Você está na página 1de 6

TUGAS GEOLOGI GEOFISIKA

ANALISA GUNUNG API

Oleh :
ILLAVI PEBRIAN PRASETI
121810201027

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014

ANALISA GUNUNG SINABUNG

Gunung Sinabung merupakan salah satu gunung api di Indonesia yang aktif yang
terletak di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Ketinggian gunung
Sinabung mencapai 2460 m. Gunung tersebut tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600,
tetapi mendadak aktif kembali, meletus pada tahun 2010, dan letusan terakhir gunung
tersebut terjadi sejak September 2013. Gunung yang memiliki ketinggian 2.460 m (8.071
feet) ini telah memuntahkan lava serta debu dan pasir vulkaniknya ke udara. Keluarnya awan
panas guguran sering diikuti gemuruh yang terdengar hingga 8,5 hingga 10 kilometer kearah
tenggara. Gempa vulkanik dalam masih muncul dengan jumlah konstan, rata-rata 20 kali
sehari. Sedangkan gempa guguran rata-rata dalam sehari terjadi 200 kali.
1. Asal-Usul Terbentuknya Gunung Sinabung
Keberadaan sebuah gunung api merupakan fenomena alam yang dapat
memberikan nilai positif, disamping juga nilai negatifnya. Ketersediaan lahan
perkebunan yang subur dan bentang alam yang indah merupakan salah satu nilai
positif dari keberadaan sebuah gunung api. Secara ilmu kebumian, terbentuknya
sebuah gunung api tidak lepas dari proses dinamika bumi yang tidak pernah berhenti.
Adanya perbedaan tekanan dalam perut bumi yang mengakibatkan naiknya material
panas (magma) dari lapisan bumi yang naik ke permukaan, mendorong permukaan
kulit bumi sehingga membentuk undukan yang kita kenal sebagai sebuah gunung api.

Teori lempeng tektonik menyatakan bahwa kulit bumi (kerak bumi) yang
disebut litosfer terdiri dari lempengan yang mengambang di atas lapisan yang lebih
padat yang disebut astenosfer. Ada 2 jenis kerak bumi yaitu kerak samudra dan kerak
benua. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, akibat adanya aliran
panas yang mengalir di astenosfer menyebabkan kerak bumi pecah menjadi bagianbagian yang lebih kecil. Bagian-bagian itulah yang disbeut lempeng kerak bumi
(lempeng tektonik). Aliran panas tersebut untuk selanjutnya menjadi sumber kekuatan
terjadinya pergerakan lempeng. Karena adanya pergerakan lempeng tektonik itulah
maka akan terbentuk gunung api.
Gunung api terbentuk karena adanya gerakan magma sebagai arus
konveksi, dimana arus tersebut menyebabkan gerakan dari kerak bumi. Gerakan kerak
tersebut juga disebut pergerakan antar lempeng (teori tektonik lempeng), tebagi
menjadi 3 bentuk gerakan :
a. Saling menjauh (divergen), menyebabkan terjadinya pemekaran kerak benua,
magma keluar melalui rekahan tersebut dan membentuk gunung api tengan
samudera.
b. Saling bertumbukan (convergent), kerak samudera menumbuk dan menunjam di
bawah kerak benua, membentuk zona subdaksi dan terjadi peleburan batuan di
zona tersebut, magma bergerak dan menerobos sehingga membentuk busur
gunung api benua.
c. saling bergeser sejajar berlawanan arah (transform) antar kerak benua yang
menyebabkan timbulnya rekahan, sesar mendatar
Salah satu gunung api yang terbentuk yaitu gunung sinabung. Gunung
sinabung terbentuk karena adanya pergerakan lempeng (pertemuan lempeng IndoAustralia dan lempeng Eurasia) yang saling mendekat yang dapat menyebabkan
terjadinya tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak
benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan
batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur
gunung api di tepi benua. Daerah penunjaman tersebut membentuk palung yang
dalam dan merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Sementara itu di belakang jalur
penunjaman akan terjadi aktivitas vulkanisme dan terbentuknya cekungan
pengendapan.
2. Kondisi Geologi
Gunung Api Sinabung yang terletak di provinsi Sumatra Utara termasuk
dalam gunung api yang jarang diteliti, baik dari segi geologi maupun ilmu kebumian

lainnya. Jarangnya penelitian tersebut dilakukan karena gunung api tersebut dulunya
(sebelum tahun 2010) masuk dalam kategori gunung api tipe B atau setelah tahun
1600 belum pernah meletus. Hal tersebut membuat banyak ahli gunung api di
Indonesia memfokuskan penelitiannya pada gunung-gunung api tipe A atau gunung
api yang pernah meletus setelah tahun 1600.
Gunung Sinabung, berdasarkan pemetaan geologi, merupakan gunung api
stratovolcano, artinya berbentuk kerucut disusun oleh perlapisan antara lava dan tuf
(abu volkanik). Di puncak Sinabung ditemukan empat kawah yang membentuk
kelurusan hampir utara-selatan, saling tumpang-tindih. Tiga kawah bagian utara sudah
mati, satu kawah paling selatan masih aktif. Boleh diduga bahwa kelurusan utaraselatan ini merupakan sesar/patahan cabang (splay fault, synthetic) yang secara
regional terhubung ke Sesar Sumatra. Di gunung-gunung api Sumatra, magma hasil
peleburan mantel dan air dari kerak samudera di zona subduksi naik ke permukaan
melalui celah besar Sesar Sumatra, sehingga gunung-gunung api di Sumatra terjadi
tak jauh dari Sesar Sumatra yang membelah bagian barat Sumatra dari ujung utara ke
ujung selatan sepanjang sekitar 1700 km.
Banyak aliran lava purba mengalir di lereng Sinabung, tetapi tak diketahui
pasti itu hasil erupsi kapan. Karbon datang yang pernah dilakukan pada satu arang
mungkin ex fragmen pohon yang diterjang lava menghasilkan umur sekitar 1200
tahun yang lalu (menurut Volcano Discovery). Maka diduga bahwa Sinabung pernah
meletus pada sekitar tahun 800 M. Tetapi literatur-literatur pada umumnya
menyebutkan bahwa Sinabung meletus terakhir pada tahun 1600.
Sinabung meskipun memang tak ada catatan meletus sejak 1600, bukan
gunung api mati sebab pada tahun 1912 dilaporkan terjadi aktivitas solfatara di
puncaknya. Aktivitas solfatara artinya ada semburan uap dan gas belerang panas dari
retakan-retakan di permukaan tanah/batuan. Aktivitas solfatara menunjukkan gunung
api sedang tidur, bukan mati. Saat ini Gunung Sinabung sedang meletus hebat. Bila
aktivitas kegempaan (volkanik) dan hembusan/emisi gas SO 2 masih tinggi, itu
menunjukkan bahwa aktivitas erupsi Sinabung belum akan berakhir sebab kegempaan
dan gas SO2 itu menunjukkan ada massa magma yang tengah naik ke permukaan.
Dampak lain yang berbahaya adalah hujan di tengah musim hujan ini. Hujan akan
mendatangkan lahar yang memindahkan material volkanik dari atas ke bawah. Lahar

adalah aliran pekat yang sangat kuat yang bisa merenggut apa pun yang dilaluinya.
Jadi, lebih dari 25.000 pengungsi harus tetap berada di tempat pengungsian, dibuat
cukup nyaman di sana, sebab karakter Sinabung bisa tak terduga, kita belum
mengenalnya dengan baik.
3. Komponen Penyusun Gunung Sinabung
Gunung Sinabung memiliki bentuk atau tipe gunung api berupa strato.
Gunung api strato adalah gunung api yang berbentuk seperti kerucut. Gunung
semacam ini makin lama akan makin bertambah tinggi. Tipe erupsinya akan muncul
dengan karakter letusan mengeluarkan abu vulkanik. Gunung api yang berkawah dan
memiliki lapangan solfatara atau fumarola ketika meletus (erupsi) memiliki tipe
erupsi berupa tipe eksplosif.
Gunung sinabung terbentuk oleh muntahan material gunung api berupa
piroklastik yang berselingan dengan lava. Gunung sinabung bertipe strato dengan
komposisi intermedier, terdapat kawah atau kubah lava dengan ketinggian antara
2000-3000 m diatas permukaan laut. Penyusun utama gunung ini adalah lava dan abu
volkanik andesitik dasitik berumur Plistosen-Holosen (artinya sebelum 1,8 juta
tahun yang lalu gunung ini tidak ada).
Karakteristik letusan gunung Sinabung semakin membahayakan dan mirip
dengan gunung Merapi. Potensi erupsi susulan yang terjadi juga masih tinggi. Jenis
letusan gunung api ini bersifat eksplosif (letusan sangat kuat akibat tekanan gas
magma dan menyemburkan bahan-bahan vulkanik yang padat dan cair). Lava yang
mengalir dari strato volcano biasanya dingin dan mengeras sebelum menyebar jauh
karena viskositas yang tinggi. Magma yang membentuk lava dan bersifat asam
mengandung silica tingkat menengah hingga tinggi.
4. Material yang Dikeluarkan Oleh Gunung Sinabung Ketika Meletus
Meletusnya gunung Sinabung diakibatkan karena terjadinya endapan
magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.
Material-material yang dikeluarkan ketika gunung ini meletus adalah sebagai berikut :
a. Magma
Cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi,
yakni diperkirakan lebih dari 1.000 C.
b. Lava dan Aliran Pasir serta Batuan Panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke
permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai
sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang

membeku

akan

membentuk

bermacam-macam

batuan.

Suhu

lava yang

dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 C. Letusan gunung berapi yang membawa


batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan
lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.

c. Gas Vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain
Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur
dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan nyawa manusia.
d. Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material
lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
e. Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan.
Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dapat dirasakan sampai
ratusan kilometerjauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
f. Awan Panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini
terdapat batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih
besar dari 600 C. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar yang dahsyat
pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat
menyebabkan sesak napas.

Você também pode gostar