Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
kimia atau dari jenis padi-padian/gandum-ganduman (gandum, gandum hitam dsb.), uap
formalin dll.
- alergen ingestif atau alergen yang masuk melalui saluran pencernaan: susu, putih
telur, ikan laut atau ikan air tawar, udang, makanan asal tumbuhan (kacang-kacangan,
arbei, madu dsb.), obat-obat telan.
- alergen kontak atau alergen yang menimbulkan reaksi waktu bersentuhan dengan
kulit atau selaput lendir: zat-zat kimia, zat-zat sintetik (plastik, obat-obatan, bahan
desinfeksi dll.), bahan-bahan yang berasal dari hewan (sutera, woll dll.) atau dari
tumbuh-tumbuhan (jamur, getah atau damar dsb.).
- alergen yang memasuki tubuh melalui suntikanatau sengatan: obat-obatan, vaksin,
racun atau bisa dari serangga seperti lebah atau semut merah).
- implant dari bahan sintetik atau logam (tertentu), bahan-bahan yang digunakan dokter
gigi untuk mengisi lubang di gigi.
- autoalergen ialah zat dari organisme itu sendiri yang keluar dari sel-sel yang rusak
atau pada proses nekrosa jaringan akibat infeksi atau reaksi toksik/keracunan.
Diagnostik/pemeriksaan: Pada kecurigaan adanya alergi setelah anamnesa dan
pemeriksaan tubuh dilakukan dengan teliti, maka langkah pertama ialah melakukan testes alergi:
- tes epikutan: pembubuhan alergen-alergen yang dicurigai bisa menjadi penyebabnya
ke atas foil khusus, yang kemudian ditempelkan (biasanya) ke punggung penderita.
Pada reaksi positif, maka akan timbul bercak merah pada alergen atau alergen-alergen
tersebut.
Spirometri
Tes provokasi inhalatif
Setelah beberapa waktu, spirometri diulangi lagi dan jika tenyata timbul obtsruksi, maka
harus diberikan bronkolitikum/betamimetikum. Tes ini bisa dilakukan di praktik, tetapi
sebaiknya pasien tidak diijinkan pulang selama 1 2 jam untuk menjaga-jaga timbulnya
reaksi lambat, yang terkadang juga bisa berat
Alergi
Apakah sebetulnya alergi itu?
Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera atau
dalam rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat yang
tertentu (alergen).
Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan antibodi humoral,
sedangkan macam ke IVmencakup reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler.
Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini): Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen,
di tubuh akan dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya,
akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator (histamin,
serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of anaphylaxis) akan dilepaskan
(released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut
ialah otot-otot polos (smooth muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi
peningkatan permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma
darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan
pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala atau tandatanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: shok anafilaktis urtikaria, edema Quincke
kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale rinitis vasomotorica
Macam/type II (reaksi imu sitotoksis): Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG
dan IgM dengan bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga
mengakibatkan terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi setelah transfusi
darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan
penyakit-penyakit autoimun.
Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune complex =
precipitate): Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat
(Type Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah
alergen. Proses ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk
komplemen-komplemen intravasal yang mengakibatkan terjadinya kematian atau
nekrosis jaringan. Contoh: fenomena Arthus, serum sickness, lupus eritematodes,
periarteriitis nodosa, artritis rematoida.
Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin): Reaksi ini baru mulai beberapa jam
atau sampai beberapa hari setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari tlimfosit yang telah tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau
peradangan seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluhpembuluh yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa),
contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis, colitis ulcerosa) dll.).
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya atau terbentuknya alergi: a. kesediaan
atau kecenderungan sebuah organisem untuk berreaksi secara berlebihan terhadap zatzat asing akibat kemampuan organisme itu untuk memproduksi antibodi dengan
berlebihan. Juga kelabilan struktur pembuluh ikut mendukung hal ini. a. sebuah
organisme yang normal (dalam arti tidak mempunyai sifat-sifat tersebut dalam a bisa
juga berreaksi berlebihan jika terjadi kontak dengan antigen dalam jumlah tinggi sekali
(extreme exposure) c. Belakangan ini dikemukakan sebuah teori, bahwa kecenderungan
untuk menjaga kebersihan secara berlebih-lebihan bisa mendukung juga terbentuknya
penyakit alergi, karena kemungkinan tubuh tidak terbiasa lagi kontak dengan antigen
sebagai akibat disingkirkannya antigen-antigen tersebut (yang biasanya dikandung
dalam kotoran sehari-hari) secara mutlak.
Macam-macam alergen:
- alergen inhalatif atau alergen yang masuk melalui saluran pernafasan. Contohnya:
serbuk sari tumbuh-tumbuhan (rumput, macam-macam pohon, dsb.), spora jamur
(aspergillus, cladosporium, penicillium, alternaria dsb.), debu atau bubuk bahan-bahan
kimia atau dari jenis padi-padian/gandum-ganduman (gandum, gandum hitam dsb.), uap
formalin dll.
- alergen ingestif atau alergen yang masuk melalui saluran pencernaan: susu, putih
telur, ikan laut atau ikan air tawar, udang, makanan asal tumbuhan (kacang-kacangan,
arbei, madu dsb.), obat-obat telan.
- alergen kontak atau alergen yang menimbulkan reaksi waktu bersentuhan dengan
kulit atau selaput lendir: zat-zat kimia, zat-zat sintetik (plastik, obat-obatan, bahan
desinfeksi dll.), bahan-bahan yang berasal dari hewan (sutera, woll dll.) atau dari
tumbuh-tumbuhan (jamur, getah atau damar dsb.).
- alergen yang memasuki tubuh melalui suntikanatau sengatan: obat-obatan, vaksin,
racun atau bisa dari serangga seperti lebah atau semut merah).
- implant dari bahan sintetik atau logam (tertentu), bahan-bahan yang digunakan dokter
gigi untuk mengisi lubang di gigi.
- autoalergen ialah zat dari organisme itu sendiri yang keluar dari sel-sel yang rusak
atau pada proses nekrosa jaringan akibat infeksi atau reaksi toksik/keracunan.
Diagnostik/pemeriksaan: Pada kecurigaan adanya alergi setelah anamnesa dan
pemeriksaan tubuh dilakukan dengan teliti, maka langkah pertama ialah melakukan testes alergi:
- tes epikutan: pembubuhan alergen-alergen yang dicurigai bisa menjadi penyebabnya
ke atas foil khusus, yang kemudian ditempelkan (biasanya) ke punggung penderita.
Pada reaksi positif, maka akan timbul bercak merah pada alergen atau alergen-alergen
tersebut.
Spirometri
Tes provokasi inhalatif
Setelah beberapa waktu, spirometri diulangi lagi dan jika tenyata timbul obtsruksi, maka
harus diberikan bronkolitikum/betamimetikum. Tes ini bisa dilakukan di praktik, tetapi
sebaiknya pasien tidak diijinkan pulang selama 1 2 jam untuk menjaga-jaga timbulnya
reaksi lambat, yang terkadang juga bisa berat
Alergi
Apakah sebetulnya alergi itu?
Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera atau
dalam rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat yang
tertentu (alergen).
Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan antibodi humoral,
sedangkan macam ke IVmencakup reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler.
Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini): Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen,
di tubuh akan dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya,
akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator (histamin,
serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of anaphylaxis) akan dilepaskan
(released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut
ialah otot-otot polos (smooth muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi
peningkatan permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma
darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan
pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala atau tandatanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: shok anafilaktis urtikaria, edema Quincke
kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale rinitis vasomotorica
Macam/type II (reaksi imu sitotoksis): Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG
dan IgM dengan bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga
mengakibatkan terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi setelah transfusi
darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan
penyakit-penyakit autoimun.
Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune complex =
precipitate): Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat
(Type Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah
alergen. Proses ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk
komplemen-komplemen intravasal yang mengakibatkan terjadinya kematian atau
nekrosis jaringan. Contoh: fenomena Arthus, serum sickness, lupus eritematodes,
periarteriitis nodosa, artritis rematoida.
Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin): Reaksi ini baru mulai beberapa jam
atau sampai beberapa hari setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari tlimfosit yang telah tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau
peradangan seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluhpembuluh yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa),
contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis, colitis ulcerosa) dll.).
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya atau terbentuknya alergi: a. kesediaan
atau kecenderungan sebuah organisem untuk berreaksi secara berlebihan terhadap zatzat asing akibat kemampuan organisme itu untuk memproduksi antibodi dengan
berlebihan. Juga kelabilan struktur pembuluh ikut mendukung hal ini. a. sebuah
organisme yang normal (dalam arti tidak mempunyai sifat-sifat tersebut dalam a bisa
juga berreaksi berlebihan jika terjadi kontak dengan antigen dalam jumlah tinggi sekali
(extreme exposure) c. Belakangan ini dikemukakan sebuah teori, bahwa kecenderungan
untuk menjaga kebersihan secara berlebih-lebihan bisa mendukung juga terbentuknya
penyakit alergi, karena kemungkinan tubuh tidak terbiasa lagi kontak dengan antigen
sebagai akibat disingkirkannya antigen-antigen tersebut (yang biasanya dikandung
dalam kotoran sehari-hari) secara mutlak.
Macam-macam alergen:
- alergen inhalatif atau alergen yang masuk melalui saluran pernafasan. Contohnya:
serbuk sari tumbuh-tumbuhan (rumput, macam-macam pohon, dsb.), spora jamur
(aspergillus, cladosporium, penicillium, alternaria dsb.), debu atau bubuk bahan-bahan
kimia atau dari jenis padi-padian/gandum-ganduman (gandum, gandum hitam dsb.), uap
formalin dll.
- alergen ingestif atau alergen yang masuk melalui saluran pencernaan: susu, putih
telur, ikan laut atau ikan air tawar, udang, makanan asal tumbuhan (kacang-kacangan,
arbei, madu dsb.), obat-obat telan.
- alergen kontak atau alergen yang menimbulkan reaksi waktu bersentuhan dengan
kulit atau selaput lendir: zat-zat kimia, zat-zat sintetik (plastik, obat-obatan, bahan
desinfeksi dll.), bahan-bahan yang berasal dari hewan (sutera, woll dll.) atau dari
tumbuh-tumbuhan (jamur, getah atau damar dsb.).
- alergen yang memasuki tubuh melalui suntikanatau sengatan: obat-obatan, vaksin,
racun atau bisa dari serangga seperti lebah atau semut merah).
- implant dari bahan sintetik atau logam (tertentu), bahan-bahan yang digunakan dokter
gigi untuk mengisi lubang di gigi.
- autoalergen ialah zat dari organisme itu sendiri yang keluar dari sel-sel yang rusak
atau pada proses nekrosa jaringan akibat infeksi atau reaksi toksik/keracunan.
Diagnostik/pemeriksaan: Pada kecurigaan adanya alergi setelah anamnesa dan
pemeriksaan tubuh dilakukan dengan teliti, maka langkah pertama ialah melakukan testes alergi:
- tes epikutan: pembubuhan alergen-alergen yang dicurigai bisa menjadi penyebabnya
ke atas foil khusus, yang kemudian ditempelkan (biasanya) ke punggung penderita.
Pada reaksi positif, maka akan timbul bercak merah pada alergen atau alergen-alergen
tersebut.
Spirometri
Tes provokasi inhalatif
Setelah beberapa waktu, spirometri diulangi lagi dan jika tenyata timbul obtsruksi, maka
harus diberikan bronkolitikum/betamimetikum. Tes ini bisa dilakukan di praktik, tetapi
sebaiknya pasien tidak diijinkan pulang selama 1 2 jam untuk menjaga-jaga timbulnya
reaksi lambat, yang terkadang juga bisa berat
makalah farmakologi tentang alergi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Alergi adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas) terhadap suatu
bahan/zat asing (alergen). Bentuk reaksi itu macam-macam, bisa berbentuk
ruam kemerahan, penyumbatan (kongesti), pilek, bersin, radang mata, asma,
shock atau bahkan kematian (jarang terjadi).
Alergi sangat dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh. Normalnya sistem
kekebalan tubuh dirancang untuk melawan bakteri, jamur, virus dan benda asing
lainnya. Namun dalam kenyataannya sistem kekebalan tubuh menimbulkan
reaksi yang berlebihan pada benda asing. Reaksi yang berlebihan oleh sistem
kekebalan tubuh terhadap benda asing ini menimbulkan alergi.
Alergi obat terjadi karena tubuh seseorang sangat sensitif sehingga bereaksi
secara berlebihan terhadap obat yang digunakan. Tubuh berusaha menolak obat
tersebut, namun reaksi penolakannya amat berlebihan sehingga merugikan
tubuh sendiri. Reaksi itu bisa berupa gatal, sesak napas, penurunan tekanan
darah, reaksi kulit disertai kelainan pada selaput lendir saluran cerna, sindrom
Stevens-Johnson pada saluran napas dan kemaluan.
Beberapa alergi obat hilang dengan sendirinya beberapa waktu. Tetapi setelah
anda memiliki reaksi alergi terhadap obat-obatan, anda mungkin akan selalu
menjadi alergi obat. Anda juga bisa alergi obat-obatan lainnya yang seperti itu.
Alergi obat merupakan salah satu jenis berbahaya, atau Adverse, reaksi narkoba.
Gejala dan perawatan dari berbagai jenis Adverse reaksi berbeda.
Risiko alergi obat meningkat pada orang yang memiliki bakat alergi atau dalam
istilah kedokteran disebut denganatopi. Untuk menghindari terjadinya alergi
obat, perlu kerja sama antara pasien dan dokter. Pasien harus mengemukakan
pengalamannya menggunakan obat selama ini, apakah obat tertentu membuat
tubuh alergi atau dicurigai menimbulkan alergi.
B. Proses terjadinya alergi
Normalnya benda benda asing yang masuk ke dalam tubuh bisa diidentifikasi
dengan aman dan dapat diabaikan. Alergi terjadi jika sistem kekebalan tubuh
salah mengidentifikasi benda asing sehingga benda asing itu dianggap sebagai
ancaman. Karena di anggap ancaman maka sistem kekebalan tubuh akan
mengeluarkan berbagai macam zat dan antibody untuk melawan benda asing
tersebut. Zat dan senyawa yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk
melawan benda asing yang masuk ke dalam tubuh menimbulkan gejala gejala
alergi bagi tubuh penderita. Benda asing yang menyebabkan alergi disebut
sebagai alergen. Sistem kekebalan tubuh yang berperan dalam proses terjadinya
alergi adalah IgE (immunoglobulin E). Seseorang akan mudah menderita alergi
jika orang tersebut ada riwayat keturunan alergi.
4. Sulfapyridine
5. Sulfadoxine
6. Sulfasalazine
7. Carbamezepine
8. Lamotrigine
9. Phenobartbital
10. Phenytoin
11. Phenylbutazone
12. Nevirapine
13. Oxicam NSAIDs
14. Thiacetazone
Resiko rendah
1. Acetic Acid NSAIDS
2. Aminopenicilins
3. Cephalosporinsquinolones
4. Cyclins
5. Macrolides
Cukup aman
1) Paracetamol (acetaminophen)
Paracetamol adalah suatu senyawa Acetazolamida dari Pirlideniadan termasuk
salah satu nootropikagen yang berpengaruh pada susunan syaraf pusat.
Biasanya akibat darimeminum paracetamol ini tidak mengalami reaksi alergi,jadi
cukup aman.
2) Pyrazolone analgesics
3) Corticosteroid
4) Sertraline
Tak berisiko
1. Aspirin
2. Sulfonylurea
3. Thiazide diuretics
4. Aldactone
5. Calcium channel blockers
6. Statins
7. Hormon
8. Vitamin
Jika Anda alergi salah satu obat-obatan, Anda mungkin alergi lain seperti itu.
Misalnya, jika Anda alergi penisilin, Anda mungkin juga alergi sama obat-obatan
seperti cephalosporins (cephalexin atau cefuroxime, misalnya).
D. Gejala
Gejala alergi dapat mulai dari yang ringan hingga yang berat. Gejala alergi yang
ringan dapat berupa bersin bersin, hidung meler, gatal gatal baik bersifat
lokal atau seluruh tubuh, hidung mampet dan gejala alergi lainnya. Gejala alergi
dapat dapat terlihat pada kulit, mata, hidung, paru-paru dan perut, tergantung
pada jenis alerginya. Gejala-gejala alergi obat bisa mulai dari ringan ke sangat
serius adalah:
1. hives atau welts, ruam, blisters, atau masalah kulit disebut eksim. Ini adalah
yang paling umum gejala alergi obat. Lihat gambar kulit yang disebabkan oleh
reaksi alergi obat.
2. Batuk, wheezing, Hidung, dan kesulitan bernapas.
3. demam.
4. kulit melepuh dan mengelupas. Masalah ini disebut racun berhubung dgn kulit
necrolysis, dan dapat membawa maut jika tidak dirawat.
5. Anaphylaxis, yang merupakan reaksi paling berbahaya. Dapat membawa
maut, dan Anda akan memerlukan perawatan darurat. Gejala, seperti hives dan
kesulitan bernapas, biasanya muncul dalam waktu 1 jam setelah minum obat,
reaksi cepat tanpa perawatan, Anda dapat masuk ke shock.
Gambaran lain yang menandakan adanya alergi obat :
1) Adanya penonjolan kemerahan, seperti orang terkena cacar
2) Adanya biduran
3) Adanya kemerahan pada kulit yang disertai dengan sisik kulit.
4) Adanya perdarahan dalam kulit, seperti kemerahan pada penderita demam
berdarah dengue.
F. Pengobatan
Hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk alergi obat adalah untuk berhenti
meminum obat yang menyebabkan alergi, dan bicara dengan dokter untuk
melihat apakah Anda dapat menggunakan jenis obat lain yang dapat dikonsumsi
tanpa timbul alergi.
a) Jika pasien memiliki reaksi alergi yang mengancam hidup pasien, dokter harus
memberikan epinephrine. Jika pasien mengalami kesulitan bernapas atau jika
mulai mendapatkan hives. Dokter perlu mengambil obat-obatan lainnya, seperti
antihistamines steroid dan obat-obata, dan meletakkan obat-obatan ini secara
langsung ke dalam pembuluh darah (IV).
b) Jika pasien memiliki reaksi alergi ringan, over-the-counter antihistamines
gejala dapat membantu pasien. Namun memiliki efek ngantuk.
c) Jika dokter tidak dapat mengubah obat, dokter dapat mencoba metode yang
disebut desensitization.
1) Pertama yang harus dilakukan adalah mulai mengambil jumlah kecil obat yang
menyebabkan reaksi .
2) Secara perlahan-lahan tingkatkan jumlah dosis pemakaian. Hal ini
memungkinkan pasien mendapatkan sistem kekebalan "digunakan untuk
mendapatkan" obat. Setelah inipasien dapat dipastikan tidak lagi memiliki reaksi
alergi.
Dokter akan mempertimbangkan antara dua jenis obat yaitu untuk memberikan
efek :
a) sistemik (ke selutuh tubuh)
b) hanya topikal (setempat).
Tentunya ini berdasarkan kebutuhan dari pasien dan keadaan pasien.
Obat yang termasuk sistemik adalah obat jenis kortikosteroid yang diberikan
secara diminum, misalnya obat prednison. Dokter juga dapat memberikan obat
antihistamin untuk meredakan rasa gatal.
Pengobatan topikal juga bergantung pada keadaan kulit, apakah kering atau
basah. Jika kering dapat diberikan bedak salisilat. Jika basah akan diberikan
kompres dengan larutan salisilat.
Sebenarnya, penyakit ini dapat disembuhkan apabila kita mampu mengetahui
obat apa atau zat apa yang menyebabkan alergi ini. Akan tetapi terdapat
keadaan tertentu seperti nekrolisis epidermal toksik dan sindrom Steven
Johnson, yang dapat mematikan. Hal ini kembali pada bagaimana kualitas dari
reaksi tubuh tersebut kepada obat yang dipakai.
Pendekatan terhadap alergi saat ini sudah sangat maju. Dari obat-obatan sampai
lewat imunoterapi , alergi obat ini dapat diatasi bila kita mengetahui jenis-jenis
obat.
Obat alergi yang terbaik adalah dengan mencegah alergi tersebut dengan
menghindari alergen/benda yang diketahui menyebabkan alergi. Jika telah terjadi
alergi maka diperlukan obat untuk mengurangi gejala alergi yang terjadi. Obat
alergi yang sering diberikan oleh dokter adalah antihistamin dan kostikosteroid.
Kedua jenis obat tersebut banyak tersedia di apotik namun tetap harus
berdasarkan resep dokter.
Pengobatan gejala alergi yang parah memerlukan pengobatan immunotherapy
oleh dokter ahli alergi dengan memberikan suntikan dari allergen kepada
penderita dengan tujuan membangun ketahanan tubuh terhadap allergen
tersebut. Adapun alergi anafilaksis memerlukan perawatan medis darurat yang
cepat dengan di bawa ke klinik atau RS. Adapun obat yang diberikan untuk
pengobatan alergi anafilaksis adalah dengan suntikan epinefrin dan pemberian
infus.
OBAT ALERGI DAN IMUNITAS
Obat alergi diperlukan untuk mengendalikan gejala alergi dengan menghilangkan
alergen (penyebab alergi). Namun, untuk mengendalikan alergi dalam jangka
panjang disarankan melakukan imunoterapi dengan vaksin antiserum dan
imunologikal.
Obat alergi dapat terbagi dalam 2 golongan yaitu :
1. Obat alergi golongan antihistamin (AH1)
Obat alergi golongan antihistamin ini bekerja menghambat reseptor H1 (AH1)
yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi akibat dilepaskannya histamin.
Histamin inilah yang kemudian menimbulkan reaksi imunitas seperti ruam
kemerahan, gatal-gatal, pilek, bersin, dll.
2. Obat alergi golongan kortikosteroid (kortison)
Kortikosteroid merupakan hormon yang disekresi oleh kelenjar anak ginjal
(adrenal cortex) atau obat-obat yang disintesis dan kerjanya analog dengan
hormon ini. Efek yang ditimbulkan oleh obat ini luas sekali dan dapat dikatakan
mempengaruhi hampir semua sistem dalam tubuh mulai dari keseimbangan
cairan dan elektrolit hingga daya tahan tubuh. Oleh karena itu dalam terapi obat
golongan steorid mempunyai indikasi yang sangat luas. Salah satunya sebagai
anti alergi pada serangan akut dan parah Penggunaan kortikosteorid diusahakan
tidak dalam jangka waktu panjang dan dengan dosis serendah mungkin yang
sudah memberikan efek terapi sesuai indikasinya. Dipilih dulu sediaan yang
nonsistemik (topikal atau inhalasi) karena tidak/sedikit sekali diserap ke dalam
tubuh. Jika obat ini sudah digunakan dalam jangka waktu lama, maka untuk
menghentikannya tidak boleh mendadak, tetapi harus diturunkan perlahanlahan.
G. Pencegahan
Untuk mencegah alergi ini kembali:
a) Yang paling mudah adalah memastikan bahwa pasien tidak lagi mengonsumsi
obat tersebut.
b) Bila pasien, pada kesempatan lainnya, berkonsultasi dengan dokter,
ingatkanlah dokter bahwa pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu.
c) Merubah pola hidup menjadi dasar perbaikan seluruh kondisi alergi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alergi adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas) terhadap suatu
bahan/zat asing (alergen). Bentuk reaksi itu macam-macam, bisa berbentuk
ruam kemerahan, penyumbatan (kongesti), pilek, bersin, radang mata, asma,
shock atau bahkan kematian (jarang terjadi).
Alergi sangat dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh. Normalnya sistem
kekebalan tubuh dirancang untuk melawan bakteri, jamur, virus dan benda asing
lainnya. Namun dalam kenyataannya sistem kekebalan tubuh menimbulkan
reaksi yang berlebihan pada benda asing. Reaksi yang berlebihan oleh sistem
kekebalan tubuh terhadap benda asing ini menimbulkan alergi.
Gejala-gejala alergi obat bisa mulai dari ringan ke sangat serius adalah:
6. hives atau welts, ruam, blisters, atau masalah kulit disebut eksim. Ini adalah
yang paling umum gejala alergi obat. Lihat gambar kulit yang disebabkan oleh
reaksi alergi obat.
7. Batuk, wheezing, Hidung, dan kesulitan bernapas.
8. demam.
9. kulit melepuh dan mengelupas. Masalah ini disebut racun berhubung dgn kulit
necrolysis, dan dapat membawa maut jika tidak dirawat.
10. Anaphylaxis, yang merupakan reaksi paling berbahaya. Dapat membawa
maut, dan Anda akan memerlukan perawatan darurat. Gejala, seperti hives dan
kesulitan bernapas, biasanya muncul dalam waktu 1 jam setelah minum obat,
reaksi cepat tanpa perawatan, Anda dapat masuk ke shock.
B. Saran
Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Untuk mencegah alergi ini kembali:
d) Yang paling mudah adalah memastikan bahwa pasien tidak lagi mengonsumsi
obat tersebut.
e) Bila pasien, pada kesempatan lainnya, berkonsultasi dengan dokter,
ingatkanlah dokter bahwa pasien memiliki alergi terhadap obat tertentu.
f) Merubah pola hidup menjadi dasar perbaikan seluruh kondisi alergi.
Daftar Pustaka
1) (http://www.pediatrik.com/pkb/20060220-k5ms69-pkb.pdf)
2) : http://donadivinamed.wordpress.com/2009/03/17/bio-resonance-therapy/
3) Sumber: wawancara. Ewy
4) Djuanda,adji,Prof,Dr,spkk,dkk.2010. MIMS Indonesia petunjuk
konsultasi.Jakarta.CMP MEDIKA