Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Widi, mintalah petunjukNya, dan apapun yang terjadi dalam tapa itu hadapilah den
gan jiwa yang lapang, semoga ini merupakan jalan yang baik buat kamu mengetahui
apa saja yang terdapat dalam dirimu, jujur sampai saat ini ayah belum bisa menge
tahui kekuatan apa saja yang ada dalam tubuhmu, karna menilik dari tenaga
yang tersimpan dalam tubuhmu yang terus bertambah dengan kelipatan
kata kamandanu
kembali melihat mata anaknya, yang selalu merasa hatinya bergidik setiap
meliahat mata anaknya itu. Sebelum kita berlatih 5 hari yang lalu, ayah masih bisa
merasakan getaran tenagamu, tapi setealh kita berlatih hingga sekarang
ayah sudah tidak bisa merasakan getaran tenagamu, itu bearti tenaga dalammu tela
h melewati tenaga dalam ayah lanjut kamandanu.
Jambu Nada terdiam,dia terkesima dengan pernyataan ayahnya, benarkah ayahnya tid
ak merasakan getaran tenaga dalamnya, apakah benar tenaga simpanannya telah
melewati ayahnya, padahal yang ia tahu bahwa ayahnya adalah orang yang telah mam
pu mengalahkan Wong Agung, orang tua yang mempunyai tenaga luar biasa hebatnya.
bagaimana Nada, apakah kamu merasakan getaran tenaga simpanan ayah? Tanya kamandan
u dengan senyuman.
anu ayah, maaf ayah, maafkan kelancangan aku ayah
jawab Jambu Nada dengan menundukan
wajahnya
tidak apa Nada, kamu mencoba menguji kebenaran kata ayah, karna dengan yang u alam
i sendiri itulah kebenaran yang dapat kamu pegang dan kamu yakini.
Bagaimana apa kamu merasakannya? Kata Kamandanu dengan senyuman sambil kembali m
emegang pundak anaknya.
iya, iya ayah,,aku merasakannya getarannnya ayah
jawab jambu nada semakin menundukan
wajahnya.
Nah itu bearti kau telah melewati batas tenaga simpanan ayah, sebaliknya ayah tida
k lagi dapat merasakan getaran tenagamu. Ketahuilah Nada, semejak bayi
getaran tenagamu telah terasa walaupun dalam getar yang kasar, dan itu terus ber
tambah hingga usiamu mencapai 10 tahun, setelah 10 tahun getaran itu menjadi
halus karna kau telah mampu mengontrolnya, hingga sekarang getaran itu tidak lag
i dapat ayah rasakan. Dan itu juga bearti tenaga simpananmu seamakin membesar
kata kamandanu terus memandangi anaknya itu.
yang ayah ragukan adalah apa yang t
erjaadi jika tenaga dalammu semakin membesar, apakah tenaga dalam itu
akan terus di bawah pengawasanmu atau sebaliknya dengan wajah yang tajam kamandan
u menatap jambu nada.
Demikianlah segala sesuatunya telah dipersiapkan Jambu Nada, lahir batin ia mene
tapkan tekad untuk menjalani tapa geni atau yang lebih di kenal dengan
tapa pati geni . Tepat tengah malam itu, dan di mulai malam itu hingga 40 malam
kedepan dia akan menjalani tapa geni .
Laku PATIGENI memiliki falsafah yang sangat mendalam. Yaitu mematikan unsur API
di dalam tubuh metafisik/psikis/badan astral dan fisik kita. Unsur API
adalah unsur Iblis yang membawa manusia pada nafsu-nafsu negatif seperti AMARAH,
BENCI, IRI, DENGKI, INGIN MEMILIKI DAN MENGUASAI, MENGALAHKAN, MENAKLUKKAN,
bahkan MEMBUNUH. Unsur API yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia akan mengak
ibatkan dia masuk ke dalam NAAR (NERAKA).
Laku patigeni lebih terasa khusyuk dan meditatif kalau dilakukan di tempat-tempa
t yang sunyi dan sepi. Kamandanu mengantarkan Jambu Nada di dalam gua yang
benar-benar gelap tidak ada cahaya yang masuk. Sebelum melakukan patigeni, dimin
ta untuk mandi hingga bersih dan memakai pakaian yang bersih. Mandi dengan
air kembang setaman dan ditambah dengan wewangian yang semerbak. Niat juga ditat
a untuk melakukan pembersihan diri.
Selanjutnya, memasuki gua. Berada di dalam gelap seperti di alam suwung dan tida
k melakukan aktivitas apapun selama 40 hari 40 malam. Tidak makan dan tidak
minum. Posisi badan duduk semedi, kalau capek bisa bersandar atau dalam posisi b
erbaring.
Semenjak hari itu pula Kamandanu berada di mulut goa, dia menjaga agar tidak ada
binatang atau manusia yang masuk, yang nantinya dapat menggagu tapa patigeni
Jambu Nada, walaupun dia yakin akan sangat tidak mungkin ada orang yang akan dat
ang di tempat itu, tapi demi ketenangan Jambu nada, kamandanu selalu berada
di mulut goa.
Hari ini adalah hari 39 Jambu Nada dalam laku Patigeninya, raungan Ular Krisna hi
tam itu semakin berbeda dari berbedanya, aku harus meningkatkan tenaga
dalam ku
menggumam Kamandanu sembari meningkatkan tenaga dalamnya agar raungan it
u tidak merusak organ di dalam tubuhnya
oh HyangWidhi lindungi lah putera ku berikan petunjukmu, rasanya aku tidak mampu b
ertahan , sengatan ini terasa menusuk ku
Arya kamandanu menggumam
dan semakin meningkatkan tenaga dalamnya sampai ke puncak, karna sengatan suara
raungan di dalam goa semakin menekan dadanya Arya Kamandanu menerapkan
Naga Pusapa Krisna nya, wajahnya menegang, serasa kerongkongannya terasa menceki
k, aliran panas di dalam tubuhnya mengalir begitu cepat,semakin lama semakin
cepat dan terasa sendi tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa, itulah pertanda
Arya Kamandanu menerapkan kekuatan dari naga puspa krisna, aaaaaauuuuuurrrrnnnn
ngggggg,
aaaaaauuuuuurrrrnnnnngggggg, aaaaaauuuuuurrrrnnnnngggggg, tubuhnya nya melayang
dan melesat menjauhi mulut goa.
Suara aungan naga itu bersahutan seakan saling bersabda, aura udara berubah dras
tis, dalam hitungan detik serasa panas yang sengat menyengat, namun tiba-tiba
berubah menjadi dingin yang lansung membekukan , itulah yang terjadi pada pohon,
tanah dan air di sekitar tempat itu, air yang mendidih kemudian membeku,
tanah yang terbakar kemudian menjadi basah kebekuan, begitu pula pohon-pohon rak
sasa yang lansung mengering menjadi ranting tanpa berdaun. Hal itu terus
berlansung dan semakin menyepikan daerah di sekitar tempat itu. Tak ada seekor s
emutpun yang berada di sekitar daerah itu.
Sang surya menampakan wujudnya, kemerahan langit timur menyeruak , sebuah isyara
t pergantian waktu yang tidak ada satupun yang mampu menahan walau hanya
sekejap,keheningan merajai di bukit Arjuna, di dalam goa hanya desahan nafas yan
g menagalun lembut. Arya Kamandanu terduduk lemah di mulut goa, seluruh
tenaganya terasa terkuras setelah sehari semalam menerapkan Naga Puspa Krisna. A
rya kamandanu menatap sosok yang berdiri tegak di mulut goa, seorang pemuda
dengan wajah tampan berbadan bidang, seluruh pakain pemuda itu compang camping.
Pemuda itu melangkah pelan menuju tempat Arya Kamandanu terduduk, kening
Arya kamandanu mengerut, ketika mata pemuda itu menatap tajam dalam matanya, mat
anya yang dia kenal dengan baik, mata yang selalu membuat hatinya bergidik.
mata itu milik Jambu Nada, tapi aneh kulitnya , iya mana totol hitam itu, mana tot
ol yang bersisik itu, kenapa kulitnya seperti bersih dan bercahaya,
apakah dia Jambu Nada. Ah,,atau mataku yang salah
membathin Arya Kamandanu dalam k
ebimbangan.
Ayah, marilah kita ke pondok
lembut suara pemuda itu sambil duduk menyentuh tangan A
rya kamandanu.
Jambu Nada seru Kamandanu, apakah ini kamu ngger?
Pemuda itu menunduk, dia mnegerti dengan maksud pertanyaan Lelaki setengah baya
di depannya, Lelaki yang sangat dia kagumi, orang yang menjadi ayah sekaligus
ibu buatnya, kasih sayang yang tak pernah lepas selalu tercuarah untuknya, bukan
kemanjaan, tapi ajaran kasatria lah yang di dapatnya, kelembutan dalam
ketegasan selalu menjadi patokan dalam membimbingnya.
Ayah, marilah kita ke pondok, nanti disana aku akan menceritakan apa yang aku alam
i selama Tapa PatiGeni
sahut Pemuda itu.
Arya Kamandanu mencoba untuk berdiri, tapi terasa sendi nya begitu lemah sehingg
a hampir saja dia terduduk lagi kalau tidak segera di sambut Jambu Nada.
Dengan lembut Pemuda tampan itu merangkul tubuh Arya kamandanu yang lemah. Pemud
a itu membaringkan tubuh Arya kamandanu di amben sudut dalam pondok, Arya
kamandanu meneguk air dan segeralah tenggorokannya yang kering dibasahi air yang
terasa dinigin menagaliri seluruh tubuhnya.
apa yang terjadi denganmu Nada
tanya kamandanu memandang penuh heran pada pemuda di
depannya, tapi hatinya yakin bahwa pemuda di depannya itu adalah
anaknya, Jambu Nada. Alisnya yang tebal yang menyerupai alis Sakauni milik mendi
ang istrinya, serta dagu panjang belah persis miliknya, juga dua lesung
pipit mirip milik Sakauni yang selama ini menghiasi ketawa atau senyuman anaknya
itu, dan mata yang selama bertahun-tahun menggidik hatinya, karna dia
tahu mata itu milik ular Naga Krisna hitam, saat pertama kali dia bertemu dengan
Ular hitam itu dan menggigit lehernya, jelas mata itu melekat dalam mata
anaknya , Jambu Nada. Cuma ada yang hilang, ya totol hitam itu, totol yang mirip
sisik ular hitam krisna. Totol yang melekat di sekujur tubuh anaknya,
bahkan seluruh wajah anaknya , tapi alis, dagu, hidung dan lesung pipit itu jela
s milik anaknya.
apakah ayah tidak ingin istirahat dulu
tanya Pemuda itu lembut
ayah tidak apa-apa Jambu nada, bukan kah ayah hanya mendengar, tidak harus ke mana
-mana
sahut Kamandanu dengan senyuman yang selalu menghiasi bibir
tipisnya.
atau ayah ingin makan dulu?
kembali Pemuda itu bertanya penuh khawatir.
ayah belum lapar Nada, ayah hanya ingin mendengar apa yang terjadi padamu, setelah
itu baru kita makan sama-sama, atau kamu merasa lapar Nada ?
sahut
Kamandanu sambil memegang pundak anaknya itu.
Pemuda itu menggelengkan kepalanya pelan. baiklah ayah, tapi kalau ayah tiba-tiba
merasa lapar, kita bisa melanjutkannya setelah makan kata Pemuda
tampan itu.
Kamandanu hanya mengangguk pelan, tanda setuju agar anaknya itu tidak menghawati
rkan keadaannya.
Pemuda itu menghela nafas, di mencoba mengumpulkan ingatan atas segala kejadian
yang telah di lewati di dalam goa itu, selama 40 hari 40 malam dia melakukan
tapa Pati Geni.
pada hari ke-7 aku melihat sosok wajah gadis cantik, tubuhnya mengambang setelah
aku sadari ternyata tubuhnya bukan berwujud manusia, tapi Ular, ya
ular berwarna hitam bercahaya, di kepalanya ada mahkota yang sangat indah, mata
berlian di mahkotanya berwarna biru menerangi goa yg gelap itu, sehingga
nampak jelas wujudnya, kakinya ada tujuh, dengan cakar yang sangat kuat terbuat
dari ribuan logam mulia
kata pemuda itu mulai bercerita.
kembalikan mata itu anak muda
kata ular berkapala gadis cantik
aku tidak mengerti dengan apa yang kamu ucapkan
jawab pemuda itu
siapa nama mu anak muda
tanya ular berkapala gadis cantik itu dengan senyuman yang m
enggoda.
Jambu nada
sahut pemuda itu.
wujudmu tidak pantas memiliki mata miliku Jambu Nada, wujudmu sangat tidak mencerm
inkan penghuni khayangan
ucap mahkluk itu, kemudian membelit tubuh
Jambu nada, belitan yang lembut. Cakar kakinya menggenggam sekujur tubuh Jambu N
ada.
apakah kamu tidak sadar bhwa wujudmu lebih tidak pantas
sahut Jambu Nada dengan tena
ng
siapakah kau sebenarnya, wahai makhluk aneh
tanya Jambu Nada dengan suara pelan tap
i tegas.
Makhluk itu tertawa lirih mendengar ucapan Pemuda dalam belitannya itu.
kau tidak mempunyai pilihan anak muda, kau harus mengembalikan mata itu
sahut makhlu
k itu dengan semakin mengencangkan belitannya, serta mencekam tubuh
Jambu nada dengan jari-jari tajamnya.
Jambu Nada merasakan himpitan yang semakin mencekam tubuhnya, aliran panas menga
liri sekujur tubuhnya, terasa sesak yang semakin mencekik lehernya, dan
hal itu terus berlansung, semakin lama semakin cepat aliran yang dirasakannya, t
api dia sadar itu hanya terjadi pada kulitnya, hanya saja nafasnya yang
terasa sesak, yang bisa di lakukan adalah menyerahkan diri pada Yang Kuasa.karna
dia tak mampu untuk menggerakan tubuhnya.
Makhluk itu tertawa semakin keras, yakin akan dapat meremukan tubuh pemuda itu,
tapi aneh, semakin dia membelit semakin dia merasakan getaran aneh,dia
ingin sedikit merenggangkan belitannya, tapi semakin belitannya semakin kencang.
apa yang kau lakukan anak muda
geram makhluk itu
aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya diam bukankah kau yang telah melumpuhkan tu
buhku, lihatlah aku tidak mampu untuk bergerak sedikitpun
sahut Jambu
Nada dengan suara serak
kurang ajar, kau menghisap kekuatanku, ketahuilah anak muda kekuatanku seluas samu
dera , wadag mu itu tidak akan mampu menampung tenagaku yang besar,
semakin kau hisap maka semakin penuh wadagmu, hingga akhirnya tubuhmu akan hancu
r jawab makhluk itu dengan suara yang keras dan penuh lengkingan.
Jambu nada hanya terdiam, dia tak mengerti dengan apa yang terjadi dalam tubuhny
a, jika memang benar apa yang dikatakan makhluk itu, dia hanya bisa berserah
pada Hyang Widhi.
hentikan kataku
teriak makhluk itu melengking
kenapa tidak kau hentikan anak muda, jangan membuat aku semakin marah anak muda
kata
mkhluk itu semakin kencang.
apa yang harus aku lakukan, bagaimana cara aku menghentikannya
jawab Jambu nada deng
n kebingungan
kau benar-benar membuat aku marah anak muda, kau telah mempermainkan aku
geram makh
luk itu. Wajah yang cantik berubah menyeramkann , matanya mengeluarkan
sinar merah kebiruan dan mata itu lansung menatap mata Jambu Nada , sinar mata i
tu menusuk lansung ke dalam rongga mata Jambu Nada.
Jambu Nada merasakan hawa panas yang sangat menyengat, darahnya terasa mendidih
sekujur tubuhnya merah membara, mengeluarkan cahaya api yang sangat panas,
air di sekeliling goa itu mengering seperti di hisap, hal itu terus terjadi hing
ga sampai hari ke lima belas, sekujur tubuh Jambu Nada telah menjadi bara
api, namun aneh nya tenaganya semakin membesar, tenaga itu terus masuk, tidak ad
a terjadi penolakan, namun bagaikan sebuah wadah besar yang menampung air
yang sebagaimana banyaknya pun.
aku mohon hentikan anak muda, aku sudah tidak kuat
rintih makhluk itu lemah
aku tidak tahu dengan cara apa aku harus menghentikan, tolong berikan aku cara nya
j
awab Jambu Nada.
Hentakan dalam aliran kekuatan semakin menuju puncak, kekuatan Jambu nada terus
bertambah, tapi sebaliknya Makhluk ular hitam berkepala gadis cantik itu
semakin melemah, dan tiba-tiba saja makhluk itu dan Jambu Nada meraung sekuat-ku
atnya, aaaaaauuuuuurrrrnnnnngggggg, aaaaaauuuuuurrrrnnnnngggggg, aaaaaauuuuuurrr
rnnnnngggggg,
aaaaaauuuuuurrrrnnnnngggggg, aaaaaauuuuuurrrrnnnnngggggg, aaaaaauuuuuurrrrnnnnng
ggggg, aaaaaauuuuuurrrrnnnnngggggg, aaaaaauuuuuurrrrnnnnngggggg, aaaaaauuuuuurrr
rnnnnngggggg.
Hentakan itu terlepas, wujud aneh ular gadis berkepala manusia itu berubah, terl
empar ke dinding goa, ya makhluk itu berubah , berubah menjadi seekor ular
hitam , dengan kepala yag bermahkota, bahkan ukuran nya hanya sebesar jempol ora
ng dewasa.
Mata Jambu Nada berubah menjadi merah menyala, dia terus meraung, berteriak seke
ras-kerasnya, udara panas terus menyelimuti goa itu. Ular hitam menggeliat
penuh ketakutan,
kakanda, tolong aku, bawa aku pergi aku tidak mau mati di alam manusia ini, tolong
aku kakanda
suara ular itu melengking tajam.
Adinda , ini lah terakhir kau berada di alam manusia, seribu tahun mungkin kau aka
n di bawa di alam NAAR(Neraka), semoga selama itu kau akan merenungi
perbuatanmu, dan kakanda berharap kau akan kembali menjadi suci, tidak ada jalan
lain kakanda harus menyelesiakan apa yang telah kau lakukan di alam ini
suara menggema bertepatan datang sosok Ular Putih berkepla seorang lelaki berwaj
ah tampan, aura dingin menusuk berlawanan dengan panas yang di tebarkan
oleh raungan Jambu Nada yang terus meraung.
anak muda, aku yakin dari hatimu mendengar apa yang aku ucapankan ini, terimalah a
pa yang aku berikan padamu, maafkan perbuatan adinda krisna terhadapmu,
yang telah menggangumu wahai satria kekasih para dewa, dengan penyatuan kekuatan
ku dan kekuatan Adinda Krisna kau akan mendapatkan ilmu kedigjayaan dan
keabadian serta mengontrol apa yang ada dalam dirimu, aku mohon maaf telah berla
gak mengguruimu , aku tahu kau lah satria kekasih dewa, kasatria yang di
cintai dan di ayomi para dewa, aku hanya mohon ampunan untuk aku dan adinda kris
na kata naga Ular naga putih itu seperti menusuk lansung dalam hati anak
muda di depannya.
Jambu Nada mendengarkan apa yang di ucapakan oleh makhluk bersinar putih itu, na
mun lidahnya terasa kelu untuk menjawab, dia hanya bisa meraung semakin
lama seamakin panjang.
Ular naga Putih itu membelit tubuh Jambu Nada, dan sinar Putih kebiruan menyembu
r dari kelopak dan mahkota ular naga putih itu, dan lansung masuk menuju
mata Jambu nada. Jambu Nada merasakan hawa dingin menusuk aliran darahnya yang m
endidih, semakin lama semakin tajam hingga terasa darahnya membeku, kulitnya
yang bertotol hitam mengeluarkan cahaya merah putih kebiruan, serta cahaya matan
ya yang berwarna biru putih , sungguh pemandangan yang sangat indah, tubuh
Jambu Nada terangkat melayang bersama belitan Ular Naga Putih itu, dan hal itu b
erlansung selama 25 hari, sebuah penyatuan kekuatan yang maha besar telah
terjadi pada pemuda itu, hanya raungan yang terlepas dan saling sahut menyahut.
Ular naga Putih itu melesat terlempar ke dinding goa, tidak ada lagi wujud
kepala lelaki berwajah tampan, tapi hanya kepala seekor ular berwarna putih deng
an mahkota di kepalanya.
Jambu Nada terdiam, dia melihat kedua ular bermahkota di depannya saling membeli
t, kemudian menunduk hormat di hadapan Jambu Nada, kemudian asap tipis
menyelubungi kedua ular naga itu, semakin lama semakin tebal, dan akhirnya menip
is, tapi kedua Ular naga itu sudah tidak ada, yang ada hanya sisik hitam
dan putih yang kemudian mengendap dan lenyap dari pandangan mata
Jambu Nada terkesiap, terkesima dengan kejadian yang di alami, dia belum mengert
i akan keadaannya, yang dia rasakan hanya rasa segar, tubuh yang terasa
ringan, dan tidak ada rasa lapar, padahal selama 40 hari tidak ada air atau maka
nan yang masuk ke dalam tubuhnya.
Pakaiannya terlihat compang camping, aneh ya aneh, mana totol hitam di kulitnya,
dia meraba wajahnya tidak ada lagi guratan kasar yang selama ini dia rasakan,
pada pergelangan dan telapak tanagan serta kakinya sudah tidak ada totol hitam i
tu, ingin dia melihat wajahnya, tapi sayng tidak ada air di sekelingnya,
mungkin butuh 3 hari baru air itu akan ada kembali, karna habis terhisap ketika
dua kekutan itu menyatu dalam tubuhnya.
Jambu Nada duduk tegap, dia berpikir apakah sekarang sudah siang atau masih mala
m, karna di dalam goa tidak ada bedanya siang atau malam, tiba-tiba saja
dia melihat sosok berjubah putih layaknya Brahmana, melayang pelan turun dan dud
uk di depan, mata Jambu nada yang telah tajam dapat melihat sosok yang
datang itu, wajah yang mulai berkeriput, rambut yang telah memutih semua, namun
tubuh itu kokoh tegap, serta senyuman menyunging di bibir orang berjubah
putih itu.
selamat Jambu Nada, kau telah berhasil melakukan tapa Pati genimu, apa yang terjad
i selama 40 hari ini adalah widi (garis hidup) mu, terimalah anugerah
Hyang Widhi itu, gunakanlah untuk kepentingan bersama, kau harus bisa mengayomi
dan menegakan kebenaran di muka bumi ini, ingat kau harus hati-hati menggunakan
kekuatanmu, jangan sampai emosi amarahmu menguasai hatimu, ketahuilah kekuatanmu
itu mampu menghancurkan sepuluh gunung besar di bumi majapahit ini, kau
mampu memusnahkan sepuluh pasukan segelar sepapan, bersykurlah engkau karna di p
erkenankan para dewa untuk melihat pergantian sepanjang zaman
kata lelaki
berjubah brahmana itu menagalun lembut dengan senyuman di biirnya.
Jambu Nada hanya bisa terdiam, begitu terkesimanya dia melihat sosok yang ada di
depannya.
terimaksih atas petunjuk eyang, aku berjanji akan selalu mengingat apa yang eyang
katakan, tapi maaf bolehkah aku tahu siapa eyang, maaf jika aku lancang
berani mananyakan jati diri eyang
kata Jambu Nada seraya menunduk dalam penuh horm
at.
Orang berjubah itu tertawa renyah, sambil memegang pundak Jambu Nada orang tu it
u berdiri pelan.
Namku Empu Sasi anak muda
jawab orang berjubah putih pelan
Jambu Nada tersentak, dia mendongok sebentar ingin melihat wajah orang tua itu,
tapi cepat dia tundukan dalam wajahnya.
be,,benarkah di hadapanku adalah Eyang Empu Sasi?
suara Jambu Nada bergetar.
terimaksih Yang Batara Agung, telah memperkenankan aku bertemu dengan Eyang
pelan Ja
mbu Nada mengucap sukur.
sudahlah Jambu nada aku datang pun merupakan bagian widimu,kedepannya banyak hal y
ang akan kau hadapi, lakukan lah sesuatu dengan penuh tanggung jawab,
selalu menyerahkan diri pada Hyang widhi, ingat kekuatanmu harus selalu kau kont
rol, mengenai totol hitam di kulitmu adalah sebuah pertanda kekuatanmu,
setiap kali kau mengerahkan kekuatan Sabda Naga Puspa Krisna, maka totol itu aka
n muncul, semakin banyak kekuatan yang kau keluarkan maka totol hitam itu
akan semakin banyak menampakan diri, karna itu kau harus pandai menjaga dan meng
ontol kekuatanmu ucap orang berjubah putih itu, yang tak lain adalah Empu
sasi, merupakan murid dari Empu Gandring, atau guru Kakeknya Empu Rangga Reksa,
dan juga guru dari Eyang Ranubaya dan Eyang Empu Lunggah.
iya eyang, akan selalu aku tanamkan dalam hati akan petunjuk dan petuah eyang
sahut
Jambu nada penuh hormat.
sekarang keluarlah, Tapa Pati Genimu telah selesai, temui Ayah mu Arya kamandanu,
sampaikan slamku untuknya, dan saatnya eyangharus kembali ke tempat
eyang, selamat tinggal Jambu nada
kata orang berjubah putih itu menepuk pundak Ja
mbu nada, seiring dengan itu kabut putih menyelimuti tubuh orang berjubah
itu, dan hilang dari pandangan bersamaan dengan hilangnya kabut itu.