Você está na página 1de 1

Analisa

Berdasarkan hasil beberapa gambar yang didapatkan dari data yang sudah di
inputkan, dimana data tersebut telah di tentukan terlebih dahulu. Pada simulasi ini,
ada dua data, dimana dari data tersebut menghasilkan gambar gambar yang
berbeda pula. Namun dari tersebut ada beberapa elemen yang di inputkan
mempunyai nilai sama, yaitu SOI.
Pada simulasi pertama, di inputkan jumlah elemen sebanyak 7, spacing
elemen = 0.4 , SOI (Signal Of Interest) = 1 dengan phase 45 dan Signal Not of
Interest 1 dan phase kedua 30. Sehingga, beamforming linier array memiliki
bentuk lobe/beam yang berbeda pula. Pada lobe yang mempunyai phase 45
mempunyai bentuk yang lebih lebar dan dan menonjol di karenakan ia sebagai SOI
atau signal yang diinginkan sehingga disebut juga sebagai main lobe sedangkan
pola lobe pada 30 tidak memiliki beam minimum karena sebagai SNOI yang tidak
diinginkan .
Pada simulasi kedua, di inputkan jumlah elemen sebanyak 10, spacing
elemen = 0.5 , SOI (Signal Of Interest) = 1 dengan phase 60 dan Signal Not of
Interest 2 dan phase kedua 45. Sehingga, beamforming linier array memiliki
bentuk lobe/beam yang berbeda pula. Pada lobe yang mempunyai phase 45
mempunyai bentuk yang lebih lebar dan dan menonjol di karenakan ia sebagai SOI
atau signal yang diinginkan sehingga disebut juga sebagai main lobe sedangkan
pola lobe pada 30 tidak memiliki beam minimum karena sebagai SNOI yang tidak
diinginkan .
Hal tersebut di atas membuktikan bahwa beamforming merupakan sebuah
metode yang digunakan untuk membuat pola radiasi dari antena array dengan cara
menambahkan nilai dari phasa sebuah sinyal dengan mengutamakan signal yang
diinginkan, dan meminimalisir bahkan menull-kan pola dari signal yang tidak
diinginkan.

Você também pode gostar