Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker (tumor ganas) merupakan penyakit penyebab kematian kedua yang
memberikan kontribusi 13% kematian dari 22% kematian akibat penyakit tidak
menular utama di dunia. Dampak penyakit tidak menular khususnya penyakit kanker
terhadap ketahanan sumber daya manusia sangat besar karena selain merupakan
penyebab kematian dan kesakitan juga menurunkan produktivitas. Angka kesakitan
dan kematian tersebut sebagian besar terjadi pada penduduk dengan sosial ekonomi
menengah ke bawah (Oemiati, 2011).
Di Indonesia, penyakit kanker merupakan urutan ke 8 dari pola penyakit
nasional. Pada tahun 2008 di rumah sakit seluruh Indonesia, penyakit kanker
menyebabkan 4.332 pasien mati dengan Case Fatality Rate (CFR) 4,70%. Setiap
tahunnya 100 kasus baru terjadi diantara 100.000 penduduk. Meningkatnya pengguna
rokok (57 juta orang), konsumsi alkohol, kegemukan atau obesitas dan kurangnya
aktifitas fisik/olahraga juga berperan dalam peningkatan angka kejadian kanker di
Indonesia (Oemiati, 2011).
Tumor dari seluruh tubuh manusia menurut penelitian Oemiati et al tahun
2011, tumor pada mata, otak, dan Sistem Saraf Pusat (SSP) mempunyai odds ratio
(OR) sedang, yaitu (4,6) dengan 95%C I sebesar 3,8-5,5. Sedangkan tumor ovarium
dan tumor saluran pernapasan mempunyai OR terbesar dan terendah, yaitu (19,3)
dengan 95%C I sebesar 17,8-20,9 dan (0,6) dengan 95%C I sebesar (0,4-0,9)
(Oemiati, 2011).
Tumor mata merupakan penyakit dengan multifactor yang terbentuk dalam
jangka waktu lama dan mengalami kemajuan melalui stadium berbeda-beda. Faktor
nutrisi merupakan satu aspek yang sangat penting, komplek, dan sangat dikaitkan
dengan proses patologis tumor. Secara umum, total asupan berbagai lemak (tipe yang
berbeda-beda dari berbagai lemak) bisa dihubungkan dengan peningkatan insiden
tumor mata. Infeksi virus seperti pada Papilloma dan neoplasia intraepitel pada
konjungtiva juga merupakan penyebab utama. Selain itu radiasi sinar UV juga
menyebabkan terjadinya tumor pada bagian tertentu di mata (Kanski, 2009).
1
Tiga jenis tumor mata yang sering terjadi pada anak-anak adalah kista
dermoid, hemangioma, dan rabdomiosarkoma. Sedangkan 3 jenis tumor mata yang
sering terjadi pada dewasa adalah tumor limfoid, hemangioma kavernosa, dan
meningioma. Apabila diagnosis dini dapat ditegakkan, maka angka kejadian dan
mortalitas pada kasus tumor mata dapat diturunkan (Oemiati, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi mata?
2. Bagaimana anatomi dari orbita mata ?
3. Apa pengertian dari neoplasma mata/tumor orbita?
4. Apa etiologi dari neoplasma mata/tumor orbita?
5. Apa saja klasifikasi neoplasma mata/tumor orbita?
6. Bagaimana patofisiologi terjadinya neoplasma mata/tumor orbita?
7. Apa manifestasi klinis dari neoplasma mata/tumor orbita?
8. Apa komplikasi dari neoplasma mata/tumor orbita?
9. Apa pemeriksaan untuk diagnosis neoplasma mata/tumor orbita?
10. Bagaimana penatalaksanaan neoplasma mata/tumor orbita?
11. Bagaimana konsep pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi, dan evaluasi dari asuhan keperawatan pada neoplasma mata/tumor
orbita?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi mata.
2. Untuk mengetahui anatomi dari orbita mata
3. Untuk mengetahui pengertian dari neoplasma mata/tumor orbita.
4. Untuk mengetahui etiologi dari neoplasma mata/tumor orbita.
5. Untuk mengetahui klasifikasi neoplasma mata/tumor orbita.
6. Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya neoplasma mata/tumor orbita.
7. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari neoplasma mata/tumor orbita.
8. Untuk mengetahui komplikasi dari neoplasma mata/tumor orbita.
9. Untuk mengetahui pemeriksaan untuk diagnosis neoplasma mata/tumor orbita.
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan neoplasma mata/tumor orbita.
11. Untuk mengetahui dan mampu mengaplikasikan konsep pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, dan evaluasi dari asuhan
keperawatan pada neoplasma mata/tumor orbita.
BAB II
PEMBAHASAN
Kornea (latin cornum= seperti tanduk) adalah selaput bening mata yag dapat
memantulkan cahaya yang masuk ke mata. Terdiri atas 5 lapisan: epitel, membran
bowman, stroma, membran desemen, dan endotel. Kornea dipersarafi oleh saraf siliar
longus cabang N. V dan saraf nasosiliar. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh
kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk ke kornea (Ilyas,
2012 dan Snell, 2006).
Lensa mata di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat
tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi. Secara patologik, lensa dapat kaku pada orang dewasa yang
akan mengakibatkan presbiopia, keruh atau yang disebut katarak, dan tidak berada di
tempatnya (subluksasi dan dislokasi) (Ilyas, 2012 dan Snell, 2006).
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsangan cahaya. Retina terdiri atas lapisan: fotoreseptor (terdiri
atas sel batang dan sel kerucut), membran limitan eksterna, lapis nukleus luar, lapis
pleksiform luar, lapis nukleus dalam, lapis pleksiform dalam, lapis sel ganglion, lapis
serabut saraf, dan membran limitan interna (Ilyas, 2012 dan Snell, 2006).
II. ANATOMI ORBITA
Orbita berbentuk suatu rongga yang secara skematis digambarkan sebagai
piramida yang berkonvergensi ke arah belakang. Puncaknya adalah foramen optikum,
dan dasarnya menghadap ke depan luar dan terbuka disebut aditus orbitae. Sedangkan
dinding-dindingnya meliputi dinding medial, dinding lateral, dinding atas (atap
orbita), dan dinding bawah (dasar orbita). Orbita terletak di kanan dan kiri basis nasi
(pangkal hidung) (Rahmadani dan Ovy, 2012).
Tulang-tulang yang membentuk orbita berjumlah 7 buah, yaitu tulang frontal,
tulang zigoma, tulang sphenoid, tulang maksila, tulang etmoid, tulang nasal, dan
tulang lakrima.Antara dinding lateral (dinding temporal) dengan atap orbita terdapat
fissura orbitalis superior. Antara dinding lateral dengan dasar orbita terdapat fissura
orbitalis inferior. Antara dinding medial dengan atap orbita terdapat foramen
ethmoidalis anterius dan posterius. Antara dinding medial dengan dasar orbita terdapat
fossa sacci lacrimalis (Rahmadani dan Ovy, 2012).
B. ETILOGI
Factor genetic
Sinar ultraviolet
Infeksi virus papiloma
Kelainan metabolism
Mutasi gen
Penyakit vaskuler
Inflamasi intraokuler
Trauma
C. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan posisinya tumor mata/orbita dikelompokkan sebagai berikut:
7
Kalazion
merupakan
peradangan
granulomatosa
peradangan
kronis
kelenjar
tersebut.
perubahan
bentuk
bola mata
akibat
ke kelenjar limfe
dinilai
T1: tumor berukuran < 5 mm, belum limfe regional berdasarkan pemeriksaan
menyebar ke bagian tarsal
radiologi
T2a: tumor berukuran 5-10 mm, sudah N0(p): tidak ada penyebaran ke kelenjar
menyebar ke bagian tarsal dan margo limfe regional berdasarkan pemeriksaan
palpebra
biopsi
T2b: tumor berukuran 10-20 mm, sudah N1: sudah menyebar ke kelenjar limfe
9
regional
tumor
sudah
menjelaskan
ada
atau
tidaknya
bisa
lain
T4: tumor sudah menyebar ke ekstra-orbita M1: ada penyebaran ke organ yang lain
diangkat
maka
dilakukan
radioterapi.
Apabila
b.
senilis
2. Hemangioma kavernosum
a. hemangioma kavernosum (matang)
b. hemangioma keratotik
c. hemartoma vaskuler
3. Teleangiektasis
a. nevus flameus
b. angiokeratoma
c. spider angioma
Dari segi praktisnya, para ahli memakai sistem pembagian
sebagai berikut: (Hamzah, 2005)
1.
2.
3.
Hemangioma kapiler
Hemangioma kavernosum
Hemangioma campuran
1) Nevus
bisa
dengan
atau
tanpa
gangguan
visus.
bisa
meluas
perkembangannya.
atau
Gejalanya
tidak
tergantung
asimptomatik,
bila
subkonjungtiva.
Terjadi
pada
satu
sisi
mata
Granuloma
piogenik
adalah
tumor
jinak
pada
13
Pengobatannya
adalah
tergantung
besar
Melanoma
adalah
kelainan
konjungtiva
sebagai
pasien dengan
mukosa,
dan
organ
dalam
bola
mata.
15
Rata-rata
16
3) Iris metastasis
Kasus retinoblastoma
kelahiran bayi. Dua ratus lima puluh sampai 350 kasus baru
setiap tahun terjadi di Amerika Serikat, dimana 90% kasus
terjadi pada anak dibawah 5 tahun. Retinoblastoma terjadi pada
sel multipoten, mutasi dari kromosom 13 yang berkembang
menjadi bagian dalam dan luar retina. Pada kasus baru,
retinoblastoma dapat didiagnosis pada saat anak berumur
dibawah 5 tahun. Pada anak dengan retinoblastoma bilateral
biasanya dapat didiagnosa rata-rata pada umur 13 sampai 15
bulan, sedangkan pada anak dengan retinoblastoma unilateral
biasanya dapat didiagnosa rata-rata pada umur 24 bulan. Tidak
ada predileksi jenis kelamin dan ras. Enam puluh persen kasus
terjadi pada bilateral, 40% kasus terjadi unilateral (Aventura
M, TT).
Tanda dan gejalanya adalah leukoria (reflek putih pada
pupil atu disebut reflek mata kucing) adalah tanda yang sering
terlihat pada retinoblastoma, yaitu 56,1% dari seluruh kasus
yang ada. Kemudian gejala yang lain adalah strabismus yang
terjadi karena gangguan visus, nistagmus (pergerakan bola
mata yang abnormal), heterekromia (perubahan warna iris),
dan proptosis (penonjolan bola mata) sering terjadi pada negara
tidak berkembang. Retinoblastoma juga bisa menyebabkan
perubahan sekunder pada mata, seperti glaukoma, ablasio
retina, dan inflamasi pada mata (pseudouveitis dan selulitis)
Aventura M, TT).
Pemeriksaan darah rutin, urinalisis, elektrolit, dan tes
fungsi
hati
(SGOT/SGPT)
sangat
berguna
untuk
retinoblastoma
adalah
untuk
treatment),
krioterapi
(freezing
treatment),
dan
wanita dan paru pada pria. Pada anak anak tumor metastase paling
sering terjadi adalah neuroblastoma, yang sering berkaitan dengan
pendarahan periokular spontan, sewaktu tumor yang tumbuh cepat
mengalami nekrois.
D. PATOFISIOLOGI
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor
genetik yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian
besar tumor orbita pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan
abnormal. Tumor ganas pada anak-anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan
pertumbuhan tumor yang cepat dan prognosisnya jelek.
Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi
massa. Meskipun massa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada
struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas
apabila mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan,
diplopia, gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari
invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder untuk tumor padat atau perdarahan.
Tidak berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar lakrimal dapat
menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan kornea.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi
tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus
paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada
fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di
permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.
E. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri orbital
Jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan
Mata merah
Pembengkakan kelopak atau terlihatnya massa tumor.
Mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid
kavernosa.
Palpasi
Bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata,
F. KOMPLIKASI
1. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau
lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan
dan kebutaan.
2. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi
(kerusakan) pada bagian epitel kornea. Keratitis merupakan kelainan akibat
terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea
menjadi keruh.
G. DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosa antara lain
(Ilyas, 2012):
1. Pemeriksaan Primer
Plain film radiography digunakan dalam mengevaluasi pasien-pasien
dengan kelainan orbita. Begitu juga Computed Tomography (CT) bermanfaat
untuk memepelajari anatonomi dan penilaian dari tulang. Magnetic
Resonance Imaging (MRI) sangar efektif dalam menilai perubahan jaringan
lunak, khususnya lesi-lesi yang mempengaruhi nervus optikus atau struktur
intrakranial. Ultrasonography (USG) dapat sangat membantu dalam
beberapa kasus.
2. Pemeriksaan Sekunder
Pemeriksaan ini dilakukan atas indikasi yang spesifik meliputi venography
dan arteriography. Tujuan pemeriksaan ini untuk melihat besar tumor yang
mengakibatkan bergesernya pembuluh darah disekitar tumor, adanye
pembuluh darah dalam tumor.
21
3. Pemeriksaan Patologi
Diagnosa pasti dari kebanyakan lesi-lesi orbita tidak dapat dibuat tanpa
pemeriksaan histopatologi dimana dapat berupa fine needle aspiration
biopsy(FNAB, Incisional biopsy, excisional biopsy.
Pemeriksaan radiologik : untuk melihat ukuran rongga orbita, terjadinya
kerusakan tulang, terdapat perkapuran pada tumor dan kelainan foramen
optik.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium Penetapan jenis tumor sangat penting dan ini
dicari dengan berbagai jalan dan sedapat mungkin menghindar pembedahan.
Pada mata, pembedaan sering merupakan suatu tindakan eksploratif. Hal ini
disebabkan sukarnya atau belum didapatnya diagnosa jenis tumor. Untuk
menghindari
pembedahan
eksploratif
ini
dilakukan
pemeriksaan
22
Insisi untuk mencapai surgical space tersebut melalui orbitotomi anterior dan
orbitotomi lateral. Lesi orbita dapat meliputi lebih dari satu ruang sehingga
membutuhkan
kombinasi
dari
beberapa
pendekatan.
Ekssentrasi
dapat
dapat dikeluhkan oleh penderita yang merupakan gejala dari invasi karsinoma
nasofagerial atau lesi lesi matastatik.
Untuk pemeriksaan klinis secara lengkap diperlukan tahap tahap
pemeriksaan sebagai berikut :
1. Tahap Pemeriksaan Medis
Tahap pemeriksaan dibagi 3 yaitu :
1) Riwayat penyakit
Riwayat penyakit dalam membantu menduga penyebab
proptosis. Hal ini penting karena proptosis dapat disebabkan oleh ateri
vena malformasi, penyakit infeksi, tiroid dan tumor.
Untuk dapat membedakan ke empat penyakit penyakit yang
disebutkan diatas dapat dibuat anamnesis :
1. Arteri vena malformasi : adanya riwayat trauma dan
penambahan
proptosis
bila
penderita
dalam
posisi
membungkuk.
2. Penyakit infeksi : proptosis terjadinya secara tiba-tiba, adanya
tanda-tanda infeksi lainnya seperti panas badan yang
meningkat dan adanya riwayat penyakit sinusitis atau abses
gigi.
3. Penyakit tiroid : adanya tanda-tanda penyakit tiroid seperti
tremor, gelisah yang berlebihan, berkeringat banyak dan
adanya penglihatan ganda.
Bila dari pernyataan pernyataan ini tidak dapat dijawab,
maka riwayat penyakit bisa diarahkan ke penyakit tumor dan
dapat dilanjutkan dengan pencarian perkiraan jenis tumor.
4. Tumor Retrobulbar
Lama terjadinya proptosis, karena umumnya proptosis
dapat terjadi lebih pada tumor jinak, sedangkan tumor
ganas proptosi terjadi lebih cepat.
Umur penderita saat terjadinya tumor, karena umur
dapat menentukan jenis tumor yaitu tumor anak anak
dan tumor dewasa.
Tajam penglihatan penderita yang menurun bersamaan
dengan terjadinya proptosis, dapat diduga tumor terletak
di daerah apeks, atau saraf optik, sedangkan bila tidak
bersamaan dengan terjadinya proptosis kemungkinan
letak tumor diluar daerah ini.
24
25
Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Identitas Klien
b. Pengkajian Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan sekarang
c. Pemeriksaan Penunjang
Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan persepsi klien terhadap penyakitnya
Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid,
klorokuin , klorpromazin, ergotamine, pilokarpin)
Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau
2. Pola nutrisi metabolik
Tanyakan kebiasaan makanan yang dikonsumsi klien, apakah klien
sebelumnya jarang mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A,
dan vitamin E
3. Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAB dan karakteristiknya
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu untuk
miksi
4. Pola aktivitas latihan
26
Perubahan
aktivitas
biasanya/hobi
sehubungan
dengan
gangguan
penglihatan
5. Pola istirahat - tidur
Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan
tidak?
6. Pola kognitif - persepsi
Apakah klien mengalami kesulitan saat membaca
Apakah menggunakan alat bantu melihat
Bagaimana visus
Apakah ada keluhan pusing dan bagaimana gambarannya
7. Pola persepsi dan sensori
Bagaimana klien menggambarkan dirinya
Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi
perubahan dalam penglihatan.
8. Pola peran dan hubunagn
apa pekerjaan klien
Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti:
pasangan, teman.
Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan
penyakit klien
9. Pola seksualitas - reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemunuhan
kebutuhan seks
10. Pola koping dan toleransi stres
apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun
terakhir
apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah dan apakah tindakan
tersebut efektif untuk mengatasi masalah tersebut atau tidak
Apakah ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang tersebut ada
sampai sekarang
Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
11. Pola keyakinan-nilai
Tanyakan apakah ada pengaruh agama dalam kehidupan
Tanyakan apakah ada pantangan keagamaan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan tumor orbita antara lain:
27
perasaan
aman,
nyaman,
dan
Pasien
mengompensasi
kehilangan
penglihatan
dengan
biasa.
Pasien
yang
memiliki
pengetahuan
dapat
30
bagian tubuh.
Focus menyempit, meliputi perubahan persepsi terhadap waktu,
menarik diri dari kontak sosial, dan gangguan proses piker.
31
(7,9,10)
Pasien mengungkapkan perasaan nyaman berkurangnya nyeri.
(1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)
Pasien menjelaskan intervensi yang tepat untuk mengurangi nyeri.
(9.10)
dapat
menguranginatau
memperberat;
32
nyeri
pasien
tidak
terlalu
kentara,
mengurangi ketegangan
kunjungan
untuk
membantunya
normal. (3)
Tidak ada patogen yang terlibat dalam kultur. (4)
Pasien memperthankan kepribadian dan higiene perorangan
endapan. (9)
Pasien tidak memperlihatkan adanya bukti diare (7)
Luka dan insisi terlihat bersih, merah muda, dan bebas dari
(9,10,11)
Pasien tidak memperlihatkan adanya bukti gangguan kulit. (14)
34
hari. (16,17)
Pasien menyatakan faktor risiko infeksi. (19)
Pasien mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala infeksi. (19)
Pasien tetap terbebas dari infeksi. (1 sampai 19)
antibiotik.
Tanda-tanda
tersebut
daat
juga
memberikan
perawatan
luka
untuk
menghindari
penyebaran patogen.
10. Ganti slang IV dan berikan perawatan daerah pemasukan setiap
24 sampai 48 jam atau sesuai kebijakan yang diterapkan di
rumah sakit untuk membantu mencegah patogen masuk ke
dalam tubuh.
11. Putar tempat masuk IV setiap 48 sampai 72 jam atau sesuai
kebijakan yang diterapkan di rumah sakit untuk mengurangi
kemungkinan infeksi pada tempat masuk individual.
12. Minta pasien batuk dan napas dalam setiap 4 jam setelah
pembedahan untuk membantu menghilangkan sekresi dan
mencegah komplikasi paru.
13. Berikan tisu dan kantong sampah untuk pengeluaran sputum.
Pembuangan yang baik dapat mendorong pengeluaran;
pembuangan yang sehat meurunkan penyebaran infeksi.
14. Bantu pasien miring setiap 2 jam. Berikan perawatan kulit,
khususnya di atas penonjolan tulang, untuk membantu
mencegah statis vena dan kerusakan kulit.
15. Gunakan air steril untuk humidifikasi atau nebulisasi oksigen.
Tindakan ini mencegah kekeringan dan iritasi mukosa saluran
36
Cedera kepala
Kontraktur
Gangguan perkembangan
Inflamasi sendi
Spatisitas otot
Paralisis
Paresis
Deficit
sensori
(penurunan
atau
tidak
dapat
melihat,mendengar,persepsi panas)
Deformitas skeletal
Penyalahgunaan obat
Pasien
mengoptimalkan
aktivitas
hidup
sehari-hari
dengan
pejalan
kaki.
(polisi,pemadaman
Rujuk
pasien
kebakaran,asosiasi
kesumber
perawatan
ang
tepat
kesehatan
menyebabkan
pasiendalam
atau
melakukan
memperburuk
koping,
seperti
ketidakmampuan
takut
mengalami
mendengarkan
pasien
akan
membantu
pasien
mengatasi
rasa
takut
dan
memnungkinkan
pasien
40
41
berfungsi,
tidak
menyentuh
bagian
tubuh
tertentu,
Subjektif,
seperti
menolak
meyakinkan
perubahan
actual,
dengan
tidak
mengakui
kenyataan,
verbalisasi
pasien
untuk
mengungkapkan
kedukaan
tentang
kehilangan.
Rasioal: kedukaan harus mendahului penerimaan
6. Berikan kesempatan kepada pasien untuk menyatakan perasaan
tentang citra tubuhnya dan hospitalisasi.
Rasional: agar klien dapat mengungkapkan keluhannya dan
memperbaiki kesalahpahaman.
7. Bombing dan kuatkan fokus pasien pada aspek aspek positif dari
penampilannya dan upayanya dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan citra tubuhnya.
Rasional: untuk mendukung adaptasi dan kemajuan yang
berkelanjutan.
8. Dorong pasien untuk tetap menuliskan perasaan, tujuan, keluhan,
dan kemajuan yang terjadi pada dirinya.
Rasional: catatan tertulis dapat membantu menunjukkan kemajuan
pasien.
9. Diskusikan kemajuan pasien dan tunjukkan bagaimana kondisinya
telah meningkat.
Rasional: untuk meningkatkan sikap positif.
10. Kenalkan pasien pada seseorang yang telah melakukan koping
terhadap situasi yang sama.
Rasional: melalui diskusi ini, pasien dapat mempelajari teknik
teknik baru untuk melakukan koping dan beradaptasi.
43
untuk
meningkatkan
harga
diri
dan
untuk
untuk
memberikan
kesempatan
tambahan
guna
mata
kurang,kegelisahan,pandangan
mata
sekilas,
44
atau tangan)
Objektif, seperti gemetar atau tremor pada tangan,insomnia
Psikologis, seperti suara bergetar,peningkatan respirasi dan
nadi,dilatasi pupil, gangguan tidur ,keringat berlebihan ,wajah
kemerahan
Subjektif, seperti gemetar ,khawatir,sangat menyesal
c. Hasil yang diharapakan
Pasien melaporkan perasaan ansietas dan mengidentifikasi
penyebap-penyebabnya.(4)
Pasien mempertahankan pola tidur yang normal.(1,2,3)
Pasien mengambarkan aktivitas yang menurunkan
kecemasan (6)
Pasien ikut terlibat dalam percakapan dan aktivitas bersama
prilaku
dan
(6,7,8,10)
Pasien memperaktikan teknik relaksiasiprogrensif dua kali setiap
hari.(9)
Pasien mengerti penyebab ansietas ,melakukan koping pada situasi
medis saat ini tampa menunjukan tanda tanda ansietas yang berat,
dan menghubungi sumber sumber komunitas yang tepat.
(4,5,7,9,10,11)
untuk menciptakan
terpenuhi.
3. Berikan obat sesua yang di resepkan untuk membantu pasien rileks
selama priode ansietas berat.
4. Dengarkan dengan penuh perhatian .kaji pengetahuan pasien
dengan menggunakan situasi yang dialaminya
dan berikan
45
ansietas
mengidentifikasi
,sehingga
prilaku
dapat
membantu
kecemasan
penyebabnya.
5. Berikan penjelasan yang benar
dan
pasien
menyadarkan
keputusa
tentang
perawatan
untuk membangun
untuk mendiskusikan
sama
untuk
untuk
menghilangkan
meningkatkan dukungan
11. Rujuk pasien ke sumber-sumber komunitas
keraguan
dan
atau perofesi
pemahaman
informasi
atau
ketidakmapuan
selama
hospitalisasi
(sebutkan
keterampilannya).
47
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan
anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang
kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.
BAB III
PENUTUP
48
A.
Kesimpulan
Neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta
terus demikian walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah
berhenti. Neoplasma sering disebut sebagai tumor. Tumor pada mata disebut juga
tumor orbita. Tumor orbita adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat
bola mata) sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, saraf mata
dan kelenjar air mata.
Etiologi neoplasma mata antara lain : Factor genetic, Sinar ultraviolet,
Infeksi virus papiloma, Kelainan metabolism, Mutasi gen, Penyakit vaskuler,
Inflamasi intraokuler, Trauma.
Berdasarkan posisinya, tumor mata dikelompokkan sebagai berikut:
1. Tumor eksternal, yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti tumor
palpebra dan tumor konjungtiva
2. Tumor intraokuler, yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata
3. Tumor retrobulbar, yaitu tumor yang tumbuh di belakang bola mata
Beberapa tanda dan gejala tumor mata yaitu:
1.
2.
3.
4.
Nyeri orbital
Proptosis: pergeseran bola mata kedepan.
Pembengkakan kelopak
Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau
bola mata.
5. Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin
akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura
orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus
6. Ketajaman penglihatan terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik atau
retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler.
Cara Pengobatannya:
Tumor jinak: memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan
hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif. Apabila
terjadi eksisi atau pembedahan, akan dilakukan perawatan di rumah sakit, yaitu :
Tirah baring dan aktivitas dibatasi, bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang
lain dalam memenuhi kebutuhannya untuk mencegah cidera; jika terdapat
gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan
sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina;
49
Pasien tidak boleh terbaring telungkup; Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk
mempermudah pemeriksaan paska operasi (atropin).
Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik
dengan khemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal)
memerlukan reseksi radikal.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan tumor orbita
antara lain:
9. Gangguan persepsi sensori (visual) berhubungan dengan perubahan
penerimaan, transmisi, atau integritasi sensori.
10. Nyeri akut yang berhubungan dengan factor-faktor fisik, biologis, atau
kimia
11. Risiko infeksi yang berhubungan dengan faktor eksternal
12. Risiko cedera yang berhubungan dengan defisit sensori atau motorik
13. Ketidakefektivan koping individu yang berhubungan dengan krisis
situasional
14. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan.
15. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasional
16. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pajanan.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangka
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Adapun saran-saran adalah sebagai
berikut:
1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit neoplasma mata
hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat dilakukan tindakan
keperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara
teoritis maupun praktek tentang penyakit neoplasma mata agar dapat melakukan
tindakan keperawatan.
3. Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada
penderita neoplasma mata mendapatkan ruangan dan fasilitas medis yang
seharusnya ada sehingga dapat melakukan tindakan keperawatan untuk
mengurangi dari gejala dan komplikasi penyakit neoplasma mata.
4. Mahasiswa
50
DAFTAR PUSTAKA
American
Joint
Committee
on
Cancer.
TT.
Cancers
Of
The
Eyelid.
cancer
org.
TT.
Iris
Melanoma.
[internet]
Taylor, Cynthia M., Sheila Sparks Ralph. 2010. Diagnosis Keperawatan: dengan Rencana
Asuhan Edisi 10. Jakarta: EGC.
Virasch V. 2006. Neoplastic Disorder Of The Conjunctiva. UK: Department of
Ophthalmology.
52