Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi saat ini banyak berkembang industri dan instansi, yang
dikelola oleh pihak pemerintah maupun swasta. Industri dan instansi tersebut
membutuhkan tenaga kerja yang terampil serta profesional di bidangnya.
Perkembangan wawasan tentang hak asasi manusia, demokrasi, persamaan gender
dan lingkungan mengalami proses globalisasi. Peranan Hiperkes dan keselamatan
kerja sebagai suatu keilmuan maupun penerapannya yang bersifat multidisiplin
semakin mengemuka terutama pada segi manusia sebagai sumber daya dan
lingkungan sekitar. Proses di dalam industri jelas memerlukan kegiatan tenaga
kerja sebagai unsur dominan yang mengelola bahan baku/material, mesin,
peralatan dan proses lainnya yang dilakukan ditempat kerja, guna menghasilkan
suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
Penggunaan teknologi di samping memberikan dampak positif juga dapat
memberikan dampak negatif, apabila tidak dikelola dengan baik. Berbagai sumber
bahaya di tempat kerja baik karena faktor fisik, kimia, biologik, fisiologik,
psikososial mesin, peralatan kerja, dan perilaku serta kondisi manusia merupakan
faktor risiko yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Dengan demikian, penerapan
Hiperkes dan Keselamatan Kerja mengupayakan agar risiko bahaya dapat
diminimalisasi melalui teknologi pengendalian terhadap lingkungan atau tempat
kerja serta upaya mencegah dan melindungi tenaga kerja agar terhindar dari
dampak negatif dalam melaksanakan pekerjaan.
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam
kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat
memberikan daya dukung bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Namun
pada pertumbuhan pembangunan di Indonesia khususnya pada sektor industri telah
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan industri ternyata
membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak positif maupun dampak
negatif.
Dampak positif dari kegiatan industri ini salah satunya adalah dapat
mengurangi tingkat pengangguran dan menambah devisa negara. Selain dampak
positif, kegiatan industri juga menimbulkan dampak negatif. Salah satu dampak
negatif yang ditimbulkan adalah pencemaran udara ambien.
Pencemaran udara ambien yang terjadi dapat berupa NO2, SO2 dan CO,
yang dapat berasal dari cerobong baik dari boiler ataupun generator listrik yang
dapat membahayakan kesehatan manusia khususnya para pekerja. Dengan
demikian, maka sangat diperlukan analisis udara ambien yang berada di
lingkungan kerja demi tercapainya peningkatan produktivitas dalam bekerja.
Balai Higiene Perusahaan, Ergonomi, Kesehatan (HIPERKES) dan
Keselamatan Kerja provinsi Kalimantan Selatan ini sendiri merupakan instansi
yang bergerak dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan keselamatan
kerja untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan selamat.
Instansi ini melakukan pelayanan dengan berbagai jenis pelayanan, yakni
pengujian faktor fisik (iklim kerja, pencahayaan, kebisingan dan getaran),
pengujian faktor kimia (Gas-gas dan uap, partikulat dan logam berat), sanitasi
industri, gizi kerja, faal kerja dan ergonomi, kesehatan kerja, pengujian
keselamatan kerja, pengujian emisi, pelatihan dan penyuluhan.
PROFIL INSTITUSI
2.1
Menteri
tenaga
kerja
dan
transmigrasi
sesuai dengan
republik
Indonesia
g. Pemeriksaan ECG
6. Pengujian Keselamatan Kerja
a. Pengujian air pengisi ketel dan air ketel
b. Pengujian air buangan limbah
c. Penilaian alat proteksi
d. Pengujian arus listrik
e. Pengamanan penempatan APAR
f. Identifikasi potensi bahaya lingkungan (B3)
7. Pengujian Emisi
a. Pengujian emisi bergerak
b. Pengujian emisi tidak bergerak
8. Pelatihan dan Penyuluhan
a. Pelatihan dokter calon penguji kesehatan kerja
b. Pelatihan para medic
c. Pelatihan teknisi perusahaan
d. Pelatihan meneger perusahaan
e. Pelatihan P2K3 dan FSPSI
2.1.6 Struktur Organisasi
Menurut Peraturan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 8 Tahun
2008, Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Provinsi Kalimantan Selatan secara
organisatoris terdiri dari :
1. Kepala Balai
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
3. Kepala Seksi Kesehatan Kerja
4. Kepala Seksi Ergonomi dan Keselamatan Kerja
STRUKTUR ORGANISASI
BALAI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Plt. Kepala Balai
Dra. Hj. Erniwati Fadhil
Sub Bagian Tata Usaha
Dra. Hj. Erniwati Fadhil
Kelompok Fungsional
Laboratorium Higiene
Perusahaan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
2.1.7 Sarana dan Prasarana
1. Tanah
Pada saat ini Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Provinsi Kalimantan
Selatan memiliki tanah dengan rincian, sebagai berikut :
Luas tanah
2000 m2
Tahun Perolehan
1979/1980
Data Pertanahan
2. Gedung Kantor
Gedung kantor yang dimiliki Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Provinsi
Kalimantan Selatan dapat dirinci, sebagai berikut :
Luas Gedung
Tahun Perolehan
1979/1980
Luas Bangunan I
Luas Bangunan II
3. Transportasi
Dalam menunjang Kegiatan Operasional, Balai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Provinsi Kalimantan Selatan memiliki alat angkutan/kendaraan
bermotor berupa 4 (empat) unit kendaraan roda 2 dan 1 (satu) unit kendaraan
roda 4.
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Udara Ambien
Proses transfortasi,
konversi dan
penghilangan
Konsentrasi
cemaran ambien
Efek pencemaran
terhadap
kesehatan
prosedur dan operator (teknisi, laboran, analis dan chemist) yang dapat
dipertanggungjawabkan (Sutardi, 2008).
Informasi mengenai efek pencemaran udara terhadap kesehatan dapat
berasal dari data pemaparan pada binatang, kajian epidemiologi, dan pada kasus
yang terbatas mengenai kajian pemaparan pada manusia (Setyowati, 2009).
Mutu udara ambien adalah kadar zat, energi atau komponen lain yang ada di
udara bebas. Status mutu udara ambien adalah keadaan mutu udara di suatu
tempat pada saat dilakukan inventarisasi. Baku mutu udara ambien adalah ukuran
batas atau kadar zat, energi atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada
atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien
(Sukirno, 2011).
Baku Mutu Kualitas Udara Ambien dibagi menjadi dua, yaitu baku mutu
primer dan baku mutu sekunder. Baku mutu primer ditetapkan untuk melindungi
pada batas keamanan yang mencukupi (adequate margin safety) kesehatan
masyarakat dimana secara umum ditetapkan untuk melindungi sebagian
masyarakat (15-20%) yang rentan terhadap pencemaran udara. Sedangkan baku
mutu sekunder ditetapkan untuk melindungi kesejahteraan masyarakat (material,
tumbuhan dan hewan) dari setiap efek negatif pencemaran udara yang telah
diketahui atau yang dapat diantisipasi (Setyowati, 2009).
3.1.2 Zat Pencemar Udara Ambien
10
1.
dari
hidrokarbon.
Sumber-sumber
polusi
lainnya
misalnya
Sulfur Dioksida
11
Jumlah SO2 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
Mekanisme pembentukan SO2 dapat dituliskan dengan reaksi sebagai berikut
(Anonim2, 2004) :
S + O2 SO2
Selain itu, hampir setengahnya dari belerang yang terkandung pada batu
bara dalam bentuk pyrit, FeS2, dan setengahnya lagi dalam bentuk sulfur organik.
Dimana pada dasarnya, semua sulfur yang memasuki ke atmosfer dirubah dalam
bentuk SO2. Sulfur dioksida yang dihasilkan oleh perubahan pyrit dapat melalui
reaksi sebagai berikut (Anonim3, 2011) :
12
Pengaruh
Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari
bahaya
13
8-12
20
20
20
50-100
400-500
Nitrogen dioksida
N2 + O2 2NO
2NO + O2 2NO2
14
Reaksi pembentukan NO2 dari NO dan O2 terjadi dalam jumlah relatif kecil,
meskipun dengan adanya udara berlebih. Hal ini berbeda dengan reaksi
pembentukan CO2 dari CO dan O2, dimana kelebihan udara akan mengakibatkan
pembentukan CO2 secara cepat. Pembentukan NO2 yang lambat ini disebabkan
kecepatan reaksi sangat dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi NO. Reaksi
pembentukan NO2 berlangsung lebih lambat pada suhu yang lebih tinggi.
Pada suhu 1100oC jumlah NO2 yang terbentuk biasanya kurang dari 0,5 %
dari total NOx. Kecepatan reaksi pembentukan NO2 dipengaruhi oleh konsentrasi
oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Hal ini berarti jika konsentrasi NO
bertambah menjadi dua kalinya maka kecepatan reaksi akan naik menjadi empat
kalinya, dan jika konsentrasi NO berkurang menjadi setengahnya, NO yang
dikeluarkan ke udara luar bersama-sama dengan gas buangan lainnya akan
mengalami pendinginan secara cepat dan terencerkan sebanyak 100 kalinya
(Herie, 2011).
3.3.2
jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas
bakteri. Akan tetapi pencemaran NO2 dari sumber alami ini tidak merupakan
masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang
menjadi masalah adalah pencemaran NO2 yang diproduksi oleh kegiatan manusia
karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu.
Kadar NO2 di udara perkotaan biasanya 10100 kali lebih tinggi dari pada
udara di pedesaan. Dimana kadar NO2 di udara daerah perkotaan dapat mencapai
0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NO2 dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk karena sumber utama NO2 yang diproduksi manusia adalah dari
pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor,
produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NO2 buatan
manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin. Kadar NO2 di
udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari intensitas sinar
matahari dan aktivitas kendaraan bermotor (Anonim2, 2004).
15
3.3.3
manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun dari pada
NO. Namun selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang
mengakibatkan kematian. Pada udara ambien yang normal, NO2 dapat bersifat
racun bagi paru-paru dan dapat menyebabkan kekejangan serta kelumpuhan pada
sistem syaraf (Anonim2, 2004).
3.4
Karbon monoksida
CO2 + C 2CO
16
Reaksi ini sering terjadi pada suhu tinggi yang umumnya terdapat pada
industri-industri, misalnya pada pembakaran di dalam furnis. CO yang diproduksi
dengan cara ini mempunyai keuntungan dan diperlukan pada beberapa proses,
misalnya pada furnis cepat (blast furnace) dimana CO bertindak sebagai
komponen pereduksi dalam produksi besi dari besi oksida.
Pada kondisi di mana jumlah oksigen cukup untuk melakukan pembakaran
lengkap terhadap karbon kadang-kadang terbentuk juga CO. Keadaan ini
disebabkan pada suhu tinggi CO2 akan terdisosiasi menjadi CO dan O. Karbon
dioksida dan CO terdapat pada keadaan ekuilibrium pada suhu tinggi dengan
reaksi sebagai berikut (Anonim2, 2004) :
2CO2 2CO + O2
padat,
dan
sumber-sumber
lain
termasuk
kebakaran
hutan.
17
ke
seluruh
karboksihemoglobin
tubuh.
(HbCO)
Sifat
ini
menghasilkan
lebih stabil
pembentukan
dibandingkan
18
19
pengambilan
contoh
uji
disusun
seperti
pada
gambar.
20
21
22
pergerakan angin gas SO2 yang dihasilkan tidak sampai terakumulasi sangat
besar pada satu lokasi.
Pengaruh gas SO2 dapat menyebabkan iritasi sistem pernapasan bahkan
dapat mengakibatkan kematian. Namun dari hasil pengukuran kandungan gas
di udara tidak serta-merta menjadi indikator pasti tubuh akan mengalami
gangguan kesehatan, perlu tindakan lebih lanjut terutama berhubungan dengan
pengecekan kesehatan dari tiap pekerja di lingkungan perusahaan tersebut.
b. Parameter gas NO2
Dalam suatu lingkungan kerja, NO2 merupakan salah satu faktor yang
harus dipertimbangkan mengingat bahwa NO2 yang melebihi ambang batas di
udara ambien akan sangat mempengaruhi aktivitas yang dilakukan serta dapat
mengakibatkan iritasi saluran pernapasan, luka pada sel-sel epitel paru dan
endema paru-paru. Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa nilai NO2 di
lokasi 3 lebih besar daripada di daerah lainnya.
Pembentukan gas NO2 dapat terjadi di udara bebas karena udara ambien
sebesar 70% terdiri dari gas N2 dan 20% gas O2 yang merupakan bahan baku
dasar terbentuknya gas NOx. Di alam sumber NO2 adalah kegiatan
denitrifikasi bakteri dalam tanah, perairan, gunng berapi. Pembentukan gas
NO2 hasil pembakaran memerlukan pembentukan gas NO dan gas O2 dengan
suhu yang tinggi. Dengan teori ini maka kemungkinan dapat terbentuknya gas
NO2 adalah di daerah dengan aktivitas yang memerlukan energi dan suhu yang
tinggi. Reaksi yang terjadi, adalah sebagai berikut :
N2 + O2
2NO + O2
2NO
11000C
2NO2
23
c. Parameter gas CO
Analisis gas CO di Balai HIPERKES dan KK menggunakan metode
Iodine pentoksida. Dengan larutan penjerap I2O5 yang selama proses
pengambilan sampel mesti dipanaskan hingga uapnya dapat mengalir dan
terjerap dalam larutan KI. Larutan ini berwarna kekuningan dan diukur
serapannya pada spektrofotometer. Reaksi yang terjadi adalah
5CO + I2O5 I2 + 5CO2
DAFTAR PUSTAKA
24
Civirily.
Herie,
Ambien.
http://tiki