

16

44

50

01

17

32

31

03

53

50

45

16

02

18

16

22

05

53

50

45

16

02

19

05

53

50

45

16

02

20

51

26

20

04

21

32

31

03

53

10

50

22

23

58

03

24

23

59

08

05

53

10

50

16

24

40

36

00

05

05

07

49

09

07

25

07

00

08

10

33

54

34

03

26

16

22

11

04

27

07

00

08

12

38

19

14

28

53

15

14

05

13

55

04

29

50

01

14

14

19

30

36

09

15

38

16

02

20
20

07

09

05

;Keterangan
: Senin

Ijtima Pada Hari

: 10 : 25 WIB

Ijtima Pada Jam

: 03 35

Tinggi Hilal

: 14 menit 20 detik

Lamanya di atas Ufuk

Cahaya Hilal

Awal Bulan Ramadhan 1433 H dalam kitab Fathur Rouf al-Mannan

19

15

05

49

21

10

45

27

08

30

05

11

58

22

05

1430

32

08

11

35

19

08

33

08

11

05

16

00

37

17

01

51

22

07

32

26

06

51

22

07

22

05

08

52

05

05

Syaban

42

16

00

56

07

02

09

29

03

57

26

07

27

22

05

27

22

05

16

08

32

52

37

10

06

17

24

28

02

08

22

16

16

05

18

32

00

03

08

22

16

16

05

19

05

08

22

16

16

05

20

02

15

20

04

21

24

28

02

08

42

20

22

26

43

02

24

23

09

29

03

08

42

20

16

24

25

26

03

52

17

39

07

25

10

56

38

49

03

26

11

04

27

12

36

18

15

28

32

54

02

13

15

11

04

29

48

24

07

02

14

27

30

19

30

52

37

10

06

15

16

05

40
40
20

33

06
32

00

03

06

;Keterangan
: Kamis

Ijtima Pada Hari

: 10 : 00 WIB

Ijtima Pada Jam

: 03 50

Tinggi Hilal

: 15 menit 19 detik

Lamanya di atas Ufuk

Cahaya Hilal

Awal Bulan Syawwal 1433 H dalam kitab Fathur Rouf al-Mannan

19

15

49

21

10

45

27

30

11

58

22

1430

32

08

11

35

19

08

33

08

11

05

16

00

37

17

01

57

21

08

20

22

07

58

21

08

02

06

09

36

18

06

Ramadhan

48

15

01

44

03

03

16

28

04

37

27

08

11

11

00

11

11

16

16

19

23

27

06

00

17

48

16

41

36

43

04

00

18

04

17

41

36

43

04

00

19

41

36

43

04

00

20

20

04

21

41

56

47

22

24

23

41

56

47

04

24

40

19

03

12

19

25

33

40

01

36

09

26

04

27

33

07

24

38

28

27

07

05

29

12

15

02

07

24

43

30

19

23

27

04

00

20
20

03

03

05

25

16

48

16

03

13

33

03

16

28

04

46

42

24

04

56

06

10

04

17

11

56

06

12

10

03

13

02

14

06

15

03

;Keterangan
: Jumat

Ijtima Pada Hari

: 22 : 24 WIB

Ijtima Pada Jam

: 09 36

Tinggi Hilal

: 38 menit 24 detik

Lamanya di atas Ufuk

Cahaya Hilal

Awal Bulan Syawwal 1413 H dalam Kitab Syamsul Hilal

Derajat

Derajat

Derajat

Derajat

358.517

145.447

100.710

190.660

8.417

1412

261.950

232.349

261.960

276.035

18.606

Ramadhan

260.467

17.796

2.670

106.695

3.023

0.313

7.718

19.305

2.357

Dr/ Jam

Dr/ Jam

19.305
0.054

AM

13

3.550

SFT

14

0.017

19.359

AM

15

3.567

24

19.359

16

0.083

SAM

17

0.296

4.641
0.500

2.321
0.067

0.156
0.080
0.236

TM

BM

HP

SG

18

0.017

19

0.313

Ir

20

0.067

TY

21

3.567

BM

22

3.500

BD

10

AQ

23

2.205

HS

11

NH

24

7.718

TA

12

: Selasa
: 13 : 03 WIB
: 2 19

TK

TM

TS

7
8

;Keterangan
Ijtima Pada Hari
Ijtima Pada Jam
Tinggi Hilal

Lamanya di atas Ufuk


Cahaya Hilal

: 9 menit 22 detik
:

Awal Bulan Syawwal 1414 H dalam Kitab Syamsul Hilal

Derajat

Derajat

Derajat

Derajat

347.784

95.245

89.990

198.707

17.225

1413

261.950

232.349

261.960

276.035

18.606

Ramadhan

249.734

327.594

351.950

114.742

11.831

0.727

16.215

19.616

351.223

Dr/ Jam

Dr/ Jam

19.616
0.054

AM

13

7.450

SFT

14

0.100

19.670

AM

15

7.550

24

19.670

16

0.083

SAM

17

0.627

TK

TM

BM

HP

4.330
0.500

2.165
0.067

0.145
0.081
0.226

SG

18

0.100

19

0.727

Ir

20

0.050

TY

21

7.550

BM

22

7.500

BD

10

AQ

23

2.162

HS

11

NH

24

16.215

TA

12

TM

TS

7
8

;Keterangan
Ijtima Pada Hari
Ijtima Pada Jam
Tinggi Hilal
Lamanya di atas Ufuk
Cahaya Hilal

: Sabtu
: 13 : 24 WIB
: 2 10
: 8 menit 42 detik
:

Awal Bulan Ramadhan 1432 H dalam Kitab Syamsul Hilal

Derajat

Derajat

Derajat

Derajat

154.584

271.615

257.030

343.547

7.775

1431

232.844

206.532

232.853

245.364

5.872

Syaban

27.428

118.147

129.883

228.911

13.647

3.067

5.955
7.692

126.816

Dr/ Jam

Dr/ Jam

7.692
0.054

AM

13

0.417

TK

7.746

SFT

14

2.800

AM

15

3.217

TM

BM


24
7.746

16

0.083

SAM

17

0.267

16.254
0.500

8.127
0.067
0.544

HP

TM

SG

18

2.800

TS

19

3.067

Ir

20

0.083

TY

21

3.217

BM

22

3.134

BD

10

0.063
0.607

AQ

23

1.900

NH

24

5.955

HS

11

TA

12

;Keterangan
Ijtima Pada Hari
Ijtima Pada Jam
Tinggi Hilal
Lamanya di atas Ufuk
Cahaya Hilal

: Ahad
: 01 : 25 WIB
: 8 8
: 32 menit 38 detik
:

Awal Bulan Syawwal 1432 H dalam Kitab Syamsul Hilal

Derajat

Derajat

Derajat

Derajat

154.584

271.615

257.030

343.547

7.775

1431

261.950

232.349

261.960

276.035

18.606

Ramadhan

56.534

143.964

158.990

259.582

2.381

3.980

9.440

16.941

155.010

Dr/ Jam

Dr/ Jam

16.941
0.054

AM

13

1.850

SFT

14

3.533

16.995

AM

15

5.383

24

16.995

16

0.083

SAM

17

0.447

7.005

SG

18

3.533

TK

TM

BM

HP

TM

0.500
3.503

0.067
0.235

0.083
0.318

19

3.980

TS

Ir

20

0.133

TY

21

5.383

BM

22

5.250

BD

10

AQ

23

1.798

HS

11

NH

24

9.440

TA

12

;Keterangan
Ijtima Pada Hari
Ijtima Pada Jam
Tinggi Hilal
Lamanya di atas Ufuk
Cahaya Hilal

: Senin
: 10 : 35 WIB
: 3 30
: 14 menit 06 detik
:

Awal Bulan Ramadhan 1433 H dalam Kitab Syamsul Hilal

Derajat

Derajat

Derajat

Derajat

143.851

221.413

246.310

351.594

16.583

1432

232.844

206.532

232.853

245.364

5.872

Syaban

16.695

67.945

119.163

236.958

22.455

2.733

6.112
16.343

116.430

Dr/ Jam

Dr/ Jam

16.343
0.054
16.397

AM

13

0.533

SFT

14

2.483

AM

15

3.016

TK

TM

BM

24
16.397

16

0.083

SAM

17

0.250

7.603
x

0.500
3.802

0.067
0.255

0.070
0.325

HP

SG

18

2.483

19

2.733

Ir

20

0.100

TY

21

3.016

BM

22

2.916

BD

10

AQ

23

2.096

HS

11

NH

24

6.112

TA

12

TM

TS

7
8

;Keterangan
: Kamis
: 10 : 04 WIB

Ijtima Pada Hari


Ijtima Pada Jam

: 3 48
: 15 menit 18 detik
:

Tinggi Hilal
Lamanya di atas Ufuk
Cahaya Hilal

Awal Bulan Syawwal 1433 H dalam Kitab Syamsul Hilal

Derajat

Derajat

Derajat

Derajat

143.851

221.413

246.310

351.594

16.583

1432

261.950

232.349

261.960

276.035

18.606

Ramadhan

45.801

93.762

148.270

267.629

11.189

3.555

6.341
4.848

144.715

Dr/ Jam

4.848

Dr/ Jam

AM

13

0.000

TK

TM

BM

HP

TM

TS

3.283

14

SFT

0.054

3.283

15

AM

4.902
24

0.083

16

0.272

17

SAM

4.902

3.283

18

SG

3.555

19

TY

0.117

20

Ir

BM

3.283

21

10

BD

3.166

22

11

HS

2.003

23

AQ

12

TA

6.341

24

NH

Keterangan;
Ijtima Pada Hari
Ijtima Pada Jam
Tinggi Hilal
Lamanya di atas Ufuk
Cahaya Hilal

: Jumat
: 22 : 31 WIB
: 9 33
: 38 menit 24 detik
:

Hisab Awal Bulan Syawwal 1413 H dengan Sistem Ephemeris


1. Jam FIB

: 7 (0.00175)

EL 1

: 2 39 40

AL 1 : 2 32 28

EL 2

: 2 42 09

AL 2 : 3 02 14

2. Jam Ijtima

: 14 : 12 : 1.77

3. Terbenam matahari
a. Tinggi Matahari

: - 0 53 56.13

b. Deklinasi Taqribi

: 1 7 25

c. Equation of Time Taqribi

: - 6 34

d. Suduk Waktu Matahari

: 90 46 26.97

19.098
x

0.500
9.549

0.067
0.640

0.084
0.724

e. Terbenam Matahari

: 17 : 43 : 44

4. Deklinasi

: 1 7 9

5. Equation of Time

: - 6 34.27

6. Sudut waktu Matahari

: 90 46 28.83

7. Terbenam Matahari

: 17 : 43 : 44.19

8. Azimuth Matahari

: 268 58 40.6

9. ARA Matahari

: 2 34 56.86

10. ARA Bulan

: 2 8 45.14

11. Sudut Waktu Bulan

: 91 12 40.55

12. Deklinasi Bulan

: 6 4 58.25

13. Tinggi Bulan Hakiki

: - 1 53 58.9

14. Koreksi
a. Horizontal Parallaks

b. Parallaks

c. Refraksi

d. Kerendahan Ufuk

15. Tinggi Hilal Mari

16. Lama Hilal di atas Ufuk

17. Azimuth Hilal

18. Posisi Hilal

Hisab Awal Bulan Syawwal 1414 H dengan Sistem Ephemeris


19. Jam FIB

: 7 (0.00159)

EL 1

: 351 28 28

AL 1 : 351 25 37

EL 2

: 351 30 58

AL 2 : 351 55 60

20. Jam Ijtima

: 14 : 06 : 7.96

21. Terbenam matahari


f. Tinggi Matahari

: - 0 53 56.13

g. Deklinasi Taqribi

: - 3 18 56

h. Equation of Time Taqribi

: - 9 49

i. Suduk Waktu Matahari

: 91 17 36..93

j. Terbenam Matahari

: 17 : 49 : 3.46

22. Deklinasi

: - 3 19 6.76

23. Equation of Time

: - 9 49.18

24. Sudut waktu Matahari

: 91 17 38.2

25. Terbenam Matahari

: 17 : 49 : 3.73

26. Azimuth Matahari

: 260 14 9.87

27. ARA Matahari

: 352 18 48.8

28. ARA Bulan

: 352 7 52.64

29. Sudut Waktu Bulan

: 91 28 34.36

30. Deklinasi Bulan

: 1 28 44.51

31. Tinggi Bulan Hakiki

: - 1 38 13.6

32. Koreksi
e. Horizontal Parallaks

f. Parallaks

g. Refraksi

h. Kerendahan Ufuk

33. Tinggi Hilal Mari

34. Lama Hilal di atas Ufuk

35. Azimuth Hilal

36. Posisi Hilal

Hisab Awal Bulan Ramadhan 1432 H dengan Sistem Ephemeris


37. Jam FIB

: 18 (0.00099)

EL 1

: 127 14 19

AL 1 : 126 51 48

EL 2

: 127 16 43

AL 2 : 127 27 09

38. Jam Ijtima

: 01 : 41 : 0.091

39. Terbenam matahari


k. Tinggi Matahari

: - 0 53 56.13

l. Deklinasi Taqribi

: 18 31 52

m. Equation of Time Taqribi

: - 6 27

n. Suduk Waktu Matahari

: 88 43 26.64

o. Terbenam Matahari

: 17 : 35 : 24.78

40. Deklinasi

: 18 17 30.16

41. Equation of Time

: - 6 25

42. Sudut waktu Matahari

: 88 44 57.86

43. Terbenam Matahari

: 17 : 35 : 28.86

44. Azimuth Matahari

: 288 18 41.24

45. ARA Matahari

: 130 18 48.10

46. ARA Bulan

: 137 52 45.60

47. Sudut Waktu Bulan

: 91 12 40.55

48. Deklinasi Bulan

: 81 10 58.20

49. Tinggi Bulan Hakiki

: 7 11 32.20

50. Koreksi
i. Horizontal Parallaks

: 0 59 22.59

j. Parallaks

: 0 58 54.56

k. Refraksi

: 0 07 51.92

l. Kerendahan Ufuk

: 0 03 56.13

51. Tinggi Hilal Mari

: 6 40 36.52

52. Lama Hilal di atas Ufuk

: 0 : 26 : 42.43

53. Azimuth Hilal

: 282 54 04.74

: 5 24 36.50 Selatan Matahari

54. Posisi Hilal

Hisab Awal Bulan Syawwal 1432 H dengan Sistem Ephemeris


55. Jam FIB

: 3 (0.00180)

EL 1

: 155 27 16

AL 1 : 155 24 13

EL 2

: 155 29 41

AL 2 : 156 01 21

56. Jam Ijtima

: 10 : 05 : 16.27

57. Terbenam matahari


p. Tinggi Matahari

: - 0 53 56.13

q. Deklinasi Taqribi

: 9 23 33

r. Equation of Time Taqribi

: - 1 3

s. Suduk Waktu Matahari

: 89 49 14.89

t. Terbenam Matahari

: 17 : 34 : 23.99

58. Deklinasi

: 9 23 55.61

59. Equation of Time

: - 1 3.43

60. Sudut waktu Matahari

: 89 49 14.89

61. Terbenam Matahari

: 17 : 34 : 23.57

62. Azimuth Matahari

: 279 21 26.33

63. ARA Matahari

: 157 33 10.5

64. ARA Bulan

: 159 45 42.5

65. Sudut Waktu Bulan

: 87 36 30.16

66. Deklinasi Bulan

: 3 12 16.02

67. Tinggi Bulan Hakiki

: 2 00 2.30

68. Koreksi
m. Horizontal Parallaks

: 1 00 32

n. Parallaks

: 1 00 29.77

o. Refraksi

: 0 20 13.57

p. Kerendahan Ufuk

: 0 03 56.13

69. Tinggi Hilal Mari

: 1 40 11.95

70. Lama Hilal di atas Ufuk

: 0 : 6 : 40.80

71. Azimuth Hilal

: 273 27 42.82

72. Posisi Hilal

: 5 53 43.51 Selatan Matahari

Hisab Awal Bulan Ramadhan 1433 H dengan Sistem Ephemeris


73. Jam FIB

: 4 (0.00127)

EL 1

: 116 53 46

AL 1 : 116 41 19

EL 2

: 116 56 09

AL 2 : 117 13 06

74. Jam Ijtima

: 11 : 25 : 24.49

75. Terbenam matahari


u. Tinggi Matahari

: - 0 53 56.13

v. Deklinasi Taqribi

: 20 43 18

w. Equation of Time Taqribi

: - 6 20

x. Suduk Waktu Matahari

: 88 26 57.44

y. Terbenam Matahari

: 17 : 34 : 11.83

76. Deklinasi

: 20 43 30.04

77. Equation of Time

: - 6 20

78. Sudut waktu Matahari

: 88 26 39.02

79. Terbenam Matahari

: 17 : 34 : 10.60

80. Azimuth Matahari

: 290 45 43.23

81. ARA Matahari

: 119 27 8.5

82. ARA Bulan

: 121 25 26.9

83. Sudut Waktu Bulan

: 86 13 44.53

84. Deklinasi Bulan

: 15 57 26.46

85. Tinggi Bulan Hakiki

: 1 46 29.35

86. Koreksi
q. Horizontal Parallaks

: 0 56 1.57

r. Parallaks

: 0 55 59.96

s. Refraksi

: 0 21 9.67

t. Kerendahan Ufuk

: 0 03 56.13

87. Tinggi Hilal Mari

: 1 30 51.14

88. Lama Hilal di atas Ufuk

: 0 : 6 : 3.41

89. Azimuth Hilal

: 286 17 44.53

90. Posisi Hilal

: 4 28 12.73 Selatan Matahari

Hisab Awal Bulan Syawwal 1433 H dengan Sistem Ephemeris


91. Jam FIB

: 16 (0.00190)

EL 1

: 145 08 26

AL 1 : 145 10 36

EL 2

: 145 10 50

AL 2 : 145 44 15

92. Jam Ijtima

: 22 : 55 : 50.4

93. Terbenam matahari


z. Tinggi Matahari

: - 0 53 56.13

aa. Deklinasi Taqribi

: 13 12 26

bb. Equation of Time Taqribi

: - 3 59

cc. Suduk Waktu Matahari

: 89 22 13.78

dd. Terbenam Matahari

: 17 : 35 : 31.92

94. Deklinasi

: 12 53 20.98

95. Equation of Time

: - 3 46

96. Sudut waktu Matahari

: 89 24 17.82

97. Terbenam Matahari

: 17 : 35 : 27.19

98. Azimuth Matahari

: 282 52 17.36

99. ARA Matahari

: 148 8 12.72

100.

ARA Bulan

: 155 38 17.3

101.

Sudut Waktu Bulan

: 81 54 13.18

102.

Deklinasi Bulan

: 4 46 48.83

103.

Tinggi Bulan Hakiki

: 7 27 19.24

104.

Koreksi

u. Horizontal Parallaks

: 0 57 52.59

v. Parallaks

: 0 57 23.23

w. Refraksi

: 0 07 35.61

x. Kerendahan Ufuk

: 0 03 56.13

105.

Tinggi Hilal Mari

: 6 57 14.00

106.

Lama Hilal di atas Ufuk

: 0 : 27 : 48.93

107.

Azimuth Hilal

: 275 43 54.17

108.

Posisi Hilal

: 7 8 23.19

Você também pode gostar