Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
demikian, diharapkan piagam ini dapat selalu menjadi term of reference mengenai
Komite Audit.
Keanggotaan Komite Audit.
Sesuai dengan Surat Edaran Bapepam Nomor:
mengenai keanggotaan Komite Audit sebagai berikut:
SE-03/PM/2000 diatur
diberikan dalam masa orientasi kepada anggota baru (Apostolou dan Jefford,
1990,31)
Ketentuan yang mengatur pelaporan
Kebijakan akuntansi penting
Contingencies dan tuntutan hokum
Kepatuahan terhadap code of conduct organisasi
Latar belakang dan kualifikasi manajemen puncak
Trend laba setiap kelompok produk
Perubahan kebijakan atau operasi yang ada atau yang direncanakan
Bidang-bidang yang memiliki audit yang tinggi
Kelemahan dalam struktur pengawasan internal.Pelatihan bagi anggota lama
Komite Audit dilakukan agar pengetahuan mereka selalu up to date sesuai dengan
perkembangan yang terjadi. Berbagai bidang pelatihan adalah:
Prosedur-prosedur operasional, termasuk risiko bisnis
Perkembangan akuntansi dan auditing
Teknologi Informasi
Perkembangan bisnis, industri dan regulasi.
Dengan pelatihan dibidang diatas dan bidang lain yang dianggap penting,
diharapkan Komite Audit mempunyai pengetahuan yang cukup yang berguna dalam
interaksi dengan manajemen dan auditor. Kinerja setiap anggota Komite dan
keseluruhan Komite Audit perlu dievaluasi secara periodic untuk meentukan
langkah-langkah perbaikan yang perlu. Kinerja individual diukur dari beberapa hal
termasuk kemampuan memahami pengetahuan yang perlu, pemahaman dan
tanggung jawab pelaksanaan tugasnya dan kesediaan menyisihkan waktu dan
menghadiri pertemuan. Kinerja Komite Audit secara keseluruhan dinilai oleh Dewan
Komisaris, meliputi pencapaian tujuan kegiatan yang direncanakan dan juga biaya
pelaksanaan kegiatan.
Pengertian empat langkah kerja pelaksanaan audit intern diatas menurut
Tugiman (1997:53-78) adalah sebagai berikut:
I.
II.
III.
IV.
Proses
Seluruh informasi yang berhubungan dengan tujuan dan ruang lingkup
dikumpulkan,
Prosedur audit termasuk teknik pengujian dan sample harus dipilih,
Responsibility
(Pertanggungjawaban)
Pertanggungjawaban
memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku
sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.
Unsur Unsur Good Corporate Governace Unsur unsur dalam good
corporate governance menurut Tunggal (2002:36-49) dan juga menurut
IAI Indonesia (2004:2-3), terdiri atas:
Resposiveness,
semua
instansi
dan
lembaga
mendengar,
mempertimbangkan dan merespon tuntutan tuntutan masyarakat
dan opini publik yang berkembang.
Effectiveness,
keseluruhan
proses
pengambilan
keputusan
berlangsung dengan cara cara yang cepat, murah dan sederhana.
Good Governance dapat dibedakan kedalam dua kelompok, yaitu Good
Corporate Governance (GCG) dan Good Goverment Governance (GGG).
Keberhasilan implementasi governance sangat dipengaruhi oleh prinsipprinsip yang mendasarinya, dan bukan pada pemilihan nilai-nilai strategis dalam
organisasi. Secara umum prinsip-prinsip yang dianut oleh lembaga/unit usaha
sangat bervariasi (biasanya diringkas menjadi 9 item)
kaitannya
akuntansi
auditorlah
Corporate
Maka dengan demikian terjadi pergeseran peranan internal auditor saat ini,
yaitu dari sekadar pelaksana fungsi penilai (appraisal) pelaksana kepatuhan yang
cenderung memperlakukan auditee sebagai objek, ke arah peran penjamin
(assurance) melalui perannya sebagai konsultan. Sehingga dalam pelaksanaan
audit tidak sekedar dituntut menemukan permasalahan namun sekaligus menjadi
bagian dari solusi dan memberikan usulan perbaikan.
Selain itu, dari detector yang bersifat expose ke arah pencegahan.
Internal auditor terlibat dan berperan aktif memantau aktivitas sesuai bisnis unit
dan memberikan peran konsultatif dalam pelaksanaan proses operasi perusahaan.
Dari operation ke strategy. Internal auditor lebih berorientasi pada
strategi tujuan perusahaan dan bekerja hand to hand dengan unit bisnis. Dari
peran pengendalian yang sebelumnya dikatakan apabila telah mampu membantu
efisiensi operasi suatu bisnis unit melalui pencegahan penyimpangan atas sistem
dan prosedur yang telah ditetapkan, bergeser ke arah pengendalian risiko melalui
deteksi dini,
Governance
pengelolaan
risiko
dan
implementasi
aspek Good
Corporate
Internal Audit Menurut Agoes (2004 : 221) internal audit (pemeriksaan intern)
yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik
terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan
terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan
terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang
berlaku. Peraturan pemerintah yang dimaksudkan di sini misalnya peraturan di
bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian,
investasi dan lainlain.
Sedangkan tujuan audit intern yang dikemukakan oleh Hartanto (1994:294)
adalah sebagai berikut :
Ruang lingkup dari pekerjaan internal audit oleh SPI yang terdapat di dalam
Standar Profesi Akuntan Internal yang dikeluarkan oleh Konsorsium Organisasi
Profesi Audit Internal (2004:20) yaitu fungsi audit interen melakukan evaluasi dan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko,
pengendalian, dan governance, dengan pendekatan yang sistematis, teratur dan
menyeluruh. Sehingga maksud dari pengertian ini adalah pihak SPI membantu
instansi dalam hal identifikasi risiko yang dimiliki instansi, kemudian memfokuskan
diri pada risiko tersebut agar dapat meningkatkan pengelolaan risiko tersebut dan
melakukan pengendalian internal.
D. Efektivitas Komite Audit
Komite audit pada saat ini telah diakui keberadaannya di hampir semua
perusahaan di negara maju, terutama di Amerika Serikat, Inggris dan Kanada,
namun hingga saat ini belum ada kesepakatan mengenai tolok ukur keberhasilan
atau efektivitas komite audit. Belum terdapat hasil pembuktian secara empiris
mengenai hal tersebut, namun Sommer (1991) berpandangan bahwa komite audit
di banyak perusahaan masih belum melakukan tugasnya dengan baik. Menurut
pendapat Sommer, banyak komite audit yang hanya sekedar melakukan tugastugas rutin, seperti review laporan dan seleksi auditor eksternal, dan tidak
mempertanyakan secara kritis dan menganalisis secara mendalam kondisi
pengendalian dan pelaksanaan tanggungjawab oleh manajemen. Penyebabnya
diduga bukan saja karena banyak dari mereka tidak memiliki kompetensi dan
independensi yang memadai, tetapi juga karena banyak yang belum memahami
peran pokoknya (Manao, 1997).Kalbers & Fogarty (1993) telah melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komite audit. Hasil penelitian
yang dimuat di Auditing A Journal of Practice & Theory berjudul Audit Committee
Effectiveness : An Empirical Investigation of the Contribution of Power, antara lain
mengungkapkan bahwa terdapat 3 (tiga) faktor yang dominan yang berpengaruh
terhadap keberhasilan komite audit dalam menjalankan tugasnya, yaitu :
1.
Kewenangan
formal
dan
tertulis
bagi
komite
audit.
2.
Kerjasama
manajemen.
3.
Kualitas
(kompetensi)
personil
dari
komite
audit.
Salah satu aspek yang cukup penting dalam keberhasilan komite audit dalam
menjalankan tugasnya adalah masalah komunikasi. Oleh karena itu komite audit
harus meningkatkan komunikasi dengan dewan Komisaris, manajemen, internal
auditor dan eksternal auditor. Adanya komunikasi yang lancar antara komite audit
dengan berbagai pihak tersebut dapat menunjukkan eksistensi komite audit lebih
efektif dan dapat meringankan tugas komisaris dalam mengawasi jalannya
perusahaan. H.
D. PENUTUP
Pengelolaan usaha yang baik dapat meningkatkan apresiasi pemegang
saham maupun stakeholder laiinnya terhadap kinerja perusahaan. Peningkatan