Você está na página 1de 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai
makanan bagi bayinya (WHO, 2004).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0 6 bulan tanpa
memberikan makanan atau minuman lain. Menurut ahli kesehatan, bayi pada usia
tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya dengan ASI saja. Manfaat ASI eksklusif yaitu
agar bayi kebal terhadap beragam penyakit pada usia selanjutnya (Depkes, 2007).
Pendapat yang dikemukakan oleh Utami Roesli (2004), ASI eksklusif atau lebih
tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biscuit, bubur nasi dan tim.
Menurut Peratutan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 pada Ayat 1 diterangkan Air
Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan
kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau
mengganti dengan makanan atau minuman lain. Semula Pemerintah Indonesia
menganjurkan para ibu menyusui bayinya hingga usia empat bulan. Namun, sejalan
dengan kajian WHO mengenai ASI eksklusif, Menkes lewat Kepmen No 450/2004
menganjurkan perpanjangan pemberian ASI eksklusif hingga enam bulan.
II.2 Kandungan ASI
ASI mengandung banyak nutrisi, antara lain albumin, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim dan zat kekebalan dengan porsi yang
tepat dan seimbang. Komposisi ASI bersifat spesifik pada tiap ibu, berubah dan berbeda
dari waktu ke waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi saat itu (Roesli, 2005).
Roesli (2005) mengemukakan perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari (stadium
laktasi) sebagai berikut:
1. Kolostrum (colostrum/susu jolong)
Kolostrum adalah cairan encer dan sering berwarna kuning atau dapat pula jernih yang
kaya zat anti-infeksi (10-17 kali lebih banyak dari susu matang) dan protein, dan keluar
pada hari pertama sampai hari ke-4/ke-7. Kolostrum membersihkan zat sisa dari saluran
pencernaan bayi dan mempersiapkannya untuk makanan yang akan datang. Jika
dibandingkan dengan susu matang, kolostrum mengandung karbohidrat dan lemak
lebih rendah, dan total energi lebih rendah. Volume kolostrum 150-300 ml/24 jam.
2. ASI transisi/peralihan
4

ASI peralihan keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang.
Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi
dan volume akan makin meningkat. ASI ini keluar sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke10/ke-14.
3. ASI matang (mature)
Merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya, komposisi
relatif konstan.
4. Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit
ASI yang pertama disebut foremilk dan mempunyai komposisi berbeda dengan ASI
yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk dihasilkan sangat banyak sehingga cocok
untuk menghilangkan rasa haus bayi. Hindmilk keluar saat menyusui hampir selesai
dan mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk, diduga hindmilk
yang mengenyangkan bayi.
5. Lemak ASI makanan terbaik otak bayi
Lemak ASI mudah dicerna dan diserap bayi karena mengandung enzim lipase yang
mencerna lemak. Susu formula tidak mengandung enzim, sehingga bayi kesulitan
menyerap lemak susu formula.
Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, dan asam
arakhidonat) suatu asam lemak esensial untuk myelinisasi saraf yang penting untuk
pertumbuhan otak. Lemak ini sedikit pada susu sapi.
Kolesterol ASI tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan otak.
Kolesterol juga berfungsi dalam pembentukan enzim metabolisme kolesterol yang
mengendalikan kadar kolesterol di kemudian hari sehingga dapat mencegah serangan
jantung dan arteriosklerosis pada usia muda.
6. Karbohidrat ASI
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula) dan kandungannya lebih banyak
dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20-30 % lebih banyak dari susu
sapi. Salah satu produk dari laktosa adalah galaktosa yang merupakan makanan vital
bagi jaringan otak yang sedang tumbuh.
Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan
tulang. Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu,
Lactobacillis bifidus. Fermentasi laktosa menghasilkan asam laktat yang memberikan
suasana asam dalam usus bayi sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
7. Protein ASI
Protein utama ASI adalah whey (mudah dicerna), sedangkan protein utama susu sapi
adalah kasein (sukar dicerna). Rasio whey dan kasein dalam ASI adalah 60:40,
sedangkan dalam susu sapi rasionya 20:80. ASI tentu lebih menguntungkan bayi,
karena whey lebih mudah dicerna dibanding kasein.
5

ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung lactoglobulin dan


bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. Selain itu, pemberian ASI
eksklusif dapat menghindarkan bayi dari alergen karena setelah 6 bulan usus bayi mulai
matang dan bersifat lebih protektif.
ASI juga mengandung lactoferin sebagai pengangkut zat besi dan sebagai sistem imun
usus bayi dari bakteri patogen. Laktoferin membiarkan flora normal usus untuk tumbuh
dan membunuh bakteri patogen. Zat imun lain dalam ASI adalah suatu kelompok
antibiotik alami yaitu lysosyme.
Protein istimewa lainnya yang hanya terdapat di ASI adalah taurine yang diperlukan
untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, juga penting untuk pertumbuhan retina. Susu
sapi tidak mengandung taurine sama sekali.
8. Faktor pelindung dalam ASI
ASI sebagai imunisasi aktif merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi. Selain
itu, ASI juga berperan sebagai imunisasi pasif yaitu dengan adanya SIgA (secretory
immunoglobulin A) yang melindungi usus bayi pada minggu pertama kehidupan dari
alergen.
9. Vitamin, mineral dan zat besi ASI
ASI mengandung vitamin, mineral dan zat besi yang lengkap dan mudah diserap oleh
bayi.
II.3 Manfaat ASI Eksklusif
Menurut Roesli (2004) manfaat ASI bagi bayi yaitu:
1. ASI sebagai nutrisi
Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih sehat dan lebih jarang sakit, karena ASI
mengandung berbagai zat kekebalan.
3. ASI meningkatkan kecerdasan
ASI mengandung nutrien khusus yaitu taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang
(DHA, AHA, omega-3, omega-6) yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal.
Nutrien tersebut tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi. Oleh karena itu,
pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal.
4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang.
Perasaan terlindung dan disayangi pada saat bayi disusui menjadi dasar perkembangan
emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
5. Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi yaitu sebagai berikut:
a. Melindungi anak dari serangan alergi.
b. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.
c. Membantu pembentukan rahang yang bagus.
d. Mengurangi risiko terkena penyakit diabetes, kanker pada anak, dan diduga
mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.
6

e. Menunjang perkembangan motorik bayi.


Menurut Roesli (2004) menyusui juga memberikan manfaat pada ibu, yaitu:
1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan (post partum)
Menyusui bayi setelah melahirkan akan menurunkan resiko perdarahan post partum,
karena pada ibu menyusui peningkatan kadar oksitosin menyababkan vasokontriksi
pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini menurunkan
angka kematian ibu melahirkan.
2. Mengurangi terjadinya anemia
Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia karena kekurangan
zat besi. Karena menyusui mengurangi perdarahan.
3. Menjarangkan kehamilan
Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak hamil pada 6 bulan
pertama setelah melahirkan dan 96% tidak hamil sampai bayi berusia 12 bulan.
4. Mengecilkan rahim
Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali
ke ukuran sebelum hamil.
5. Ibu lebih cepat langsing kembali
Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak
yang tertimbun selama hamil.
6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker
Pada umumnya bila wanita dapat menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih,
diduga akan menurunkan angka kejadian carcinoma mammae sampai sekitar 25%, dan
carcinoma ovarium sampai 20-25%.
7. Lebih ekonomis/murah
Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula dan
perlengkapan menyusui. Selain itu, pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk
berobat bayi karena bayi jarang sakit.
8. Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI dapat segera diberikan tanpa harus menyiapkan atau memasak air, tanpa harus
mencuci botol, dan tanpa menunggu agar suhunya sesuai.
9. Memberi kepuasan bagi ibu
Saat menyusui, tubuh ibu melepaskan hormon-hormon seperti oksitosin dan prolaktin
yang disinyalir memberikan perasaan rileks/santai dan membuat ibu merasa lebih
merawat bayinya.
10. Portabel dan praktis
Air susu ibu dapat diberikan di mana saja dan kapan saja dalam keadaan siap minum,
serta dalam suhu yang selalu tepat.
11. Ibu yang menyusui memiliki resiko yang lebih rendah untuk terkena banyak
penyakit, yaitu endometriosis, carcinoma endometrium, dan osteoporosis.
II.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI
1. Makanan Ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak
secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.
Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila
sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak
mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar
pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna,
dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila ibu yang sedang
menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi
kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga
mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang
sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan (Arifin, 2004). Makanan yang harus
dihindari oleh ibu menyusui adalah alkohol, merokok, dan juga hindari makanan
pedas seperti sambal dan makanan beraroma keras karena dapat membuat bau
tertentu pada ASI dan akan mengganggu bayi. Ini juga bisa membuat bayi sakit
perut (Gupte, 2004).
2. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu
dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk
ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui
bayinya, reflek tersebut adalah reflek Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang
penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Jumlah prolaktin yang
di sekresi dan jumlah susu yang di produksi berkaitan dengan besarnya stimulus
isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi mengisap. Ejeksi susu dari alveoli
dan duktus susu terjadi akibat refleks let down. Let-down reflex mudah sekali
terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan
gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak
keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru
membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex (jurnal Arifin,
2004).
3. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan
memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin
lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu
8

dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang
mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan
atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu
selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin
buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang
memuji penggunaan susu buatan (Arifin, 2004).
4. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil
yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah
produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh
karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang
uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon
oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI (Arifin, 2004).
5. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu memeriksa
putting susu, mempersiapkan payudara dengan mengurut payudara selama 6
minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat
penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan.
II.5 Hambatan Menyusui Secara Eksklusif Pada Ibu
Hambatan ibu untuk menyusui terutama secara eksklusif sangat bervariasi. Namun,
yang paling sering dikemukakan sebagai berikut (Roesli, 2005):
1. ASI tidak cukup
Merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif.
Walaupun banyak ibu yang merasa ASI-nya kurang, tetapi hanya sedikit (2-5%) yang
secara biologis memang kurang produksi ASInya. Selebihnya 95-98% ibu dapat
menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya.
2. Ibu bekerja
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja,
bayi dapat diberi ASI perah. Kebijakan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan
pemberian ASI oleh pekerja wanita telah dituangkan dalam kebijakan Pusat Kesehatan
Kerja Depkes RI pada tahun 2009.
3. Alasan kosmetik
Survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tahun 1995 pada ibu-ibu SeJabotabek, diperoleh data bahwa alasan pertama berhenti memberi ASI pada anak
adalah alasan kosmetik. Ini karena mitos yang salah yaitu menyusui akan mengubah

bentuk payudara menjadi jelek. Sebenarnya yang mengubah bentuk payudara adalah
kehamilan
4. Adanya anggapan bahwa tidak diberi ASI bayi tetap tumbuh
Anggapan tersebut tidak benar, karena dengan menyusui berarti seorang ibu tidak
hanya memberikan makanan yang optimal, tetapi juga rangsangan emosional, fisik, dan
neurologik yang optimal pula. Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa bayi ASI
eksklusif akan lebih sehat, lebih tinggi kecerdasan intelektual maupun kecerdasan
emosionalnya, lebih mudah bersosialisasi, dan lebih baik spiritualnya.
5. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja
Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena terlalu sering didekap
dan dibelai, ternyata salah. Menurut DR. Robert Karen dalam bukunya, The Mystery of
Infant-Mother Bond and Its Impact on Later Life, anak akan tumbuh menjadi kurang
mandiri, manja, dan agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu diperhatikan
oleh orang tua.
6. Susu formula lebih praktis
Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan api atau
listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril, dan perlu waktu untuk
mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara itu, ASI siap pakai dengan
suhu yang tepat setiap saat.
7. Takut badan tetap gemuk
Pendapat ini salah, karena pada waktu hamil badan mempersiapkan timbunan lemak
untuk membuat ASI. Timbunan lemak ini akan dipergunakan untuk proses menyusui,
sedangkan wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan
timbunan lemak ini.
II.6 Peran Pemerintah Dalam Meningkatkan Pemberian ASI
Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif
dengan berbagai cara. Menerbitkan peraturan dan perundang-undangan mengenai
pemberian

ASI

eksklusif

pun

sudah

dilakukan.

Kepmenkes

RI

No.450/MENKES/IV/2004, merupakan salah satu upaya kementrian kesehatan dalam


rangka meningkatkan pemberian ASI eksklusif, dalam undang-undang ini diatur agar
semua tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan agar
menginformasikan kepada semua Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI
Eksklusif. Dalam Keputusan Mentri Kesehatan ini diputuskan Sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM). Isi dari LMKM tersebut adalah:
1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian
Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua
petugas.
10

2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk
menerapkan kebijakan tersebut.
3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2
tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang
dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui setelah
30 menit ibu sadar.
5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan
menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru
lahir.
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam
sehari.
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama
dan frekuensi menyusui
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu
kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana
Pelayanan Kesehatan.
Selain upaya di atas, pada tahun 2012 Pemerintah RI mengesahkan Peraturan
Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif. Dalam peraturan
ini pemerintah RI mengatur fungsi dan peranan pemerintah dari segala jajaran mulai
dari tingkat pusat sampai daerah untuk mendukung dan melaksanakan program
peningkatan pemberian ASI eksklusif. Peraturan ini juga mengatur lembaga pemerintah
dan lembaga kesehatan untuk memberikan edukasi mengenai pemberian ASI eksklusif,
tatacara dan isi edukasi yang disampaikan turut diatur dalam peraturan ini.
Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI juga mengeluarkan kebijakan tentang pemberian ASI
pada pekerja wanita. Kebijakan ini mengemukakan strategi untuk pemberian ASI pada
pekerja wanita. Isi strategi tersebut adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pihak manajemen untuk meningkatkan
status kesehatan ibu pekerja dan bayinya.
2. Memantapkan tanggung jawab dan kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah
yang terkait , asosiasi pengusaha, serikat pekerja, LSM dalam program pemberian ASI
di tempat kerja dan meningkatkan produktivitas kerja
3. Mengupayakan agar setiap petugas dan sarana pelayanan kesehatan di tempat kerja
mendukung perilaku menyusui yang optimal melalui penerapan 10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui yang merupakan standar internasional.
11

4. Mengupayakan fasilitas yang mendukung PP-ASI bagi ibu yang menyusui di tempat
kerja dengan :
- Menyediakan sarana ruang memerah ASI
- Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI.
- Menyediakan materi penyuluhan ASI
- Memberikan penyuluhan
5. Mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi pekerja wanita
melalui pembinaan dan dukungan penuh dari pihak pengusaha.
II.7 Penyuluhan
Penyuluhan adalah proses penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan,
teknologi maupun seni. Lebih lengkapnya penyuluhan dapat diartikan sebagai proses
aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun
proses perubahan perilaku (Behaviour) yang merupakan perwujudan dari
Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/ pihak
lain, baik secara langsung atau tidak langsung. Sedangkan menurut Depkes (2002),
penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau
mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk
dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.
Seiring dengan kebijakan otonomi daerah melalui pencanangan paradigma sehat,
kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM) yang telah bertahun-tahun
dilakukan Departemen Kesehatan sebagai bentuk kegiatan Pendidikan Kesehatan,
diganti dengan istilah Promosi Kesehatan. Sebagaimana tercantum dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Dari pengalaman bertahun-tahun pelaksanaan promosi atau penyuluhan kesehatan
masyarakat mengalami berbagai hambatan dalam rangka mencapai tujuannya, yaitu
mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakat. Dari berbagai aspek terkait dalam
Promosi Kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian secara seksama adalah tentang
metode dan alat peraga yang digunakan dalam promosi kesehatan.
Dengan metode yang benar dan penggunaan alat peraga yang tepat sasaran, maka
materi atau bahan isi yang perlu dikomunikasikan dalam promosi kesehatan akan
12

mudah diterima, dicerna dan diserap oleh sasaran, dicapai dan Indera penerima dari
sasaran promosi.
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi,
Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.
1. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan
sasaran. Termasuk di sini antara lain: kunjungan rumah, pertemuan diskusi
(FGD), pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka
dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media).
Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb.
2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a. Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah,
hubungan telepon, dan lain-lain
b. Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok
sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain:
Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain.
c. Pendekatan Masal
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada
sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan
ini

adalah:

Pertemuan

umum,

pertunjukan

kesenian,

Penyebaran

tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll.


3. Berdasarkan Indera Penerima
a. Metode Melihat/memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui
indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo,
Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film.
b. Metode Pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera
pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll.
c. Metode Kombinasi. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat,
didengar, dicium, diraba dan dicoba).

13

Wilbur Schramm mencermati pemanfaatan media sebagai suatu teknik untuk


menyampaikan pesan, di mana ia mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa
informasi/pesan instruksional. Yusuf hadi Miarso memandang media secara luas/makro
dalam sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang
dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.
Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas yaitu sebagai
alat bantu pembelajaran. Sehingga media penyuluhan memiliki beberapa pengertian,
sebagai berikut:
Media Penyuluhan adalah semua sarana dan alat yang digunakan dalam proses
penyampaian pesan.
Media Penyuluhan adalah wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian/minat.
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat
meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya
kearah positif terhadap kesehatan.
Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan yang
disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari
pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya keperilaku yang
positif.
Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan
penyuluhan kesehatan antara lain adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Media dapat mempermudah penyampaian informasi.


Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
Media dapat memperjelas informasi.
Media dapat mempermudah pengertian.
Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.
Media dapat memperlancar komunikasi
Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan

informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran,
Terdapat lima model klasifikasi, yaitu menurut: (1) Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3)
Allen, (4) Gerlach dan Ely, dan (5)Ibrahim.
Menurut Schramm, media digolongkan menjadi media rumit, mahal, dan media
sederhana. Schramm juga mengelompokkan media menurut kemampuan daya liputan,
yaitu (1) liputan luas dan serentak seperti TV, radio, dan facsimile; (2) liputan terbatas
14

pada ruangan, seperti film, video, slide, poster audio tape; (3) media untuk belajar
individual, seperti buku, modul, program belajar dengan komputer dam telepon.
Menurut Gagne, media diklasifikasi menjadi tujuh kelompok, yaitu : benda untuk di
demonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film
bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajaran tersebut dikaitkan
dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang dikembangkan,
yaitu pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh prilaku belajar, memberi
kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan
pemberi umpan balik.
Menurut Allen, terdapat sembilan kelompok media, yaitu: visual diam, film,
televisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks
cetak, dan sajian lisan. Di samping mengklasifikasikan, Allen juga mengaitkan antara
jenis media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Allen melihat
bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk tujuan belajar tertentu tetapi lemah
untuk tujuan belajar yang lain. Allen mengungkapkan enam tujuan belajar, antara lain:
info faktual, pengenalan visual, prinsip dan konsep, prosedur, keterampilan, dan sikap.
Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan kemampuan untuk mencapai tujuan
belajar; ada tinggi, sedang, dan rendah.
Menurut Gerlach dan Ely, media dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri fisiknya atas
delapan kelompok, yaitu benda sebenarnya, presentasi verbal, presentasi grafis, gambar
diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan simulasi.
Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks
tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua
dimensi; media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio; media proyeksi; televisi,
video, komputer. Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut,
akan mempermudah para guru atau praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan media
yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan
karakteristik pebelajar, akan sangat menunjang efisiensi dan efektivitas proses dan hasil
pembelajaran.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media penyuluhan
dibagi menjadi 3 yakni:
a. Media cetak

15

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran


sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini
adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan
pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi
kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup
banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik,
mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak
memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan
mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam
media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media
cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami,
lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh
panca

indera,

penyajiannya

dapat

dikendalikan

dan

diulang-ulang

serta

jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih
tinggi,sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan
matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan
dan keterampilan untuk mengoperasikannya.
c. Media luar ruang
Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun
elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar
lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai
informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca
indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari
media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk
produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah,
memerlukan

keterampilan

penyimpanan

dan

keterampilan

untuk

mengoperasikannya.

16

Você também pode gostar