Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
151
PENDAHULUAN
Hemodialisis (HD) adalah
suatu bentuk tindakan pertolongan
dengan menggunakan alat yaitu
dializer yang bertujuan untuk
menyaring
dan membuang sisa
produk metabolisme toksik yang
seharusnya dibuang oleh ginjal.
Hemodialisis
merupakan terapi
utama selain transplantasi ginjal pada
orang- orang dengan penyakit ginjal
kronik (PGK). Selain itu juga akan
terjadi penurunan fungsi ginjal dalam
proses eritropoesis yang dapat
menyebabkan anemia, terjadinya
hipertensi dan edema yang berakibat
pada penurunan kualitas hidup
pasien baik dari segi fisik, mental,
dan sosial. Kasus PGK di Indonesia
tiap tahunnya cukup tinggi, mencapai
200250/1 juta penduduk. Di RSUD
Ulin, prevalensi penderita PGK
mencapai 192 pasien pada bulan
Desember 2011. Hal ini menjadi
suatu perhatian khusus, karena
dengan tingginya prevalensi kejadian
PGK akan dapat menurunkan banyak
sekali kualitas hidup masyarakat
Indonesia (1,2,3,4).
World Health Organitation
(WHO) menjelaskan bahwa sehat
tidak hanya terbebas dari penyakit
dan
kelemahan,
tetapi
juga
terdapatnya kesejahteraan fisik,
mental dan sosial. Halhal tersebut
merupakan hal yang menjadi
masalah pada pasien dengan PGK
karena pada penyakit tersebut terjadi
penurunan kualitas hidup yang
meliputi
aspekaspek
tersebut.
Untuk
mengetahui
penurunan
kualitas hidup akibat PGK dapat
digunakan kuesioner SF-36 yang
secara luas telah digunakan untuk
evaluasi dan validasi kualitas hidup
pasien dengan PGK, serta untuk
mengevaluasi
apakah
terjadi
152
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
observasional
analitik
dengan
pendekatan cross sectional. Populasi
dari penelitian ini adalah pasien PGK
yang menjalani HD rutin di RSUD
Ulin. Sampel penelitian diambil
secara purposive sampling dengan
kriteria inklusi sebagai berikut:
pasien yang telah didiagnosa PGK
yang rutin menjalani HD 2 kali
seminggu minimal tiga bulan dan
telah menyatakan bersedia untuk
mengisi kuesioner yang terlebih
dahulu dilakukan informed consent.
Kriteria ekslusi sampel yaitu semua
hal yang tidak tercakup pada kriteria
inklusi, pasien berada dalam status
rawat inap, pasien dengan gangguan
kesadaran, dan pasien yang tidak
dapat berbahasa indonesia.
Instrumen penelitian pada
penelitian ini berupa kuesioner SF36 (kualitas hidup) yang sudah teruji
validasi dan realibilitasnya pada
penelitian sebelumnya.
Variabel
bebas
dalam
penelitian
adalah
adekuasi
hemodialisis. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kualitas hidup
pasien. Variabel pengganggu adalah:
latar
belakang
pasien
yang
heterogen. Variabel pengganggu ini
dapat
dikontrol
dengan
cara
anamnesis yang menyeluruh kepada
pasien untuk menggali faktor
detrminan
yang
mungkin
mempengaruhi hasil penelitian.
Prosedur penelitian ini adalah:
pengumpulan bahan dan literatur
penelitian, pembuatan surat perizinan
penelitian yang diserahkan kepada
Kepala Instalasi Hemodialisis RSUD
Ulin
Banjarmasin,
survei
pendahuluan
di
RSUD
Ulin
Banjarmasin
untuk
mengetahui
jumlah sampel yang dapat diambil
Status Adekuasi
(Kt/V > 1,8)
Adekuat
Inadekuat
Total
Jumlah
10
34
44
22,72 %
77,28 %
100 %
153
Fisik / PCS
(%)
Mental /
MCS (%)
Rendah (<40)
19 (43,2 %)
9 (20,5 %)
Sedang (40-60)
21 (47,8%)
25 (56,8 %)
Baik (>60)
4 (9%)
10 (22,7 %)
Total
44 (100 %)
44 (100%)
Frekuensi
(%)
13
24
7
44
29%
55%
16%
100%
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
adekuat
inadekuat
kualitas
hidup baik
Gambar
kualitas
hidup
sedang
kualitas
hidup
rendah
hubungan
antara
adekuasi
hemodialisis dan kualitas hidup (12).
Adekuasi hemodialisis setiap
sampel memiliki nilai yang berbedabeda. Hal ini dapat dikategorikan
menjadi 2 kelompok, yaitu adekuat
dan inadekuat. Berdasarkan rumus
adekuasi HD Daugridas terdapat 4
faktor yang mendasari perbedaan
nilai adekuasi. Faktor tersebut
meliputi durasi HD , rasio BUN pre
dan post dialisis, volume ultrafiltrasi
darah ke mesin dialyzer tiap
menitnya, dan berat badan setelah
HD.
Semakin lama HD dilakukan
maka semakin tinggi adekuasi HD
(7). Hal ini terjadi karena semakin
lama HD dilakukan, maka semakin
banyak volume darah dan cairan
yang dapat difiltrasi oleh mesin HD
guna menyaring fraksi ureum darah.
Hal ini berakibat bila semakin lama
HD dilakukan maka semakin banyak
fraksi ureum yang dapat terfiltrasi
dari darah sehingga nilai adekuasi
HD (Kt/V) semakin tinggi.
Jumlah BUN yang rendah
sebelum HD, maka akan semakin
rendah pula nilai Kt/V, dan
sebaliknya. Rasio BUN yang tinggi
juga dapat
menurunkan nilai
adekuasi hemodialisis. Hal ini dapat
terjadi karena setiap protein yang
kita makan akan didegradasi oleh
sistem enzimatik hepar dan diubah
menjadi bentuk urea yang bersifat
toksik dan harus diekskresikan lewat
urin. Semakin banyak protein yang
dimakan, maka rasio BUN akan
semakin
besar,
hal
ini
mengakibatkan jumlah ureum yang
harus difiltrasi juga semakin banyak
dan dengan kemampuan klirensi
ureum yang terbatas maka akan
menyebabkan jumlah ureum sisa
yang tidak terfiltrasi juga tinggi,
akibatnya ialah adekuasi HD pun
tidak
adekuat.
NKF
DOQI
merekomendasikan diet protein yang
aman pada penderita PGK sebanyak
0,6-0,8 g/ KgBB (13). Tingginya
jumlah BUN dalam darah ini akan
sangat
menurunkan
kualitas
kemampuan fisik (PCS) seseorang,
hal ini bersifat toksik terhadap
eritrosit
sehingga
dapat
menyebabkan kerusakan eritosit.
Jumlah ureum yang tinggi juga dapat
berdampak
pada
perubahan
konformitas faktor von wilenbrand
pada mekanisme sumbat trombosit
sehingga dapat bermanisfestasi pada
terjadinya koagulopati. Selain itu,
sifat ureum yang hiperosmotik juga
dapat menahan air dalam tubuh
sehingga
dapat
menyebabkan
terjadinya efusi pleura. Semua efek
dari inadekuasi HD ini akan
bermanifestasi
pada
penurunan
fungsi fisik (PCS) seseorang.
Berbeda dengan sampel yang
memiliki adekuasi
HD
yang
mencapai standar adekuasi, jumlah
BUN yang bersifat toksik dapat
dieksresi
optimal,
sehingga
cenderung akan meningkatkan nilai
kualitas fisik (PCS) sampel (14,15).
Volume ultrafiltrasi akan
berdampak pada klirensi ureum
dalam darah. Semakin tinggi volume
ultrafiltrasi, maka semakin tinggi
pula jumlah darah yang difiltrasi, dan
akan semakin tinggi pula fraksi
ureum yang difiltrasi. Berat badan
akan berpengaruh pada volume
cairan tubuh 60 % massa tubuh
tersusun atas cairan dan ini
merupakan media distribusi dari
ureum dalam tubuh. Semakin tinggi
berat seseorang maka semakin
banyak volume darah yang harus
difiltrasi karena semakin luas pula
area distribusi urea dalam tubuh,
sehingga tingginya berat badan
155
156
Jenis kausa
Primer
Jumlah (%)
4 (9,1 %)
Sekunder
Sekunder
38 ( 86,3%)
2 (4,6 %)
157
DAFTAR PUSTAKA
1.
PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, dapat diambil
beberapa simpulan, yaitu: proporsi
nilai adekuasi HD sampel terdiri dari
nilai adekuasi (adekuat) mencapai
22,72 % dan pasien yang memiliki
nilai
adekuasi
hemodialisis
(inadekuat) mencapai 77,28 %.; nilai
kualitas kesehatan fisik (PCS) pasien
memiliki proporsi nilai yang terdiri
atas kualitas fisik rendah 43,3%,
kualitas fisik sedang 47,8%, kualitas
fisik baik 9 %; nilai kualitas
kesehatan mental (MCS) pasien
memiliki proporsi nilai yang terdiri
atas kualitas mental rendah 20,5 %,
158
2.
3.
4.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
159
160