Você está na página 1de 25

ANALISA ATRIBUT BUDAYA PADA TRANSFORMASI BANGUNAN

CAGAR BUDAYA YOGHURT CISANGKUY DAN GALERI KITA


Greise Yustikarini-25211011, Nuraziza-25211020, Kustiani-25211025,
Hardian Ahmad-25211026
SAPPK Arsitektur Magister Alur Desain Institut Teknologi Bandung
Abstrak
Budaya merupakan salah satu bahasan yang sulit untuk dirumuskan. Namun
budaya dapat ditelusuri perkembangan dan asal usulnya dari aribut-atributnya.
Bandung sebagai salah satu kota yang terkenal dengan wisata kulinernya,
memiliki salah satu asat bangunan tua yang dapat dianalisa atribut budayanya.
Bangunan tua tersebut terletak di jalan Cisangkuy. Pada awalnya, bangunan ini
berfungsi sebagai rumah dinas, namun seiring perkembangan waktu, terjadi
proses transformasi yang melibatkan atribut-atribut budaya, sehingga bangunan
ini beralih fungsi menjadi restoran (bisnis dan penyediaan jasa). Pembahasan
atribut ini meliputi tata guna lahan, peraturan setempat, kode zona, nilai property,
infrastuktur public, sirkulasi, utilitas, persepsi pengindraan (kebisingan, citra
bangunan). Dan pada akhirnya mengevalusi pengaruh nilai sejarah dan budaya
lewat atribut-atribut budayanya pada eksistensinya di masa mendatang. Mengenal
proses perubahan (sebagai unsur pembeda), sekaligus eksistensi (sebagai unsur yang
tetap) yang terjadi pada rumah dan permukiman sekitarnya.
Keywords: Atribut Budaya, Bandung, Analisa, Transformasi, Evaluasi Nilai
Sejarah dan Budaya, Eksistensi

Bandung dikenal sebagai Kota


dengan jumlah bangunan cagar budaya
terbanyak ke-tiga di dunia1, ini terkait
dengan digunakannya Kota Bandung
sebagai objek eksperimen arsitektural
pada masa penjajahan. Perkembangan
Bandung sebagai Kota yang demikian
besarnya tidak terlepas dari usaha
Daendels membangun jalan raya dari
Anyer sampai Panarukan. Sebelum
kedatangan
Daendels
ke
Kota
Kembang, Bandung adalah kabupaten
yang lokasi pusat pemerintahannya
berada di daerah Karapyak. Oleh
karena itu daerah tersebut sekarang
dinamakan Dayeuhkolot yang berarti
pusat pemerintahan lama 2 . Ketika
Daendels sampai di Bandung untuk
meneruskan
jalan raya
Anyer1

http://bandung.detik.com/read/2009/06/21/10
5645/1151397/486/tv/index.html
2
Kunto, Haryoto.1984. Wajah Bandung
Tempo Doeloe. Bandung : Granesia

Panarukan (selanjutnya menjadi Jalan


Raya Pos atau Groetepostweg) pada
tahun 1810, beliau memerintahkan
untuk mengembangkannya dan daerah
tersebut harus sudah maju ketika nanti
beliau datang kembali. Zorg, dat als
ik terug kom hier een stad is geboud,
Coba usahakan, bila Saya datang
kembali di tempat ini telah dibangun
sebuah kota! ujarnya.
Maka seketika itu daerah yang
sekarang
menjadi
patok
0
dikembangkan
menjadi
pusat
pemerintahan
baru.
Pusat
pemerintahan
yang
tadinya
di
Dayeuhkolot dipindahkan ke Pendopo
Walikota yang berada di sebelah
selatan
Alun-alun
Bandung.
Pembangunan Kota Bandung yang
begitu pesat akhirnya mengundang
arsitek-arsitek ternama pada masanya
untuk turut serta menyumbangkan
buah
pemikirannya
bagi
Kota

Bandung, sehingga banyak karya


arsitektur yang dihasilkan dan bertahan
hingga masa kini sebagai karya cagar
budaya.
Setelah daerah patok 0 yang
sekarang menjadi Jalan Asia-Afrika
dan
Alun-alun
Kota
Bandung,
pengembangan
yang
selanjutnya
terjadi adalah upaya pemindahan pusat
pemerintahan Hindia Belanda ke Kota
Bandung
dikarenakan
isu-isu
keamanan yang terjadi di Kota
Batavia. Lahan yang terpilih adalah
lahan yang sekarang menjadi Gedung
Sate, Lapangan Gasibu, menerus
sampai Monumen Perjuangan Rakyat
Jawa Barat3
Dari pengembangan kawasan
pusat pemerintahan maka muncullah
kawasan-kawasan
hunian
yang
letaknya saling berdekatan guna
mengakomodasi
pegawai-pegawai
pemerintahan
tersebut.
Kawasan
pengembangan
hunian
tersebut
diantaranya kawasan hunian di daerah
Jalan Cisangkuy dan Jalan Riau.
Seiring waktu berlalu rumahrumah dinas tersebut ada yang berganti
kepemilikan, dilanjutkan lagi oleh
keturunannya masing-masing, beralih
fungsi menjadi tempat usaha atau
karena nilai historisnya yang tinggi,
rumah-rumah
dinas
tersebut
dialihfungsikan
dengan
fungsi
kebudayaan seperti galeri dan museum
oleh pemerintah.
Di satu pihak alih fungsi
bangunan cagar budaya menjadi fungsi
pariwisata dan komersial dapat
membangkitkan kembali spirit of place
dari bangunan itu, dengan syarat
pemiliknya memiliki kesadaran akan
bangunan cagar budaya. Tetapi di lain
pihak alih fungsi tersebut dapat pula
menghancurkan secara perlahan-lahan
bangunan-bangunan cagar budaya
apabila pemiliknya tidak memiliki
3

Suganda, Her.2010. Jendela Bandung.


Bandung : Kompas

kesadaran tersebut. Rata-rata para


pemilik yang tidak memiliki kesadaran
adalah pemilik dari pihak swasta atau
pribadi dan hanya memikirkan
keuntungan dari usaha yang mereka
miliki di bangunan-bangunan cagar
budaya.
Tulisan ini mengambil contoh
kasus bangunan yang beralih fungsi
pada 2 (dua) daerah tersebut yaitu Caf
Cisangkuy di Jalan Cisangkuy yang
tepat berada di sisi timur Gedung Sate
dan Galeri Kita yang berada di Jalan
L.L.R.E
Martadinata
kemudian
mengkajinya
secara
budaya
menggunakan atribut-atribut budaya
berupa tata guna lahan, peraturan,
zonasi, nilai properti, infrastruktur
umum, sirkulasi, utilitas, karakter
bangunan dan sekelilingnya, riset
sejarah, dan tanggapan
yang
dihasilkan dari pancaindera.
YOGHURT CISANGKUY
Yoghurt Cisangkuy merupakan
salah satu daya tarik wisata kuliner
khas Kota Bandung. Terletak di Jl.
Cisangkuy no. 64, maka bisnis restoran
ini pun mengadopsi nama jalan
tersebut sebagai merek yoghurtnya.
Restoran ini beroperasi setiap hari dari
pukul 06.30-20.30 WIB.
Daya
tarik
restoran
ini
didukung oleh keunggulan lokasi yang
menawarkan
suasana pemukiman
alami rumah pada jaman Belanda.
Konteks sejarahnya pun terkait dengan
Gedung
Sate
yang
lokasinya
berdekatan. Umumnya pengunjung
betah untuk berlama-lama di restoran
ini.
Andalan penggunaan ruangnya
pun terletak pada pekarangan restoran
ini yang bersinergi dengan taman
Lansia di sebrangnya dan factory outlet
di
sekitarnya
serta
penataan
lansekapnya pun mengoptimalkan
pohon-pohon di sekitar halaman depan
untuk menikmati
kesejukan hawa
Kota Bandung.

Selain minum yoghurt, di


sepanjang jalan CIsangkuy juga
banyak kuda yang disewakan untuk
mengelilingi taman atau dapat juga
menyewa becak kecil yang telah dihias
untuk ditumpangi oleh anak-anak dan
orangtualah yang menjalankan becak.
Adanya taman yang sejuk telah
membuat
ada
banyak
sarana
transportasi
tradisional
yang
dimanfaatkan agar Anda dapat
mengelilingi taman ini.
Peraturan
Yoghurt Cisangkuy terletak di
Kelurahan
Citarum,
Kecamatan
Bandung Wetan dimana lokasi ini
terdapat banyak bangunan cagar
budaya. Maka terkait dengan fakta
tersebut, berikut ditekankan mengenai
peraturan setempat yakni Pasal 14
dengan isu Strategi untuk perwujudan
keseimbangan
proporsi
kawasan
lindung sebagaimana dimaksud huruf
meliputi:
d. mengembangkan kawasan
jalur hijau pengaman prasarana dalam
bentuk jalur hijau sempadan sungai,
jalur tegangan tinggi, dan jalur rel
kereta api;
e. mempertahankan fungsi dan
menata RTH yang ada dan tidak
memberi izin alih fungsi ke fungsi lain
didalam mencapai penyediaan ruang
terbuka hijau; meminimalkan dampak
resiko pada kawasan rawan
f. melestarikan dan melindungi
kawasan dan bangunan cagar budaya
yang telah ditetapkan, terhadap
perubahan dan kerusakan struktur,
bentuk, dan wujud arsitektural;
bencana.
Property Value
Dibangun pada tahun 1932.
Menurut analisa yang didukung
pernyataan
Paguyuban
Bandung
Heritage,
besar
kemungkinannya
bahwa kawasan perumahan di daerah
Cisangkuy
ini
pada
umumnya

merupakan rumah dinas pejabat


PT.Pos, Dinas PU atau Dinas
Telekomunikasi pada masa itu.
Rumah-rumah
tersebut
memiliki
tipikal bentuk fasade dan ruang yang
sama, hal tersebut mengindikasikan
bahwa mereka dibangun oleh pihak
developer/institusi yang sama. Rumah
Yoghurt Cisangkuy ini pun masih
mengacu ke peraturan rumah dinas
pada zaman belanda, yang tidak
mengikat stasus kepemilikan rumah
dinas setelah masa non aktif jabatan
(pensiun). Maka ada perubahan nilai
asset bangunan ini. Hal yang paling
signifikan berkenaan latar belakang
peralihan ke kemerdekaan Indonesia,
maka dari rumah dinas, rumah ini
beralih fungsi menjadi rumah dengan
kepemilikan personal (bukan institusi).
Seiring perkembangan waktu
sebagai rumah pribadi, pada tahun
1962, keluarga ini memulai bisnis.
Nilai investasi yang ditananamkan
pada bisnis ini belum bernilai besar
pada saat itu. Karena niat awal dari si
pemilik hanya memperluas distributsi
susu yang dijual di tetangganya yang
berlokasi dikawasan cisangkuy juga.
Mulai
muncul
ide
mengembangkan susu tersebut menjadi
yoghurt. Yoghurt adalah susu yang
dibuat melalui fermentasi bakteri.
Rata-rata yoghurt yang diproduksi
sekarang adalah yoghurt yang terbuat
dari susu sapi. Fermentasi gula susu
(laktosa) menghasilkan asam laktat,
yang berperan dalam protein susu
untuk menghasilkan tekstur seperti gel
dan bau yang unik pada yoghurt.
Selain rasanya yang segar dan nikmat,
yoghurt memiliki banyak kandungan
bakteri yang menguntungkan dan
sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Orang yang alergi terhadap susu tidak
perlu khawatir mengkonsumsi yoghurt
karena struktur laktosa pada susu
sudah di rusak, sehingga tidak akan
menimbulkan alergi.

Cisangkuy Cafe

Gambar 1 Foto udara lokasi Cisangkuy caf


dan Gedung Sate Bandung

Ternyata penjualan yoghurt


tersebut mendapat respond baik dari
masyarakat setempat, sehingga bisnis
tersebut makin berkembang. Menu
yang ditawarkan pun semakin variatif.
Dengan kata lain, bisnis yoghurt ini
pun mendongkrak nilai asset dari
bangunan ini. Dari fungsi perumahan
pemukiman, bertransformasi menjadi
fungsi bisnis.
Saat ini Yoghurt Cisangkuy
berpenghuni tetap 7 orang (orang tua
pemilik, kerabat saudara, dan pegawai
rumah
Yoghurt).
Penggunaan
bangunan ini lebih mengoptimumkan
kebutuhan bisnis daripada kebutuhan
pribadi. Sedang pada kesehariannya
rata-rata pengunjung bisa mencapai
500 orang.
Didukung dengan RTRW kota
Bandung, bangunan ini juga berada di
kawasan strategis pusat kota Bandung.
Lokasi yang strategis, menggeser
peruntukan daerah ini dari kawasan
perumahan menjadi kawasan bisnis
sekaligus kawasan konservasi budaya.
Singkat kata transformasi property
value dari bangunan ini semakin
meningkat dari segi ekonomi, budaya.
Namun secara social property value
bangunan ini hanya sekedar tempat
bernostalgia.
Historic Research
Cisangkuy Caf berlokasi di
Jalan Cisangkuy 66 Bandung, letaknya
berdekatan dengan taman cilaki dan
ikon Kota Bandung yaitu Gedung Sate.

Gambar 2 Foto udara lokasi Cisangkuy caf


tahun 2010

Yang menarik dari Cisangkuy


Caf adalah selain menu spesial pada
yoghurt sebagai menu andalannya juga
terdapat lingkungan yang masih asri di
sekelilingnya dan bentuk bangunan art
deco yang masih nyaman dan asli.
Bangunan fisik cisangkuy caf
berbentuk rumah tinggal bergaya
arsitektur Tropical Art Deco Belanda
yang hingga saat ini tidak mengalami
perubahan, tetapi hanya mengalami
penambahan pada bagian- bagian
tertentu
menyesuaikan
dengan
berubahnya fungsi dan kebutuhan pada
beberapa bagian rumah ini .
Sebagian
besar
bangunan
bergaya arsitektur Art Deco di Kota
Bandung dibangun pada tahun 1920-an
sejalan dengan pembangunan sarana
untuk persiapan dipindahkannya Ibu
Kota Hindia Belanda dari Batavia ke
Bandung. Dan Cisangkuy Caf ini
mulai ditempati sebagai rumah tinggal
pada tahun 1932 oleh kedua orang tua
Pak H. Suharto (nara sumber).
Cisangkuy Cafe

Gedung Sate

Gambar 3 Foto udara Cisangkuy Caf dan


Gedung Sate Bandung tahun 1925

Seiring dengan bertambahnya


kebutuhan hidup dan biaya sekolah
anak- anak beliau, pada tahun 1968
kedua orang tua Pak H. Suharto
memulai usaha menjual susu murni di
rumah tinggal mereka sebagai usaha
mencari tambahan (bukan bisnis). Pada
awalnya usaha menjual susu murni ini
hanya diketahui dan dikonsumsi oleh
para tetangga kemudian usaha ini
berkembang lagi pada tahun 1969
yaitu susu murni + yoghurt dan hingga
saat ini menu yang ditawarkan semakin
betambah dan bervariasi.
Perkembangan usaha yang
dialami kel. H. Suharto ini sedikit demi
sedikit mulai merubah fungsi awal
kediaman keluarga ini, yang awalnya
utuh sebagai rumah tinggal kemudian
sekarang berubah menjadi rumah
tinggal mixed-use dengan caf.

beberapa fungsi komersil. Batas lahan


Cisangkuy Caf antara lain sebagai
berikut :
Utara berbatasan dengan rumah
tinggal yang sekarang beralih fungsi
penuh menjadi usaha bisnis (tidak
sebagai rumah tinggal lagi)
Timur berbatasan dengan rumah
tinggal
Selatan berbatasan dengan rumah
tinggal yang saat ini beralih fungsi
juga sebagai tempat usaha bisnis
(bentuk sudah berubah/renovasi
total)
Barat berbatasan dengan jalan
cisangkuy dan taman Cilaki, dari
dahulu hingga sekarang tetap
terjaga
kelestariannya,
dan
Cisangkuy Caf dengan sukarela
berperan penuh dalam menjaga
kelestariannya karena pada saat ini
hanya satu- satunya penghuni asli di
kawasan Taman Cilaki ini.
Perbandingan tata guna lahan
pada Cisangkuy Caf sebelum
memulai usaha keluarga :

Gambar 4 Tampak depan Cisangkuy caf


(2012)

Land Use

timur
utara

selatan

Gambar 6 Perbandingan Tata Guna Lahan


pada Caf Cisangkuy

barat

Gambar 5 Batas-batas lahan Caf Cisangkuy

Pada tahun 1920-1990an di


sekitar Caf Cisangkuy fungsi- fungsi
bangunan masih berupa perumahan
pejabat kota Bandung, taman cilaki,
perkantoran swasta/ pemerintahan dan

Taman/ vegetasi di halaman


depan rumah
Halaman samping rumah dan
carport
Rumah tinggal 1 lantai
Paviliun
Taman/ vegetasi di halaman
belakang rumah
Halaman
belakang
(tanpa

vegetasi) perkerasan untuk ruang


jemur
entrance
Taman
Cilaki
dipisahkan
dengan Jalan Cisangkuy
Sebelum
memulai
usaha
keluarga, tata guna lahan masih terlihat
private dan teratur dari segi fungsi dan
kegunaan masing- masing ruang.
Setelah
memulai
usaha
keluarga tata guna lahannya menjadi
sebagai berikut :

perluasan caf di buat di daerah


taman dan dibuat perkerasan,
namun vegetasi berupa pohon
tetap dipertahankan, daerah
entrance,
daerah
garasi,
teras, ruang
tamu,
dan
kamar depan
Pedestrian di depan rumah
digunakan untuk berjualan
makanan tradisional, pedagang
berasal dari kerabat pegawai
cisangkuy caf.
di bagian entrance dijadikan
sebagai lahan parkir kendaraan
roda dua dan di bagian muka
taman cilaki dijadikan sebagai
lahan parkir kendaraan roda
empat
Ruangan yang tersisa di rumah
tinggal; ruang keluarga, dapur,
ruang tidur, dan toilet
ruang jemur berubah fungsi
menjadi :
perluasan ruang keluarga (lt. 1)
ruang cuci piring caf (lt. 1)
dapur kotor (lt. 1)
tempat tinggal pegawai (lt. 2)
taman
belakang
berubah
menjadi dapur kotor caf dan
toilet
pegawai,
paviliun
menjadi ruang kerja dan
gudang

Zoning Codes
Perubahan
zoning
terjadi
beberapa tahap di Cisangkuy Caf :
Awal (1932- 1969)

keterangan :
benar- benar private berfungsi
sebagai rumah tinggal. Sudah
memulai usaha keluarga namun
hanya menjual susu murni, dan itu
hanya di konsumsi oleh para tetangga,
sehingga belum terjadi perubahan pada
rumah tinggal.
- Usaha mulai berkembang (1969)

keterangan :
zona private sebagai rumah
tinggal
yang belum mengalami
perubahan:
ruang keluarga
3 ruang tidur (2 ruang tidur
anak di depan, 1 ruang tidur
utama di belakang)

toilet
dapur bersih & sink diluar
garasi
carport
paviliun

zona publik pada tahun 1969,


usaha susu murni berkembang
menjadi susu + yoghurt dan terjadi
perubahan fungsi mulai dari ruang
tamu berubah fungsi menjadi cashier,
teras sampai ke halaman depan,
dijadikan sebagai caf untuk melayani
pembeli dengan adanya meja-meja dan
tempat duduk.
zona service, sesuai kebutuhan
produksi maka keluarga mulai
memperluas dapur yang semula
hanya berada di dalam rumah, dengan
menambah di bagian belakang rumah
untuk
memproduksi
minuman
susu+yoghurt, dan tempat tinggal
pegawai/ pembantu caf.

zona service, sesuai kebutuhan


produksi maka keluarga mulai
memperluas dapur yang semula
hanya berada di dalam rumah, dengan
menambah di bagian belakang rumah
untuk
memproduksi
minuman
susu+yoghurt, dan tempat tinggal
pegawai/ pembantu caf.
zona entrance berubah menjadi
area parkir untuk kendaraan
roda dua tamu caf cisangkuy
dan area berjualan majalah
Bagian-bagian
yang
tidak
mengalami perubahan:
1 ruang tidur utama
Toilet
Dapur bersih & sink diluar
Paviliun

zona entrance
- Usaha berkembang (1970- sekarang)

Gambar 7 Bagian-bagian rumah yang tidak


berubah

Bagian-bagian yang mengalami


perubahan :
ruang keluarga diperluas dan
dibuat
bertingkat,
dengan
fungsi sebagai ruang tidur di
lantai dua-nya.

Denah lt. 1

Denah lt. 2

keterangan :
zona private sebagai rumah
tinggal

dua buah ruang tidur anak di


bagian depan dirubah menjadi
cafe.

ruang tamu berubah fungsi


menjadi kasir dan caf.

carport menjadi caf dan dua


buah toilet
tamu

garasi menjadi ruang serbaguna


atau gudang, pernah dicoba
menjadi butik

pedestrian di depan cisangkuy


caf dijadikan area berjualan
makanan
khas
tradisional
Bandung,
yang
berjualan
adalah kerabat pegawai caf
cisangkuy.

Public Infrastructure circulation

teras sampai ke halaman depan


dijadikan sebagai caf untuk
melayani pembeli
dengan
adanya meja-meja dan tempat
duduk dan tempat berjualan
majalah.
Gambar 8 Sirkulasi kendaraan di sekitar Cafe
Cisangkuy

Keterangan :
kendaraan
yang
melewati
jl.
Diponegoro (2arah ) :
Kendaraan pribadi roda2 dan
roda4
Kendaraan umum roda 2
(ojek& becak) dan roda4
(angkot& bus)
Kendaraan
yang
melewati
jl.
Cisangkuy (searah) :
kendaraan pribadi roda2 dan
roda4
kendaraan umum roda 2 (ojek&
becak)
dan
roda4
(bus
pariwisata)
kuda (objek wisata)
kendaraan yang melewati jl. Cilaki
(searah) :
kendaraan pribadi roda2 dan
roda4
kendaraan umum roda 2 (ojek&
becak)
dan
roda4
(bus
pariwisata)
kuda (objek wisata)
Building & Neighborhood Character
Dahulunya bangunan di sekitar
Cisangkuy caf ini khususnya di jl.
Diponegoro sebagian besar merupakan
bangunan
pemerintahan
seperti;
Gedung Sate, Museum Geologi
Bandung, dan Gedung Pengadilan
Bandung. Sedangkan di Jl. Cisangkuy
dan Jl. Cilaki merupakan kawasan
perumahan pejabat/ petinggi kota
dinaungi sejuknya pepohonan Taman
Cilaki.

Taman Cilaki Bandung 1929

Pada saat ini, di jl. Diponegoro selain


bangunan pemerintahan juga banyak
terdapat
fasilitas
komersil/bisnis,
seiring berkembangnya kota Bandung
sebagai kota kuliner dan fashion maka
banyak ditemui caf- caf dan factory
outlet di sepanjang jl. Diponegoro ini.
Di jl. Cisangkuy dan jl. Cilaki yang
semula
merupakan
kawasan
perumahan pejabat kota, sekarang juga
berubah menjadi kawasan komersil/
bisnis. Banyak ditemui caf, factory
outlet dan hotel di kawasan ini.
Pemilik Cisangkuy Caf merupakan
satu- satunya penghuni asli yang
tersisa di kawasan ini. Pak Suharto
(pemilik Caf Cisangkuy) juga aktif
merawat taman Cilaki yang berada
tepat di depan Cafenya, beliau juga
yang membiayai secara pribadi agar
keasrian dan kebersihan taman tetap
terjaga.

Gambar 10 Taman Cilaki Bandung 2012,


dirawat oleh Pak Suharto dengan membuat
perkerasan dan penambahan jenis pepohonan
dan bunga

Gambar 9 Gedung sate Bandung tahun 1925

Gambar 11 Foto bersama Pak Suharto


(pemilik Cisangkuy Caf)

Sensory Perception
Atribut sensory perception
akan membahas transformasi pada
Yoghurt Cisangkuy yang dapat
terindikasi dari pengindraan dasar
manusia. Pengindraan tersebut berupa
pendengaran
untuk
mempelajari
kebisingan, peraba untuk memahami
kepadatan,
penglihatan
untuk
mempelajari
kualitas
visual,
pengecapan untuk mempelajari cita
rasa.
Kebisingan (noise)
Yoghurt
Cisangkuy
yang
legendaris memang tetap memiliki
kualitas cita rasa yang sama hingga
saat ini. Namun tidak dengan tingkat
kebisingannya.
Pada
awalnya,
Yoghurt Cisangkuy yang namanya
diambil dari nama jalan dimana toko
ini berada, yaitu Jalan Cisangkuy,
memiliki hawa sejuk khas Bandung
dan suasananya jauh dari lalu-lalang
kendaraan. Dan hal ini menjadi salah
satu keunggulan suasana
yang
ditawarkan, yakni tenang dan nyaman.
Namun dengan meningkatnya jumlah
kendaraan di Bandung, dan lokasinya
yang berada di pusat kota, maka
peningkatan kebisingan pun sulit untuk
dihindari.
Perubahan
fungsi
dari
pemukiman menjadi kawasan bisnis
dan
penyediaan
jasa
,
juga
berkontribusi
dalam
menambah
kebisingan dari area ini. Isu kebisingan
tersebut tidaklah bersifat mengganggu,

namun jelas mengalami proses


transformasi. Bangunan
Yoghurt
Cisangkuy yang berarsitektur rumah
zaman belanda dirubah menjadi
bangunan cafe dengan pilihan indoor
dan outdoor. Areal indoor dibuka dari
jam 08.00-17.00 WIB. Sedangkan area
outdoor (pekarangan) bisa digunakan
hingga jam 21.00. Tanaman pada
pekarangan tersebut juga berperan
dalam meredam kebisingan yang ada
sekaligus dimanfaatkan sebagai tepat
untuk bersantai.

Gambar 12 Area Pekarangan Yoghurt


Cisangkuy

Gambar 13 Area Pekarangan Yoghurt


Cisangkuy

Taman Lansia yang berada di


sebrangnya juga berkontribusi dalam
meredam kebisingan kendaraan di
daerah ini. Namun ada banyak orang
yang datang dan pergi ke lokasi ini
akibat Taman Lansia. Pagi hari, taman
ini sudah ramai oleh orang-orang yang
berolah raga di taman ini. Ada yang
sekedar jalan sehat, ada juga yang
sambil berlari. Kebanyakan dari
mereka orang tua. Siang ke sore hari
agak berubah banyak anak muda yang
mengunjungi taman ini.

Kepadatan
Terjadi peningkatan kepadatan
pengunjung pada kawasan
ini.
Peningkatan tersebut terjadi akibat
sinergi antara Taman Lansia, Rumah
Cisangkuy
dan
restoran-restoran,
kawasan bisnis, dan penyediaan jasa di
sepanjang Jalan Cisangkuy, Museum
Geologi Jl Diponegoro, Gedung Sate
Bandung (Kantor Gubernur Jawa
Barat), Lapangan Gasebu (Gabungan
Sepakbola Bandung Utara). Di sekitar
Taman Lansia, dan di depan Yoghurt
Cisangkuy ini banyak sekali pedagang
makanan, baik berupa warung tenda
atau juga dalam bentuk resto atau caf.
Pedagang mainan, barang bekas juga
tidak mau ketinggalan untuk melebur
di kawasan taman ini. Uniknya setiap
hari Sabtu Minggu atau hari libur,
taman ini akan menjadi lebih ramai.
Ada sewa becak mini, naik kuda
keliling taman, yang jualan mainan dan
makan juga menjadi lebih banyak.

Visual Quality
Tidak banyak perubahan dari
kondisi fisik bangunan Yoghurt
Cisangkuy ini. Hal ini dikarenakan
pemeliharan
bangunannya
cukup
intensif. Pemilik dari properti ini
memiliki apresiasi besar untuk
mempertahankan
kondisi
fisik
bangunannya. Perubahan yang terjadi
pada denah atau tata ruang terjadi
karena ekspansi bisnis yang semakin
berkembang.
Pada awalnya seperti tipikal
bangunan zaman Belanda, organisasi
ruang dibagi menjadi ruang privat,
paviliun (untuk tamu) dan service, dan
dengan taman yang depan dan
belakang yang luas. Namun karena
aktifitas Yoghurt Cisangkuy sebagai
restoran, maka terjadi renovasi untuk
mengakomodasi jumlah konsumen
yang meningkat, kamar karyawan, dan
dapur sebagai area servis yang lebih
leluasa. Ruang privatpun semakin
diperkecil dan ada beberapa tambahan
di lantai 2. Berikut analisa detail
bangunannya berdasarkan visualitas:

Faade
Secara
fisik
bangunan,
bangunan
ini
memang
tidak
mengalami banyak perubahan. Namun
kehadiran PKL mengubah akses visual
ke dalam bangunan, dan menghalangi
akses ke fasade utama.

Gambar 14 PKL yang memadati Yoghurt


Cisangkuy

Gambar 16 PKL pada pelataran muka


bangunan
Gambar 15 Taman lansia menjadi katalis yang
mengatasi kepadatan dan kebisingan kawasan
ini.

Gambar 17 Detail Fasade yang tidak


mengalami perubahan signifikan. Namun
penambahan canopy pada bagian depan
bangunan ini, secara tidak langsung meutupi
wajahnya.

Gambar 19 Dekorasi dinding pada area depan


counter yang menggunakan list kayu, dengan
warna yang senada dengan eksisting kayu
jendel dan pintu.

Tipikal finishing dinding


Tidak terjadi perubahan dalam
penyelesaian
material
dinding.
Perawatan
berkala
(pengecatan
dinding, revarnish pintu dan jendela)
dilakukan setiap tahun. Secara garis
besar tipikal penyelesaian dinding
memakai cat putih. Namun pada fasade
utama dinding dilpisi batu kali pada
parapet (setinggi 900 mm), lalu
dialanjutkan dengan cat putih sampai
langit-langit (setinggi 2500mm). Maka
tinggi FCL pada bagian beranda adalah
3400 mm.

Gambar 18 Fasade utama dinding dilpisi batu


kali pada parapet (setinggi 900 mm), lalu
dialanjutkan dengan cat putih sampai langitlangit (setinggi 2500mm)

Gambar 20 Penyelesaina dinding area Garasi


didominasi dengan material batu kali yang
dicat hitam dengan tinggi 2400mm

Lantai
Tidak seperti penyelesaian
dindingnya,
Terdapat
beberapa
perubahan dalam penyelesaian lantai
bangunan. Meskipun tidak serupa,
namun material penggantinya dipilih
yang paling mendekati kondisi
eksisting.

Gambar 21 Area Paviliun yang sekarang


beralih menjadi gudang memakai parquet
lapis. Parket merupakan material yang biasa
diaplikasikan di ruang yang butuh kehangatan
seperti ruang keluarga, atau ruang tidur (tidak
dingin seperti keramik). Namun kebutuhan
mendesak atas gudang yang lebih besar,
berakibat konversi area ini.

yang bertekstur kasar. Hal ini juga


dikombinasikan dengan paving. Kombinasi ini
agak terlalu dipaksakan, karena joint
materialnya yang tidak senada.

Gambar 22 Pada bagian garasi, keramik


lantai sudah mengalami perubahan. Namun
pemilihan warna dan tekstur mendekati
kondisi eksistingnya.

Gambar 23 Pada bagian ruang tamu,


lantainya menggunakan keramik 30x30 cm
dengan 2 kombinasi warna. Kondisi
keramiknyapun mayoritas masih dalam kondisi
yang baik.

Gambar 24 Karena ada konversi ruang dari


area service menjadi ruang keluarga
tambahan, maka area ini memakai keramik
baru.

Langit-langit
Arsitektur Jengki terkenal
dengan level
ketinggian langitlangitnya. Secara garis besar, kecuali
area tambahan, ketinggian langit-langit
masih relative sama yakni 3400mm.
Langit-langit
bangunan
ini
menggunaka triplek dengan modul
1200x1200, dan dicat putih serta
memakai list kayu.

Gambar 26 Langit-langit pada area teras dan


kounter kasir

Gambar 27 Langit-langit pada area service


(tambahan dari kondisi eksisting). Meskipun
modulnya hampir mirip, namun ketinggiannya
dan jenis cat yang glossy, menunjukkan
kontras visual dari bagian lainnya.

Gambar 25 Area service yang dahulunya area


hijau, mengganti tanahnya dengan perkerasan
yang memakai homogeneous tile 30x30 cm,

Ventilasi

Gambar 28 Tidak terjadi perubahan pada


sistem ventilasi.

Pintu
Kualitas daun pintu bangunan
ini sangat baik. Daun pintu dan jendela
pada bangunan ini tidak pernah
diganti. Materialnya menggunakan
Jati. Jenis perawatannya pun hanya
sekedar revarnish. Tinggi pintu ratarata 2400mm, dengan lebar bukaan
yang berbeda. Pada beberapa ruang
tambahan pintu tambahan hanya
menggunakan
material
PVC.
Pemilihan pintu yang baru lebih
mempertimbangkan factor ekonomis
dan efisiensi.

Gambar 32 Pintu kamar mandi tambahan


pada area garasi dengan material PVC
dengan ketinggian 2100 mm.

Gambar 29 Akses masuk utama menggunakan


double door dengan kayu Jati sebagai
materialnya. Tinggi pintu utama 2400mm.

Jendela

Gambar 33 Kualitas kayu jati yang baik


menjadi bahan baku dari jendela eksisting.

Gambar 30 Pintu kamar mandi pada area


paviliun

Gambar 34 Perubahan pada daun jendela


diarea garasi ini mempertimbangkan privasi
ruang keluarga. Setengah dari kaca jendela ini
diganti dengan cermin dan diberi list
disekitarnya guna menutup akses visual dari
luar

Gambar 31 Pintu kamar utama

Struktur
Secara garis besar bangunan ini
menggunakan beton bertulang, dengan
dinding yang terdiri dari 2 bata (300
mm). Kualitas strukturnya masih
prima. Namun sesuai kebutuhan,
penambahan canopy dengan struktur

kayu dan aluminium terdapat di teras


dan halaman belakang.

Plumbing

Gambar 37 Pemipaan yang terekspose pada


area dapur.
Gambar 35 Penambahan canopy dengan
struktur kayu pada area teras.

Elektrikal
Pada sistem elektrikal Yoghurt
Cisangkuy
terjadi
transformasi.
Sekring listrik terdiri dari dua bangian
yang memisakan zona kebutuhan
restoran, dan kebutuhan pribadi.

Gambar 36 Sekring eksisting ini awalnya


berada di luar. Namun penambahan dinding
pada area ini menjadikannya berada di dalam
ruang serba guna

Tropical approach
Secara garis besar, arsitektur
Belanda pada bangunan Yoghurt
Cisangkuy sangat mempertimbangkan
aspek iklim Tropis . Akibatnya
bangunan ini mudah dirawat dan masih
kokoh.
Transformasinya
pun
mempertimbangkan aspek iklim dan
curah hujan. Hal ini dapat dilihat dari
penambahan canopy pada teras dan
taman belakang yang terkonversi
menjadi area dapur.
Cita Rasa
Cita rasa juga merupakan salah
satu atribut budaya yang dapat
mengindikasikan transformasi budaya.
Hal ini didukung oleh suatu artikel
salah satu situs travelling terkemuka
didunia, Lonely Planet. Dalam
artikelnya, dikemukakan, A huge part
of the travel experience is getting to
know local traditions, history and
culture. Happily, you can get in touch
with all three aspects of a national
identity just by eating.4
4

http://www.lonelyplanet.com/india/traveltips-andarticles/76979?affil=twit#ixzz29fQ6TexM

Sebagai salah satu tujuan


wisata kuliner Bandung, Yoghurt bisa
menjadi salah satu media yang
menjelaskan bahwa selera dari cita rasa
orang Bandung yang dinamis.
Meskipun pada awalnya bisnis ini
dimulai dari distribusi susu, namun
karena kreatifitas dan cita rasa yang
berkembang, bisnis ini menjadi focus
kepada menu yoghurt. Bahkan saat ini,
menu yang disajikan juga sudah lebih
bervariasi dari awal dimulainya
restoran ini.

tersebutlah yang menjadi potensi


Yoghurt Cisangkuy. Harga menu yang
cukup ekonomis mengindikasikan
bahwa bahan-bahan dasar dari menumenunya mayoritas didapat secara
lokal.

Gambar 39 Keunikan dari kentang goreng


sosis di cisangkuy adalah saus yang disajikan,
yaitu saus barbeque.

Gambar 38 Menu barat dengan penyajian


lokal

Dari jenis makanan yang tersaji


di Rumah Yoghurt ini dapat
diindikasikan
dampak
akulturasi
makanan barat dan local. Sebut saja
pisang keju, strawberry yoghurt
dengan tambahan rum, menu tersebut
mengandalkan ketersediaan cita rasa
local, dengan tambahan keju, rum yang
tanpa alcohol. Rum tanpa alcohol
tersebut
juga disajikan dengan
mempertimbangkan
mayoritas
penduduk Indonesia yang berumat
muslim. Umat muslim secara agama
tidak
memperkenankan
pengkonsumsian zat tersebut. Namun
konsep akulturasi lokal-barat pada
menu makanan Cafe Cisangkuy
menghadirkan
varian-varian unik
dalam menunya dan cita rasa khas

GALERI KITA
Keberadaan Galeri Kita di
Jalan L.L.R.E Martadinata 209
menjadi salah satu tempat yang
memberikan ruang bagi para seniman
untuk memamerkan karya. Di saat
yang sama, publik pun memiliki
kesempatan untuk mengapresiasi karya
para seniman. Berada di bawah
pengelolan Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Jawa Barat, bangunan ini
dibangun pada tahun 1935 dengan
gaya bangunan Art Nouveau 5 . Perlu
diketahui bangunan dengan gaya ini
hanya ada 2 (dua) di Bandung, satu
lagi berada di Jalan Braga dan
sayangnya sudah dihancukan.
Sempat digunakan sebagai
bangunan Kanwil Depdikbud Jawa
Barat, pada tahun 1970 digunakan oleh
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
bagian kearsipan. Pada tahun 2001 di
bawah kepemimpinan Memet Hamdan
selaku Kepala Disbudpar Jawa Barat
barulah bangunan ini direstorasi dan
dijadikan galeri oleh kelompok
seniman di Kota Bandung. Para
seniman mengambil nama Galeri Kita
dengan arti galeri milik kita-kita
semua masyarakat Bandung.
5

Hasil wawancara dengan Dr. Dibyo Hartono,


IAI.

Tata Guna Lahan


Berdasarkan Peta Heritage
tahun 1933 6 , lokasi Galeri Kita yang
berada di Riouw Straat atau Jalan
L.L.R.E. Martadinata telah di-plot tata
guna lahannya sebagai Steenen
Bebouwing atau Bangunan Gedung
Biasa (warna merah bata). Status
kepemilikannya adalah milik swasta
atau
pribadi,
walaupun
pada
kenyataannya
berdasarkan
hasil
wawancara dengan Dr. Dibyo Hartono
selaku Galeri Kita kemungkinan besar
adalah digunakan sebagai rumah dinas
pejabat
pemerintahan atau militer
dilihat dari kedekatan lokasinya
dengan Gedung Sate, Makodam III dan
Groethe Postweg.

Gambar 41 Peta Peruntukan Lahan Kota


Bandung Tahun 2013 (sumber : RTRW Kota
Bandung Tahun 2013)

Gambar 42 Peta Rencana Kawasan Lindung


Kota Bandung Tahun 2013 (sumber : RTRW
Kota Bandung Tahun 2013)

Gambar 40 Peta Peruntukan Lahan Kota


Bandung Tahun 1933 (sumber : Bandung
Heritage)

Menurut RTRW Kota Bandung


tahun 2013, tata guna lahan untuk
kawasan Jalan L.L.R.E. Martadinata
di-plot menjadi kawasan perumahan
(warna krem) kecuali bagian yang
menghadap
langsung
ke
jalan
digolongkan menjadi Jasa (warna
magenta). Apabila melihat peruntukan
lahannya digunakan untuk bidang jasa
maka hal ini sangat cocok mengingat
fungsi galeri merupakan fungsi jasa.

Bandung Heritage

Selain berdasarkan fungsinya,


tata guna lahan di kawasan Galeri Kita
berada juga masuk ke dalam tata guna
lahan berdasarkan Rencana Kawasan
Lindung Kota Bandung. Oleh karena
itu bangunan-bangunan yang bertanda
merah pada Gambar 3 termasuk ke
dalam bangunan kategori A dimana
proses-proses adaptasi terhadap fungsi
baru harus dilaksanakan secara ketat.
Peraturan-peraturan
Tidak jauh berbeda dengan
Caf Yoghurt Cisangkuy, peraturanperaturan yang mengikat bangunan ini
pun terkait dengan peraturan mengenai
kawasan lindung yaitu UU no. 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Hanya saja yang perlu dibedakan
adalah Caf Cisangkuy tidak termasuk
ke dalam daftar bangunan yang perlu
dilestarikan di dalam Undang-undang
tersebut sehingga pengawasannya tidak
terlalu ketat. Tetapi Caf Cisangkuy
termasuk ke dalam daftar inventarisasi
bangunan
Cagar
Budaya
Kota

Bandung oleh Paguyuban Pelestarian


Bandung
Heritage,
sehingga
pengawasannya
berasal
dari
paguyuban tersebut, bukan pemerintah
secara langsung.
Bagaimana dengan Galeri Kita?
Bangunan Galeri Kita termasuk ke
dalam daftar 101 bangunan cagar
budaya yang harus dilindungi di Kota
Bandung yang dikeluarkan terdapat
pada UU no. 11 tahun 2010. Oleh
karena itu bangunan ini tergolong
dalam kategori A, yaitu bangunan yang
harus dilindungi dan diawasi secara
ketat oleh pemerintah secara langsung.
Maka ketika bangunan yang pada
awalnya rumah dinas dialihfungsikan
menjadi galeri seni, semua elemen dari
bangunannya tidak ada yang berubah.
Apabila ada penggantian dengan
material baru harus menggunakan
material yang diusahakan sama dengan
material awalnya.
Nilai Properti
Nilai properti atau aset pada
bangunan Galeri Kita sangat tinggi.
Selain
faktor
sejarah
yang
mendasarinya, tingginya nilai aset pada
bangunan ini adalah langgam arsitektur
yang dimilikinya. Bedasarkan hasil
wawancara dengan Dr. Dibyo Hartono,
IAI., bangunan yang sekarang dimiliki
oleh Disparbud Provinsi Jawa Barat ini
menggunakan langgam arsitektur Art
Nouveau. Bangunan yang memiliki
langgam serupa pada masanya hanya
ada 2 (dua) di Kota Bandung yaitu
Galeri Kita dan satu lagi adalah
bangunan yang berada di Jalan Braga.

Gambar 43 Ciri utama arsitektur Art Nouveau,


penggunaan elemen estetika berupa kaca patri
dengan corak alami

Sayangnya bangunan satu lagi


yang terletak di Jalan Braga tersebut
sudah hilang dan berganti rupa menjadi
fungsi komersial yang Pak Dibyo
sendiri lupa namanya. Oleh karena itu
saat ini hanya bangunan Galeri Kita
saja satu-satunya bangunan dengan
langgam arsitektur Art Nouveau di
Kota Bandung.
Infrastruktur
Jaringan infrastruktur terutama
jalan pada kawasan di mana Galeri
Kita berada dapat dilalui 2 (dua) arah.
Fungsi dari jalan ini adalah sebagai
kolektor prime guna mengumpulkan
seluruh sirkulasi di kawan ini menuju
arteri primer yaitu Jalan Ahmad Yani
atau pada masa lalu adalah Groethe
Postweg (Jalan Raya Pos). Jalan Raya
Pos digunakan untuk kebutuhan
transportasi, komunikasi, dan militer.
Kebutuhan khusus di bidang
kemiliteran ini adalah menghubungkan
Makodam yang terletak di Jalan Aceh
dengan fungsi yang berada di ujung
timur Jalan Raya Pos ini yaitu pabrik
senjata dan mesiu yang sekarang
bernama PINDAD.
Zonasi
Zonasi pada saat masih
digunakan sebagai rumah dinas benarbenar mengacu pada zonasi yang
digunakan oleh masyarakat Eropa
terhadap rumah tinggal mereka. Hal ini
terlihat jelas pada pembagian rumah
inti yang terpisah dengan area servis
terutama dengan tempat tinggal
pembantu rumah tangga. Dapat dilihat
pada gambar di bawah mengenai
pembagian zonasi Galeri Kita.

masa sekarang fungsi-fungsi ini telah


berganti menjadi kantor untuk banguna
nyang tadinya servis dan terpisah
dengan bangunan utama, sedangkan
pada bangunan utama benar-benar
difungsikan sebagai galeri pameran.

Gambar 44 Zonasi pada saat fungsi masih


sebagai rumah dinas

Keterangan :
Area Servis, meliputi dapur,
ruang makan, kamar mandi,
tangga, gudang, dan kamar-kamar
pekerja/ pembantu rumah tangga.
Area privat, meliputi kamarkamar dari penghuni rumah
dinas ini.
Area Publik, meliputi ruang
tamu dan ruang keluarga.
Area
tamu,
merupakan
bangunan
terpisah
yang
digunakan
untuk
tamu
menginap, meliputi kamar, kamar
mandi, dan dapur yang benar-benar
digunakan hanya oleh tamu.
Budaya dan pola pikir dari
Eropa selain gaya arsitektur yang
dipilih adalah pengelompokan zonazona ini. area servis selalu diletakkan
di belakang dan terpisah dengan
bangunan utama. Banguna utama
benar-benar terisi oleh fungsi-fungsi
yang digunakan oleh pemiliknya. Pada

Karakter Bangunan dan Tetangga


Kevin Lynch (1960), dalam
The Image of the City, mengusulkan
tipologi untuk menjelaskan bagaimana
orang membentuk peta kognitif, atau
citra mental
lingkungan yang
dibangun. Karakter lingkungan juga
dipengaruhi oleh pengaturan jalan dan
penggunaan
lahan,
ukuran,
penempatan, dan desain ruang terbuka
di luar ruangan. Vegetasi naturalisasi
juga berkontribusi dengan identitas
sebuah tapak.
Teed dan lain-lain (2002),
mengembangkan
pola
tipologi
termasuk bahan bangunan lokal dan
gaya
arsitektur
yang
dapat
didokumentasikan untuk memandu
konteks-sensitif perencanaan tapak dan
arsitektur. Karakteristik Bangunan
Galeri Kita dilihat dari fungsi dan
langgam
arsitekturnya
ternyata
memilki pengaruh historis yang sangat
kental terhadap perkembangan sejarah
bangunan
heritage
sejak
masa
pembangunan awalnya pada tahun
1935 sampai saat ini.

Terlihat pada gambar di atas,


bangunan Galeri Kita dikelilingi oleh
bangunan komersil yang telah menjadi
bangunan baru.

Bangunan dalam kompleks


Galeri
kita
yang
merupakan
bangunan Kantor Disparbud, Untuk
sayap
kanan
digunakan
untuk
sekretariat Dharma Wanita, sedangkan
sayap kiri antara lain digunakan untuk
sekretariat Bandung Heritage. Untuk
Bangunan inti, dibagi menjadi dua
dengan kantor Disparbud.
Historic Resources
Penilaian sumber daya budaya
mendokumentasikan lokasi, kualitas,
dan signifikansi bangunan bersejarah
dan unsur-unsur lainnya buatan
manusia, serta penggunaan lahan
sebelumnya. Makna bersejarahnya
struktur atau lingkungan didasarkan
pada beberapa kriteria, termasuk usia,
kualitas, kelangkaan, dan keterwakilan
(Ames dan McClelland, 2002).
Berdasarkan data yang didapat
dari pakar Bandung Heritage, Bpk.
Dibyo
Hartono,
bahwa sejarah
bangunan Galeri Kita ini cukup unuik,
dilihat dari sejarah lokasi, tempat, dan
juga kekayaan budaya arsitekturnya.
Bangunan ini awalnya merupakan
bangunan rumah tinggal yang berfungsi
sebagai rumah dinas para pejabat
militer Belanda. Lokasi yang cukup
potensial, terletak di ruas jalan raya
post pada masa penjajahan Belanda

pada awal masa 1910-an. Pada masa


penjajahan kolonial Belanda, kawasan
ini merupakan kawasan militer, dimana
sepanjang ruas jalan RE.Martadinata
ini merupakan kawasan para pejabat
militer,
sehingga
salah
satu
peninggalannya adalah berupa kantor
dan rumah tinggal dalam satu kawasan.
Semakin berkembangnya kawasan,
maka sekarang kawasan ini menjadi
milik pemerintah, yaitu Kanwil Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Jawa
Barat pada tahun 1970, yang
berkembang menjadi bangunan baru
menjadi kantor DISPARBUD bagian
kearsipan..
Bangunan
Galeri
Kita
direstorasi pada tahun 2002-2003,
Kualitas bangunan Galeri Kita yang
berada pada tingkat A, mengharuskan
restorasi
untuk
mengembalikan
bangunan ke bentuk aslinya. Bangunan
Galeri Kita memiliki dua sayap, kanan
dan kiri. Untuk sayap kanan digunakan
untuk sekretariat Dharma wanita,
sedangkan sayap kiri antara lain
digunakan untuk sekretariat Bandung
Heritage. Untuk Bangunan inti, dibagi
menjadi dua dengan kantor Disparbud.
Sayap timur mengalami restorasi dan
rekonstruksi. Begitupun dengan tangga
kayu serta kaca patri jendela yang
diganti dengan tekstur dan warna yang
tepat.
Berdasarkan
sumber
dari
Bandung detik.com, Keberadaan Galeri
Kita memberikan manfaat yang cukup
besar bagi para seniman maupun publik
dan mahasiswa, terutama yang
memerlukan ruang untuk memamerkan
hasil karyanya. Pada awal terbentuknya
bangunan ini, dinamakan Galeri Kita
berdasarkan sumber yang didapat,
karena pemilik Galeri ini merupakan
seniman lukis yang memang memiliki
apresiasi khusus terhadap seni, desain,
arsitektur, maupun fotografi dan
arsitektur sehingga dinamakan Galeri
kita yang artinya galeri untuk kita

bersama , Kita disini


rangkaian para pecinta seni.

adalah

Sensory Perception
Kemampuan
Kita
untuk
melihat, merasakan, sentuhan, dan
mendengar memberi kita akses untuk
mendapatkan
informasi tambahan
mengenai persepsi lingkungan di
sekitar. Dalam hal ini, Kemampuan
tersebut dapat dilihat dan dirasakan
pada bentuk, desain dan kejadian yang
sering terjadi di lingkungan bangunan.
Visual Quality
Kualitas bangunan tampak
sangat jelas terlihat pada fasade
bangunan. 'Unsur budaya
dengan
langgam arsitektur
kolonial Belanda
sangat terlihat pada bentuk dan desain
bangunan Galeri Kita

Berdasarkan pengamatan dan


data yang didapat, bangunan Galeri
Kita ini merupakan bangunan dengan
gaya arsitektur berlanggam Art
Nouveau, dengan sedikit percampuran
dari gaya Amsterdam School pada awal
arsitektur modern. Bangunan awal
modern ditandai dengan beberapa
penemuan atau inovasi-inovasi yang
jika diliahat lebih banyak ke pada
struktur-struktur penyusun bangunan
diantaranya :

bagian-bagian seperti pada


jendela, pintu sudah menyatu
dengan dinding.
sudah mengenal bahan kaca
sebagai setruktur pengganti
penutup atap.
mengenal setruktur kolom
beton
bertulang,
yang
mengakibatkan ditemukannya
cara
perhitungan
struktur
kerangka penyusun bangunan
secara sistematis.
mengenal keramik sebagai
bahan pelapis dinding ataupun
sebagai lantai.
sudah mengenal beton pracetak
dan struktur baja rangka atap.
biasanya setruktur penyusun
dinding terbuat dari bahan batu
bata.
dibandingkan dengan bangunan
sebelum-sebelumnya
atau
bangunan sebelum moderen,
bangunan moderen bentuknya
lebih terkesan sederhana. Ini
dapat dilihat dari jarangnya
hiasan pada ujung maupun
sudut-sudut
dindingnya.
(http://www.pangupodit.com/20
12/10/ciri-dan-bentukbangunan-berarsitekturmoderen)
Art
Nouveau
merupakan
langgam arsitektur pada masa 1890 1910, dengan ciri khas pada ornamen
dengan pemakaian elemen flora pada
detail detail bangunan. Detail Seperti
contohnya pada detail kaca, detail
pintu, detail ubin lantai. Karya Art
Nouveau biasanya dicirikan dengan
bentuk-bentuk plastis dan organis, tapi
tetap mengandalkan prinsip-prinsip
geometris (sebagai perbandingan: Art
Deco yang geometris, kaku meski
menggambarkan figur-figur hewan,
bunga, atau manusia). Selain itu terjadi
akulturasi kebudayaan yang terlihat
pada ornamen jendela, pintu serta lantai
akibat pengaruh langgam Amsterdaam
School.

Langgam ini Menghasilkan


bangunan berdasarkan pengolahan
massa yang kompak dan plastis, bahan
dasarnya
diambil
dari
alam.
Ornamentasi bahan dan pengolahan
berdasarkan pada garis-garis lengkung.
Bangunan dianggap sebagai karya seni,
dan interior daing-gap bagian tak
terpisah dari bangunan. Karyanya
sering disebut sebagai individual art.

Elemen Dinding
kepala

badan

kaki
Bentuk
fasade
bangunan
terdefinisikan
sebagai
bangunan
dengan bentuk arsitektur kolonial,
tepatnya pengaruh langgam arsitektur
amsterdam school terlihat dengan gaya
bangunan yang seperti villa dengan
perpaduan kerangka bangunan yang
terdiri dari kepala, badan, kaki.
(a) (b)

dinding bearing wall masih merupakan


struktur yang dominan dipakai karena
pada zaman dulu belum tercipta
teknologi struktur yang lebih efisien,
namun karakteristik struktur yang
cukup tebal kurang lebih 30 cm, sangat
dipengaruhi oleh unsur langgam
arsitektur kolonial yang memang
mempertahankan
3
unsur
teori
vitruvius, yaitu firmitas, venustas, dan
utilitas.
Elemen dinding yang terdiri
atas: (a) dan (b) bentuk frame pada
bidang ruang terlihat dengan batasan
atas frame yang sesuai dengan
karakteristik
arsitektur
kolonial
Belanda.(c) Dinding berlapis ubin
dengan ukuran 20 x 20 cm, terlihat
sangat dipengaruhi oleh detail ubin
arsitektur kolonial Belanda. (d) Lapisan
dinding di area kulit bangunan dengan
dominasi bebatuan yang menyiratkan
kesan arsitektur Belanda berupa kaki
bangunan.

Elemen Lantai

(a) (b)

(c)

(c)

(d)

dalam

Bangunan ini berkarakter kuat


masalah struktur, struktur

Gambar (a) memperlihatkan


detail lantai yang ada di teras
bangunan,
perkerasan
dengan
menggunakan bebatuan merupakan
salah satu ciri khas yang dipakai oleh
bangunan
Tropikal
Kolonial
Amsterdaam School. Pada gambar (b)

ubin dengan ukuran 20 x 20 cm


berhiaskan ornamen dan tekstur flora
yang didominasi oleh perpaduan
langgam amsterdam school. Pada
gambar (c) terlihat lantai berlapis
parket
yang
telah
mengalami
rekonstruksi pada tahun 2001.
Elemen Tangga

ketinggian ini merupakan salah satu


ciri khas dari bangunan kolonial
Belanda. Selain berfungsi sebagai
keseimbangan estetika, berfungsi juga
sebagai salah satu elemen tropis
bangunan, dimana semakin tinggi
plafond bangunan maka sirkulasi udara
dalam ruang akan semakin baik.

Elemen Pintu
(a)

(c)

(b)

(d)

Desain tangga mengalami restorasi


dan rekonstruksi pada tahun 2001,
namun unsur yang baru ini tetap serasi
dan selaras dengan furnitur yang ada.

Detail tangga yang diselaraskan


dengan perpaduan unsur art deco
stramline dengan bentuk lengkungan
pada tepi railing-nya.

Elemen Plafond

Plafond
dalam
bangunan
Galeri Kita memiliki ketinggian
sekitar 5 meter per lantainya, pengaruh

Bentuk dan desain pintu terlihat


sangat jelas terpengaruh langgam
arsitektur tropis
kolonial dengan
ketinggian kusen sekitar 220 cm, dan
dilengkapi dengan bouvenlich sekitar
50 cm. (a) dan (b) merupakan area
pintu utama dengan dominasi desain
arsitektur kolonial Belanda bercirikan
tinggi kusen yang cukup tinggi serta
lebarnya pun lebih lebar dibandingkan
dengan desain pintu zaman sekarang.
Pengaruh Art Nouveau terlihat pada
kaca patri yang merupakan elemen
pada kaca pintu dan bouvenlich yang
terletak di atas, dengan detail flora. (c)
dan (d) Pintu yang terletak di dalam
bangunan , dominasi elemen kaca patri
tetap dipertahankan dalam desain daun
pintunya.

Elemen Jendela
Tipologi
bentuk
jendela
tepengaruh dari bentuk dan desain
arsitektur tropis kolonial Belanda,
dengan ciri kusennya yang tinggi dan
detail pada kacanya sangat kentara

dengan detail dari ornamen flora art


nouveau.

cahaya tambahan untuk display ruang,


karena fungsi bangunan ini adalah
tempat pameran.

Ventilasi pada bangunan ini


cukup baik karena banyak terdapat
bukaan
dan
sangat
berpotensi
memasukkan cahaya dan angin secara
efisien terhadap bangunan.

Tropical Approach

Pencahayaan dan Ventilasi

Pencahayaan dalam bangunan


ini sudah cukup baik, dilihat dari
jumlah jendela yang cukup banyak, dan
tinggi jendela yang cukup potensial
memasukkan
cahaya
ke
dalam
bangunan.

Pencahayaan buatan seperti


adanya penambahan lampu dalam
bangunan difungsikan sebagai elemen

Pengaruh arsitektur kolonial


yang
cukup
dominan,
ternyata
berpengaruh terhadap unsur budaya
tropis, dimana bentuk dan desain
bangunan banyak diadaptasi dari
bentukan tropis, seperti pada bentuk
atap yang memiliki teritisan yang
cukup lebar dan kusen jendela.yang
cukup tinggi.

KESIMPULAN
Dari
pembahasan
yang
dipaparkan sebelumnya mengenai
atribut budaya dalam transformasi
fungsi bangunan cagar budaya dapat
disimpulkan bahwa atribut-atribut
budaya yang dimiliki dari sebuah
bangunan dapat membantu untuk
mengidentifikasi sejarah di masa

lampau dari bangunan tersebut.


Biarpun sebuah bangunan bersejarah
telah mengalami alih fungsi menjadi
fungsi baru yang sifatnya berbeda
dengan sebelumnya, tetap saja akan
teridentifikasi sejarah, asal-usulnya,
dan latar belakang dibangunnya
bangunan tersebut di tiap-tiap elemen
bangunan dan atribut budaya yang
dibawanya.
Walaupun atribut budaya yang
dibawa oleh bangunan-bangunan cagar
budaya tersebut berasal dari Eropa,
atribut-atribut
budaya
yang
menekankan pada lokalitas tetap
terbawa. Seperti contoh adalah
munculnya langgam baru seperti
Tropical Art Deco seperti pada
bangunan Cafe Cisangkuy. Art Deco
sendiri tidak mengenal istilah tropis di
tempat asalnya, setelah dibawa ke
Indonesia
dan
mengalami
permasalahan
iklim
dalam
pengaplikasiannya barulah muncul
istilah Tropical Art Deco.
Alih fungsi bangunan cagar
budaya menjadi fungsi komersial atau
pariwisata memiliki beberapa motif,
dalam kasus ini motif yang terlihat
adalah motif ekonomi untuk Cafe
Cisangkuy dan motif pelestarian untuk
Galeri Kita. Dengan dilatarbelakangi
motif ekonomi maka segala potensi
yang ada pada Cafe Cisangkuy dijual
kepada
pengunjung
terutama
kenangan. Motif ekonomi dapat
membangkitkan kembali nilai dari
bangunan (property value), atau malah
sebaliknya menghancurkan bangunan
tesebut dengan alasan ekonomi pula.
Berbeda dengan motif pelestarian pada
bangunan Galeri Kita dimana tujuan
utama dari motif ini adalah benar-benar
mempertahankan
eksistensi
suatu
bangunan cagar budaya secara fisik.
REFERENSI
Ames, David L., and Linda
Flint McClelland. 2002. National

Register Bulletin: Historic Residential


Suburbs. Guidelinesfiw Evaluation and
Documentation/or
the
National
Register
o.l
Historic
Places.
Washington, D.C : U.S. Department of
thc Interior National Park Service
Kunto, Haryoto.1984. Wajah
Bandung Tempo Doeloe. Bandung :
Granesia
LaGro Jr., James A.2008.Site
Analysis. New Jersey : John Wiley &
Sons
Lynch, Kevin. The Images of
The City.
Suganda, Her.2008. Jendela
Bandung. Jakarta : Kompas
http://bandung.detik.com/read/2
009/06/21/105645/1151397/486/tv/inde
x.html
http://www.lonelyplanet.com/in
dia/travel-tips-andarticles/76979?affil=twit#ixzz29fQ6Te
xM
Bandung Heritage.2008.Daftar
Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya
di Kota Bandung

Você também pode gostar