Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pembimbing:
dr. Suhardiyono, Sp.OT
Disusun Oleh :
Anita Mayasari
H2A01000
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
1
STATUS PASIEN
1. ANAMNESIS
A. Identitas
Nama
: Ny.S
Umur
: 64 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
No. CM
: 48.22.44
Tanggal Periksa
: 14 Juli 2015
B. ANAMNESIS
dan nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang wanita 64 tahun datang dengan keluhan adanya luka robek di
pergelangan kaki kanan dan terasa nyeri setelah jatuh terpeleset
ditangga rumahnya sore hari sebelum masuk RS. Saat jatuh posisi kaki
pasien terekuk kedalam dan setelah itu tidak dapat berdiri
ORIF tibia fibula sinistra 1/3 distal datang ke RSUD Tugurejo dengan
keluhan nyeri dan bengkak pada pergelangan kaki sebelah kiri. Nyeri
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul.
Pasien juga mengeluh bengkak pada pergelangan
kaki, sehingga
: Disangkal
: Ya, pada 1 bulan yang lalu
2. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum
: baik, kooperatif
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
RR
: 20x/menit
Suhu
: 37 C ( axiller )
Kepala
: mesosefal
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Leher
Thorax
Cor
Inspeksi
Palpasi
midclavicularis sinistra.
Perkusi : Batas jantung
kiri bawah
: ICS V, 2 cm ke medial linea midclavicularis
sinistra
kiri atas
: ICS II linea sternalis sinistra
kanan atas : ICS II linea sternalis dextra
pinggang
: SIC III linea parasternalis sinistra
Kesan
: konfigurasi jantung normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, bising (-), gallop(-)
Pulmo
Depan
Inspeksi
Palpasi
Belakang:
Inspeksi
Palpasi
Abdomen
Inspeksi
(-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal, Bising usus (+) normal
: cembung, spider nevi (-), sikatriks (-), striae (-), caput medusa
Perkusi
abdomen
Palpasi
: supel, nyeri tekan epigastrik (-), hepar tidak teraba, lien tidak
Superior
Inferior
Akral dingin
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Edema
-/ -
Sensibilitas
+/-
+/+
+/+
Gerak
+/+
sulit dinilai/+
Kekuatan
5/5
sulit dinilai/5
Tonus
N/N
sulit dinilai/N
Reflek fisiologis
+/+
sulit dinilai/+
Reflek patologis
-/-
-/-
Vulnus ekskoriasi
+/-
+/+
Vulnus Laseratum
-/-
+/-
Motorik:
Status lokalis
Feel
: nyeri tekan (+), pulsasi arteri dorsalis pedis (+), teraba hangat
pada sekitar luka, sensasi (+), capp refill (< 2), saat palpasi
pus (+)
Movement : nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), Range of
Movement terbatas
Kesan : infeksi pada luka post operasi di pergelangan kaki kiri
3.
DIAGNOSIS SEMENTARA
Osteomielitis Akut Ankle Sinistra
4.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
b.
c.
Darah Rutin
Gula Darah
X-Foto Os Cruris sinistra ( foto dilakukan setelah operasi ORIF pada 26
Mei 2014)
Diagnosa Kerja
Osteomielitis Akut Ankle Sinistra
6.
Penatalaksanaan
IP.Tx :
-
Wound toilet
Konsul ke dokter
spesialis
ortophedi
untuk
penanganan
selanjutnya.
IP.Mx : Keadaan umum, tanda vital
IP.Ex :
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis dari tulang
dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik.
B. Patogenesis
Infeksi dalam sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui beberapa
cara. Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka penetrasi langsung, melalui
penyebaran hematogen dari situs infeksi didekatnya ataupun dari struktur lain yang
jauh, atau selama pembedahan dimana jaringan tubuh terpapar dengan lingkungan
sekitarnya.
Osteomielitis hematogen adalah penyakit masa kanak-kanak yang biasanya
timbul antara usia 5 dan 15 tahun.Ujung metafisis tulang panjang merupakan tempat
predileksi untuk osteomielitis hematogen. Diperkirakan bahwa end-artery dari
pembuluh darah yang menutrisinya bermuara pada vena-vena sinusoidal yang
berukuran jauh lebih besar, sehingga menyebabkan terjadinya aliran darah yang
lambat dan berturbulensi pada tempat ini. Kondisi ini mempredisposisikan bakteri
untuk bermigrasi melalu celah pada endotel dan melekat pada matriks tulang. Selain
itu, rendahnya tekanan oksigen pada daerah ini juga akan menurunkan aktivitas
fagositik dari sel darah putih. Dengan maturasi, ada osifikasi total lempeng fiseal dan
ciri aliran darah yang lamban tidak ada lagi. Sehingga osteomielitis hematogen pada
orang dewasa merupakn suatu kejadian yang jarang terjadi.
Infeksi hematogen ini akan menyebabkan terjadinya trombosis pembuluh
darah lokal yang pada akhirnya menciptakan suatu area nekrosis avaskular yang
kemudian berkembang menjadi abses. Akumulasi pus dan peningkatan tekanan lokal
akan menyebarkan pus hingga ke korteks melalui sistem Havers dan kanal Volkmann
hingga terkumpul dibawah periosteum menimbulkan rasa nyeri lokalisata di atas
daerah infeksi. Abses subperiosteal kemudian akan menstimulasi pembentukan
involukrum periosteal (fase kronis). Apabila pus keluar dari korteks, pus tersebut
akan dapat menembus soft tissues disekitarnya hingga ke permukaan kulit,
membentuk suatu sinus drainase.
Faktor-faktor sistemik yang
dapat
mempengaruhi
perjalanan
klinis
10
C. Insidens
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula
ditemukan pada bayi dan infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak
perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur,
tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula.
Penyebab osteomielitis pada anak-anak adalah kuman Staphylococcus aureus
(89-90%), Streptococcus (4-7%), Haemophilus influenza (2-4%), Salmonella typhii
dan Eschericia coli (1-2%).
11
D. Klasifikasi Osteomielitis
Beberapa sistem klasifikasi telah digunakan untuk mendeskripsikan
ostemielitis. Sistem tradisional membagi infeksi tulang menurut durasi dari timbulnya
gejala : akut, subakut, dan kronik. Osteomielitis akut diidentifikasi dengan adanya
onset penyakit dalam 7-14 hari. Infeksi akut umumnya berhubungan dengan proses
12
hematogen pada anak. Namun, pada dewasa juga dapat berkembang infeksi
hematogen akut khususnya setelah pemasangan prosthesa dan sebagainya.
Durasi dari osteomielitis subakut adalah antara 14 hari sampai 3 bulan.
Sedangkan osteomielitis kronik merupakan infeksi tulang yang perjalanan klinisnya
terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini berhubungan dengan adanya nekrosis tulang
pada episentral yang disebut sekuester yang dibungkus involukrum.
Sistem klasifikasi lainnya dikembangkan oleh Waldvogel
yang
E. Presentasi Klinis
1. Osteomielitis hematogenik akut
Secara klinis, penderita memiliki gejala dan tanda dari inflamasi akut. Nyeri
biasanya terlokalisasi meskipun bisa juga menjalar ke bagian tubuh lain di dekatnya.
Sebagai contoh, apabila penderita mengeluhkan nyeri lutut, maka sendi panggul juga
13
14
15
Infeksi jaringan lunak biasanya tidak dapat dilihat pada radiograf kecuali
apabila terdapat oedem. Pengecualian lainnya adalah apabila terdapat infeksi
yang menghasilkan udara yang menyebabkan terjadinya gas gangrene.
Udara pada jaringan lumak ini dapat dilihat sebagai area radiolusen, analog
dengan udara usus pada foto abdomen.
16
2) Ultrasound
Berguna untuk mengidentifikasi efusi sendi dan menguntungkan untuk
mengevaluasi pasien pediatrik dengan suspek infeksi sendi panggul.
3) Radionuklir
Jarang dipakai untuk mendeteksi osteomielitis akut. Pencitraan ini sangat
sensitif namun tidak spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang. Umumnya,
infeksi tidak bisa dibedakan dari neoplasma, infark, trauma, gout, stress
fracture, infeksi jaringan lunak, dan artritis. Namun, radionuklir dapat
membantu untuk mendeteksi adanya proses infeksi sebelum dilakukan
prosedur invasif dilakukan.
4) CT Scan
17
G. Terapi
Osteomielitis akut harus diobati segera. Biakan darah diambil dan pemberian
antibiotika intravena dimulai tanpa menunggu hasil biakan. Karena Staphylococcus
merupakan kuman penyebab tersering, maka antibiotika yang dipilih harus memiliki
spektrum antistafilokokus. Jika biakan darah negatif, maka diperlukan aspirasi
subperiosteum atau aspirasi intramedula pada tulang yang terlibat. Pasien diharuskan
untuk tirahbaring, keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan, diberikan
antipiretik bila demam, dan ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Perbaikan klinis
biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian antibiotika. Jika tidak ditemukan
perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah.
Terapi antibiotik biasanya diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan
osteomielitis. LED dan CRP sebaiknya diperiksa secara serial setiap minggu untuk
memantau keberhasilan terapi. Pasien dengan peningkatan LED dan CRP yang
persisten pada masa akhir pemberian antibiotik yang direncanakan mungkin memiliki
infeksi yang tidak dapat ditatalaksana secara komplit. Kondisi dapat terjadi pada
pasien dengan retensi alat ortopedi, debridemen jaringan nekrotik yang inkomplit,
immunocompromised, atau resistensi terhadap antibiotik. Idealnya, eksplorasi bedah
18
harus dilakukan pada pasien ini untuk menentukan apakah dibutuhkan terapi
tambahan.
Keberhasilan terapi pada infeksi muskuloskeletal membutuhkan intervensi
bedah untuk menghilangkan jaringan mati dan benda asing. Jaringan nekrotik
melindungi kuman dari leukosit dan anitibiotik. Pada fraktur terbuka, semua soft
tissues yang mati dan semua fragmen tulang bebas harus dibersihkan dari luka. Pada
osteomielitis kronik, sequestrum harus dibuang seluruhnya dengan meninggalkan
involukrum tetap ditempatnya. Kulit, lemak subkutan, dan otot harus didebridemen
secara tajam hingga berdarah. Untuk mendeteksi viabilitas dari cancellous bone,
ditandai dengan adanya perdarahan dari permukaan trabekula.
Pada beberapa kasus, infeksi sudah terlalu berat dan luas sehingga satusatunya tindakan terbaik adalah amputasi dan pemasangan prothesa. Bila proses akut
telah dikendalikan, maka terapi fisik harian dalam rentang gerakan diberikan. Kapan
aktivitas penuh dapat dimulai tergantung pada jumlah tulang yang terlibat. Pada
infeksi luas, kelemahan akibat hilangnya tulang dapat mengakibatkan terjadinya
fraktur patologis.
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila
involukrum telah cukup kuat; mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.
Kegagalan pemberian antibiotika dapat disebabkan oleh :
a. Pemberian antibiotika yang tidak sesuai dengan mikroorganisme
b.
c.
d.
e.
f.
penyebab
Dosis yang tidak adekuat
Lama pemberian tidak cukup
Timbulnya resistensi
Kesalahan hasil biakan
Antibiotika antagonis
19
H. Komplikasi
Komplikasi dari osteomielitis antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
Abses tulang
Bakteremia
Fraktur
Selulitis
Fistel
I. Prognosis
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II.
Jakarta: EGC
2. Abdul, Hamid R. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Infeksi pada Patah Tulang Terbuka. Thesis. Universitas
Diponegoro. Diakses tanggal 28 April 2014
3. http://www.netterimages.com/image/10375.htm
4. Kumpulan Kuliah Bedah. Jakarta : Bagian Bedah Staf Pengajar
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1992
5. King, RW. Osteomyelitis. December 9, 2009 (cited February 1, 2010).
Available at http://emedicine.medscape.com/article/785020-overview
6. Sabiston, DC. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Edisi ke-1. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 1994
7. Skinner H. Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics. New
Hampshire : Appleton & Lange ; 2003
21
22