Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
REKAM MEDIK
1.1
Identifikasi Pasien
Nama
: An.NAS
Umur
: 14 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Belum kawin
Agama
: Islam
Alamat
Kebangsaan
1.2
: Indonesia
Anamnesis
a. Keluhan Utama : Konsul dari bagian Anak RSMH untuk perawatan gigi
b. Keluhan Tambahan : c. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 1 tahun yang lalu, penderita sering mengeluh nyeri pada gigi
kanan atas, Nyeri dirasakan saat megunyah(+), nyeri juga dirasakan saat
makan atau minum minuman yang panas atau dingin (+), nyeri dirasakan
berkurang setelah makan/minum dan berhenti mengunyah. Riwayat
trauma(-), Riwayat tumpatan pada gigi (-), riwayat merokok (-), riwayat
konsumsi alkohol (-).
Sejak 2 bulan yang lalu, penderita mengaku nyeri pada gigi kanan atas
sudah berkurang, Nyeri kadang-kadang dirasakan saat megunyah(+),
nyeri sudah tidak dirasakan lagi saat makan atau minum minuman yang
panas atau dingin. Warna gigi dirasakan semakin kusam atau kehitaman.
Riwayat trauma(-), Riwayat tumpatan pada gigi (-), riwayat merokok (-),
riwayat konsumsi alkohol (-). Penderita sudah terdiagnosis ALL sejak
bulan September tahun 2014. Penderita saat ini sedang menjalani
kemoterapi.
Ad
Disangkal
a
Alergi : debu, dingin
Penyakit Jantung
Penyakit Tekanan Darah Tinggi
Penyakit Diabetes Melitus
Penyakit Kelainan Darah
Penyakit Hepatitis A/B/C/D/E/F/G/H
Kelainan Hati Lainnya
HIV/ AIDS
Penyakit Pernafasan/paru
Kelainan Pencernaan
Penyakit Ginjal
Penyakit / Kelainan Kelenjar ludah
Epilepsy
Pemeriksaan Fisik
a. Status Umum Pasien
1. Konsultasi
: Kompos Mentis
3. Berat Badan
: 34 kg
4. Tinggi Badan
: 150 cm
5. Vital Sign
-
Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 82x/menit
RR
: 20x/menit
: 36,7 0C
Wajah
: simetris
Bibir
KGB
Debris
Plak
: tidak ada
Kalkulus
: tidak ada
Gingiva
: gingivitis (+)
Mukosa
Palatum
Lidah
Dasar Mulut
Hubungan Rahang
: ortognati
d. Status Lokalis
Gigi
1.6
Lesi
-
Sondase
Perkus
Palpasi
CE
Diagnosis/ ICD
Terapi
i
-
Caries Dentin
Pro Ekstraksi
Nekrosis pulpa
e. Temuan Masalah
a. Kalkulus di semua regio
b. Nekrosis pulpa 1.6
c. Caries Dentin 1.6
f. Perencanaan Terapi
a. Kalkulus di semua regio
: pro scalling
:Pro Ekstraksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. NEKROSIS PULPA
Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa gigi, bisa sebagian ( parsial ) atau
keseluruhan. Patofisiologi dari gangren pulpa adalah terbentuknya eksudat
inflamasi menyebabkan peningkatan tekanan intra pulpa sehingga sistem limfe dan
venule terputus, mengakibatkan kematian jaringan pulpa. Jika eksudat tersebut
masih dapat diabsorbsi atau terdrainase melalui karies, nekrosis terjadi bertahap.
Pada gigi yang mengalami benturan keras, nekrosis juga dapat terjadi bila aliran
darah di dalam pulpa terputus.
1.1 Etiologi
1.Microbakterial
2.Trauma fisik (benturan, radiasi)
3.Bahan-bahan kimia (tumpatan gigi, bahan korosif)
4. Reaksi hipersensitivitas
.2 Mekanisme
Mekanisme
terjadinya
nekrosis
pulpa
merupakan
penjalaran
yang
g. Penyebaran PUS ke organ tubuh lain melalui pembuluh darah, yang bisa
menyebabkan kematian.
1.3 Gejala Umum Nekrosis Pulpa
a. Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis irreversible
b. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan.
c. Sangat sedikit/ tidak ada perubahan radiografik
d. Mungkin memiliki perubahan-perubahan radiografik defenitif seperti
pelebaran jaringa periodontal yang sangat nyata adalah kehilangan lamina
dura
e. Perubahan-perubahan radiografik mungkin jelas terlihat
f. Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar apeks dari
salah satu atau beberapa gigi, tergantung pada kelompok gigi.
.4 Diagnosis
Nekrosis Sebagian
Nekrosis Keseluruhan
besar
Gambaran
radiologi
tidak
ada
kelainan
a. Keluhan subjektif :
Gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsangan panas
Bau mulut (halitosis)
Gigi berubah warna.
b. Pemeriksaan objektif :
Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman
Terdapat lubang gigi yang dalam
Sondenasi,perkusi dan palpasi tidak sakit
Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal. Kecuali
pada nekrosis tipe liquifaktif.
Bila sudah ada peradangan jaringan periodontium, perkusi,palpasi
dan sondenasi sakit.
1.5 Klasifikasi
Nekrosis pulpa ada 2 :
1. Nekrosis Koagulasi
Nekrosis Koagulasi adalah
kematian
jaringan
pulpa
dalam
keadaan
Gejala-gejala :
Tidak ada keluhan, kecuali dari segi estetis (terutama gigi depan) dan gigi berubah
warna menjadi lebih suram
Tanda-Tanda Klinis :
Inspeksi
Gigi berubah warna bewarna suram
Gigi fraktur atau dengan tambalan
Sondasi
Perkusi
Termis
Tes vitalitas
: tidak beraksi
2. Nekrosis likuifaksi
Likuifaksi = pencairan, menjadi cair
Nekrosis
= kematian
Jadi Nekrosis Likuifaksi adalah kematian jaringan pulpa dalam keadaan basah.
Tes membau positif. Jumlah kuman terutama bakteri anaerob cukup banyak.
Memberi respon (+) terhadap tes panas atau tes vitalitas karena terjadi konduksi
melalui cairan dalam pulpa menuju jaringan vital didekatnya. Pada gigi utuh yang
mengalami nekrosis perubahan warna biasanya merupakan petunjuk pertama bagi
kematian pulpa.
Penyebab :
a. Kelanjutan dari pulpitis
b. Nekrosis Koagulasi yang telah terinfeksi
Gejala-gejala :
c.
d.
e.
f.
: tidak beraksi
Perkusi
: tidak beraksi
Termis panas
: terasa sakit
Tekanan
: tidak beraksi
Tes Vitalitas
: tidak beraksi
Tes Membau
10
11
kita menghasilkan sejumlah besar sel darah putih yang immature yang disebut
limfosit.
1.2 EPIDEMIOLOGI
Acute Lymphoblastic Leukimia lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan
dengan orang dewasa. Puncak insidennya terjadi pada usia 3 7 tahun dan jarang
pada anak berusia lebih dari 15 tahun. .
1.3 PENYEBAB
Penyebab leukemia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun terdapat
beberapa factor yang diduga mempengaruhi kejadiannya seperti radiasi, zat-zat
yang bersifat toxin seperti benzene, obat-obat kemoterapi dan factor herediter.
1.4 TANDA DAN GEJALA
Gejala acute lymphoblastic leukemia sangat bervariasi, namun secara umum dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Anemia.
Penderita akan tampak cepat lelah, pucat dan bernafas cepat. Hal ini disebabkan
karena jumlah sel darah merah berkurang, akibatnya oksigen dalam tubuh juga
berkurang.
2. Perdarahan.
Misalnya perdarahan pada gusi, hidung dan kulit. Hal ini terjadi karena produksi
platelet berkurang akibat dominasi produksi sel darah putih.
3. Mudah terserang infeksi.
Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang terbentuk bersifat abnormal
sehingga tidak dapat berfungsi dengan semestinya. Akibatnya tubuh si penderita
rentan terkena infeksi virus atau bakteri, bahkan dengan sendirinya akan
menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung dan batuk.
4. Nyeri tulang dan persendian.
12
Hal ini terjadi karena sumsum tulang terdesak padat oleh sel darah putih.
5. Nyeri perut.
Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel
leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan
pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat
berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan kelenjar lympa.
Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa,
baik yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas
menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan
pembengkakan.
7. Kesulitan bernafas (Dyspnea).
Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada,
apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.
1.5 DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan adanya pembesaran hati, lien dan kelenjar
limpa.
3. Pemeriksaan laboratorium, meliputi darah lengkap, hapusan darah tepi, foto toraks
atau CT scan, pungsi lumbal, aspirasi dan biopsi sumsum tulang (pewarnaan
sitokimia, analisis sitogenetik, analisis imunofenotip, analisis molekular BCRABL)
1.6 TERAPI
Penanganan penderita acute lympoblastic leukemia adalah dengan kemoterapi.
Adapun penanganan tambahannya berupa pemberian transfusi produk darah
seperti platelet dan sel darah merah serta pemberian antibiotik jika terjadi demam.
13
3. FOKAL INFEKSI
Fokal infeksi adalah suatu infeksi lokal yang biasanya dalam jangka waktu
cukup lama (kronis), dimana hanya melibatkan bagian kecil dari tubuh, yang
kemudian dapat menyebabkan suatu infeksi atau kumpulan gejala klinis pada
bagian tubuh yang lain.
Menurut W.D Miller (1890), seluruh bagian dari sistem tubuh yang utama
telah menjadi target utama dari infeksi yang berasal dari mulut, terutama bagian
pulpa dan periodontal.
menyebar ke daerah sinus (termasuk sinus darah kranial), saraf pusat dan perifer,
sistem kardiovaskuler, mediastinum, paru-paru dan mata.
Faktor Penyebab fokal infeksi, diantaranya :
a. Faktor agen
-Meliputi jenis bakteri dan virulensinya
-Dapat menyebar secara cepat dan difusi melalui jaringan
-Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri anaerob dengan coccus gram
negatif
-Menyebar dengan masuk pembuluh darah dan membentuk penyebaran
sistemik dari kompleks imun, komponen dan produk bakteri
b. Faktor pejamu
- Meliputi pertahanan tubuh terhadap penetrasi bakteri dari plak gigi ke
jaringan
- Mekanisme dapat menyebar dan menyebabkan infeksi akut dan kronik
c. Oral Hygiene yang buruk
- Jumlah bakteri yang berkolonisasi di gigi meningkat 2-10 kali lipat
dan memungkinkan lebih banyak bakteri melewati jaringan dan masuk
ke pembuluh darah, menimbulkan peningkatan prevalensi dan
besarnya bakteremia
d. Faktor lingkungan
Dilihat dari asupan gizi dan kebersihan diri yang tidak terjaga
Jadi, apabila dikatakan gigi sebagai fokus infeksi berarti pusat infeksi dari
salah satu organ tubuh berasal dari gigi. Di dalam rongga mulut, terdapat berbagai
fokus infeksi seperti :
14
PLA
K
ABSES
(ApikalPeriapikal)
KALKULUS
FOKU
S
INFE
KSI
NEKROSIS
PULPA
KARIES
PERIKORONI
TIS
PULPITIS
Karies gigi yang tidak dirawat atau dibiarkan saja lama kelamaan dapat
menyebabkan infeksi periapikal . Infeksi periapikal yang kronis dapat
menyebabkan terbentuknya granuloma, krista, dan abses.
2. Kalkulus
Kalkulus adalah deposit plak pada gigi yg mengeras akibat demineralisasi.
Jika kalkulus dibiarkan, maka akan banyak bakteri patogen yang hidup di
dalam gigi.
3. Perikoronitis
Perikoronitis merupakan Inflamasi jaringan gusi sekitar mahkota gigi yang
mengalami erupsi inkomplit. hal ini biasanya dapat disertai operkulitis yakni
inflamasi pada ginggival flap dari gigi yang mengalami erupsi inkomplit.
perikoronitis sering terjadi pada Molar 3 namun dapat juga terjadi pada gigi
15
merupakan area yang kaya dengan suplai darah. Hal ini meningkatkan
kemungkinan masuknya organisme dan toksin dari daerah yang terinfeksi ke
dalam sirkulasi darah. Di lain pihak, infeksi dan inflamasi juga akan semakin
meningkatkan aliran darah yang selanjutnya menyebabkan semakin banyaknya
organisme dan toksin masuk ke dalam pembuluh darah. Vena-vena yang berasal
dari rongga mulut dan sekitarnya mengalir ke pleksus vena pterigoid yang
menghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus vena faringeal dan vena
maksilaris interna melalui vena emisaria. Karena perubahan tekanan dan edema
16
menyebabkan penyempitan pembuluh vena dan karena vena pada daerah ini tidak
berkatup, maka aliran darah di dalamnya dapat berlangsung dua arah,
memungkinkan penyebaran infeksi langsung dari fokus di dalam mulut ke kepala
atau faring sebelum tubuh mampu membentuk respon perlawanan terhadap infeksi
tersebut. Material septik (infektif) yang mengalir melalui vena jugularis internal
dan eksternal dan kemudian ke jantung dapat membuat sedikit kerusakan. Namun,
saat berada di dalam darah, organisme yang mampu bertahan dapat menyerang
organ manapun yang kurang resisten akibat faktor-faktor predisposisi tertentu.
2.
KGB regional
Submaksila
Submaksila, submental,
profunda
Submaksila
bawah
Gingiva dan palatum atas
Pipi bagian anterior
Pipi bagian posterior
Servikal profunda
Parotis
Submaksila, fasial
servikal
17
Selanjutnya,
abses
infraorbital
dapat
mengenai
mata
dan
18
4.
19
20
karena: (1) mukosa oral mendapat vaskularisasi yang cukup sehingga mudah
terpengaruh oleh keadaan organ yang jauh letaknya, (2) mukosa oral sering
mcngalami epitelisasi dalam waktu yang singkat, (3) mukosa oral mudah
mcngalami trauma (Greenberg and Glick, 2003).
Semua tipe leukemia khususnya leukemia akut memiliki manifestasi oral.
Manifestasi oral leukemia lebih sering ditemukan pada pasien leukemia akut pada
tahap awal perkembangan penyakit. Prevalensi dan distribusi dari komplikasi
inisial leukemia di rongga mulut pada pasien AML sama dengan pasien ALL
(Wahyuni,2006).
Manifestasi oral leukemia sering menimbulkan keluhan bagi pasien. Keluhan
oral ini mendorong pasien untuk mencari pengobatan ke dokter gigi. Hou dkk dan
Dean dkk" melaporkan bahwa penemuan lesi oral sebagai gambaran klinis
leukemia akut oleh dokter gigi sangat berguna sebagai indikator untuk mendeteksi
dini leukemia. Menurut Yanif dan Marom, tanda dan gejala oral leukemia sering
bervariasi. Meskipun demikian, terdapat tanda dan gejala oral yang paling sering
ditemukan, diantaranya (Wahyuni,2006):
1. Perdarahan oral
Menurut Bressman dkk, tanda oral leukemia yang paling sering terjadi pada
masa posdiagnostik adalah perdarahan oral dan peteki. Perdarahan oral merupakan
manifestasi oral leukemia yang paling sering menimbulkan keluhan bagi pasien.
Perdarahan oral lebih sering ditcmukan pada pasien leukemia akut dibandingkan
pada pasien leukemia kronik, perdarahan ini umumnya terjadi pada bibir, lidah dan
gingival (Wahyuni,2006).
Perdarahan oral sering dianggap sebagai hal yang tidak berbahaya, namun
manifestasi oral ini dapat merefleksikan kemungkinan timbulnya perdarahan di
tempat lain seperti otak, paru-paru dan saluran pencernaan yang berakibat fatal,
yang mana perdarahan merupakan faktor utama penyebab kematian pasien
leukemia selain infeksi (Greenberg and Glick, 2003).
21
22
23
Ulser pada mukosa oral sering ditemukan pada pasien leukemia yang
melakukan kemoterapi dan rata-rata disebabkan karena efek langsung dari obat
kemoterapi pada sel mukosa oral. Lockhart dan Sonis melaporkan bahwa ulcer
sekunder karena kemoterapi muncul kira-kira 7 hari setelah terapi awal dilakukan.
Ulsernya besar, irregular, dan bau busuk, dan dikelilingi oleh mukosa yang pucat
yang disebabkan karena anemia dan kurangnya respon inflamatori. Ulser oral yang
paling sering pada pasien leukemia yang melakukan kemoterapi adalah infeksi
HSV rekuren. Infeksi ini melibatkan mukosa intraoral dan bibir (Greenberg and
Glick, 2003).
Lesinya dimulai dengan cluster klasik dari vesikel HSV rekuren dan menyebar
dengan cepat, menyebabkan ulcer yang luas yang biasanya dikelilingi mukosa
yang pucat akibat anemia. Lesi memiliki respon yang baik pada acyclovir
parenteral yang didistribusikan melalui intravena ataupun melalui mulut.
Manajemen perawatan dari ulcer oral pada pasien leukemia harus mencegah
penyebaran
dari
infeksi
local,
meminimalisir
bakteri,
mengusahakan
penyembuhan, dan mengurangi rasa sakit. Ulser yang ada pada pasien leukemia
yang dirawat kemoterapi dapat terinfeksi oleh organism yang tidak umum pada
infeksi oral, misalnya gram negative enteric bacilli (Greenberg and Glick, 2003).
Terapi antibakteri topical dapat dicoba dengan solusi providine-iodine,
ointment bacitracin-neomycin, atau bilasan chlorhexidine. Kaolin dan pectin dapat
digunakan dengan obat kumur diphenhydramine untuk mengurangi rasa sakit
(Greenberg and Glick, 2003).
4. Limfadenopati servikal
Limfadenopati servikal adalah tanda klinis yang paling sering terlihat pada
pasien leukemia akut maupun kronik. Limfadenopati servikal disebabkan oleh
infiltrasi sel-sel leukemik ke kelenjar limfe servikal, pembengkakan biasanya pada
satu sisi. Kelenjar yang membengkak akan terasa lunak dan sakit bila dipalpasi
24
pada leukemia akut, sedangkan pada leukemia kronik biasanya kelenjar berbatas
tegas, keras dan tidak nyeri pada saat dipalpasi (Wahyuni,2006).
5. Hiperplasia gingiva
Hiperplasia gingiva lebih sering terjadi pada pasien leukemia akut khususnya
AML daripada pasien leukemia kronik. Hiperplasia gingiva disebabkan karena
infiltrasi sel-sel leukemik ke gingiva, inflamasi atau akibat hiperplasia reaktif.
Faktor yang mempermudah timbulnya hiperplasia gingiva adalah adanya respon
yang berlebihan terhadap iritan lokal yang disebabkan berkurangnya kemampuan
sel darah putih untuk melawan infeksi gingiva karena bentuknya yang tidak
matang. Iritan lokal tersebut merupakan stimulus inflamasi yang dapat berasal dari
akumulasi plak dan bekuan darah yang sering ditemukan pada pasien dengan
kecenderungan perdarahan oral yang menyebabkan kebersihan rongga mulut
menjadi buruk (Wahyuni,2006).
Hiperplasia gingiva juga terjadi pada pasien leukemia yang kebersihan rongga
mulutnya baik.
25
lunak tetapi mudah terjadi perdarahan spontan akibat iritasi yang ringan, kadang
disertai infeksi, odontalgia dan inflamasi ulserstif nekrosis akut pada daerah
interdental (Couper, 2000).
Secara histopatologi, jaringan gingiva di infiltrasi oleh sel-sel leukosit yang
belum matang pada inflamasi kronik dapat juga terlihat leukosit yang telah
matang. Jaringan epitel memperlihatkan derajat yang bervariasi terhadap infiltrasi
sel-sel leukemik, lamina propria dipenuhi oleh sel-sel leukemik yang meluas dari
lapisan sel basal epitel ke dalam gingiva. Pembuluh darah setempat tertekan oleh
infiltrat yang menyebabkan jaringan gingiva mengalami edema dan degencrasi.
Pada hiperplasia gingiva yang disertai inflamasi nekrosis akut, permukaan gingiva
dilapisi oleh jaringan fibrin pseudomembran, sel-sel epitel yang nekrosis,
polimorfonuklear leukosit dan kolonisasi bakteri (Couper, 2000).
6. Variasi lain dari manifestasi oral leukemia
Variasi lain yang tidak spesifik dari manifestasi oral leukemia adalah
kebersihan rongga mulut yang buruk akibat xerostomia. Xerostomia dapat timbul
akibat kemoterapi, radioterapi atau efek psikologi pasien yang mengalami
kecemasan saat menjalankan kemoterapi. Selain itu, dapat juga dijumpai sakit
tenggorokan laringofaringitis, bibir kering dan pecah-pecah, hairy tongue,
sialorhoe, halitosis, benigna migratory glossitis, median romboid glossitis,
pemfigus, nyeri gusi, dekstruksi tulang alveolar dan penyembuhan luka yang lama
setelah ekstraksi gigi (Wahyuni, 2006).
Manifestasi oral neurologis dapat terjadi akibat infiltrasi sel-sel leukemik ke
nervus V dan VII. Gangguan pada nervus V dan VII pernah dilaporkan pada pasien
leukemia akibat penggunaan obat vincristin, yaitu obat yang sering dipakai untuk
pengobatan leukemia akut, khususnya ALL. Manifestasi neurologi oral yang dapat
terjadi berupa paralisis fasial, neuralgia trigeminal, kesukaran menelan, kesukaran
memanjangkan lidah, kelemahan otot-otot pengunyahan dan parestesia akut
(akibat peningkatan cairan serebrospinal, perdarahan intrakranial, atau infiltrasi
26
sel-sel ganas yang teriokalisasi pada sistem saraf pusat maupun di sekitar saraf
tepi) (Wahyuni, 2006).
BAB III
ANALISA KASUS
An. Nila Arum Sari, 14 tahun dirujuk ke Poli Gigi dan Mulut RSMH
oleh bagian Anak dengan keluhan gigi geraham kanan yang berlubang.
Dari riwayat penyakit 1 tahun yang lalu, penderita sering mengeluh
nyeri pada gigi kanan atas, Nyeri dirasakan saat megunyah(+), nyeri juga
dirasakan saat makan atau minum minuman yang panas atau dingin (+), nyeri
dirasakan berkurang setelah makan/minum dan berhenti mengunyah. Riwayat
trauma (-), Riwayat tumpatan pada gigi (-), riwayat merokok (-), riwayat
konsumsi alkohol (-).
Sejak 2 bulan yang lalu, penderita mengaku nyeri pada gigi kanan
atas sudah berkurang, Nyeri kadang-kadang dirasakan saat megunyah(+),
nyeri sudah tidak dirasakan lagi saat makan atau minum minuman yang panas
atau dingin. Warna gigi dirasakan semakin kusam atau kehitaman. Riwayat
27
trauma(-), Riwayat tumpatan pada gigi (-), riwayat merokok (-), riwayat
konsumsi alkohol (-). Penderita sudah terdiagnosis ALL sejak bulan
September tahun 2014. Penderita saat ini sedang menjalani kemoterapi.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien dalam batas normal.
Pemeriksaan ekstra oral juga dalam batas normal.
Pada pemeriksaan rongga mulut didapatkan bahwa terdapst debris dan
kalkulus di semua regio, ginggivitis (+), nekrosis pulpa pada gigi 1.6
Nyeri pada gigi
manifestasi dari karies dentin yang terjadi pada gigi tersebut. Karena karies
ini tidak ditangani dengan baik sehingga sekarang gigi tersebut tidak nyeri
lagi karena sudah terjadi nekrosis pulpa. Dimana pada nekrosis pulpa telah
terjadi kematian pulpa yang disebabkan iskemik jaringan pulpa yang disertai
dengan infeksi. Infeksi tersebut disebabkan oleh mikroorganisme yang
bersifat saprofit namun juga dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang
memang bersifat patogen. Nekrosis pulpa sebagian besar terjadi oleh
komplikasi dari pulpitis baik yang akut mapun yang kronik yang tidak ditata
laksana dengan baik dan adekuat.
Pasien leukemia akut terjadi gangguan produksi maupun maturasi
neutrofil sehingga secara kuantitatif maupun fungsional yang terganggu, serta
terapi intervensi pada pasien leukemia seperti kortikosteroid, kemoterapi,
transplantasi stem sel dan radiasi dapat menyebabkan menurunnya jumlah
maupun fungsi neutrofil sehingga terjadi defisiensi pertahanan tubuh dan
mengakibatkan tingginya risiko terkena infeksi bakterial gram negatif.
Pada pasien ini juga ditemukan debris di semua regio. Hal ini menjadi
faktor resiko terjadinya infeksi karena apabila oral hygiene yang buruk jumlah
bakteri yang berkolonisasi di gigi meningkat 2-10 kali lipat dan
memungkinkan lebih banyak bakteri melewati jaringan dan masuk ke
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Sandler
NA.
Odontogenic
infections.
Diunduh
dari:
http://www1.umn.edu/dental/courses/oral_surg_seminars/odontogenic_infecti
ons.pdf, 20 april 2014).
2. Moestopo (1982); Pemeliharaan Gigi dimulai dari Kandungan sang Ibu
3. http://luv2dentisha.wordpress.com/2010/05/08/pulpitis-reversibel-ireversibelnekrosis-pulpa/ diakses pada hari minggu tanggal 23 Oktober 2014
4. Stanley J. Nelson and Major M. Ash. Wheelers Dental Anatomy, Physiology,
and Occlusion. 9th Ed. Missouri : Saunders Elsevier. 2010:256-8
5. http://rizkintan19.blogspot.com/2013/02/macam-macam-teknik-menyikatgigi.html diakses pada hari minggu tanggal 23 oktober 2014 jam 17.00.
29