Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Halaman
LAMPIRAN ………………………………………………………. 22
2/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
DAFTAR TABEL
No. Halaman
3/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
4/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
1. STUDY KASUS (CASE STUDY)
Sebelum kita memulai untuk membahas lebih jauh dan mendetail
mengenai peran communication manager yang dikualifikasikan sebagai
problem solving process fasilitator, ada baiknya kita simak secara singkat
contoh kasus penanganan yang dilakukan oleh praktisi humas untuk
bertindak menyelesaikan masalah secara bertanggung jawab, namun
tetap dapat menjadi fasilitator yang mampu berkomunikasi ke berbagai
pihak yang terkait dalam masalah yang dihadapi perusahaan mereka.
Studi kasus yang penulis pilih dalam makalah ini adalah kasus
yang pernah dialami oleh perusahaan Johnson & Johnson’s, yang
bermula pada meninggalnya delapan orang penduduk Chicago – AS pada
tahun 1982, dan disusul dengan kejadian serupa pada tahun 1986 yang
menewaskan satu orang secara misterius, dimana hasil otopsi yang
dilakukan oleh tim forensik menunjukkan bahwa kesemua orang tersebut
meninggal diakibatkan oleh racun “sianida”, yang dimasukkan secara
sengaja oleh orang yang tidak bertanggung jawab ke dalam kapsul obat
merek Tylenol yang notabene diproduksi oleh Johnson & Johnson’s.
Belakangan diketahui bahwa orang yang memasukan racun sianida
tersebut adalah mantan karyawan perusahaan yang sakit hati karena di
PHK.
Berita tewasnya penduduk Chicago itu tersebar cepat melalui
media massa sehingga mengakibatkan kepanikan di tengah masyarakat,
khususnya kalangan stakeholder seperti: pihak rumah sakit, dokter,
pasien, maupun apoteker. Di sisi lain, dalam bursa saham, harga saham
Johnson & Johnson’s turun hingga 15% dalam periode 30 hari setelah
berita tersebut tersebar di media massa, namun untungnya harga saham
kembali menguat selang 60 hari pasca upaya penyelesaian krisis dengan
upaya penanganan langkah yang tepat, yang dilakukan oleh pihak
managemen.
5/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
Management perusahaan Johnson & Johnson’s bersama dengan
departemen public relationsnya melakukan serangkaian upaya berbasis
dua hal, yaitu: tindakan dan komunikasi, sebagai upaya respon cepat
perusahaan terkait masalah yang mereka hadapi saat itu, antara lain:
1. Memberikan peringatan dan mempublikasikan kepada masyarakat
luas melalui media massa untuk ”menghentikan” mengkonsumsi
kapsul merek Tylenol hingga diketahui secara pasti diwilayah
pemasaran mana saja terdapat penyebaran kapsul beracun itu terjadi
(walaupun akhirnya diketahui wilayah penyebaran kapsul beracun
tersebut hanya terjadi di Chicago saja).
2. Menghentikan kegiatan produksi kapsul Tylenol, dan menghentikan
pula iklan produk obat tersebut di media massa.
3. Menjalin hubungan atau melakukan kontak dengan aparat keamanan,
serta badan POM (pengawas obat dan makanan).
4. Menarik seluruh kapsul Tylenol dari peredaran tanpa terkecuali, di
seluruh AS dan di 14 negara bagian lainnya, untuk kemudian
dilakukan pemusnahan massal, yaitu sebanyak 31 juta botol dengan
estimasi nilai lebih dari US$ 100 juta.
5. Merancang dan memproduksi kemasan kapsul yang baru, dimana
tahan terhadap bocor dan tidak mudah untuk ditembus oleh orang
yang tidak bertanggung jawab.
6. Mengembalikan kapsul Tylenol kemasan baru ke pasaran.
7. Melakukan upaya promosi kembali yang lebih intensif, guna
meyakinkan konsumen atas keamanan, keselamatan, dari kemasan
baru yang kini jauh lebih baik.
6/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
Strategi komunikasi (communication strategy) harus pula
menukung program aksi / tindakan (action program), dimana meliputi
serangkaian tindakan antara lain:
Memberi-tahukan kepada khalayak sasaran, baik internal
maupun eksternal mengenai tindakan apa yang akan / sedang
dilakukan oleh perusahaan.
Membujuk khalayak sasaran untuk dapat menerima dan
mendukung tindakan yang akan / sedang dilakukan oleh
perusahaan.
Mendorong khalayak sasaran yang sudah memiliki sikap
mendukung atau menerima untuk melakukan tindakan.
7/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
2. PENDAHULUAN
Setelah melihat study kasus tadi, kini ada baiknya kita untuk
mengetahui fase – fase perkembangan humas (public relations), dan
definisi serta sejarah humas (public relations) secara singkat.
Menurut Harold Burson (1990), dimana fase perkembangan humas
dipisahkan menjadi tiga fase berdasarkan pembentukan dan fungsinya,
diantaranya:
1. Fase pertama, ditandai dengan awal kelahiran humas (public
relations) di AS, dimana fungsi humas hanya sebatas
menyebarkan dan mendistribusikan pesan dari pihak perusahaan
kepada khalayak umum. Dicirikan dengan management
menggunakan ungkapan, ”How do I say it ? (bagaimana saya
mengatakan hal tersebut?)”. Pada fase ini, humas berfungsi hanya
untuk memberi saran mengenai bagaimana cara untuk
menyampaikan suatu pesan secara baik dan benar.
2. Fase kedua, ditandai pada permulaan tahun 1960-an, dimana
bersamaan dengan munculnya pandangan negatif masyarakat di
AS terhadap sektor industri di negara itu yang digawangi oleh
perusahaan besar. Pada fase kedua ini, management diminta
untuk lebih bertanggung jawab terkait sejumlah isu yang
sebelumnya sering diabaikan oleh perusahaan. Fungsi humas di
fase ini, tidak lagi mengenai bagaimana mengatakan sesuatu tetapi
lebih kepada apa yang harus dikatakan, ”What shall I say?”.
3. Fase ketiga, ditandai pada awal kemunculannya di awal tahun
1980-an, dimana peran humas semakin penting dan strategis,
serta didominasi oleh negara – negara maju, khususnya AS. Pada
fase ini managemen perusahaan sudah meminta pandangan
humas (public relations) mengenai apa yang harus dilakukan,
”What do I do ?”.
8/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
Perkembangan dan peningkatan peran fungsi humas dari waktu ke
waktu, sampai pada akhirnya masuk ke fase ketiga, diantaranya
diakibatkan oleh semakin besarnya tuntutan masyarakat dan pemerintah
terhadap perusahaan – perusahaan pelaku usaha, dan dibarengi juga oleh
kemajuan teknologi komunikasi dan media massa yang menyebabkan
masyarakat akan memberikan reaksi yang sangat cepat terhadap setiap
gerak – gerik, tingkah laku, perbuatan dan tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan meningkatnya
kebutuhan terhadap peran humas.
Seperti pada study kasus diatas (perusahaan Johnson &
Johnson’s), dalam kehidupan keseharian kita pernah mendengar
ungkapan yang berbunyi, ”tindakan itu berbicara lebih nyaring daripada
kata – kata itu sendiri” (actions speak louder than words).
Ungkapan ini juga berlaku bagi praktisi humas (public relations),
dimana masih saja ada praktisi humas yang menganggap komunikasi
adalah segala – galanya. Praktisi humas berparadigma lama tersebut
menganggap bahwa masalah humas dapat diatasi hanya melalui
komunikasi saja, dalam hal ini hanya melalui proses penyampaian pesan
saja, tanpa dibarengi dengan adanya suatu tindakan. Padahal harus
diingat bahwa, sebagian besar masalah humas biasanya muncul akibat
dari suatu perbuatan atau tindakan, baik sengaja ataupun tidak disengaja,
yang dilakukan oleh pihak perusahaan ataupun stakeholder disekitarnya.
Setelah kita memulai membuka pembahasan dengan beberapa hal
mengenai kehumasan di makalah ini, ada baiknya juga kita memahami
dan diawali dengan sejarah singkat humas (public relations), dan definisi
dari humas (public relations) itu sendiri.
9/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
Serikat. Namun pertanyaannya adalah: benarkan PR ditemukan oleh
orang Amerika Serikat?.
Menurut Jefkins (2003: 2), PR atau hubungan masyarakat (humas)
sebenarnya sudah lama dikenal dan dipraktikkan oleh orang sejak
berabad-abad yang lalu. Salah satu contohnya adalah kitab – kitab suci
agama – agama besar di dunia (Islam, Kristen, Hindu, Budha)
mengandung sesuatu bentuk kegiatan humas. Dimana melalui kitab suci
tersebut, manusia berusaha untuk menciptakan suatu pemahaman atas
iman yang mereka anut. Kitab suci menjadi salah satu media humas yang
mereka dan kita terus gunakan dari waktu ke waktu. Dari contoh ini
menjelaskan bahwa kegiatan humas sudah berumur cukup lama.
Menurut Morrissan (2008: 2), sejarah humas modern muncul
sebagai akibat dari revolusi industri yang terjadi di Eropa pada penghujung
tahun 1800-an. Ditandai dengan bermunculannya industri besar yang
memproduksi produk secara massal, dan praktek monopoli, serta
ketertutupan informasi kepada khalayak.
Memasuki abad ke-20, muncul ketiaksenangan masyarakat
terhadap praktik bisnis tidak sehat yang dilakukan oleh pelaku industri,
dan di abad 20 ini, ditandai dengan peran media massa mulai mengambil
alih dengan upaya mempublikasikan kegiatan kotor tersebut kepada
khalayak. Terkait dengan hal tersebut maka banyak perusahaan mulai
mendatangkan ahli komunikasi (pakar humas) untuk upaya menetralisir
isu negatif tersebut. Dan di abad ke -20 inilah untuk pertama kali, ahli
komunikasi disebut sebagai agen pers atau publisitas.
Tokoh pelopor awal kemunculan humas modern yang menjadikan
ahli komunikasi sebagai agen pers atau publisitas menurut Morissan
(2008: 3) adalah Ivy Lee, dimana pada tahun 1903 Ivy bersama rekannya
George Parker membuka kantor publisitas (publicity office), dan
menangani banyak kasus, salah satu yang terkenal adalah menangani
pemogokan pekerja tambang batu bara, yang akhirnya Ivy menerbitkan
suatu “pernyataan prinsip (Declaration of Principles)”, yang intinya berupa
10/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
individu dan perusahaan akan bersikap terbuka dan jujur dalam
berhubungan dengan khalayak.
Saat menjelang Perang Dunia I, Pemerintah Amerika Serikat
menjadi yang pertama mempelopori program humas, yang digawangi oleh
Presiden AS ketika itu – Woodrow Wilson & tim sukses yang bernama
panitia Creel (dipimpin oleh George Creel). Dimana intinya panitia ini
melakukan kegiatan humas berupa slogan “to make the world safe for
democracy”, yang bertujuan untuk mencari dukungan publik AS agar
bersedia membantu pemerintah AS untuk turut serta dalam kancah
Perang Dunia. Strategi komunikasi yang terencana dan terlaksana dengan
baik tersebut berhasil membuat masyarakat memberikan dukungannya
kepada pemerintah AS. Keberhasilan ini mengukuhkan pentingnya humas
bagi organisasi kenegaraan.
Usai Perang Dunia I, muncul dua tokoh pelopor kehumasan
berikutnya, yaitu: Carl Byoir (orang pertama yang membuka perusahaan
kehumasan), dan Edward L. Bernays (orang pertama yang menulis buku
tentang humas – “Crystallizing Public Opinion”).
Era depresi ekonomi, pasca Perang Dunia II di AS, ditandai dengan
khalayak AS memandang curiga dan tidak percaya kepaa perusahaan,
yang mereka duga sebagai kambing hitam penghancuran ekonomi
negara. Pemerintah AS untuk kedua kalinya memanfaatkan peran humas
untuk membangkitkan kepercayaan dan semangat masyarakat AS,
dimana Presiden AS saat itu – Roosevelt melakukan kegiatan humas
dengan cara berkomunikasi dengan rakyatnya melalui media radio, dan
memperkenalkan program reformasi ekonomi yang disebut “New Deal”.
Dialog Roosevelt di radio tersebut dikenang sebagai salah satu
keberhasilan humas dalam mempengaruhi opini publiknya.
Sejak saat itu semua pihak menyadari pentingnya peranan humas
disemua lini, baik kenegaraan, politik, perusahaan, organisasi, dan lain
sebagainya. Dan di zaman post modern saat ini, peran dan fungsi humas
(public relations) menjadi semakin kompleks dan spesifik.
11/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
2.2. DEFINISI HUMAS (DEFINITION OF PUBLIC RELATIONS)
berikut ini, beberapa definisi humas dari pihak-pihak yang terkait
dengan kehumasan:
Diawali dengan definisi public relations yang dibebankan kepada
Foundation for Public Relations Research and Education (1975) dalam
Nova (2009: 31-32) , dimana sebanyak 65 pakar humas, menganalisa 472
definisi humas yang berlainan, dan menyimpulkan definisi public relations
sebagai berikut.
Public Relations is a distinctive management function which helps
establish and maintain mutual lines of communications,
understanding, acceptance, and cooperation between and
organization and its publics; involve the management of problems
or issues; helps management to keep informed on and responsive
to public opinion; defines and emphasizes the responsibility of
management to serve the public interest; help management to
abreast of and effectively utilize change, serving as an early
warning system to help anticipate trends, and uses research and
sound and ethical communication techniques as its principal tools.
12/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
yang dapat dipergunakan untuk menganalisa kecenderungan,
memprediksi konsekuensi yang akan / telah diambil, menasehati para
pemimpin organisasi, dan melaksanakan program yang terencana
mengenai kegiatan – kegiatan yang bertujuan melayani, baik untuk
kepentingan organisasi itu sendiri, ataupun kepentingan publik.
Menurut John Marston dalam Nova (2009: 32), seorang profesor di
bidang komunikasi, mendefinisikan public relations berdasarkan empat
fungsi khusus, yaitu penelitian (research), tindakan (action), komunikasi
(communication), dan evaluasi (evaluation) atau disebut R-A-C-E.
Menurut Sheila Clough Crifasi dalam Nova (2009: 33), seorang
profesor public relations melengkapi formula R-A-C-E, dengan
menambahkan pendekatan tujuan (objective), strategi (strategy), dan
implementasi (implementation), diantara penelitian dan evaluasi. Yang
artinya kunci praktik kegiatan PR haruslah memiliki tujuan yang jelas,
bekerja berdasarkan strategi, dan mampu menerapkan rencana yang
telah ditentukan.
Menurut Dr. Rex harlow dalam bukunya : A Model for Public
Relations Educations for Professional Practices yang diterbitkan oleh
International Public Relations Association (IPRA) 1978 dalam Ruslan
(2008: 16), dimana Public Relations adalah fungsi management yang khas
dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara
organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi
pengertian, penerimaan, dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam
menghadapi persoalan / permasalahan, membantu manajemen untuk
mampu menanggapi opini publik; mendukung manajemen dalam
mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai
sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan penggunaan
penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana
utama.
Menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom
(Cutlip, Center & Broom) dalam Nova (2009: 35), dimana definisi Public
13/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
Relations merupakan fungsi manajemen yang membentuk dan
memelihara hubungan yang saling menguntungkan (simbiosis
mutualisme) antara organisasi dan masyarakat, yang dijadikan sebagai
sandaran tolak ukur keberhasilan atau kegagalannya.
Menurut Majelis Humas Dunia (World Assembly of Public
Relations) dalam Morissan (2008: 8), mendefinisikan humas sebagai:
Public relations is the art and social science of analyzing tends,
predicting their consequences, counseling organization leaders and
implemeting planned programs of action which serve both of
organization’s and the public interest.
14/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
relations), dimana mereka adalah khalayak yang berada di luar organisasi,
seperti konsumen, masyarakat, investor dll.
Ruang lingkup public relations selalu berubah dari waktu ke waktu,
menyesuaikan dengan zaman dan kebutuhannya. Ruang lingkup kerja
public relations yang paling terbaru di dalam bukunya: Effective Public
Relations menurut Cutlip, Center & Broom dalam Morissan (2008: 13):
The contemporary meaning and practice of public relations
includes all of the following activities and specialties (publicity,
advertising, press agentry, public affairs, issues management,
lobbying, and investor relations).
15/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
3.1. TANGGUNG JAWAB MANAJER PR
Tanggung jawab atau tugas utama dari seorang manajer PR
menurut Jefkins (2003: 31), adalah sebagai berikut:
Menetapkan sasaran atau merumuskan tujuan – tujuan dari
kegiatan PR.
Memperhitungkan jam kerja dan sumber daya lainnya yang
nantinya akan menjadi biaya atau sumber pengeluaran.
Menetapkan skala prioritas guna mengembalikan pilihan publik,
media untuk menyampaikan pesan kepada mereka, waktu
operasi, serta optimalisasi penggunaan tenaga kerja dan berbagai
sumber daya lainnya, seperti peralatan, dan analisa penentuan
khalayak (seperti terlihat pada tabel 1.)
Khalayak Utama:
Media massa: Khalayak Puncak:
Editor, Jurnalis, Reporter, Akademisi,
Penulis berita, Fotografer Anak-anak,
koran, Produsen & Editor TV, Pelanggan & konsumen,
Produsen & Editor radio. Kompetitor,
Distributor,
Pengguna akhir,
Lembaga keuangan,
Pemerintahan asing,
Eksternal Masyarakat luas,
Lembaga resmi bidang kesehatan,
Pihak internasional yang berpengaruh,
PERUSAHAAN Para analis investasi,
Pencipta pendapat,
Masyarakat sekitar,
Pemerintah daerah,
Internal Profesi medis,
Pasar uang,
Pemimpin pendapat umum,
Perusahaan – perusahaan Anggota DPR,
rekanan, Agen (resellers),
Calon pegawai, Pengecer,
Pegawai yang sudah ada, Bursa saham,
Pihak management, Pelajar / Mahasiswa,
Para pegawai baru, Pemasok,
Rekanan di luar negeri, Guru,
Pemilik saham, Para Profesional,
Serikat pekerja Asosiasi dagang, dll
16/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
tertentu sesuai dengan alokasi dana yang tersedia, kemampuan
para staf karyawan, dan ketersediaan berbagai macam peralatan
penunjang.
17/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
Manajer PR yang dikualifikasikan sebagai fasilitator proses
pemecahan / penyelesaian masalah, haruslah mampu membuat strategi
public relations yang baik sesuai dengan empat langkah proses public
relations (tabel 2). Empat langkah proses public relations ibarat proses
pemintalan benang (wheel spinning), dimana jaringan antara perputaran
gelondongan benang dengan gelondongan lainnya haruslah berputar
(proses) dengan kecepatan yang seirama dan kontinu.
IMPLEMENTASI STRATEGI
18/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
3.4. EMPAT LANGKAH PROSES PUBLIC RELATIONS
Setelah kita mengetahui peran dari Manajer PR, dimana salah
satunya adalah menentukan langkah – langkah penyelesaian masalah
ketika terjadi kondisi krisis di perusahaan. Kini waktunya kita mulai masuk
kepada setiap langkah proses public relations secara lebih jelas, guna
pemenuhan kualifikasi Manajer PR sebagai fasilitator dalam proses
penyelesaian masalah.
Paradigma lama beranggapan, dimana pekerjaan sebagai PR
adalah bertugas untuk membina hubungan baik dengan masyarakat di
sekitar perusahaan, dan sifatnya cenderung seremonial, serta hasil
pekerjaan PR tidak dapat diukur tingkat keberhasilannya. Sampai tahun
1970-an di Amerika Serikat, banyak praktisi PR yang menganggap bahwa
PR merupakan sebuah pekerjaan yang berorientasi pada seni (art)
sehingga bersifat abstrak.
Di zaman sekarang, paradigma lama mengenai PR mulai bergeser
secara bertahap, dimana saat ini pekerjaan PR bukan hanya sebatas
membina hubungan baik dengan masyarakat (seremonial), namun sudah
lebih kompleks dan nyata (real), salah satunya adalah menggunakan PR
(humas) sebagai kegiatan pemecahan / penyelesaian masalah. Dan
dalam pemecahan masalah PR, maka praktisi humas dituntut untuk
mendasarkan pekerjaan dan perannya dengan menggunakan riset atau
penelitian, mengaplikasikan teori – teori komunikasi terbarui guna
mengolah data – data yang ada, dan pada akhirnya melakukan evaluasi,
serta penarikan kesimpulan.
Di zaman modern sekarang ini fungsi manajemen PR dituntut untuk
mampu membuat langkah – langkah perencanaan dengan tujuan yang
konkret sehingga pada saat evaluasi nantinya semua kegiatan PR yang
telah direncanakan dapat diukur tingkat kegagalan maupun
keberhasilannya. Dengan demikian, maka pandangan paradigma lama
yang menganggap kerja PR tidak dapat diukur hasilnya, kini sudah tidak
relevan lagi karena kini fungsi PR harus dapat dipertanggung-jawabkan.
19/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
Beberapa langkah untuk menjadikan kerja PR dapat diukur dan
dievaluasi, maka harus melalui tahapan langkah sebagai berikut:
20/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
4. Melakukan riset humas.
Riset humas menjadi penting menurut Glen M. Broom & david M.
Dozier (1990: 20) dalam Morissan (2008: 125), karena seorang
praktisi humas (PR) tidak dapat melakukan kegiatan humas
dengan efektif dan berhasil, tanpa melakukan riset terlebih dahulu.
Riset humas (PR) dapat diklasifikasikan berdasarkan metodenya,
yaitu: riset formal (berdasarkan penggunaan metode ilmiah dan
teori – teori yang sudah teruji: penelitian survei dan analisis isi),
dan riset informal (berdasarkan pengamatan terbatas, wawancara,
dan metode yang digunakan tidak seketat metode riset formal).
21/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
2. Membuat pernyataan misi (mission statements),
Dimana pernyataan misi adalah sesuatu yang ideal yang ingin
icapai oleh perusahaan yang dibuat untuk memberikan arahan
dan tujuan kepada mereka yang bekerja di dalam perusahaan.
3. Membuat dan mengacu pada teori kerja (working theory),
Teori kerja berfungsi untuk membimbing para pelaksana, dimana
saat membuat program kerja nantinya, teori kerja dapat digunakan
untuk bagaimana pemilihan taktik maupun strategi dalam
melaksanakan pekerjaan. Teori kerja juga berfungsi mewakili ide
dan pandangan praktisi PR mengenai apa yang diharapkan
terjadi, sehingga dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa
pembuatan program kerja adalah pelaksanaan suatu teori.
4. Penentuan target khalayak (audiens),
Penentuan target khalayak ini menjadi salah satu sasaran
program kerja PR, dimana sasaran harus jelas, terspesifik, agar
tujuan, strategi, dan taktik yang ingin dikerjakan dapat
menghasilkan sesuatu hasil yang optimal. Praktisi PR dalam hal
ini manajer PR haruslah mendapat kejelasan mengenai
karakteristik setiap khalayaknya, karena tanpa penentuan karakter
yang jelas maka tidak akan membantu banyak praktisi PR dalam
merencanakan program kerjanya.
5. Menuliskan tujuan program (program objectives).
Langkah terakhir ini pada dasarnya bertujuan untuk menjelaskan
hasil apa saja yang harus dicapai pada setiap khalayak sasaran.
Tujuan program haruslah menjelaskan secara konkret teori kerja
(working theory) yang mendukung terlaksananya program,
biasanya dalam bentuk urutan sebab akibat. Tujuan program
haruslah mengemukakan hasil – hasil yang diinginkan dan dalam
urutan seperti apa, berlaku hingga kapan, dan seberapa besar
hasil yang diinginkan sehingga tujuan program dapat tercapai.
22/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
3.4.3. LANGKAH KETIGA: BERTINDAK & BERKOMUNIKASI
Pada tahap ini sudah masuk kepada implementasi, dimana
mencakup tindakan apa saja yang akan dilakukan, dan pesan apa saja
yang ingin disampaikan, serta jenis media apa yang akan digunakan untuk
menyampaikan pesan yang dimaksud.
Menurut Morissan (2008: 183 – 224), untuk menentukan tindakan
dan komunikasi maka diperlukan beberapa langkah, antara lain:
1. Membuat strategi aksi (action strategy),
Strategi aksi atau strategi tindakan PR mencakup beberapa hal
termasuk melakukan perubahan pada kebijakan, prosedur, jasa,
dan tingkah laku organisasi atau perusahaan.
2. Membuat komponen strategi komunikasi,
Seperti kita tahu, strategi tindakan merupakan penggerak utama
program humas dan biasanya strategi ini bersifat abstrak atau
tidak mudah ikenali oleh pihak luar. Untuk mengimplementasikan
strategi komunikasi ini, maka manajer PR haruslah berkomunikasi
dan melakukan beberapa hal berikut, diantaranya: (a) membingkai
pesan, (b) memiliki nilai berita, (c) semiotika atau penggunaan
tanda terkait dengan arti atau makna yang ingin disampaikan, (d)
menggunakan simbol, (e) stereotip
3. Melakukan penyebaran Pesan (deliver message),
Proses penyebaran pesan yang ingin dikirimkan harus benar –
benar diarahkan dengan tingkat ketepatan yang tinggi agar dapat
mencapai sasarannya. Harus diingat bahwa, komunikator
(penyampai pesan) harus mampu menyampaikan pesan dalam
bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh penerimanya,
sesuai dengan kebutuhan dan ketertarikan si penerima pesan.
4. Melakukan upaya pemilihan media & beriklan.
Pemilihan media yang tepat berguna untuk menentukan
keberhasilan penyebaran pesan kepada khalayak sasaran.
23/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
3.4.4. LANGKAH KEEMPAT: EVALUASI PROGRAM PR
Langkah terakhir ini mencakup penilaian atau evaluasi atas
persiapan, pelaksanaan dan hasil – hasil program. Langkah ini dapat
dilanjutkan setelah ada penyesuaian, perbaikan atas tindakan komunikasi
yang telah dilakukan berdasarkan umpan balik (feed back) yang diterima.
Menurut Morissan (2008: 225 – 255), untuk evaluasi program PR
maka diperlukan beberapa langkah, antara lain:
1. Evaluasi tahap persiapan,
Evaluasi terhadap tahap persiapan program humas (PR)
mencakup suatu penilaian yang bersifat subjektif dan objektif,
meliputi: (a) kecukupan dalam pengumpulan latar belakang
masalah, (b) pengaturan dan isi materi program, (c) pengemasan
serta presentasi materi program yang telah dibuat.
2. Evaluasi tahap pelaksanaan,
Evaluasi ini sering dilakukan untuk menilai tahap implementasi.
Tahap evaluasi pelaksanaan digunakan untuk menilai seberapa
efektif pelaksanaan suatu program PR serta seberapa evektif
pesan yang disebarkan kepada khalayak sasaran.
3. Evaluasi tahap efek,
Pada tahapan ini, pengukuran efek mencatat seberapa jauh hasil
yang telah dicapai untuk masing – masing target khalayak maupun
keseluruhannya, sebagaimana yang dinyatakan dalam tujuan
program. Tahapan ini digunakan untuk mengukur berbagai
variabel pengetahuan, kesadaran, dan pemahaman khalayak
sebelum program PR dimulai dan dibandingkan dengan hasil
pengukuran setelah program dilaksanakan. Intinya, evaluasi
keseluruhan penilaian atas dampak dari seluruh program PR,
apakah berhasil ataukah tidak.
Demikian identifikasi kualifikasi peran Manajer PR(communication
manager) sebagai fasilitator proses penyelesaian masalah.
24/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
25/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©
Lampiran 1. SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH
26/26
PERAN COMMUNICATION MANAGER YANG DIKUALIFIKASIKAN
SEBAGAI PROBLEM SOLVING PROCESS FASILITATOR.
MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS – 2010 ©