Você está na página 1de 52

Seputar MERKURI

Diposkan oleh Langit Biru

A. KASUS PENCEMARAN
Salah satu fungsi dari raksa adalah sebagai bahan penambangan emas, yaitu pada
saat pengolahan bijih emas. Namun pengolahan emas dengan menggunakan raksa sangat
berbahaya karena dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang sangat merugikan
bahkan hingga mampu menelan korban jiwa. Sebagaimana kasus pencemaran yang
terjadi di Teluk Buyat pada beberapa tahun lalu. Berikut kutipan laporan dari wartawan
Republika Sandhi Eko Bramono tentang merkuri dan arsen di teluk buyat;
Merkuri dan Arsen di Teluk Buyat
Republika Online
Laporan : Sandhi Eko Bramono
Peristiwa pencemaran yang terjadi di Teluk Buyat,
Sulawesi Utara, akhir- akhir ini cukup memberikan
keprihatinan yang mendalam bagi bangsa
Indonesia.Penyebabnya adalah pencemaran air laut akibat
logamberat arsen (As) dan merkuri (Hg) yang telah melebihi
nilai ambang batas yang ditetapkan. PT Newmont Minahasa
Raya merupakan perusahaan yang dituding sebagai biang
keladi pencemaran ini, karena membuang tailing (batuan dan
tanah sisa ekstraksi bijih emas) ke dasar laut di Teluk
Buyat. Tak pelak lagi, tragedy Minamata yang pernah terjadi
di Jepang pada era 1960-an, dapat terulang di Indonesia
saat ini. Saat itu, terjadi pencemaran merkuri dalam kadar
yang tinggi di Teluk Minamata, Jepang. Dampaknya,
masyarakat sekitar yang mengonsumsi ikan menderita penyakit
gangguan syaraf dan kanker yang terjadi setelah sekian
belas tahun perusahaan batu baterai dan aki yang ada di
sana beroperasi. Haruskah ini terulang di Indonesia?
Kandungan tailing
Tailing merupakan batuan dan tanah yang tersisa dari
suatu proses ekstraksi bijih logam, seperti bijih emas dan
bijih tembaga. Tailing dihasilkan dalam jumlah yang luar
biasa besar dari segi volume, mengingat dalam 1 ton tanah
yang mengandung bijih emas, hanya terdapat 0.001 ton emas
murni! Dapat dibayangkan bahwa akan tersisa 0.999 ton tanah
(yang dikenal sebagai tailing) serta membutuhkan penanganan
lanjut setelah kegiatan penambangan tersebut. Tailing tidak
hanya berisi tanah dan batuan, namun juga mengandung unsurunsur logam berat lainnya yang tidak ekonomis untuk

diekstraksi dari kawasan pertambangan tersebut, seperti


alumunium (Al), antimony (Sb), dan timah (Sn). Sesungguhnya
logam-logam ini terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas
dan rendah dalam tailing. Namun volume tailing yang sangat
besar, menjadikan kuantitas yang ada akan cukup besar,
serta dapat memberikan dampak negatif jika dibuang tanpa
pengolahan yang tepat sebelumnya. Sedangkan merkuri dan
arsen berasal dari bahan kimia yang ditambahkan selama
proses pengekstraksian bijih emas yang dilakukan. Senyawa
arsenik digunakan sebagai bahan tambahan untuk mengikat
emas dengan lebih baik (senyawa amalgam) dalam kadar yang
lebih tinggi. Namun setelah emas terikat pada arsen,
dilakukan proses pemanggangan (roasting) bijih emas yang
telah terikat arsen tersebut. Saat proses pemanggangan,
arsen akan terlepas sebagai gas dan terjadi reduksi
konsentrasi arsen dalam bijih tersebut. Proses pengolahan
gas buang hasil pemanggangan dilakukan dengan penyemprotan
(scrubbing) pada alat pengendali pencemaran udara wet
scrubber. Air yang berperan sebagai scrubber dalam proses
tadi masih membutukan penanganan lebih lanjut sebelum
dibuang ke laut bersama sisa tailing yang ada. Senyawa
merkuri juga digunakan sebagai senyawa amalgam untuk emas
(membantu pengikatan emas) dalam tailing yang akan
diekstraksi. Tailing yang mengandung bijih emas akan
terikat bersama merkuri. Untuk mengurangi kadar merkuri
pada pengolahan tailing tersebut, umumnya dilakukan
pemerasan dengan menggunakan fabric filter. Merkuri sisa
perasan yang tersisa dalam bentuk cair tersebut, juga harus
diolah lebih lanjut. Kandungan merkuri dan arsen yang
terdapat dalam tailing itu sendiri juga harus diperhatikan,
mengingat recovery percentage dari arsen maupun merkuri
tidak akan pernah mencapai 100 persen.
Pembuangan ke dasar laut
Teknologi pembuangan ke dasar laut sudah sejak lama
ditinggalkan di beberapa negara maju, termasuk di Amerika
Serikat. Fenomena transpor dan transformasi dari berbagai
jenis logam yang terkandung di dalam tailing, cukup sulit
untuk diprediksi dan dimodelkan dalam simulasi komputer.
Hal ini lebih disebabkan oleh keberagaman jenis logam yang
ada di dalam kandungan tailing, serta parameter fisikakimia-mikrobiologi air laut yang cukup beragam dan bersifat
stokastik. Meskipun pembuangan dilakukan pada kedalaman
hingga ratusan meter dan beberapa puluh kilometer dari
bibir pantai, dampak yang ditimbulkan dapat memberikan efek
negatif pada biota laut, yang akan menimbulkan dampak buruk
pula bagi manusia dan kesehatannya. Hal inilah yang menjadi

dasar pertimbangan, pembuangan ke dasar laut sudah


ditinggalkan oleh negara-negara maju saat ini. Sebelum
tailing dibuang ke dasar laut, parameter fisika, kimia, dan
mikrobiologi air laut mutlak untuk dipertimbangkan. Namun,
pembuangan ke laut bukan berarti tidak terdapat suatu
pengolahan pendahuluan untuk tailing. Tailing harus diolah
hingga suatu tingkat yang aman dibuang ke laut sebagai
lokasi pembuangan akhir. Oleh karenanya, konsep dalam
pembuangan tailing ke dasar laut adalah melakukan
pengolahan pendahuluan (pretreatment) dengan tujuan untuk
meminimasi dan imobilisasi logam-logam berat yang
terkandung dalam tailing. Dengan hal ini, sangat diharapkan
terjadi minimasi dari pelarutan kembali logam-logam berat
yang sebelumnya telah terimobilisasi dalam tailing.
Karakteristik fisika, kimia, dan mikrobiologi air laut
Karakteristik fisika mencakup kecepatan arus, arah arus,
dan temperatur air laut. Faktor-faktor ini akan memberikan
gambaran mengenai arah persebaran dan konsentrasi dari
logam-logam yang terkandung dalam air laut dalam kurun
waktu setelah pembuangan tailing ke laut. Simulasi dengan
komputer harus dilakukan, untuk mempertegas bahwa logamlogam berat yang terkandung dalam tailing akan tersebar di
air laut pada radius yang terbatas dan dalam konsentrasi
yang kecil. Karakteristik kimia mencakup pengaruh pH,
salinitas, kekuatan ionik,asiditas, alkalinitas, serta
kompleksasi logam-logam berat oleh air laut, harus menjadi
suatu bahan pertimbangan. Dalam hal ini, dibutuhkan suatu
pemahaman mengenai proses kimia dalam air laut itu sendiri
terhadap tailing, yang harus mampu meminimasi tingkat
solubilitas (kelarutan) logam-logam berat pada tailing di
air laut. Interaksi berbagai senyawa di air laut, yang
didukung oleh kondisi dan karakteristik kimia air laut yang
ada, akan menentukan kondisi logam-logam berat yang ada.
Sangat diharapkan terjadi imobilisasi
dari logam-logam berat tersebut, sehingga disperse
(persebaran) logam-logam berat dapat direduksi. Harus
disimulasikan pula mengenai peluang terjadinya mobilisasi
logam-logam berat setelah sebelumnya terimobilisasi.
Sedangkan karakteristik mikrobiologi yang harus
dipertimbangkan adalah adanya keberagaman mikroorganisme
air laut yang dapat mempengaruhi mobilitas logam-logam
berat yang ada dalam tailing. Beberapa jenis mikroorganisme
mampu menghasilkan kondisi yang dapat melarutkan logamlogam berat. Dalam hal ini, akan terjadi persebaran logam
logam berat yang sebelumnya telah terimobilisasi.
Dampak lingkungan yang terjadi

Merkuri dan arsen akan terikat dan terakumulasi di


dalam jaringan lem(liphophylic) biota-biota laut. Pelarutan
logam-logam berat dalam tailing yang merupakan bentuk
imobilisasi dari logam-logam tersebut, akan mudah terikat
dalam jaringan biota laut, khususnya biota laut yang
tinggal di dasar laut (benthos), seperti kerang, kepiting,
dan udang. Biota-biota ini menghisap air laut dalam jumlah
yang cukup tinggi untuk kemudian dilepaskan kembali sebagai
cara untuk memperoleh makanannya. Kandungan arsen dan
merkuri terlarut dalam air laut, akan memberikan akumulasi
arsen dan merkuri pada jaringan tubuh biota-biota tersebut.
Sedangkan ikan yang tidak tinggal di dasar laut juga akan
mengalami akumulasi arsen dan merkuri dalam tubuhnya,
meskipun tidak akan setinggi kadar dalam kerang, kepiting,
dan udang. Kadar logam berat yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kematian mendadak pada biota-biota laut ini.
Setelah terjadi tahapan ini, masyarakat harus diberitakan
untuk tidak mengonsumsi biota-biota laut ini, yang akan
memindahkan logam-logam berat yang beracun ini kepada
manusia yang mengonsumsinya. Gejala keracunan awal yang
dapat teramati pada manusia, adalah rasa gatal dan ruamruam pada bagian tubuh yang terkena air laut yang
terkontaminasi oleh logam berat. Sedangkan dampak jangka
pendek dari mengonsumsi biota laut yang tercemar logam
berat, adalah gangguan berupa muntah-muntah dan mual.
Dampak jangka panjangnya berupa gangguan sistem syaraf,
penyakit kanker, dan gangguan reproduksi pada wanita. Hal
ini sudah dialami oleh ratusan penduduk Jepang yang tinggal
di sekitar Teluk Minamata pada tahun 1960-an. Jadi, apakah
PT Newmont Minahasa Raya telah melakukan pengolahan
pendahuluan untuk tailing dengan benar? Apakah
karakteristik fisika, kimia, dan mikrobiologi air laut
telah dipertimbangkan saat memutuskan untuk pembuangan ke
dasar laut? Apakah kandungan logam-logam berat pada biota
laut sudah diperiksa? Semoga saja ini semua segera mendapat
penangan yang serius dari pemerintah, sehingga kasus yang
sangat merugikan kesehatan masyarakat dan lingkungan akibat
kegiatan penambangan semacam ini, dapat lebih mudah
diidentifikasi, dapat dicegah secara dini, serta tidak akan
terulang lagi. Semoga!
Anggota Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik
Lingkungan Indonesia (IATPI)
Mahasiswa Pascasarjana Master of Environmental
Engineering Science, UNSW, Australia

B. SUMBER PENCEMARAN
Logam berat secara alamiah terdapat dalam air laut namun dalam jumlah yang
sangat rendah. Kandungan ini dapat meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan,
pertanian dan perindustrian yang banyak mengandung logam berat masuk ke lingkungan.
Dari jenis-jenis limbah ini, umumnya yang banyak mengandung logam berat adalah
limbah industri. Hal ini disebabkan kerena senyawa senyawa atau unsur logam berat
banyak dimanfaatkan dalam industri, baik sebagai bahan baku, katalisator maupun
sebagai bahan tambahan. Secara umum sumber-sumber pencemaran logam berat adalah
sebagai berikut:

Gambar 1.4 Sumber pencemaran logam berat ke manusia


Jika melihat gambar diatas maka manusia sangat rentan untuk tercemar logam berat
karena hampir sebagian aktivitas manusia menghasilkan logam berat. Risiko akibat
kegiatan manusia kini menjadi semakin tinggi karena jumlah penduduk meningkat, gaya
hidup berubah, dan kerusakan/pencemaran lingkungan meningkat.
Industri memang berperan penting dalam proses pencemaran lingkungan terutama yang
berwujud logam berat, secara ringkas pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
limbah industri dapat dijelaskan oleh gambar berikut ini:

Gambar 1.5. Proses produksi industri


Limbah potensial dihasilkan pada tahapan bahan baku, proses pengolahan dan produk
(termasuk transportasi dan penggunaan).Tingkat pencemaran limbah (tinggi atau rendah)
didasarkan atas kualitas dan kuantitas pencemaran yang ditimbulkan.Limbah pencemaran
rendah dapat langsung dibuang ke lingkungan, limbah jenis ini akan diencerkan atau

didegradasi oleh lingkungan (homeostasis).Limbah pencemaran tinggi harus melalui


proses mbapengolahan sebelum dibuang ke lingkungan.

Secara sederhana proses masuknya limbah logam berat terutama merkuri ini adalah
seperti yang digambarkan pada gambar disamping ini, dapat dipahami bahwa bila
perairan telah tercemar dengan logam berat terutama merkuri akan mampu mencemari
pula tumbuhan dan hewan-hewan dalam perairan tersebut dan akan mampu terakumulasi
melalui proses rantai makanan. Contohnya ketika di dalam tubuh ikan kadarnya 6 ppm, di
dalam tubuh burung pemakan ikan kadarnya naik menjadi 100 ppm dan akan meningkat
terus sampai konsumen puncak.

C. ANALISIS LOGAM Hg (MERKURI)


Untuk mengetahui bahwa suatu daerah tercemar dengan merkuri atau tidak dapat
dilakukan beberapa metode dibawah ini.
Pengukuran Konsentrasi Merkuri (Hg) dengan spektrofotometer (AAS)
Pengukuran konsentrasi merkuri dilakukan secara kurva kalibrasi dengan
mengukur absorban dari larutan standar dan larutan sampel.Absorban diamati dengan
spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 253,7 nm tanpa nyala
(flameless) untuk merkuri (Hg) yang dilengkapi grafit furnace dan hybrid vapour
generator, hal ini dikarenakan logam ini mudah menguap.

metode "anodic stripping voltammetry".

Sebagai elektrode kerja digunakan elektrode "rotating disc electrode/RDE-Au"


dan sebagai elektrolit pendukung digunakan campuran larutan natrium klorida dan
dinatrium etilendiamintetraasetat. Senyawa organik dalam sampel didestruksi dengan
menggunakan campuran asam nitrat dan asam sulfat (1:2) dan dipanaskan pada suhu
60C selama 4 jam, diikuti dengan radiasi dengan lampu raksa ultraviolet selama 2 jam.
Setelah sampel dideaerasi selama 3 menit, dilakukan deposisi pada 370 mV selama 3
menit. Selusur potensial dilakukan pada rentang potensial 500 - 800 mV dengan laju
selusur 40 mV/detik. Puncak arus difusi untuk raksa terletak pada potensia1683 mV
dengan batas deteksi dan batas kuantisasi masing-masing sebesar 1,04 bpm dan 3,48
bpm.

D. DAMPAK
Ada tiga bentuk merkuri yang sangat berbahaya jika masuk ke tubuh manusia,
yaitu logam merkuri, senyawa merkuri anorganik, senyawa merkuri organik.
Logam merkuri
Uap merkuri sangat berbahaya karena sangat beracun. Meskipun tekanan uap
merkuri kecil dengan cepat uap merkuri meninggalkan permukaan merkuri yang terbuka.
Uap merkuri yang terhirup segera masuk ke dalam darah. Jika sampai ke otak, akan
merusak jaringan otak.
Senyawa Merkuri Anorganik
Hanya sernyawa merkuri yang melarut dapat menyebabkan keracunan. Merkuri
(II) oksida berwarna kuning yang tidak melarut, sejak dahulu digunakan sebagai salah
satu komponen salep mata. Sebaliknya merkuri (II) nitrat yang melarut digunakan pada
manufaktur topi. Ditemukan banyak karyawan pabrik, menderita penyakit. Gigi menjadi
ompong, badan gemetar dan menderita penyakit jiwa. Oleh karena itu ada pribahasa gila
seperti tukang topi (mad as hatter). Merkuri anorganik cenderung berakumulasi di hati
dan di ginjal. Dalam jumlah yang sedikit, mungkin tidak berbahaya karena dapat keluar
bersama urine, namun dalam jumlah banyak akan sangat berbahaya.
Senyawa Merkuri Organik.
Ada dua macam senyawa merkuri organik yaitu dialkil seperti dimetil merkuri
(CH-3)2, dan monoalkil seperti, (CH3)HgX, dengan X adalah halogen atau gugus nitrat.
Senyawa ini dapat menumpuk di jaringan otak sehingga merusak otak. Merkuri masuk ke
udara sebagai hasil pemanasan zat yang mengandung merkuri. Diperkirakan bahwa
merkuri sebanyak 300 ton per tahun masuk ke udara karena pembakaran batu bara.
Merkuri masuk ke lingkungan air oleh proses alamiah pelapukan. Namun dipercepat oleh
manusia melalui limbah industri. Sumber utamanya adalah pabrik klor soda kaustik.
Sumber lain ialah fungisida-merkuri untuk membasmi fungi pada penyimpanan gandum.
Fungisida ini adalah alkil merkuri yang sangat berbahaya. Di dasar sungai yang
berlumpur atau teluk, bakteri dapat mengubah merkuri anorganik menjadi metil merkuri
yang beracun. Karang-karang dapat menimbun merkuri 105 kali lebih besar dari

konsentrasi merkuri di air sekelilingnya.


Di dalam tubuh manusia merkuri dapat mengganggu enzim. Merkuri bereaksi dengan
thio-Sh dalam protein enzim sehingga menghentikan reaksi kimia penting. Banyak
dampak yang dapat ditimbulkan oleh merkuri, yaitu antara lain :
1. ketidaksuburan pada wanita maupun pria dan kecacatan bayi
2. menyebabkan kanker
3. peradangan dan gangguan saluran pernafasan
4. gangguan saraf (tegang dan panas pada beberapa bagian tubuh)
5. merusak bagian tubuh dalam (ginjal)
6. pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan
daya ingat.
7. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat
mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau
denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata.
Anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa terhadap merkuri. Merkuri di ibu
yang
mengandung dapat mengalir ke janin yang sedang dikandungnya dan terakumulasi di
sana. Juga dapat mengalir ke anak lewat susu ibu. Akibatnya,pada anak dapat berupa
kerusakan otak, retardasi mental, buta, dan bisu.
Dampak merkuri bagi lingkungan, antara lain:
1. Mengurangi jumlah klorofil pada tanaman
2. Mengurangi pertumbuhan tanaman
3. Merusak pertumbuhan akar dan fungsinya
4. Merusak daun dan menurunkan produksi
5. Mematikan tanaman
6. Merusak siklus dan rantai makanan
7. Berperan mempercepat punahnya berbagai macam makluk hidup
E. PENCEGAHAN
Berbagai metode sudah banyak yang ditemukan untuk melakukan pencegahan
pencemaran logam merkuri, salah satu metode yang sangat murah dan efisein adalah
fitoremidiasi. Fitoremidiasi yaitu tekhnologi pencegahan pencemaran polutan berbahaya
seperti logam berat, senyawa organik dan lain lain dalam tanah atau air dengan
menggunakan bantuan tanaman (hiperkomulator plant). Proses fitoremediasi yaitu:
1. Phytoacumulation : tumbuhan menarik zat kontaminan sehingga berakumulasi
disekitar akar tumbuhan
2. Rhizofiltration : proses adsorpsi / pengendapan zat kontaminan oleh akar untuk
menempel pada akar.
3. Phytostabilization : penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar yang tidak
mungkin terserap kedalam batang tumbuhan
4. Rhyzodegradetion : penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba
5. Phytodegradation : penguraian zat kontamin
6. Phytovolatization : transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah
menjadi larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya

Fitoremediasi logam hg dapat menggunakan tumbuhan

Pteris vittata

Liriodendron tulipifera

Nicotiana tabacum

Limbah atau bahan buangan yang dihasilkan dari semua aktifitas kehidupan
manusia, baik dari setiap rumah tangga, kegiatan pertanian, industri serta pertambangan
tidak bisa kita hindari. Namun kita masih bisa mencegah atau paling tidak mengurangi
dampak dari limbah tersebut, agar tidak merusak lingkungan yang pada akhirnya juga

akan merugikan manusia.


Untuk mencegah atau paling tidak mengurangi segala akibat yang ditimbulkan oleh
limbah berbahaya dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut; setiap rumah tangga sebaiknya
menggunakan deterjen secukupnya dan memilah sampah organik dari sampah anorganik.
Sampah organik bisa dijadikan kompos, sedangkan sampah anorganik bisa didaur ulang.
Pemerintah bekerjasama dengan World Bank, pada saat ini tengah mempersiapkan
pemberian insentif berupa subsidi bagi masyarakat yang melakukan pengomposan
sampah kota.

Beberapa manfaat pengomposan sampah antara lain :


Mengurangi sampah di sumbernya
Mengurangi beban volume di TPA
Mengurangi biaya pengelolaan
Menciptakan peluang kerja
Memperbaiki kondisi lingkungan
Mengurangi emisi gas rumah kaca
Penggunaan pupuk dan pestisida secukupnya atau memilih pupuk dan pestisida yang
mengandung bahan-bahan yang lebih cepat terurai, yang tidak terakumulasi pada rantai
makanan, juga dapat mengurangi dampak pencemaran air.

Setiap pabrik / kegiatan industri sebaiknya memiliki Instalasi Pengolahan Air


Limbah (IPAL), untuk mengolah limbah yang dihasilkannya sebelum dibuang ke
lingkungan sekitar. Dengan demikian diharapkan dapat meminimalisasi limbah yang
dihasilkan atau mengubahnya menjadi limbah yang lebih ramah lingkungan. Mengurangi
penggunaan bahan-bahan berbahaya dalam kegiatan pertambangan atau menggantinya

dengan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan. Atau diharuskan membangun instalasi
pengolahan air limbah pertambangan, sehingga limbah bisa diolah terlebih dahulu
menjadi limbah yang lebih ramah lingkungan, sebelum dibuang keluar daerah
pertambangan.
F. PENANGGULANGAN
Penanggulangan logam Hg dapat digunakankpenetralan logam berat yang aktif
menjadi senyawa yang kurang aktif dengan menambahkan senyawa-senyawa tertentu,
kemudian dilepas ke lingkungan perairan, namun pembuangan logam berat non-aktif juga
menjadi masalah karena dapat dengan mudah mengalami degradasi oleh lingkungan
menjadi senyawa yang dapat mencemari lingkungan. Cara lain adalah pengerukan
sedimen yang terkontaminasi, reverse osmosis, elektrodialisis, ultrafiltrasi dan resin
penukar ion.
Reverse osmosis adalah proses pemisahan logam berat oleh membran
semipermeabel dengan menggunakan perbedaan tekanan luar dengan tekanan osmotik
dari limbah, kerugian sistem ini adalah biaya yang mahal sehingga sulit terjangkau oleh
industri di Indonesia. Teknik elektrodialisis menggunakan membran ion selektif
permeabel berdasarkan perbedaan potensial antara 2 elektroda yang menyebabkan
perpindahan kation dan anion, juga menimbulkan kerugian yakni terbentuknya senyawa
logam-hidroksi yang menutupi membran, sedangkan melalui ultrafiltrasi yaitu
penyaringan dengan tekanan tinggi melalui membran berpori, juga merugikan karena
menimbulkan banyak sludge (lumpur). Resin penukar ion berprinsip pada gaya
elektrostatik di mana ion yang terdapat pada resin ditukar oleh ion logam dari limbah,
kerugian metode ini adalah biaya yang besar dan menimbulkan ion yang ter-remove
sebagian.
Menilik pada berbagai kelemahan metode di atas, maka dewasa ini para peneliti sedang
menggalakkan pencarian metode alternatif lain. Salah satunya adalah pengunaan
mikroorganisme untuk mengabsorpsi logam berat atau biasa disebut dengan bioremoval.
Keuntungan penggunaan mikroorganisme sebagai bioremoval menurut Kratochvil dan
Voleski (1998) adalah biaya yang rendah, efisiensi yang tinggi, biosorbennya dapat
diregenerasi, tidak perlu nutrisi tambahan, kemampuannya dalam me-recovery logam dan
sludge yang dihasilkan sangat minim. Dilihat dari keuntungannya itu, maka bioremoval
lebih efektif dibanding dengan pertukaran ion dan reverse osmosis dalam kaitannya
dengan sensitifitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid).
Istilah bioabsorpsi tidak dapat dilepaskan dari istilah bioremoval karena
bioabsorpsi merupakan bagian dari bioremoval. Bioremoval dapat diartikan sebagai
terkonsentrasi dan terakumulasinya bahan penyebab polusi atau polutan dalam suatu
perairan oleh material biologi, material biologi tersebut dapat me-recovery polutan
sehingga dapat dibuang dan ramah terhadap lingkungan. Sedangkan berdasarkan
kemampuannya untuk membentuk ikatan antara logam berat dengan mikroorganisme
maka bioabsorpsi merupakan kemampuan material biologi untuk mengakumulasikan
logam berat melalui media metabolisme atau jalur psiko-kimia. Proses bioabsorpsi ini
dapat terjadi karena adanya material biologi yang disebut biosorben dan adanya larutan
yang mengandung logam berat (dengan afinitas yang tinggi) sehingga mudah terikat pada
biosorben. Jenis mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bioabsorpsi Hg
terutama adalah (Pseudomonas syring).

Sebagian besar mekanisme pembersihan logam berat oleh mikrooganisme adalah


proses pertukaran ion yang mirip pertukaran ion pada resin. Mekanisme pertukaran ion
ini dapat dirumuskan sebagai:
A2+ + (B-biomassa) -> B2+ + (A-biomassa)
Mekanisme ini dapat dibagi atas 3 cara yakni berdasarkan metabolisme sel (dibagi atas;
proses yang bergantung pada metabolisme dan proses yang tidak bergantung pada
metabolisme sel).
Sedangkan jika berdasarkan posisi logam berat di-remove, dapat dibagi atas; akumulasi
ekstraseluler (presipitasi), akumulasi intraseluler dan penyerapan oleh permukaan sel.
Dan untuk mekanisme yang terakhir adalah berdasarkan cara pengambilan (absorbsi)
logam berat.
Cara pengambilan (absorbsi) logam berat dapat dibagi dua yakni :
1. Passive uptake.
Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel biosorben.
Mekanisme passive uptake dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan cara
pertukaran ion di mana ion pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat; dan
kedua adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus
fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil secara
bolak balik dan cepat. Sebagai contoh adalah pada Sargassum sp. dan Eklonia sp. di mana
Cr(6) mengalami reaksi reduksi pada pH rendah menjadi Cr(3) dan Cr(3) di-remove
melalui proses pertukaran kation.

Gambar.1.6. Proses pasisive uptake Cr pada permukaan membran sel


Sumber : Cossich., et.al (2002)
2. Aktif uptake.
Mekanisme masuknya logam berat melewati membran sel sama dengan proses
masuknya logam esensial melalui sistem transpor membran, hal ini disebabkan adanya
kemiripan sifat antara logam berat dengan logam esensial dalam hal sifat fisika-kimia
secara keseluruhan. Proses aktif uptake pada mikroorganisme dapat terjadi sejalan dengan
konsumsi ion logam untuk pertumbuhan dan akumulasi intraselular ion logam.
Menghitung Jumlah Logam berat yang Teradsorpsi
Untuk mengetahui jumlah logam berat yang mengalami proses bioabsorpsi oleh
mikroorganisme dapat dihitung dengan pendekatan konstanta Langmuir yaitu :

Q = miligram logam yang diakumulasi per gram


Ceq = besar konsentrasi logam pada larutan
Qmax = maksimum serapan spesifik dari biosorben
b = rasio bioabsorpsi
Perhitungan di atas berlaku pada pH konstan dan untuk bioabsorpsi 1 jenis logam saja.

G. ANALISIS (Control of Polutan)


Dunia industri berperan besar dalam mengakibatkan pencemaran lingkungan
terutama yang diakibatkan oleh logam berat. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk
mengurangi bahaya pencemaran ini, namun proses biaya yang sangat mahal membuat
para pelaku industri berpikir seribu kali untuk menerapakannya. Sehingga sebagian
industri lebih memilih membuang limbahnya kelingkungan sekitarnya. Hal inilah yang
mendorong penulis untuk menawarkan salah satu solusi yang murah dan sangat efisien,
yaitu penanggulangan logam berat dengan mikrooranisme atau mikroba (dalam istilah
Biologi dikenal dengan bioakumulasi, atau bioremediasi).
Beberapa hasil studi melaporkan, penggunaan mikroorganisme untuk menangani
pencemaran logam berat lebih efektif dibandingkan dengan ion exchange dan reverse
osmosis dalam kaitannya dengan sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended
solid), zat organik dan logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan
(presipitation) kalau dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan
konsentrasi logam beratnya. Dengan kata lain, penanganan logam berat dengan
mikroorganisme relatif mudah dilakukan, murah dan cenderung tidak berbahaya bagi
lingkungan.
Sianobakteria merupakan organisme selular yang termasuk kelompok mikroalga
atau ganggang mikro. Di alam, organisme ini tersebar luas baik di perairan tawar maupun
lautan. Sampai saat ini diketahui sekitar 2.000 jenis sianobakteria tersebar di berbagai
habitat. Berdasarkan penelitian terbaru, sianobakteria merupakan salah satu organisme
yang diketahui mampu mengakumulasi (menyerap) logam berat tertentu seperti Hg, Cd
dan Pb. Suhendrayatna (2001) dalam makalahnya, menjelaskan lebih rinci tentang proses
penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme secara umum.
Umumnya, penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme terdiri
atas dua mekanisme yang melibatkan proses active uptake (biosorpsi) dan passive uptake
(bioakumulasi).
Proses active uptake dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini
secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan
sianobakteria, dan atau akumulasi intraselular ion logam tersebut. Logam berat dapat juga
diendapkan pada proses metabolisme dan ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini
tergantung dari energi yang terkandung dan sensitivitasnya terhadap parameter yang
berbeda seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan lainnya.
Namun demikian, proses ini dapat pula dihambat oleh suhu rendah, tidak
tersedianya sumber energi dan penghambat metabolisme sel. Peristiwa ini seperti
ditunjukkan oleh akumulasi kadmium pada dinding sel Ankistrodesmus dan Chlorella
vulgaris yang mencapai sekitar 80 derajat dari total akumulasinya di dalam sel,
sedangkan arsenik yang berikatan dengan dinding sel Chlorella vulgaris rata-rata 26

persen.
Suhendrayatna (2001) menambahkan, untuk mendesain suatu proses pengolahan limbah
yang mengandung ion logam berat dengan melibatkan sianobakteria relatif mudah
dilakukan. Proses pertama, sianobakteria pilihan dimasukkan, ditumbuhkan dan
selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion logam berat tersebut. Proses
pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan agar sianobakteria
berinteraksi dengan ion logam berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan
dari cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam berat
diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan.
Pemanfaatan sianobakteria untuk menanggulangi pencemaran logam berat
merupakan hal yang sangat menarik dilakukan, baik oleh masyarakat, pemerintah
maupun industri. Karena, sianobakteria merupakan organisme selular yang mudah
dijumpai, mempunyai spektrum habitat sangat luas, dapat tumbuh dengan cepat dan tidak
membutuhkan persyaratan tertentu untuk hidup, mudah dibudidayakan dalam sistem
akuakultur. Pada akhirnya dengan memanfaatkan sianobakteria dalam system
pembuangan limbah industri diharapkan dapat mengurangi dampak negatif pencemaran
logam berat terutama merkuri.

Eceng Gondok Pemersih Polutan Logam Berat


http://petanidesa.wordpress.com/2007/03/11/eceng-gondok-pemersih-polutan-logamberat/
Harian Kompas memberitakan, Sungai Citarum serta Waduk Saguling dan Cirata di
Kabupaten Bandung tercemar logam berat. Dalam daging ikan mas dan nila yang hidup
di waduk tersebut ditemukan kandungan merkuri (Hg), tembaga (Cu), dan seng (Zn)
dengan kadar yang cukup membahayakan. Logam berat itu diketahui terkonsentrasi di
perut, lemak, dan daging ikan.
Temuan ini diikuti dengan imbauan agar masyarakat berhati-hati mengonsumsi ikan air
tawar. Maklumlah, akumulasi logam berat di tubuh manusia, dalam jangka panjang, dapat
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti penyakit minamata, bibir sumbing,
kerusakan susunan saraf, dan cacat pada bayi.
Aparat terkait mengaku bahwa mereka telah berupaya untuk mencegah pencemaran
tersebut dengan berbagai cara. Secara garis besar sebenarnya ada dua cara yang bisa
dilakukan untuk mencegah dan mengatasi pencemaran perairan oleh logam berat, yaitu
cara kimia dan biologi.
Cara kimia, antara lain dengan reaksi chelating, yaitu memberikan senyawa asam yang
bisa mengikat logam berat sehingga terbentuk garam dan mengendap. Namun, cara ini
mahal dan logam berat masih tetap berada di waduk meski dalam keadaan terikat.

UNTUNGLAH ada penanggulangan secara biologi yang bisa menjadi alternatif terhadap
mahalnya penanggulangan dengan cara kimia. Salah satunya adalah dengan
memanfaatkan eceng gondok (Eichornia crassipes).
Eceng gondok selama ini lebih dikenal sebagai tanaman gulma alias hama. Padahal,
eceng gondok sebenarnya punya kemampuan menyerap logam berat. Kemampuan ini
telah diteliti di laboratorium Biokimia, Institut Pertanian Bogor, dengan hasil yang sangat
luar biasa.
Penelitian daya serap eceng gondok dilakukan terhadap besi (Fe) tahun 1999 dan timbal
(Pb) pada tahun 2000.
Untuk mengukur daya serap eceng gondok terhadap Fe, satu, dua, dan tiga rumpun eceng
gondok ditempatkan dalam ember plastik berisi air sumur dengan tambahan 5 ppm
FeSO>jmp 2008m<>kern 199m<>h 6024m,0<>w 6024m<4>jmp 0m<>kern 200m<>h
8333m,0<>w 8333m< dan HNO>jmp 2008m<>kern 199m<>h 6024m,0<>w
6024m<3>jmp 0m<>kern 200m<>h 8333m,0<>w 8333m< untuk menjaga keasaman.
Konsentrasi Fe diukur pada hari ke-0, 7, 14, dan 21 dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 248,3 nm. Hasilnya terlihat pada
Tabel 1.
Dalam tabel itu bisa dilihat adanya penurunan kadar logam Fe secara signifikan pada hari
ke-7. Kadar logam Fe menurun 3,177 ppm (65,45 persen) untuk 1 rumpun eceng gondok,
3,511 ppm (71,93 persen) untuk dua rumpun eceng gondok dan 3,686 ppm (74,47 persen)
untuk tiga rumpun eceng gondok.
Selanjutnya terlihat, semakin lama semakin banyak logam besi yang diserap. Pada hari
ke-28, konsentrasi Fe hampir mendekati 0 untuk perlakuan dua rumpun eceng gondok
dan tiga rumpun eceng gondok.
Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa pada hari ke-7, 14, dan 21, eceng gondok
memberikan respon nyata dalam menurunkan logam Fe untuk ketiga perlakuan. Namun,
pada hari ke-28 eceng gondok yang berjumlah 2-3 rumpun memberikan respon yang
tidak berbeda nyata dalam menurunkan logam besi.
PENELITIAN untuk melihat kemampuan eceng gondok menyerap timbal (Pb) dilakukan
sebagai berikut. Satu, tiga, lima rumpun eceng gondok ditempatkan di dalam ember
plastik berisi air sumur dan larutan Pb(NO3) sebesar 5 ppm. Konsentrasi Pb diukur ketika
hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28 dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang
gelombang 217 nm. Hasilnya sebagaimana tertera dalam Tabel 2.
Dari tabel tersebut terlihat, ada penurunan kadar logam Pb secara signifikan pada hari ke7. Kadar logam Pb menurun 5,167 ppm (96,4 persen) pada perlakuan satu rumpun eceng
gondok, menurun 5,204 ppm (98,7 persen) pada perlakuan tiga rumpun, dan menurun
6,019 ppm (99,7 persen) pada perlakuan lima rumpun dari konsentrasi hari ke-0.

Analisis pada hari-hari selanjutnya (hari ke-14, 21, dan 28) menunjukkan perubahan
kadar Pb tidak terlalu jauh dengan kadar logam Pb pada hari ke-7.
Eceng gondok terbukti mampu menurunkan kadar polutan Pb dan Fe. Oleh karena itu,
diyakini eceng gondok juga mampu menurunkan kadar polutan Hg, Zn, dan Cu yang
mencemari Waduk Saguling dan Cirata. Sebab, secara struktur kimia, atom Hg, Zn, dan
Cu termasuk dalam golongan logam berat bersama Pb dan Fe.
Rangkaian penelitian seputar kemampuan eceng gondok dalam menyerap logam berat
juga telah dilakukan oleh para pakar. Widyanto dan Susilo (1977) melaporkan, dalam
waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan
nikel (Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu
tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35
mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan
logam lain.
Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng
gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15
ppm turun hingga 51,85 persen.
SELAIN dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap
residu pestisida, contohnya residu 2.4-D dan paraquat.
Pada percobaan Chossi dan Husin (1977) diketahui eceng gondok mampu menyerap
residu dari larutan yang mengandung 0,50 ppm 2.4-D sebanyak 0,296 ppm dan 2,00 ppm
2.4-D sebanyak 0,830 ppm dalam waktu 96 jam.
Adapun paraquat yang diserap oleh eceng gondok dari dua kadar, yaitu 0,05 ppm dan
0,10 ppm masing-masing adalah 0,02 ppm dan 0,024 ppm.
Dari hasil penelitian-penelitian itu dapat disimpulkan ternyata eceng gondok tidaklah siasia dicipta oleh Tuhan Yang Maha Esa, apalagi sebagai pengganggu manusia. Eceng
gondok dapat dinyatakan sebagai pembersih alami perairan waduk atau danau terhadap
polutan, baik logam berat maupun pestisida atau yang lain.
MEMANG dilaporkan eceng gondok dapat tumbuh sangat cepat pada danau maupun
waduk sehingga dalam waktu yang singkat dapat mengurangi oksigen perairan,
mengurangi fitoplankton dan zooplankton serta menyerap air sehingga terjadi proses
pendangkalan, bahkan dapat menghambat kapal yang berlayar pada waduk.
Namun, apa arti sebuah danau yang bersih dari eceng gondok jika ternyata air dan ikan
yang ada di dalamnya tercemari polutan?
Bahkan, bila suatu danau polutan sangat tinggi dan tidak ada tanaman yang menyerapnya,
pencemaran dapat merembes ke air sumur dan air tanah di sekitar danau.

Agar danau bebas polusi namun pertumbuhan eceng gondoknya terkendali, tentu saja
diperlukan pengelolaan danau secara benar.
Untuk mengeliminasi gangguan eceng gondok, misalnya, caranya bisa dengan membatasi
populasinya. Pembatasan dapat dilakukan dengan membatasi penutupan permukaan
waduk oleh eceng gondok tidak lebih dari 50 persen permukaannya.
Akan jauh lebih baik lagi bila pembatasan populasi ini dilakukan dengan melibatkan
masyarakat sekitar. Sebab, dahan eceng gondok adalah serat selulosa yang dapat diolah
untuk berbagai keperluan, seperti barang kerajinan maupun bahan bakar pembangkit
tenaga listrik.
Namun, masyarakat tidak disarankan untuk memberikan eceng gondok sebagai pakan
pada ternak karena polutan yang diserapnya bisa terakumulasi dalam dagingnya.
Masyarakat sekitar bisa diberi pelatihan mengenai pengolahan eceng gondok menjadi
produk-produk yang bernilai ekonomi, mulai dari anyaman dompet, tas sekolah, topi,
bahkan juga mebel.
Pengendalian populasi eceng gondok yang melibatkan masyarakat akan memberikan
keuntungan bagi pengelola waduk sekaligus masyarakat di sekitarnya. Pengelola waduk
tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk memanen eceng gondok karena
tumbuhan air tersebut akan dipanen sendiri oleh masyarakat.
Pengelola cukup membantu masyarakat untuk memasarkan hasil kerajinannya. Adapun
masyarakat jelas tidak hanya meningkat pendapatannya, tetapi juga hidup sehat karena
terbebas dari ancaman bahan makanan yang tercemar.
Penulis : Dr Hasim DEA Dosen Biokimia dan Toxikologi FMIPA dan Pascasarjana IPB
Sumber : Kompas

MENGENAL LOGAM BERAT (Heavy Metal)


Posted: Februari 2, 2009 by admin in kimia

http://smk3ae.wordpress.com/2009/02/02/mengenal-logam-berat-heavy-metal/
Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah
teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam
berat ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun
dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini
adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam
berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum

diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lainlain.
USEPA (U.S. Environmental Agency) mendata ada 13 elemen logam berat yang
merupakan elemen utama polusi yang berbahaya. Seperti halnya sumber-sumber polusi
lingkungan lainnya, logam berat tersebut dapat ditransfer dalam jangkauan yang sangat
jauh di lingkungan, selanjutnya berpotensi mengganggu kehidupan biota lingkungan dan
akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan manusia walaupun dalam jangka waktu yang
lama dan jauh dari sumber polusi utamanya.
Logam adalah unsur alam yang dapat diperoleh dari laut, erosi batuan tambang,
vulkanisme dan sebagainya (Clark, 1986). Umumnya logam-logam di alam ditemukan
dalam bentuk persenyawaan dengan unsur lain, sangat jarang yang ditemukan dalam
elemen tunggal. Unsur ini dalam kondisi suhu kamar tidak selalu berbentuk padat
melainkan ada yang berbentuk cair, misalnya merkuri (Hg). Dalam badan perairan, logam
pada umumnya berada dalam bentuk ion-ion, baik sebagai pasangan ion ataupun dalam
bentuk ion-ion tunggal. Sedangkan pada lapisan atmosfir, logam ditemukan dalam bentuk
partikulat, dimana unsurunsur logam tersebut ikut berterbangan dengan debu-debu yang
ada di atmosfir (Palar, 2004). Menurut Palar (2004) melihat bentuk dan kemampuannya
setiap logam haruslah memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Memiliki kemampuan yang baik sebagai penghantar daya listrik (konduktor).
b. Memiliki kemampuan sebagai penghantar panas yang baik.
c. Memiliki rapatan yang tinggi.
d. Dapat membentuk alloy dengan logam lainnya.
e. Untuk logam yang padat, dapat ditempa dan dibentuk.
Berbeda dengan logam biasa, logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum
untuk kelompok logam berat dan metaloid yang densitasnya lebih besar dari 5 g/cm3
(Hutagalung et al., 1997). Dalam perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk
terlarut dan tidak terlarut. Logam berat terlarut adalah logam yang membentuk komplek
dengan senyawa organik dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut
merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal yang
teradsorbsi pada partikelpartikel yang tersuspensi (Razak, 1980).
Menurut Darmono (1995) sifat logam berat sangat unik, tidak dapat dihancurkan secara
alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses biomagnifikasi.
Pencemaran logam berat ini menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya: 1.
berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna dan rasa air), 2. berbahaya bagi
kehidupan tanaman dan binatang, 3. berbahaya bagi kesehatan manusia, 4. menyebabkan
kerusakan pada ekosistem. Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme
air untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, antara lain dalam pembentukan

haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada biota (Darmono, 1995). Akan tetapi
bila jumlah dari logam berat masuk ke dalam tubuh dengan jumlah berlebih, maka akan
berubah fungsi menjadi racun bagi tubuh (Palar, 2004).
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3,
terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap
unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen,
1977). Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg)
merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S
menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehinggaenzim
bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga
bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel
membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam berat juga
mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan,
1977).
Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat
terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut merkuri (Hg),
kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co)
(Sutamihardja dkk, 1982). Menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas logam paling
tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan adalah sebagai
berikut Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+. Sedangkan
menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat
toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu
a. Bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn.
b. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co,
c. Bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe.
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan
organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini
berkaitan dengan sifat-sifat logam berat ( PPLH-IPB, 1997; Sutamihardja dkk, 1982)
yaitu :
1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan
keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan).
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan
membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari
konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah tersuspensi karena
pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam
air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu tertentu.

Unsur-unsur logam berat tersebut biasanya erat kaitannya dengan masalah pencemaran
dan toksisitas. Pencemaran yang dapat menghancurkan tatanan lingkungan hidup,
biasanya berasal dari limbah-limbah yang sangat berbahaya dalam arti memiliki daya
racun (toksisitas) yang tinggi. Limbah industri merupakan salah satu sumber pencemaran
logam berat yang potensial bagi perairan. Pembuangan limbah industri secara terus
menerus tidak hanya mencemari lingkungan perairan tetapi menyebabkan terkumpulnya
logam berat dalam sedimen dan biota perairan. Dalam lingkungan perairan ada tiga
media yang dapat dipakai sebagai indikator pencemaran logam berat, yaitu air, sedimen
dan organisme hidup.
Logam berat biasanya sangat sedikit dalam air secara ilmiah kurang dari 1 g/l. Menurut
Palar (2004) kelarutan dari unsur-unsur logam dan logam berat dalam badan air dikontrol
oleh : (1) pH badan air, (2) jenis dan konsentrasi logam dan khelat (3) keadaan komponen
mineral teroksida dan sistem berlingkungan redoks. Logam berat yang dilimpahkan ke
perairan, baik di sungai ataupun laut akan dipindahkan dari badan airnya melalui
beberapa proses yaitu : pengendapan, adsorbsi dan absorbsi oleh organisme perairan.
Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di
dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen
lebih tinggi dibandingkan dalam air (Harahap, 1991).
Rochyatun (1997) menyatakan walaupun terjadi peningkatan sumber logam berat, namun
konsentrasinya dalam air dapat berubah setiap saat. Hal ini terkait dengan berbagai
macam proses yang dialami oleh senyawa tersebut selama dalam kolom air. Parameter
yang mempengaruhi konsentrasi logam berat di perairan adalah suhu, salinitas, arus, pH
dan padatan tersuspensi total atau seston (Nanty, 1999). Dengan sendirinya interaksi dari
faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap fluktuasi konsentrasi logam berat dalam
air, karena sebagian logam berat tersebut akan masuk ke dalam sedimen.
Logam berat yang masuk ke sistem perairan, baik di sungai maupun lautan akan
dipindahkan dari badan airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan
absorbsi oleh organisme-organisme perairan (Bryan, 1976). Pada saat buangan limbah
industri masuk ke dalam suatu perairan maka akan terjadi proses pengendapan dalam
sedimen. Hal ini menyebabkan konsentrasi bahan pencemar dalam sedimen meningkat.
Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami pengendapan,
pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan
tersebut. Pengendapan logam berat di suatu perairan terjadi karena adanya anion karbonat
hidroksil dan klorida (Hutagalung, 1984). Logam berat mempunyai sifat yang mudah
mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen
sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding dalam air (Hutagalung,
1991).
Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat dan mengendap di dasar perairan
dan bersatu dengan sedimen, oleh karena itu kadar logam berat dalam sedimen lebih
tinggi dibandingkan dalam air (Harahap, 1991). Konsentrasi logam berat pada sedimen
tergantung pada beberapa faktor yang berinteraksi. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Sumber dari mineral sedimen antara sumber alami atau hasil aktifitas manusia.
2. Melalui partikel pada lapisan permukaan atau lapisan dasar sedimen.
3. Melalui partikel yang terbawa sampai ke lapisan dasar.
4. Melalui penyerapan dari logam berat terlarut dari air yang bersentuhan.
Beberapa material yang terkonsentrasi di udara dan permukaan air mengalami oksidasi,
radiasi ultraviolet, evaporasi dan polymerisasi. Jika tidak mengalami proses pelarutan,
material ini akan saling berikatan dan bertambah berat sehingga tenggelam dan menyatu
dalam sedimen. Logam berat yang diadsorpsi oleh partikel tersuspensi akan menuju dasar
perairan, menyebabkan kandungan logam di air menjadi lebih rendah. Dalam lingkungan
perairan, bentuk logam antara lain berupa ion-ion bebas, pasangan ion organik, dan ion
kompleks. Kelarutan logam dalam air dikontrol oleh pH air. Kenaikan pH menurunkan
kelarutan logam dalam air, karena kenaikan pH mengubah kestabilan dari bentuk
karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada badan air,
sehingga akan mengendap membentuk lumpur (Palar, 2004).
Selain itu, kenaikan suhu air dan penurunan pH akan mengurangi adsorpsi senyawa
logam berat pada partikulat. Suhu air yang lebih dingin akan meningkatkan adsorpsi
logam berat ke partikulat untuk mengendap di dasar . Sementara saat suhu air naik,
senyawa logam berat akan melarut di air karena penurunan laju adsorpsi ke dalam
partikulat. Logam yang memiliki kelarutan yang kecil akan ditemukan di permukaan air
selanjutnya dengan perpindahan dan waktu tertentu akan mengendap hingga ke dasar,
artinya logam tersebut hanya akan berada di dekat permukaan air dalam waktu yang
sesaat saja untuk kemudian mengendap lagi. Hal ini ditentukan antara lain oleh massa
jenis air, viskositas (kekentalan) air, temperatur air, arus serta faktor-faktor lainnya.
Daya larut logam berat dapat menjadi lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada
kondisi lingkungan perairan. Pada daerah yang kekurangan oksigen, misalnya akibat
kontaminasi bahan-bahan organik, daya larut logam berat akan menjadi lebih rendah dan
mudah mengendap. Logam berat seperti Zn,Cu, Cd, Pb, Hg dan Ag akan sulit terlarut
dalam kondisi perairan yang anoksik (Ramlal, 1987). Logam berat yang terlarut dalam air
akan berpindah ke dalam sedimen jika berikatan dengan materi organik bebas atau materi
organik yang melapisi permukaan sedimen, dan penyerapan langsung oleh permukaan
partikel sedimen (Wilson, 1988).
Kandungan logam berat pada sedimen umumnya rendah pada musim kemarau dan tinggi
pada musim penghujan. Penyebab tingginya kadar logam berat dalam sedimen pada
musim penghujan kemungkinan disebabkan oleh tingginya laju erosi pada permukaan
tanah yang terbawa ke dalam badan sungai, sehingga sedimen dalam sungai yang diduga
mengandung logam berat akan terbawa oleh arus sungai menuju muara dan pada
akhirnya terjadi proses sedimentasi (Bryan, 1976). Mengendapnya logam berat bersamasama dengan padatan tersuspensi akan mempengaruhi kualitas sedimen di dasar perairan
dan juga perairan sekitarnya Jika kapasitas angkut sedimen cukup besar, maka sedimen di

dasar perairan akan terangkat dan terpindahkan. Sesuai teori gravitasi, apabila partikulat
memiliki massa jenis lebih besar dari massa jenis air maka partikulat akan mengendap di
dasar atau terjadi proses sedimentasi.
Menurut Bernhard (1981) konsentrasi logam berat tertinggi terdapat dalam sedimen yang
berupa lumpur, tanah liat, pasir berlumpur dan campuran dari ketiganya dibandingkan
dengan yang berupa pasir murni. Hal ini sebagai akibat dari adanya gaya tarik elektro
kimia partikel sedimen dengan partikel mineral, pengikatan oleh partikel organik dan
pengikatan oleh sekresi lendir organisme. Darmono (2001) logam berat masuk ke dalam
jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu: saluran pernafasan,
pencernaan dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan logam diabsorpsi darah,
berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh.
Akumulasi logam yang tertinggi biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal).
Akumulasi logam berat dalam tubuh organisme tergantung pada konsentrasi logam berat
dalam air/lingkungan, suhu, keadaan spesies dan aktifitas fisiologis (Connel dan Miller
1995).
Logam Berat Dibagi Dalam Dua Jenis
Logam berat dibagi dalam dua jenis, yaitu :
1. Logam berat esensial; yakni ion logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan
oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan logam tersebut bisa menimbulkan efek
toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya.
2. Logam berat tidak esensial; yakni ion logam yang keberadaannya dalam tubuh masih
belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik seperti Hg, Cd, Pb, Cr, dan lain-lain.
Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia, tergantung
bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh serta besarnya dosis
paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga
mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen atau
karsinogen bagi manusia maupun hewan (Widowati dkk., 2008).
http://www.dedepurnama.com

Pencemaran Air oleh Logam Berat

Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari
kemurniannya. Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis
air dan polutannya. Untuk mengetahui suatu air terpolusi atau tidak, diperlukan suatu
pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah terjadi
penyimpangan dari batasan polusi air. Baku mutu air golongan A yang sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Negara kependudukan dan Lingkungan Hidup, No: Kep02/MENKLH/I/ 1988.
Kandungan maksimal logam yang diperbolehkan dalam air (dalam mg/L):
Kalsium (Ca): 200
Magnesium (Mg): 150
Barium (Ba): 0,05
Besi (Fe): 1
Mangan (Mn): 0,5
Tembaga (Cu): 1
Seng (Zn): 15
Krom heksavalen (Cr6+): 0,05
Kadmium (Cd): 0,01
Raksa (Hg): 0,001
Timbal (Pb): 0,1
Arsen (As): 0,05
Selenium (Se): 0,01
Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium
(Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk materi anorganik yang
sering menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup serius pada perairan. Penyebab

terjadinya pencemaran logam berat pada perairan biasanya berasal dari masukan air yang
terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan pertambangan.
Jenis-Jenis Industri Pembuang Limbah yang Mengandung Logam Berat :
Kertas: Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
Petro-chemical: Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pengelantang: Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pupuk: Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
Kilang minyak: Cd, Cr, Cu, Pb, Ni, Zn
Baja: Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Sn, Zn
Logam bukan besi: Cr, Cu, Hg, Pb, Zn
Kendaraan bermotor, pesawat terbang: Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Sn, Zn
Gelas, semen, keramik: Cr
Tekstil: Cr
Industri kulit: Cr
Pembangkit listrik tenaga uap: Cr, Zn
Logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm3 dan logam berat bersifat
tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi
di dalam perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat masuk ke dalam tubuh
manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Logam berat di dalam air dapat
masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia apabila air yang mengandung logam
berat diminum, sedangkan secara tidak langsung apabila memakan bahan makanan yang
berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia, logam berat juga dapat terakumulasi
dan menimbulkan berbagai bahaya terhadap kesehatan.
Bahaya yang Dapat Ditimbulkan oleh Logam Berat di dalam Tubuh Manusia :
Barium (Ba): Dalam bentuk serbuk, mudah terbakar pada temperatur ruang. Jangka
panjang, menyebabkan naiknya tekanan darah dan terganggunya sistem syaraf.
Cadmium (Cd): Dalam bentuk serbuk mudah terbakar. Beracun jika terhirup dari udara
atau uap. Dapat menyebabkan kanker. Larutan dari kadmium sangat beracun. Jangka
panjang, terakumulasi di hati, pankreas, ginjal dan tiroid, dicurigai dapat menyebabkan
hipertensi
Kromium (Cr): Kromium hexavalen bersifat karsinogenik dan korosif pada jaringan
tubuh. Jangka panjang, peningkatan sensitivitas kulit dan kerusakan pada ginjal
Timbal (Pb): Beracun jika termakan atau terhirup dari udara atau uap. Jangka panjang,
menyebabkan kerusakan otak dan ginjal; kelainan pada kelahiran
Raksa (Hg): Sangat beracun jika terserap oleh kulit atau terhirup dari uap. Jangka
panjang, beracun pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan kelainan pada kelahiran.
Perak (Ag): Beracun. Jangka panjang, pelunturan abu-abu permanen pada kulit, mata dan
membran mukosa (mucus)

ZINC - is a metal that is normally found in small amounts in nature. ZINC - adalah
logam yang biasanya ditemukan dalam jumlah kecil di alam. It is used in many
commercial industries and can be released into the environment during mining and
smelting (metal processing) activities. Hal ini digunakan dalam industri komersial banyak
dan dapat dilepaskan ke lingkungan hidup selama kegiatan penambangan dan peleburan
(pengolahan logam). Mining, smelting metals (like zinc, lead and cadmium) and steel
production, as well as burning coal and certain wastes can release zinc into the
environment. A common use for zinc is to coat steel and iron as well as other metals
to prevent rust and corrosion; this process is called galvanization. High levels of zinc
in soil may result from the improper disposal of zinc-containing wastes from metal
manufacturing industries and electric utilities. Pertambangan, peleburan logam (seperti
seng, timbal dan kadmium) dan produksi baja, serta pembakaran batu bara dan limbah
tertentu dapat melepaskan seng ke lingkungan. A umum digunakan untuk seng adalah
lapisan baja dan besi serta logam lainnya untuk mencegah karat dan korosi, proses
ini disebut galvanisasi utilitas tinggi. kadar seng dalam tanah dapat mengakibatkan dari
yang tidak benar pembuangan limbah yang mengandung seng manufaktur logam dari
industri listrik dan. Industries also can release dust containing higher levels of zinc and
thec dust will settle out onto the soil and surface waters. Industri juga dapat melepaskan
debu yang mengandung tingkat yang lebih tinggi dari seng dan debu thec akan
menyelesaikan keluar ke air tanah dan permukaan. Rain and snow also can remove zinc
dust from the air. Hujan dan salju juga dapat menghapus debu seng dari udara. Most of
the zinc in lakes, rivers and streams does not dissolve, but settles to the bottom. Sebagian
besar seng di danau, sungai dan sungai tidak larut, tetapi mengendap ke bawah. Some
fish in these waters may contain high levels of zinc. Beberapa ikan di perairan ini
mungkin mengandung kadar tinggi dari seng. High levels of zinc in the soil, water and air
are often found along with high levels of other metals like lead and cadmium. Tingginya
kadar seng dalam air, tanah dan udara sering ditemukan bersama dengan tingkat tinggi
logam lain seperti timbal dan kadmium.
NICKEL - Coins, jewelry, nickel-cadmium batteries, some paints and ceramics,
magnetic tapes, computer components, stainless steel (sinks, cooking utensils,
cutlery) are all products containing nickel . NIKEL - Koin, perhiasan, nikelkadmium baterai, beberapa cat dan keramik, pita magnetik, komponen komputer,
stainless steel (sink, peralatan memasak, peralatan makan) semua produk yang
mengandung nikel. Nickel is an abundant element. Nikel adalah elemen yang berlimpah.
It is naturally found in soils, waters, and foods, and is emitted from volcanoes. Hal ini
secara alami ditemukan di tanah, air, dan makanan, dan dipancarkan dari gunung berapi.
It mainly occurs in combination with arsenic, antimony and sulfur in the environment. Ini
terutama terjadi dalam kombinasi dengan arsen, antimon dan belerang di lingkungan.
Pure nickel is found alloyed with iron in many meteors and the earth's core is believed to
contain substantial quantities. Murni nikel ditemukan paduan dengan besi di banyak
meteor dan inti bumi diyakini mengandung jumlah besar. Combustion of coal and other
fossil fuels leads to release of nickel to the atmosphere. Pembakaran batubara dan bahan
bakar fosil lainnya mengarah ke pelepasan nikel ke atmosfir. Other sources of
atmospheric nickel include emissions from mining and refining operations, steel
production, nickel alloy production, electroplating, and municipal waste incineration.

Sumber-sumber lain nikel atmosfer termasuk emisi dari operasi penambangan dan
penyulingan, produksi baja, produksi nikel paduan, elektroplating, dan pembakaran
limbah rumah tangga.
MERCURY - is generated naturally in the environment from the degassing of the earth's
crust and from volcanic emissions. MERCURY - dihasilkan secara alami dalam
lingkungan dari degassing kerak bumi dan dari emisi gunung berapi. It exists in three
forms: elemental mercury and organic and inorganic mercury. Mining operations, coal
fired power plants, chloralkali plants, and paper industries are significant producers
of mercury . Ini ada dalam tiga bentuk: dan merkuri organik anorganik merkuri. Dan
elemental Operasi pertambangan, batubara pembangkit listrik, tanaman
chloralkali, dan industri kertas produsen besar raksa. Atmospheric mercury is
dispersed across the globe by winds and returns to the earth in rainfall, accumulating in
aquatic food chains and fish in lakes. Atmosfer merkuri tersebar di seluruh dunia oleh
angin dan kembali ke bumi dalam curah hujan, terakumulasi dalam rantai makanan
akuatik dan ikan di danau. Mercury compounds were added to paint as a fungicide until
1990. Senyawa merkuri yang ditambahkan untuk melukis sebagai fungisida sampai 1990.
These compounds are now banned; however, old paint supplies and surfaces painted with
these old supplies still exist. Senyawa ini sekarang dilarang, namun, persediaan cat lama
dan permukaan yang dicat dengan persediaan tersebut lama masih ada. Mercury
continues to be used in thermometers, thermostats, and dental amalgam. Mercury terus
digunakan dalam termometer, termostat, dan amalgam gigi. Algaecides and childhood
vaccines are also potential sources. Algaecides dan vaksin anak juga merupakan sumber
potensial.
LEAD - is a very soft metal and was used in pipes, drains, and soldering materials for
many years. Millions of homes built before 1940 still contain lead (eg, in painted
surfaces) , leading to chronic exposure from weathering, flaking, chalking, and dust.
LEAD - adalah logam yang sangat lembut dan digunakan dalam pipa, saluran, dan bahan
solder selama bertahun-tahun,. Jutaan rumah yang dibangun sebelum 1940 masih
mengandung timah (misalnya, dicat di permukaan), yang menyebabkan kronis untuk
eksposur dari pelapukan, mengelupas, Meninggalkan jejak dan debu. Every year, industry
produces about 2.5 million tons of lead throughout the world. Setiap tahun, industri
memproduksi sekitar 2,5 juta ton timah di seluruh dunia. Most of this lead is used for
batteries. Kebanyakan timbal ini digunakan untuk baterai. The remainder is used for
cable coverings, plumbing, ammunition, and fuel additives. Sisanya digunakan untuk
penutup kabel, pipa, amunisi, dan aditif bahan bakar. Other uses are as paint pigments
and in PVC plastics, x-ray shielding, crystal glass production, pencils, and pesticides.
Kegunaan lain adalah sebagai cat pigmen dan plastik PVC, x-ray pelindung, produksi
kaca kristal, pensil, dan pestisida.
COPPER - Man has made use of copper as a plumbing material since the time of the
Pharaohs and experts date earliest use of native copper at 7000 to 9000 BC
According to the Copper Development Association, plumbing, heating and building
wiring are the three most important uses of copper and its alloys. TEMBAGA - Man
telah membuat penggunaan tembaga sebagai bahan pipa sejak zaman Firaun dan

ahli paling awal menggunakan tanggal tembaga asli pada 7000-9000 SM Menurut
Copper Development Association, plumbing, pemanas dan bangunan kabel adalah tiga
penting menggunakan sebagian tembaga dan paduannya. Copper occurs naturally in most
soils and in fruits and vegetables. Tembaga terjadi secara alami dalam tanah paling dan
dalam buah-buahan dan sayuran. Both humans and animals need some copper in their
diet. Baik manusia dan hewan membutuhkan beberapa tembaga dalam diet mereka. In
humans, it helps in the production of blood hemoglobin. Pada manusia, membantu dalam
produksi hemoglobin darah. Copper is a pliable, malleable metal, having a bright reddish
metallic luster and is an excellent conductor of both electricity and heat. Tembaga adalah
logam, lentur ditempa, memiliki kilap logam cerah kemerahan dan merupakan konduktor
yang sangat baik dari kedua listrik dan panas. Copper occurs naturally in a wide range of
mineral deposits. Tembaga terjadi secara alami dalam berbagai deposit mineral. It is used
in making textiles, marine paints, electrical conductors and wires, plumbing fixtures and
pipes, as well as coins and cooking utensils. Hal ini digunakan dalam pembuatan tekstil,
cat laut, konduktor listrik dan kabel, perlengkapan pipa saluran air dan pipa, serta koin
dan peralatan memasak. Copper is very toxic to fungi and algae, which is why copper
based - compounds are widely used as a wood preservative and fungicide. Tembaga
sangat racun bagi jamur dan ganggang, yang mengapa tembaga berbasis - senyawa yang
banyak digunakan sebagai pengawet kayu dan fungisida.
CHROMIUM - is a naturally occurring metal which has a steel-grey color when pure.
Chromium is a hard metal which has important application in the production of
steel . KROMIUM - adalah terjadi logam alami yang memiliki warna abu-abu baja
ketika baja murni. Kromium hard logam yang penting memiliki aplikasi dalam
produksi. The major sources of emissions to air and water may result from iron and steel
producers, coal-fired power plants, leather tanning industries, chemical manufacturing
industries (eg dyes for paints, rubber and plastic products), metal finishing industries (eg
chrome plating), manufacturers of pharmaceuticals, wood, stone, clay and glass products,
electrical and aircraft manufacturers, steam and air conditioning supply services, cement
producing plants (cement contains chromium), incineration of refuse and sewage sludge,
and combustion of oil and coal. Sumber utama emisi ke udara dan air dapat dihasilkan
dari produsen besi dan baja, pembangkit listrik tenaga batu bara, industri penyamakan
kulit, industri manufaktur kimia (misalnya pewarna untuk cat, karet dan plastik produk)
industri logam, finishing (misalnya pelapisan krom) , produsen obat-obatan, kayu, tanah
liat batu, dan produk kaca, produsen listrik dan pesawat terbang, uap dan layanan
pasokan penyejuk udara, produksi pabrik semen (semen mengandung kromium),
pembakaran sampah dan lumpur limbah, dan pembakaran minyak dan batubara. Since
chromium is also a naturally occurring element in the earth's crust it is also present in
rocks, soils, sediments and some natural waters at low levels. Karena kromium juga
merupakan unsur alami yang terjadi di kerak bumi itu juga hadir dalam batuan, tanah,
sedimen dan beberapa perairan alami di tingkat rendah.
CADMIUM - Pure cadmium is a soft, silver-white metal found naturally in small
quantities in air, water and soil. Cadmium is not mined, but it is a byproduct of the
smelting of other metals such as zinc, lead and copper . KADMIUM - Murni
kadmium adalah perak, putih logam lunak ditemukan secara alami dalam jumlah kecil di

udara, air dan tanah tembaga. Kadmium tidak ditambang, tetapi merupakan hasil
sampingan dari peleburan logam lain seperti seng, timah dan. Cadmium does not
have a definite taste or odor. Kadmium tidak memiliki rasa atau bau tertentu. Cadmium is
used in nickel-cadmium rechargeable batteries and for metal plating. Kadmium
digunakan dalam baterai isi ulang nikel-kadmium dan pelapisan logam. It also is used in
some paints, PVC plastics and metal solders. Ini juga digunakan di beberapa cat, plastik
PVC dan solder logam. Some metal containers, such as ice cube trays, pitchers, bowls or
ceramic ware can contain small amounts of cadmium. kontainer logam Beberapa, seperti
baki es batu, kendi, mangkuk atau ware keramik dapat mengandung sejumlah kecil
kadmium. The main industries that use cadmium are metal smelting, electronics, nuclear
power, paint pigment production, and other metal working and refining companies.
Industri-industri utama yang digunakan adalah kadmium peleburan logam, elektronik,
tenaga nuklir, produksi cat pigmen, dan logam lainnya yang bekerja dan perusahaan
penyulingan. It can be found in soils because insecticides, fungicides, sludge, and
commercial fertilizers that use cadmium are used in agriculture. Hal ini dapat ditemukan
di tanah karena insektisida, fungisida, lumpur, dan pupuk komersial yang digunakan
kadmium digunakan dalam pertanian. Cadmium may be found in reservoirs containing
shellfish. Kadmium dapat ditemukan dalam reservoir yang mengandung kerang.
Cigarettes also contain cadmium. Rokok juga mengandung kadmium. Lesser-known
sources are dental alloys, electroplating, motor oil, and exhaust. sumber-sumber yang
kurang terkenal adalah paduan gigi, elektroplating, minyak motor, dan knalpot.
ARSENIC - is present in more than 200 mineral species, the most common of which is
arsenopyrite. Arsenic is released into the environment by the smelting process of
copper, zinc, and lead, as well as by the manufacturing of chemicals and glasses .
ARSENIC - hadir di lebih dari 200 jenis mineral, yang paling umum yang arsenopirit
kacamata. Arsenik dilepaskan ke lingkungan dengan proses peleburan tembaga,
seng, dan timah, serta oleh manufaktur bahan kimia dan. Mining, smelting of nonferrous metals and burning of fossil fuels are the major industrial processes that
contribute to anthropogenic arsenic contamination of air, water and soil. Pertambangan,
peleburan logam non-ferrous dan pembakaran bahan bakar fosil adalah proses industri
utama yang berkontribusi terhadap pencemaran arsen antropogenik udara, air dan tanah.
Elemental arsenic is produced by reduction of arsenic trioxide with charcoal. Unsur
arsenik dihasilkan oleh pengurangan arsenik trioksida dengan arang. It has been
estimated that 70% of the world arsenic production is used in timber treatment as copper
chrome arsenate, 22% in agricultural chemicals, and the remainder in glass,
pharmaceuticals and non-ferrous alloys. Diperkirakan bahwa 70% dari produksi dunia
arsenik digunakan dalam pengobatan kayu arsenate tembaga krom, 22% pada bahan
kimia pertanian, dan sisanya di gelas, farmasi dan paduan non-ferrous. Historically, use
of arsenic-containing pesticides has left large tracts of agricultural land contaminated.
Secara historis, penggunaan pestisida yang mengandung arsenik telah meninggalkan
tanah luas lahan pertanian yang terkontaminasi. The use of arsenic in the preservation of
timber was also widespread historically. Penggunaan arsen dalam pelestarian kayu juga
meluas historis.

Marine and Waterways Solutions can create a market advantage for your project.
Kelautan dan Sungai Solusi dapat membuat keuntungan pasar untuk proyek Anda.
Not only is the MBS Technology a low cost long term permanent solution, but it can
help in the marketing of a project as the case study below demonstrates. Tidak hanya
MBS Teknologi jangka panjang solusi permanen rendah biaya, tetapi dapat membantu
dalam pemasaran proyek sebagai studi kasus di bawah ini menunjukkan.
Molecular Bonding System (MBS) Technology Plays Key Role In Licensee
Winning Brownfield Of The Year Award "Sistem Bonding Molekul (MBS )
Teknologi Memainkan Peranan Kunci Dalam Lisensi Winning Brownfield Of The
Year Award"

East Providence Pointe Project, Brownfield Remediation, Project Site Former Washburn
Wire Company; a large industrial complex with most of its buildings erected during one
or more of the following periods: 1893, 1900-1902, 1926-1928, and 1930-1936. East
Providence Pointe Proyek, Brownfield Remediasi, Lokasi Proyek Mantan Washburn Wire
Perusahaan; sebuah kompleks industri besar dengan sebagian besar bangunan dibangun
dalam waktu satu atau lebih dari periode berikut: 1893, 1900-1902, 1926-1928, dan
1930-1936.
MBS is formulated into different delivery media depending on the application. MBS
ini dirumuskan dalam media pengiriman berbeda tergantung pada aplikasi.
For an in-line manufacturing process which may generate a leachable heavy metal waste
stream, MBS is a perfect solution to prevent pollution from ever reaching the
environment. Untuk line proses manufaktur-in yang dapat menghasilkan aliran limbah
logam berat leachable, MBS adalah solusi sempurna untuk mencegah polusi dari yang
pernah mencapai lingkungan.
In a lagoon environment where metals are being held for long term storage, MBS could
be intermixed with the waste stream prior to its placement in the lagoon and the metals
will be rendered un-leachable. Dalam lingkungan laguna mana logam sedang diadakan
untuk penyimpanan jangka panjang, MBS bisa bercampur dengan aliran limbah
sebelum penempatannya dalam laguna dan logam akan diberikan un-leachable.
This material is now available for beneficial reuse and does not need long term storage,
however if the lagoon are already in place, MBS can be added to the lagoon waste and

allowed to react over time. Bahan ini sekarang tersedia untuk digunakan kembali
menguntungkan dan tidak perlu penyimpanan jangka panjang, namun jika laguna sudah
di tempat, MBS dapat ditambahkan ke laguna limbah dan dibiarkan bereaksi dari
waktu ke waktu.
This process can prevent the metals from ever leaching out of the lagoon storage area.
Proses ini dapat mencegah pencucian logam dari yang pernah keluar dari tempat
penyimpanan laguna.
Marine and Waterways Solutions is focused on delivering the MBS Technology to
engineering companies and remediation contractors in a way that provides them with a
competitive advantage to secure new projects or save existing clients money. Kelautan
dan Sungai Solusi difokuskan pada memberikan MBS Teknologi untuk perusahaan
rekayasa dan kontraktor remediasi dengan cara yang menyediakan mereka dengan
keunggulan kompetitif untuk mengamankan proyek-proyek baru atau menghemat uang
klien yang ada.
M&W Solutions will provide training and certification to companies who want to utilize
the MBS Technology to their advantage. M & W Solutions akan menyediakan
pelatihan dan sertifikasi untuk perusahaan yang ingin memanfaatkan MBS Teknologi
untuk keuntungan mereka.
Contact us to explore our low cost to no cost certification program and to learn more
about what MBS Technology can do for your bottom line. Hubungi kami untuk
mengeksplorasi biaya rendah kami untuk tidak ada program sertifikasi biaya dan untuk
mempelajari lebih banyak tentang apa MBS Teknologi dapat lakukan untuk garis
bawah Anda.

Home Home
Marine & Waterway Solutions (M&W Solutions) is the exclusive worldwide source for
the MBS Technology in marine and waterway environments. Kelautan & Waterway
Solusi (M & W Solusi) adalah sumber seluruh dunia eksklusif untuk MBS Teknologi
dan lingkungan perairan laut. If a project involves the production handling, treatment or
disposal of leachable hazardous heavy metal waste streams, the patented MBS
Technology is the most cost effective solution on the market. Jika proyek melibatkan
penanganan produksi, perawatan atau pembuangan limbah berbahaya logam berat
leachable sungai, MBS dipatenkan Teknologi adalah solusi yang paling efektif biaya
di pasar.
MBS Technology Provides a MBS Teknologi Menyediakan
Competitive Advantage Keunggulan Kompetitif
To Engineers & Contractors On Projects With Leachable Heavy Metal Untuk Engineers
& Kontraktor Pada Proyek Dengan Heavy Metal Leachable
MBS Technology Provides MBS Menyediakan Teknologi
Pollution Prevention Pencegahan Polusi
For Industrial Processes Generating Leachable Heavy Metals Untuk Proses Industri
Logam Berat Leachable Pembangkit
MBS Technology Provides a MBS Teknologi Menyediakan
Market Advantage Pasar Advantage
For Project Developers &Property Owners Due to Its Low Cost and Long Term
Permanenc Untuk Pengembang Proyek & Pemilik Properti Karena Low Cost Its dan
Permanenc Jangka Panjang
MBS stands for Molecular Bonding System which utilizes a patented solid-phase
chemical stabilization * process to eliminate the leachability of heavy metals in soils,
sludge's, slags, ashes and solid industrial wastes. MBS adalah singkatan dari Sistem
Bonding Molekul yang memanfaatkan stabilisasi dipatenkan solid-kimia * tahap proses
untuk menghilangkan pelindian logam berat dalam tanah, lumpur itu, terak, abu dan
limbah industri padat.
*USEPA DEFINITION - Stabilization : Conversion of the active organic matter in
sludge into inert, harmless material. * USEPA DEFINISI - Stabilisasi: Konversi dari
bahan organik aktif dalam lumpur ke inert, bahan berbahaya.
MBS Technology has successfully passed all of EPA's Leachate Tests, including the
Multiple Extraction Procedure (MEP) test which simulates 1000 years of exposure and
determines the long term stability of treated wastes. MBS Teknologi telah berhasil
melewati semua's Lindi Pengujian EPA, termasuk Multiple Ekstraksi Prosedur (MEP) uji

yang mensimulasikan 1000 tahun paparan dan menentukan stabilitas jangka panjang
limbah diobati.
- ARSENIC , CADMIUM , CHROMIUM , COPPER , LEAD , MERCURY , NICKEL ,
and ZINC are rapidly converted to less soluble metallic sulfides. - ARSENIC,
KADMIUM, KROMIUM, TEMBAGA, LEAD, MERCURY, NIKEL, dan ZINC dengan
cepat dikonversi menjadi kurang sulfida logam larut.
The MBS Technology treats metals into a form that is not easily absorbed by plants,
animals, or people to eliminate their adverse effects to human health and the
environment. MBS Teknologi memperlakukan logam ke dalam bentuk yang tidak
mudah diserap oleh tanaman, hewan, atau orang-orang untuk menghilangkan efek buruk
mereka terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
The MBS Technology is also used for waste minimization and pollution prevention
with Timed-Release applications. MBS Teknologi juga digunakan untuk minimisasi
limbah dan pencegahan polusi dengan Jangka waktu-Release "aplikasi".
MBS Technology Advantages: MBS Teknologi Keuntungan:

Provides a Permanent Cost-Effective Solution Menyediakan Solusi Biaya-Efektif


Permanen

Treats Multiple Metals Concurrently Memperlakukan Beberapa Saat Logam

Works in Presence of Other Contaminants Bekerja dalam Keberadaan


Kontaminan Lain

Not pH Sensitive Tidak pH Sensitif

Ex-Situ & In-Situ Application Ex-Situ & Aplikasi In-Situ

Reactions are Immediate with No Cure Times Reaksi yang segera dengan Tidak
Times Cure

No Change to Physical Characteristics of Processed Soils Tidak Perubahan untuk


Karakteristik Fisik Tanah Olahan

Contractor Friendly - Simple, Fast, Easy, Conventional, Safe Friendly Kontraktor


- Wikipedia, Cepat, Mudah, Konvensional, Aman

Multiple Application Alternatives Beberapa Aplikasi Alternatif

Processed Materials Reused for Contour, Cover, Roadbed or Fill Bahan yang
diproses kembali untuk Contour, Cover, Roadbed atau Isi

Reuse Eliminates Transportation Costs Reuse Menghilangkan Biaya Transportasi

Works for Multiple Industrial Wastes Bekerja untuk Limbah Industri Multiple

Pollution Prevention Through In-Line Treatment Pencegahan Polusi Melalui


Pengobatan In-Line

Minimizes Long Term Liabilities Kewajiban Jangka Panjang meminimalkan

Provides for Reduced Insurance Costs Menyediakan untuk Mengurangi Biaya


Asuransi

MBS Technology Cost Effectiveness: MBS Teknologi Efektifitas Biaya:


The MBS Technology is the most cost effective ex-situ or in-situ solution on the
market for projects producing, handling, treating or disposing of leachable hazardous
heavy metal waste streams. MBS Teknologi adalah solusi efektif biaya ex-situ atau insitu yang paling di pasar untuk proyek-proyek produksi, penanganan, mengobati atau
membuang limbah berbahaya logam berat leachable sungai.
Soils treated with MBS Technology are rendered non hazardous and can be repurposed
for a beneficial use on site saving time and money. Tanah diobati dengan MBS
Technology dibuat tidak berbahaya dan dapat repurposed untuk penggunaan
menguntungkan di situs menghemat waktu dan uang.
Hazardous soil transportation and disposal can cost $250 / Ton. MBS treated soils stay
on site as fill and cost $30-$50 / Ton. Berbahaya transportasi dan pembuangan tanah
dapat biaya $ 250 / Ton -. MBS tanah diperlakukan tinggal di situs sebagai mengisi
dan biaya $ 30 $ 50 / Ton.
Where the MBS Technology is used in-situ (in place) the process doesn't disrupt the
environment or generate hazardous wastes and is considered a Green Best Management
Practice ** . Dimana MBS Teknologi digunakan in-situ (di tempat) proses tidak
mengganggu lingkungan atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan dianggap
sebagai "Green Praktek Manajemen Terbaik **."

Menanggulangi Pencemaran Logam Berat


Written by webadmin
Saturday, 09 September 2006
Oleh:
Dindin H Mursyidin SSi
Dosen Biologi FMIPA Unlam Banjarbaru
Banjarmasin merupakan salah satu kota di Kalsel yang potensial terkena dampak
pencemaran logam berat. Ini dapat dipahami, karena Banjarmasin sebagai kota seribu

sungai dengan berbagai aktivitas di dalamnya baik rumah tangga maupun industri.
Sungai merupakan satu-satunya prasarana paling mudah bagi masyarakat untuk
melakukan berbagai aktivitas, seperti mandi cuci kakus (MCK), transportasi dan lainnya
termasuk membuang sampah rumah tangga dan limbah industri. Dua aktivitas terakhir
(membuang sampah rumah tangga dan limbah industri) merupakan faktor utama
terjadinya pencemaran logam berat.
Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius untuk ditangani,
karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Sejak kasus merkuri di
Minamata Jepang pada 1953, pencemaran logam berat semakin sering terjadi dan
semakin banyak dilaporkan. Agen Lingkungan Amerika Serikat (EPA) melaporkan,
terdapat 13 elemen logam berat yang diketahui berbahaya bagi lingkungan. Di antaranya
arsenik (As), timbal (Pb), merkuri (Hg), dan kadmium (Cd). Logam berat sendiri
sebenarnya merupakan unsur esensial yang sangat dibutuhkan setiap makhluk hidup,
namun beberapa di antaranya (dalam kadar tertentu) bersifat racun. Di alam, unsur ini
biasanya terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi (terikat dengan zat padat) serta
terdapat sebagai bentuk ionik.
Dampak dari pencemaran logam berat ini sering dilaporkan. Kadmium misalnya,
merupakan salah satu jenis logam berat berbahaya karena berisiko tinggi terhadap
pembuluh darah. Elemen ini berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang
dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada
konsentrasi rendah berpengaruh terhadap gangguan paru-paru, emphysema dan renal
turbular disease kronis. Jumlah normal kadmium di tanah di bawah 1 ppm, tetapi angka
tertinggi (1.700 ppm) dijumpai di permukaan sampel tanah yang diambil di dekat
pertambangan biji seng (Zn).
Oleh:
Dindin H Mursyidin SSi
Dosen Biologi FMIPA Unlam Banjarbaru
Banjarmasin merupakan salah satu kota di Kalsel yang potensial terkena dampak
pencemaran logam berat. Ini dapat dipahami, karena Banjarmasin sebagai kota seribu
sungai dengan berbagai aktivitas di dalamnya baik rumah tangga maupun industri.
Sungai merupakan satu-satunya prasarana paling mudah bagi masyarakat untuk
melakukan berbagai aktivitas, seperti mandi cuci kakus (MCK), transportasi dan lainnya
termasuk membuang sampah rumah tangga dan limbah industri. Dua aktivitas terakhir
(membuang sampah rumah tangga dan limbah industri) merupakan faktor utama
terjadinya pencemaran logam berat.
Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius untuk ditangani,
karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Sejak kasus merkuri di
Minamata Jepang pada 1953, pencemaran logam berat semakin sering terjadi dan
semakin banyak dilaporkan. Agen Lingkungan Amerika Serikat (EPA) melaporkan,
terdapat 13 elemen logam berat yang diketahui berbahaya bagi lingkungan. Di antaranya
arsenik (As), timbal (Pb), merkuri (Hg), dan kadmium (Cd). Logam berat sendiri
sebenarnya merupakan unsur esensial yang sangat dibutuhkan setiap makhluk hidup,

namun beberapa di antaranya (dalam kadar tertentu) bersifat racun. Di alam, unsur ini
biasanya terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi (terikat dengan zat padat) serta
terdapat sebagai bentuk ionik.
Dampak dari pencemaran logam berat ini sering dilaporkan. Kadmium misalnya,
merupakan salah satu jenis logam berat berbahaya karena berisiko tinggi terhadap
pembuluh darah. Elemen ini berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang
dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada
konsentrasi rendah berpengaruh terhadap gangguan paru-paru, emphysema dan renal
turbular disease kronis. Jumlah normal kadmium di tanah di bawah 1 ppm, tetapi angka
tertinggi (1.700 ppm) dijumpai di permukaan sampel tanah yang diambil di dekat
pertambangan biji seng (Zn).
Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan
menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses
pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), serta
beberapa metode lainnya seperti penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis
dan reverse osmosis. Namun proses ini relatif mahal dan cenderung menimbulkan
permasalahan baru, yaitu akumulasi senyawa tersebut dalam sedimen dan organisme
akuatik (perairan).
Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah Biologi
dikenal dengan bioakumulasi, bioremediasi, atau bioremoval), menjadi alternatif yang
dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat keracunan elemen logam berat di lingkungan
perairan tersebut. Metode atau teknologi ini sangat menarik untuk dikembangkan dan
diterapkan, karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan proses kimiawi.
Beberapa hasil studi melaporkan, penggunaan mikroorganisme untuk menangani
pencemaran logam berat lebih efektif dibandingkan dengan ion exchange dan reverse
osmosis dalam kaitannya dengan sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended
solid), zat organik dan logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan
(presipitation) kalau dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan
konsentrasi logam beratnya. Dengan kata lain, penanganan logam berat dengan
mikroorganisme relatif mudah dilakukan, murah dan cenderung tidak berbahaya bagi
lingkungan.

Organisme Selular
Sianobakteria merupakan organisme selular yang termasuk kelompok mikroalga atau
ganggang mikro. Di alam, organisme ini tersebar luas baik di perairan tawar maupun
lautan. Sampai saat ini diketahui sekitar 2.000 jenis sianobakteria tersebar di berbagai
habitat. Berdasarkan penelitian terbaru, sianobakteria merupakan salah satu organisme
yang diketahui mampu mengakumulasi (menyerap) logam berat tertentu seperti Hg, Cd
dan Pb.

Suhendrayatna (2001) dalam makalahnya, menjelaskan lebih rinci tentang proses


penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme secara umum.
Umumnya, penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme terdiri
atas dua mekanisme yang melibatkan proses active uptake (biosorpsi) dan passive uptake
(bioakumulasi).
Proses active uptake dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini secara
simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan sianobakteria,
dan/atau akumulasi intraselular ion logam tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan
pada proses metabolisme dan ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini tergantung dari
energi yang terkandung dan sensitivitasnya terhadap parameter yang berbeda seperti pH,
suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan lainnya.
Namun demikian, proses ini dapat pula dihambat oleh suhu rendah, tidak tersedianya
sumber energi dan penghambat metabolisme sel. Peristiwa ini seperti ditunjukkan oleh
akumulasi kadmium pada dinding sel Ankistrodesmus dan Chlorella vulgaris yang
mencapai sekitar 80 derajat dari total akumulasinya di dalam sel, sedangkan arsenik yang
berikatan dengan dinding sel Chlorella vulgaris rata-rata 26 persen.
Suhendrayatna (2001) menambahkan, untuk mendesain suatu proses pengolahan limbah
yang mengandung ion logam berat dengan melibatkan sianobakteria relatif mudah
dilakukan. Proses pertama, sianobakteria pilihan dimasukkan, ditumbuhkan dan
selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion logam berat tersebut. Proses
pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan agar sianobakteria
berinteraksi dengan ion logam berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan
dari cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam berat
diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan.
Pemanfaatan sianobakteria untuk menanggulangi pencemaran logam berat merupakan
hal yang sangat menarik dilakukan, baik oleh masyarakat, pemerintah maupun industri.
Karena, sianobakteria merupakan organisme selular yang mudah dijumpai, mempunyai
spektrum habitat sangat luas, dapat tumbuh dengan cepat dan tidak membutuhkan
persyaratan tertentu untuk hidup, mudah dibudidayakan dalam sistem akuakultur.
http://www.ychi.org/index.php?option=com_content&task=view&id=73&Itemid=39

Logam Berat dan Pencemarannya (Merkuri dan Timbal)


Pencemaran oleh logam khususnya logam berat secara umum tidak berdiri
sendiri namun terbawa oleh fluida air dan udara. Apabila fluida ini tercemar
oleh berbagai lomponen organic dan non organic, maka di dalamnya sangat
berpotensi mengandung berbagai logam berat. Logam ini bila terdispersi ke
dalam udara akan terhirup sementara jika di air akan tertelan, terminum atau
masuk dari berbagai aktivitas lainnya.

Logam sendiri merupakan kelompok unsur yang mampu menghantarkan listrik


dan panas yang baik, memiliki rapat masa tinggi, dapat membentuk alloy atau
logam campuran , membentuk reaksi ionisasi dalam fluida, dapat berwujud
padat dan tentunya dapat dibentuk. Selanjutnya logam dapat diklasifikasikan
dalam beberapa kelompok berdasarkan reaktifitasnya dengan unsur lain. Ion
logam dapat bereaksi dengan bahan kimia pada makhluk hidup. Beberapa
kelompok ini yaitu kelas A, logam yang mudah bereaksi dengan oksigen, kelas
B, logam yang mudah bereaksi dengan nitrogen atau belerang dan kelas antara,
logam transisi yang memiliki sifat khusus sebagai pengganti logam-logam atau
ion-ion logam kelas A dan B. Oleh Niebor dan Richardso, kelompok logam itulah
yang disebut dengan logam berat.
Beberapa sifat khusus yang dimiliki logam berat adalah specific gravity yang
melebihi empat, nomor atom antara 22-34, 40-50 atau unsur lantanida dan
aktinida, dan memiliki respon kimia yang khas pada makhluk hidup. Logam ini
mudah sekali mengkontaminasi udara dan air seperti merkuri (pada air) dan
timbal (pada udara). Jika logam ini terkonsumsi secara tidak langsung di tubuh
manusia, maka akan mengumpul dan dalam waktu lama akan bersifat toxic
yang secara akumulatif tidak akan dapat diurai oleh tubuh.
Sadar atau tidak sadar, logam berat ini dimanfaatkan oleh banyak industry baik
sebagai aditif mapun pereaksi utama, akibatnya ketika terbuang ini akan
mencemari lingkungan dan tentunya berdampak buruk bagi kesehatan. Sudah
sewajarnyua industry yang mengeluarkan emisi logam berat melakukan
tindakan minimisasi limbah dan pencegahan pencemaran atau menemukan
alternative produk yang tidak menceari lingkungan. Pemerintah juga
seharusnya melakukan pengawasan lebih ketat terhadap penggunaan logam
berat ini.
Berbagai logam berat yang sering ditemukan mencemari lingkungan antara lain:
1. Merkuri
Merkuri merupakan unsur yang stabil jika terdapat dalam bentuk alami dengan
berbagai senyawa seperti Cinnabar (HgS). Berbentuk cair pada suhu kamar dan
mampu menghantarkan arus sangat baik. Logam ini digunakan sebagai katalis
untuk berbagai industry dan juga campuran untuk bahan industry plastic.
Penggunaan besar-besaran dimulai sejak digunakan pada industry khlor alkali
dalam bentuk methyil merkuri.

Cinnabar (HgS) adalah mineral sulfide pembawa merkuri alami yang banyak
digunakan untuk pewarna industry keramik dulu kala
Bentuk merkuri yang ada di alam antara lain merkuri organic seperti merkuri
chloride (HgCl2) dan merkuri oksida (HgO). Komponen merkui organic yang
terdiri dari aril merkuri, akil merkuri maupun alkoksiakil merkuri.

Organo merkuri (methyil merkuri) senyawa merkuri yang berbahaya


Pencemaran merkuri umumnya terjadi ketika limbah merkuri ini terlepas ke
fluida air dan udara. Air terjadi ketika dilepas ke danau, sungai dan
mengkontaminasi biota di dalamnya. Melalui system rantai makanan, ikan kecil
akan dimakan oleh strata di atasnya dan ini terus berakumulasi sehingga di
tingkatan paling atas maka konsentrasi merkuri akan jauh lebih tinggi.

Manusia berada pada tingkatan teratas trofi rantai makanan, sehingga logam
berat akan yang terdapat di detritus akan terakumulasi pada manusia

Merkuri yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat lewat melalui air, udara
maupun makanan dan minuman. Merkui ini juga dapat masuk secara alami
melalui makanan yang kita konsumsi. Beberapa makanan yang juga
mengakumulasikan merkuri secara alami seperti jenis seafood (ikan dan
kerang). Karena sifatnya sebagai logam berat, maka tubuh tidak akan mampu
menguraikan merkuri ini sehingga dalam waktu lama merkuri ini akan
mengumpul dalam organ seperti hati, ginjal, otak dan darah.

Kerang adalah salah satu organisme yang mampu mengakumulasikan merkuri


Keracunan atau pencemaran merkuri telah terjadi di berbagai tempat di
belahan bumi ini, beberapa kasus menjadi trend yang besar karena besarnya
jumlah korban meninggal maupun cacat permanen. Tercatat di Irak (1961),
Guetamala (1966), Pakistan (1963) dan di Nigata Jepang pada 1968 yang

terkenal dengan Tragedi Minamatanya (Minamata Desease). Isu pencemaran ini


terjadi ketika merkuri sulfide yang digunakan sebagai katalis dibuang ke laut
Minamata dan terobah oleh bakteri menjadi CH 3Hg+ yang sangat mudah
menguap (volatile). Partikel ini yang masuk ke tubh organisme dan melewati
ebrbagai strata rantai makanan.

Mekanisme masuknya merkuri ke tubuh manusia di Tragedi Minamata

Dampak pencemaran merkuri di Teluk Minamata terhadap kesehatan


Keracunan merkuri tentunya memberi dampak buruk bagi tubuh karena
merusak perut, usus, ginjal, maupun darah dan saraf bahkan sangat berpotensi
menyebabkan kematian. Organimerkuri merupakan jenis merkuri yang mampu
melakukan penetrasi dan terkumpul di dalam otak karena mampu menembus
membrane otak. Perusakan ini juga bahkan menyangkut pada penyakit cacat
turunan, kerusakan system saraf pusat dan kerusakan system genetic.
Sedangkan pencemaran melalui udara akan terjadi melalui emisi. Emisi ini yang
kemudian terhirup dan masuk ke dalam system pernafasan. Beberapa aktivitas
yang menghasilkan emisi merkuri seperti instalasi sampah kota melalui alkali
khlorin, peleburan merkuri dan industry tambang skala kecil.
Khusus untuk penambangan emas, umumnya digunakan merkuri (kuik, air raksa,
air perak untuk bahasa local) untuk mengumpulkan partikel emas dan perak
yang telah tergerus dan dicamurkan dalam air. Partikel merkuri berdasar sifat
adhesive-nya akan mengumpulkan dan mengikat logam emas dan perak.
Selanjutnya merkuri yang bermuatan emas dan perak ini akan dibakar untuk
menghilangkan merkuri sehingga yang tertinggal hanyalah emas dan perak.

Gelundung yang berfungsi mencampurkan batuan mengandung emas dengan


merkuri

Pembuangan merkuri pada pengolahan emas tradisional


Pembakaran ini yang justru menjadi sangat berbahaya, karena debu dan uap
pembakaran merkuri akan terbawa ke pernafasan dan menyerang system organ.
Akibat penumpukan dalam waktu lama, maka merkuri akan mengendap di
dalam darah dan system saraf sehingga menibulkan penyakit saraf seperti
tremor, kejang-kejang bahkan kelumpuhan permanen. Banyak ditemukan orang
yang terdedah debu dan uap merkuri terkena penyakit saraf, tremor hingga
menjadi lumpuh dalam waktu 5 sampai 15 tahun.
Perlu diingat bahwa merkuri memiliki waktu retensi atau waktu terdedah yang
cukup lama di dalam tubuh manusia meskipun dalam konsentrasi rendah
sehingga konsentrasi di dalam tubuh akan semakin tinggi.
2. Timbal
Beberapa orang telah mengenal timah hitam namun masih asing dengan istilah
lainnya yaitu Timbal atau Plumbum (Pb) karena memang dalam table unsur
periodic, simbolnya adalah Pb. Di Indonesia timbal lebih dikenal sebagai
Galena atau Galenda karena memang senyawa yang mudah ditemukan adalah
Galena (PbS). Merupakan logam lunak yang berwarna kebiruan merupakan
logam sangat toxic dan tidak dapat terurai menjadi zat lain sehingga jika
terpapar ke lingkungan tentunya sangat berbahaya bagi mahluk hidup.

Galena, batuan alami pembawa timbal atau timah hitam. Dikenal sebagai
galenda dan ditambang secara tradisional di beberapa lokasi di Indonesia
Timbal ini banyak digunakan pada industri batu baterai atau accu yaitu sebagai
anoda. Sifat timbal sehingga dimanfaatkan untuk baterai karena lunak sehingga
mudah dibentuk, dapat membentuk alloy, dapat menjadi lapisan pelindung jika
kontak dengan udara dan titik cair yang rendah.

Selain itu timbal juga digunakan pada campuran bahan bakar, pestisida dan
campuran cat. Timbal juga dimanfaatkan dalam industri pelapis produk logam
seperti kabel, amunisi, pewarna maupun pelapis alat rumah tangga.

Timbal juga digunakan pada cat dan bahan pewarna sebagai zat aditif

Pencemaran oleh timah hitam ini dapat terjadi di tanah maupun udara.
Pencemaran yang umum terjadi adalah di kota besar akibat transportasi.
Timbal berupa gas ini berasal dari pembakaran bensin mengandung timbal
(digunakan sebagai aditif) dari kendaraan bermotor. Di Indonesia, bensin
bertimbal digunakan sejak tahun 70-an karena memang disesuaikan dengan
spesifikasi kendaraan waktu itu yaitu untuk menambahkan nilai oktan.

Emisi pembakaran bensin mengeluarkan juga timbal yang terdispersi ke udara

Mari gunakan bensin tanpa timbal


Bahan bakar kendaraan bermotor di Indonesia sebelum tahun 2000 ini nyaris
semua masih mengandung konsentrasi timbal yang lebih tinggi dari ukuran
minimum internasional. Menurut spesifikasi resmi Ditjen Migas, kandungan
maksimum timbal dalam bahan bakar yang diizinkan adalah 0,45 gram perliter.
Sementara, menurut ukuran internasional, ambang batas maksimum kandungan
timbal adalah 0,15 gram per liter.
Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar terutama
bensin, diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem
saraf, serta meracuni darah. Meski saat ini (sejak tahun 2000) penggunaan
bensin bertimbal sudah dilarang, di beberapa daerah masih ditemukan
penggunaan bensin bertimbal.
Pencemaran timbal mungkin saat ini sudah terjadi terutama di kota-kota besar
meskipun dalam jumlah yang tidak menentu. pencemaran timbal dari
transportasi ini akan menyebabkan keracunan dalam tubuh. Jika dalam
konsetrasi kecil dapat menyebabkan sakit kepala atau pusing-pusing. Gejala
lainnya adalah kolik, sembelit, mual-mual. Gejala yang umum ini menyebabkan
keracunan Pb sulit untuk dideteksi.

Kampanye penolakan penggunaan bensin bertimbal


Pencemaran timbal di jalan raya tentunya telah terjadi bertahun-tahun dan
menjadi ancaman khususnya bagi rakyat miskin karena mereka yang umumnya
hidup di lokasi slum yang selalu dilewati oleh udara bertimbal. Mereka ini
adalah kaum yang sangat rentan terhadap keracunan timbale. Timbal yang
masuk ke dalam tubuh akan tersimpan di dalam tulang dan tentunya akan
mempengaruhi kesehatan dan kekuatan tulang. Beberapa dampak dari
keracunan timbal yang berpengatuh pada kesehatan antara lain:
a. Kelambanan dalam pengembangan kemampuan baik secara psikis maupun
saraf (karena target organ dari timbal adalah tulang dan saraf)
b. Kerusakan system reproduksi
c. Perubahan kemampuan berpikir dan mengingat
d. Anemia dan tekanan darah tinggi

Makanan yang mengandung timbal juga biasa terkonsumsi oleh manusia


terutama makanan yang di kemas dalam kaleng, terutama yang bersifat asam.
Kandungan timbal dalam beberapa jenis makanan seperti di bawah ini:
1. Makanan kaleng : 50 - 100 mikrogram/kg.
2. Hasil ternak (hati, ginjal) : 150 mikrogram/kg.
3. Daging : 50 mikrogram/kg.
4. Ikan : 170 mikrogram/kg.
5. Udang dan kerang : >250 mikrogram/kg.
6. Susu sapi, buah dan sayuran : 15 - 20 mikrogram/kg.
(http://www.smallcrab.com/makanan-dan-gizi/575-pencemaran-timbal-dalammakanan)

Keberadaan partikel Pb ini dapat berasal dari kaleng yang dilakukan pematrian
pada proses penyambungan antara kedua bagian sisi dari tin plate untuk
membentuk badan kaleng atau antara bagian badan kaleng dan tutupnya yang
dipatri.

Makanan yang diawetkan kalengan berpotensi menyebarkan kandungan timbal


Bila kita terpapar terus menerus maka kemungkinan besar kita akan terpapar
secara akut sehingga menimbulkan gejala keracunan dan penyakit yang cukup
akut bahkan menimbulkan koma atau kematian. Pada anak-anak, keracunan Pb
menyebabkan kehilangan selera makan, keengganan bermain, tidak peka
terhadap rangsangan hingga gangguan pertumbuhan dan kecerdasan.
Saat ini timbal yang digunakan sebagai campuran bahan pewarna juga banyak
digunakan untuk industry mainan terutama pad produk mainan murah dari
negeri .. dan justru mainan ini banyak yang dikonsumsi oleh anak-anak kecil.
Jadi mereka tentunya sangat rawan terdedah oleh timbal.

Mainan anak terduga mengandung timbal yang berbahayabagi pertumbuhan dan


perkembangan anak
Beberapa penelitian sempat menuliskan bahwa pencemaran timbal ternyata
mempengaruhi kemajuan anak-anak sehingga jika anak yang tercemar timbal
akan menjadi bodoh dan mengakibatkan hilangnya satu generasi. Mari kita
perbaiki dan cegah generasi mendatang dari pencemaran timbal

http://radyanprasetyo.blogspot.com/2010/11/logam-berat-danpencemarannya-merkuri.html

Bioremoval, Metode Alternatif Untuk Menanggulangi


Pencemaran Logam Berat
Kata Kunci: polusi
Ditulis oleh Johan Angga Putra pada 18-04-2006

Mungkin istilah logam berat sudah tak asing bagi para kimiawan.
Dari nomor atom sampai efek fisiologis telah secara rinci dibahas dalam buku-buku
kimia terutama kimia anorganik dan kimia lingkungan. Tapi tak demikian dengan orang
awam. Mungkin istilah logam berat masih terasa asing di telinga mereka dan
didefinisikan secara sederhana saja yaitu logam yang berat (dalam artian ditimbang)
seperti besi, baja, aluminium dan tembaga. Terlepas dari definisi di atas, biasanya dalam
literatur kimia istilah logam berat digunakan untuk memerikan logam-logam yang
memiliki sifat toksisitas (racun) pada makhluk hidup.
Menurut Vouk (1986) terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah
teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam
berat ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun
dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini
adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam
berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum
diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lainlain. Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada
bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan
bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus.
Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen,
teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan
dan pencernaan.
Menurut Nordberg., et.al (1986) logam berat jika sudah terserap ke dalam tubuh maka
tidak dapat dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di dalamnya hingga nantinya dibuang

melalui proses ekskresi. Hal serupa juga terjadi apabila suatu lingkungan terutama di
perairan telah terkontaminasi (tercemar) logam berat maka proses pembersihannya akan
sulit sekali dilakukan. Kontaminasi logam berat ini dapat berasal dari faktor alam seperti
kegiatan gunung berapi dan kebakaran hutan atau faktor manusia seperti pembakaran
minyak bumi, pertambangan, peleburan, proses industri, kegiatan pertanian, peternakan
dan kehutanan, serta limbah buangan termasuk sampah rumah tangga.
Menyadari ancaman yang begitu besar dari pencemaran logam berat, maka berbagai
metode alternatif telah banyak digunakan seperti dengan cara mengurangi konsentrasi
logam berat yang akan dibuang ke perairan, tetapi dalam jangka waktu yang lama,
perlakuan tersebut dapat merusak lingkungan akibat dari akumulasi logam berat yang
tidak sebanding dengan masa recovery (perbaikan) dari lingkungan itu sendiri. Teknik
yang lebih baik dari teknik di atas adalah penetralan logam berat yang aktif menjadi
senyawa yang kurang aktif dengan menambahkan senyawa-senyawa tertentu, kemudian
dilepas ke lingkungan perairan, namun pembuangan logam berat non-aktif juga menjadi
masalah karena dapat dengan mudah mengalami degradasi oleh lingkungan menjadi
senyawa yang dapat mencemari lingkungan. Cara lain adalah reverse osmosis,
elektrodialisis, ultrafiltrasi dan resin penukar ion.
Reverse osmosis adalah proses pemisahan logam berat oleh membran semipermeabel
dengan menggunakan perbedaan tekanan luar dengan tekanan osmotik dari limbah,
kerugian sistem ini adalah biaya yang mahal sehingga sulit terjangkau oleh industri di
Indonesia. Teknik elektrodialisis menggunakan membran ion selektif permeabel
berdasarkan perbedaan potensial antara 2 elektroda yang menyebabkan perpindahan
kation dan anion, juga menimbulkan kerugian yakni terbentuknya senyawa logamhidroksi yang menutupi membran, sedangkan melalui ultrafiltrasi yaitu penyaringan
dengan tekanan tinggi melalui membran berpori, juga merugikan karena menimbulkan
banyak sludge (lumpur). Resin penukar ion berprinsip pada gaya elektrostatik di mana
ion yang terdapat pada resin ditukar oleh ion logam dari limbah, kerugian metode ini
adalah biaya yang besar dan menimbulkan ion yang ter-remove sebagian.
Menilik pada berbagai kelemahan metode di atas, maka dewasa ini para peneliti sedang
menggalakkan pencarian metode alternatif lain. Salah satunya adalah pengunaan
mikroorganisme untuk mengabsorpsi logam berat atau biasa disebut dengan bioremoval.
Keuntungan penggunaan mikroorganisme sebagai bioremoval menurut Kratochvil dan
Voleski (1998) adalah biaya yang rendah, efisiensi yang tinggi, biosorbennya dapat
diregenerasi, tidak perlu nutrisi tambahan, kemampuannya dalam me-recovery logam dan
sludge yang dihasilkan sangat minim. Dilihat dari keuntungannya itu, maka bioremoval
lebih efektif dibanding dengan pertukaran ion dan reverse osmosis dalam kaitannya
dengan sensitifitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik dan logam
berat lainnya serta lebih baik dari proses pengendapan (precipitation) bila dikaitkan
dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi logam beratnya.
Bioremoval dan Bioabsorpsi
Istilah bioabsorpsi tidak dapat dilepaskan dari istilah bioremoval karena bioabsorpsi

merupakan bagian dari bioremoval. Bioremoval dapat diartikan sebagai terkonsentrasi


dan terakumulasinya bahan penyebab polusi atau polutan dalam suatu perairan oleh
material biologi, yang mana material biologi tersebut dapat me-recovery polutan sehingga
dapat dibuang dan ramah terhadap lingkungan. Sedangkan berdasarkan kemampuannya
untuk membentuk ikatan antara logam berat dengan mikroorganisme maka bioabsorpsi
merupakan kemampuan material biologi untuk mengakumulasikan logam berat melalui
media metabolisme atau jalur psiko-kimia. Proses bioabsorpsi ini dapat terjadi karena
adanya material biologi yang disebut biosorben dan adanya larutan yang mengandung
logam berat (dengan afinitas yang tinggi) sehingga mudah terikat pada biosorben.
Beberapa jenis mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bioabsorpsi
terutama adalah dari golongan alga yakni alga dari divisi Phaeophyta, Rhodophyta dan
Chlorophyta. Logam-logam yang dapat diabsorbsi/di-remove adalah logam berat beracun,
logam esensial dan radionuklida.
Tabel. Perbandingan selektifitas mikroorganisme terhadap logam berat

Mikrooganisme
Mucur mucedo
Rhizopus stolonifer
Aspergillus orizae
Penecillium chrysogenum
Ecklonia radiata
Saccharomyces cerevisie
Chlorella vulgaris
Phellinus badius
Pinus radiata
Sargassum sp.
Durvillea potatorum
Myriophylium spicatum
Chiarella vulgaris
Ganoderma lucidum
Aspergillus niger
Pseudomonas syringae
Solanum elaeagnifolium
Phanerochaete chrysosporium
Absidia sp.
*) Dari pelbagai sumber

Logam berat yang di remove


berdasarkan beberapa
penelitian
Cu
Cu,Cd,Zn,U,Pb
Cu
Cu
Cu,Pb,Cd,Cr
Cu,Pb,Cd,Ni
Pb,As
Pb,Cd
Pb,Cd
Cu,Cr,Fe
Zn
Pb,Zn,Cu
Cu
Cr,Cu
Cr,Cu
Hg,Zn,Cd
Cu,Cr,Pb,Ni,Zn
Ni,Cu,Pb
Pb,U,Cu

Mekanisme Proses Bioabsorpsi


Sebagian besar mekanisme pembersihan logam berat oleh mikrooganisme adalah proses

pertukaran ion yang mirip pertukaran ion pada resin. Mekanisme pertukaran ion ini dapat
dirumuskan sebagai:
A2+ + (B-biomassa) > B2+ + (A-biomassa)
Mekanisme ini dapat dibagi atas 3 cara yakni berdasarkan metabolisme sel (dibagi atas;
proses yang bergantung pada metabolisme dan proses yang tidak bergantung pada
metabolisme sel). Sedangkan jika berdasarkan posisi logam berat di-remove, dapat dibagi
atas; akumulasi ekstraseluler (presipitasi), akumulasi intraseluler dan penyerapan oleh
permukaan sel. Dan untuk mekanisme yang terakhir adalah berdasarkan cara
pengambilan (absorbsi) logam berat.
Cara pengambilan (absorbsi) logam berat dapat dibagi dua yakni :
1. Passive uptake. Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel
biosorben. Mekanisme passive uptake dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan
cara pertukaran ion di mana ion pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat;
dan kedua adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion-ion logam berat dengan
gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil
secara bolak balik dan cepat. Sebagai contoh adalah pada Sargassum sp. dan Eklonia sp.
di mana Cr(6) mengalami reaksi reduksi pada pH rendah menjadi Cr(3) dan Cr(3) diremove melalui proses pertukaran kation.

Gambar. Proses pasisive uptake Cr pada permukaan membran sel


Sumber : Cossich., et.al (2002)
2. Aktif uptake. Mekanisme masuknya logam berat melewati membran sel sama dengan
proses masuknya logam esensial melalui sistem transpor membran, hal ini disebabkan
adanya kemiripan sifat antara logam berat dengan logam esensial dalam hal sifat fisikakimia secara keseluruhan. Proses aktif uptake pada mikroorganisme dapat terjadi sejalan
dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan dan akumulasi intraselular ion logam.
Menghitung Jumlah Logam berat yang Teradsorpsi
Untuk mengetahui jumlah logam berat yang mengalami proses bioabsorpsi oleh
mikroorganisme dapat dihitung dengan pendekatan konstanta Langmuir yaitu :
Q=

Q = miligram logam yang diakumulasi per gram


Ceq = besar konsentrasi logam pada larutan
Qmax = maksimum serapan spesifik dari biosorben
b = rasio bioabsorpsi
Perhitungan di atas berlaku pada pH konstan dan untuk bioabsorpsi 1 jenis logam saja.
Salah satu contoh penelitian yang mengunakan konstanta langmuir untuk menghitung
jumlah logam berat yang teradsorpsi oleh mikroorganisme adalah penelitian oleh Voleski
(2005), pada penelitiannya terhadap 3 jenis Sargassum untuk menyerap logam berat Cd,
Cu dan Uranium (U) diperoleh data bahwa penyerapan Cd pada pH 4,5 adalah 87 mg
Cd/g untuk Sargassum vulgare, 80 mg Cd/g untuk Sargassum fluitans dan 74 mg Cd/g
untuk Sargassum filipendula. Sedangkan untuk penyerapan Cu pada Sargassum vulgare
adalah 59 mg Cu/g, Sargassum filipendula 56 mg Cu/g, Sargassum fluitans 51 mg Cu/g
dan untuk penyerapan Uranium oleh sargassum adalah > 500 mg U/g.
Penutup
Ulasan tentang bioremoval sebagaimana telah disajikan dalam tulisan ini mungkin hanya
sebagian kecil dari cakupan penelitian dan bahasan ilmu tentang bioremoval. Tetapi
setidaknya penulis berharap dapat membuka wacana tentang pentingnya pemanfaatan
mikroorganisme di Indonesia.
Penggunaan mikroorganisme sebagai metode alternatif sangat baik diterapkan di
Indonesia karena metode ini tidak memerlukan biaya yang tinggi dan alat yang canggih
tetapi hanya memanfaatkan mikroorganisme selektif yang mampu me-recovery logam
berat menjadi logam yang aman bagi lingkungan. Walaupun ada beratus jenis spesies
mikroorganisme yang telah diidentifikasi, namun sangat sedikit diantaranya telah
teridentifikasi sebagai mikroorganisme yang mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap
pengaruh toksisitas suatu ion logam berat. Pada beberapa kasus juga, sangat terbatas riset
yang melakukan studi banding terhadap beberapa jenis mikroorganisme, di mana hasilnya
selalu memiliki banyak perbedaan dalam efisiensi ikatan antara logam berat dengan
spesies mikroorganisme. Bahkan perbedaan ini dapat terjadi pada strain dari spesies
tunggal dengan kondisi psiko-kimia yang sama.
Menyadari bahwa metode ini belum sepenuhnya sempurna, maka diperlukan berbagai
penelitian lebih lanjut untuk menunjang efektivitas metode bioremoval dalam
menanggulangi pencemaran logam berat. Dalam perspektif pelestarian lingkungan,
pencarian metode penanganan limbah yang efektif merupakan langkah awal yang
seyogianya dilakukan di Indonesia. Dalam konteks ini, pengembangan metode
bioremoval pantas diperhitungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Cossich, E.S., C.R.G Tavares., T.M.K.Ravagnani., Biosorption of chromium(III) by
Sargassum sp. Biomass. Universidad Catolica de Valparaiso. Chile, Vol. 5 No. 2, Issue of

August 15, 2002.


Elankumaran R., Raj Mohan B., M. N. Madhyastha., Biosorption of Copper from
Contaminated Water by Hydrilla verticillata Casp. and Salvinia sp.. Karnataka Regional
Engineering College), 575 025 Surathkal. India, July 2003.
Gavrilescu, M., Removal of Heavy Metals from the Environment by Biosorption.
Technical Engineering in Life Sciences. Univ. of Iasi, Romania, Vol 4 No 3, p 219-232,
2004.
Kratochvil, David., Volesky, Bohumil., 2005. Biosorption of Cu From Ferruginous
Wastewater by Algal Biomass. Water Research journal. Mc Gill University, Canada.
Nakajama A., Sakaguchi T., Appl. Microbiol., 1986, 24, 59-64 Kratochvil, David. and
Volesky, Bohumil. Advances in biosorption of heavy metals. Trends in Biotechnology,
1998, vol. 16, p. 291-300.
N, Ahalya., T.V., Ramachandra., R.D., Kanamadi.., 2004. Biosorption of Heavy Metals.
Centre for Ecological Sciences, Indian Institute of Science, Bangalore, India.
Nordberg J. F., Parizek J., Pershagen G., and Gerhardsson L. 1986. Factor Influencing
Effect and Dose-Respons Relationships of Metals. In: Freiberg L., Nordberg G.F., and
Vouk V.B (Eds). Handbook on the Toxicology of Metals. Elsevier. New York
Putra, Johan Angga. 2005. Penanggulangan Pencemaran Logam Berat pada Perairan
dengan Pendekatan Konsep Bioremoval. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Lampung
St. Mihova., T.Godjevargova. 2001. Biosorption of Heavy Metals from Aqueous
Solutions. University Prof. Dr. A. Zlatarov, Bourgas 8010. ISSN 1311-8978.
Volesky, Bohumil., 2004. Biosorption. Biological and Environmental System group. Mc
Gill University, Canada.
Volesky B, Holan ZR..,1995. Biosorption of Heavy Metals. Biotechnology Program.
May-Jun;11(3):235-50.
Vouk V. 1986. General Chemistry of Metals. In: Freiberg L., Nordberg G.F., and Vouk
V.B (Eds). Handbook on the Toxicology of Metals. Elsevier. New York
http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/biokimia/bioremoval_metode_alternatif_untuk_menanggulangi_pen
cemaran_logam_berat/

Você também pode gostar