Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
dari kliennya tentang apa yang diderita atau terjadi pada kliennya
Daniel Bell (1973) : Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari
termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak
formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok /
badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani
masyarakat,
menggunakan
etika
layanan
profesi
dengan
dalam masyarakat
Paul F. Comenisch (1983) :Profesi adalah "komunitas moral" yang
jawab
Doni Koesoema A : Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud
sebagai jabatan di dalam suatu hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian
tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut serta
pelayananbaku terhadap masyarakat
Kesimpulan:
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Sebuah profesi tidak dapat dipegang oleh
sembarang orang, akan tetepi memerlukan suatu pendidikan dan pelatihan khusus
untuk itu.
Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan
yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan
tidak memiliki aturan serumit seperti profesi.
2. Informasi sehubungan dengan kode etik akuntansi
Mayoritas masyarakat setiap harinya selalu terkena dampak dari pengambilan
keputusan
yang
dilakukan
oleh
akuntan.
Masyarakat
tersebut
berivestasi,
akuntan tersebut,
diperlukan adanya standar baik bagi cara pelaporan akuntansi maupun standar etika
bagi diri akuntan tersebut. Di Amerika terdapat badan yang bernama American
Institute of Certified Public Accountants yang mana bertugas untuk mengatur standar
yang berkaitan dengan etika akuntan. Selain itu, SEC juga akan memberikan sanksi
bagi akuntan, perusahaan dan kantor akuntan yang melakukan tindakan tidak etis.
Selain itu, standar yang diberlakukan saat ini untuk pelaporan keuangan
adalah IFRS, dimana lebih menekankan judgement para professional dalam
memutuskan sesuatu. Oleh karena itu, perapan kode etik bagi setiap akuntan sangat
penting agar tidak terjadi penyalahgunaan profesi.
Tujuan dari kode etik profesi akuntansi ini diantaranya adalah:
Integritas seorang akuntan professional harus tegas dan jujur dalam semua
keterlibatannya dalam hubungan profesional dan bisnis.
Objectivitas
dan
Independensi :
seorang
anggota
harus
memberikan layanan audit dan jasaatestasi lainnya. (section 55, article IV)
Due Care : seoarng anggota harus mematuhi standar teknis dan etis profesi,
berusaha terus menerus untuk menigkatkan kompetensi dan layanan dalam
melaksanakan tanggung jawab professional dengan kemampuan terbaik yang
umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian
profesional dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja.
b.
Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui kornitmen untuk belajar dan
melakukan peningkatan professional termasuk di antaranya perkembangan
akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional.
6. Kerahasiaan
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan
antara anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir. Kerahasiaan harus
dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah diberikan atau
terdapat kewajiban legal(hukum) atau profesional untuk mengungkapkan
informasi. Tidak menggunakan atau terlibat menggunakan informasi tersebut
untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga. Anggota yang
mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima jasa tidak
boleh mengungkapkannya ke publik.
7. Perilaku Profesional
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi
hams dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung-jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar professional. Standar teknis dan standar professional yang
harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan
pengaturan perundang-undangan yang relevan kemudian dijalankan dengan
integritas dan objektivitas.
102. Integritas dan Objektivitas:harus bebas dari benturan kepentingan dan tidak
boleh membiarkan faktor salah saji material.
200. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
201. Standar Umum
a. Kompetensi Profesional
b. Kecermatan dan keseksamaan professional
c. Perencanaan dan supervise
d. Data relevan yang memadai.
202. Kepatuhan terhadap Standar
Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review,
kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa professional lainnya wajib
mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh
IAI.
203. Prinsip- prinsip Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan :
(1) Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau
dan keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau
(2) Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku.
300. Tanggung Jawab Kepada Klien
301. Informasi Klien yang Rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia
tanpa persetujuan dari klien.
302. Fee Profesional
400. Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi
401. Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
402. Komunikasi AntarAkuntan Publik
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila akan
mengadakan perikatan audit menggantikan akuntan publik pendahulu
403. Perikatan Atestasi
Akuntan Publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis
atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang
lebih dahulu ditunjuk oleh klien.
Dua faktor penting yang berpengaruh bagi profesi akuntan publik di Indonesia adalah
Kode Etik IAPI dan Kementrian Keuangan dan Bapepam-LK. Kode etik
dimaksudkan untuk memberikan standar perilaku bagi seluruh anggota IAPI,
Bapepam-LK berwenang untuk menetapkan standar etika dan independensi bagi para
auditor perusahaan publik.
Kode etik IAPI memberikan standar umum atas perilaku yang ideal dan ketetapan
peraturan yang spesifik yang mengatur perilaku. Saat ini IAPI sedang mengadopsi
Kode Etik bagi Para Akuntan Profesional dari IFAC (IFAC Code of Ethics for
Professional Accountants). Kode etik tersebut akan segera di terapkan pada seluruh
anggota UPI.
Prinsip-Prinsip Dasar Etika Profesional
Kelima prinsip etika dalam Bagian A kode etik profesional dimaksudkan untuk
diterapkan pada seluruh anggota dan bukan hanya mereka yang melakukan praktik
publik. Kelima prinsip yang harus diterapkan auditor adalah sebagai berikut.
1.
Integritas.Para auditor harus terus terang dan jujur serta melakukan praktik
2.
Objektivitas.
auditor
harus
tidak
berkompromi
dalam
memberikan
dan keterampilan profesional mereka dalam tingkat yang cukup tinggi, dan tekun
dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka ketika memberikan jasa
profesional.
4.
selama tugas profesional maupun hubungan dengan klien. Para auditor tidak boleh
menggunakan informasi yang sifatnya rahasia dari hubungan profesional mereka,
5.
pun kemampuan mereka, dan tidak boleh membuat perbandingan yang melecehkan
atau tidak berdasar terhadap pesaing.
Prinsip-Prinsip Umum
Kode Etik Akuntan Profesional (The Code of Ethics for Profesional Accountants)
mengadopsi prinsip-prinsip umum. Prinsip-prinsip umum ini akan memberikan dasar
untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi ancaman terhadap prinsipprinsip utama.
Kredibilitas
Profesionalisme
Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa
akuntan sebagai profesional dibidang akuntansi.
3.
Kualitas Jasa
Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan
dengan standar kinerja tertinggi.
4.
Kepercayaan
Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika
profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian
(1) Prinsip Etika, disahkan oleh Kongkres
(2) Aturan Etika, disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan
(3) Interpretasi Aturan Etika, dibentuk oleh Himpunan
anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas
dan melebihi yang disyaratkan oleh hukum clan peraturan.
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan
pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan
rekan
.
Sumber:
http://www.iaiglobal.or.id/v02/keanggotaan/?act=anggota&page=11
http://sofiyasmin27.blogspot.com/search?updated-max=2014-1227T15:00:00%2B07:00&max-results=7
http://openstorage.gunadarma.ac.id/handouts/S1_Akuntansi/Etika%20dan%20Profesi
%20Akuntansi/Kode%20Etik%20(Aturan%20Etika).ppt
http://kodeetikiai.blogspot.com/
http://www.iaiglobal.or.id/v02/keanggotaan/?act=anggota&page=11
(1
Kode Etik IAI adalah aturan perilaku etika akuntan dalam memenuhi tanggung
jawab profesionalnya
(2
a.
b.
c.
(3
Kode Etik IAI dirumuskan oleh Badan yang khusus dibentuk untuk tujuan
(4
)
Why are Accounting Ethics Important?
Prinsip Etika Profesi Menurut IAI
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat 4 (empat) kebutuan
dasar yang harus dipenuhi.
Kredibilitas.
Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
Profesionalisme.
Diperlukan individu yang denga jelas dapat diindentifikasikan oleh pamakai jasa
akuntan sebagai profesional dibidang akuntansi.
Kualitas Jasa.
Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan
dengan stndar kinerja yang tinggi.
Kepercayaan
Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika
profesional yang melandasi pemeberian jasa oleh akuntan.
2. Prinsip Etika Profesi Akuntan
Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya.
Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa
profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik
yang paling mutakhir.
Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau
hukum untuk mengungkapkannya.
Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhatihati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima
jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.