Você está na página 1de 22

ABSTRAK

Tujuan: Membahas kasus presentasi bokong dengan riwayat perdarahan antepartum karena
plasenta previa totalis pada sekundigravida hamil aterm
Tempat : Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Kabupaten Sragen
Bahan dan Cara Kerja: Laporan kasus, seorang wanita G2P1A0, 44 tahun, presentasi bokong
dengan riwayat perdarahan ante partum karena plasenta previa totalis pada sekundigravida hamil
38 minggu belum dalam persalinan
Tanggal 11-10-2011 jam 18.47 kiriman bidan dengan keterangan sekundigravida hamil aterm
dengan plasenta previa dan presentasi bokong
Inspekulo: pembukaan (-), KK (+) bagian bawah belum masuk panggul, air ketuban (-), Nitrasin
test (-)
USG
: tampak janin tunggal, intra uterin, punggung kanan, presentasi bokong, memanjang
DJJ (+), dengan FB:
BPD: 91, AC: 362, FL: 71, EFBW: 3300 gr. Plasenta insersi di segmen bawah rahim
menutupi OUI, air ketuban kesan cukup. Kelainan kongenital mayor tidak tampak.
Kesan saat ini janin dalam keadaan baik.
Kesimpulan : G2P1A0, 44 tahun, umur kehamilan 38 minggu, janin 1 hidup intra uterin, presentasi
bokong, puka, in partu.
Pada anamnesis didapatkan riwayat perdarahan pada usia kehamilan 32 minggu. Pada pemeriksaan
penunjang dengan USG didapatkan gambaran plasenta insersi di segmen bawah rahim menutupi
OUE grade III. Dari anamnesis dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini,
diagnosis mengarah ke perdarahan ante partum karena plasenta previa totalis.
Lahir bayi laki-laki dengan persalinan sectio caesarea, panjang badan 50 cm, lingkar kepala
35cm,lingkar dada 32cm, berat badan 3350.gr, APGAR score 6-9-10.

Kata Kunci : Presentasi bokong, perdarahan ante partum, plasenta previa

BAB I
STATUS PASIEN
1.

2.

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Ny.S

Umur

: 44 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SMP

Agama

: Islam

Tanggal masuk

: 11 Oktober 2011

Nama suami

: Tn.T

Umur

: 39 tahun

Pekerjaan

: Buruh

Agama

: Islam

Alamat

: Krajan RT 06/2 Kuniran, Sine, Ngawi

ANAMNESIS
Tanggal 11 Oktober 2011, pukul 18.47 WIB
1. Keadaan Sekarang dan Alasan Dirawat
G2P1A0 merasa hamil 9 bulan, tidak haid
Tanggal 11 Oktober 2011 jam 18.47 kiriman bidan dengan hamil aterm
dan plasenta previa
Tanggal 11 Oktober 2011 jam 19.30 kenceng-kenceng 1x, gerak anak +
Tanggal 11 Oktober 2011 jam 23.45 kenceng-kenceng sering, gerak anak
+
2. Riwayat Menstruasi
Menarche

: 14 tahun
2

Lama menstruasi

: 5-7 hari

Siklus menstruasi

: 28 hari

Darah haid

: 25-80 cc (2-3 kali ganti pembalut)

Dismenorea

: disangkal

Pendarahan di luar siklus

: disangkal

HPHT

: 20 Januari 2011

HPL

: 27 Oktober 2011

3. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali. Dengan suami sekarang 9 tahun.
4. Riwayat Obstetrik
No

Keadaan kehamilan, persalinan, keguguran dan nifas Umur sekarang

1.
2.

Laki-laki, sectio caesarea, BBL 3600 gr


Sekarang

Keadaan Anak

7 tahun

Baik

5. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi/ penyakit jantung/ diabetes melitus/ asma/ alergi obat/
makanan disangkal oleh pasien.
6. Penyakit dan Operasi yang Pernah Dialami
Seksio sesarea
7. Riwayat ANC
Pasien mulai melakukan ANC mulai usia kehamilan 2 bulan di bidan.
Bidan menyarankan pasien untuk sering menungging.
8. Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan kontrasepsi suntik selama 2 tahun sebelum
kehamilan
Pendidikan terakhir suami

: SMA

Pendidikan terakhir istri

: SMP

Ingin anak

: 2 orang

Ingin KB

: ya

3.

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PASIEN
1. Keadaan umum

: Baik

2. Kesadaran

: Kompos mentis

3. Berat badan/ tinggi badan

: 150 cm/61 kg

4. Gizi

: kesan cukup

5. Vital sign

Tekanan darah

: 100/70 mmHg

Nadi: 96x/menit

Frekuensi napas

: 20x/menit

Suhu: 36,50C

6. Kepala

: Bentuk mesocephal

7. Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

8.

Leher : Tidak ada pembesaran limfonodi, tidak ada


pembesaran kelenjar tiroid, JVP tidak meningkat

9. Thorax
Cor: Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi

: Ictus cordis teraba di SIC IV linea midclavicularis sinistra

Perkusi : Batas atas

: SIC II linea midclavicularis sinistra

Batas kanan : SIC VII linea parasternal dextra


Batas kiri

: SIC VII linea axillaris anterior sinistra

Auskultasi: B1-B2 murni, bising (-), reguler


Pulmo
Inspeksi

: retraksi dada (-), ketinggalan gerak (-), simetris kanan kiri

Palpasi

: fremitus kanan kiri sama

Perkusi

: sonor/sonor, batas pengembangan paru 2 jari

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

10. Abdomen
Hepar

: tidak teraba

Lien

: tidak teraba
4

11. Ekstremitas

: Oedem (-), varices (-), refleks (+)

STATUS OBSTETRI
1. Inspeksi
Abdomen

: perut tampak membuncit membujur, tidak mengkilat,


venetasi (-), tampak striae gravidarum, bundle ring (-)

2. Palpasi
Leopold I

: pada fundus teraba bagian besar keras janin

Leopold II

: janin memanjang, teraba bagian keras panjang janin di


bagian kanan ibu dan teraba bagian kecil-kecil janin
bagian kiri ibu

Leopold III

: teraba bagian besar dan lunak janin, balottemen (-)

Leopold IV

: konvergen

HIS (-)
3. Perkusi: pekak alih (-), pekak sisi (-), reflek patella (+)
4. Auskultasi

: (+) 140/140/144/reguler

5. Vaginal toucher: tidak dilakukan pemeriksaan


6. Inspekulo:
a. - cm, KK (+), air ketuban (-), Nitrasin test (-)
Bagian bawah bokong belum masuk panggul
b. Septum vagina (-), kondoliloma akuminata (-), myoma servikalis (-),
kista bartolini (-), kista gardner (-).
4.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
WBC

: 7,47 x 103/l

RBC

: 3,98 x 106/l

HGB

: 11,7 gr/dl

HCT

: 32%

MCV

: 80,4 fl
5

MCH

: 29.4 pg

MCHC

: 36,5 g/dl

PLT

: 199 x 103/l

NEUTRO% : 56,3 %
LYMPH%

: 30,5 %

MONO

: 10,4 %

HbsAg

: (-)

Gol darah

:B

CT

: 2 menit

BT

: 2 menit

GDS

: 93 mg/dl

Ureum

: 16,8 mg/dl

Creatinin

: 0,72 mg/dl

SGOT

: 25 U/I

SGPT

: 15 U/I

2. USG : tampak janin tunggal, intra uterin, punggung kanan, presentasi

bokong, memanjang DJJ (+), dengan FB:


BPD: 91, AC: 362, FL: 71, EFBW: 3300 gr. Plasenta insersi di segmen
bawah rahim menutupi OUI grade III, air ketuban kesan cukup. Kelainan
kongenital mayor tidak tampak. Kesan saat ini janin dalam keadaan baik.
5.

DIAGNOSIS SEMENTARA
G2P1A0, 44 tahun, hamil 38 minggu
Janin 1 hidup intra uterin
Presentasi bokong,

punggung kanan

In partu kala I fase aktif


Perdarahan ante partum karena plasenta previa totalis dan riwayat sectio
caesarea 7 tahun yang lalu
6. TINDAKAN
6

a. Pengawasan 10
b. Akhiri persalinan dengan sectio caesarea

c. Injeksi cefotaxime 1 gr/ 12 jam


7. LAPORAN PERSALINAN

Tanggal/

Nadi

jam

Tensi

11-10-

Suhu
TD:110/70

2011

mmHg

His

Detak

Keadaan umum, dll

Jantung
(-)

Janin
(+) 12-11-12 VT = tidak dilakukan
Reguler

N: 80x/

DIAGNOSIS SEMENTARA

Rr: 20x/

G2P1A0, 44 tahun, hamil 38 minggu

t: 36,50

Janin 1 hidup intra uterin


Presentasi bokong,
punggung kanan
In partu kala I fase aktif
Perdarahan ante partum karena
plasenta previa totalis dan riwayat
sectio caesarea 7 tahun yang lalu
Sikap:
- Pengawasan 10
- Akhiri persalinan dengan sectio
caesarea
- Injeksi cefotaxim 1 gr/ 12 jam

19.00
19.30
20.00
20.30
21.00
21.30
22.00

11-12-12
12-12-11
11-12-11
12-12-12
12-11-12
11-12-11
12-11-11

23.00
23.30
24.00
00.30
01.00
01.30
02.00
02.30
03.00
03.30
04.00
04.30
05.00

11-11-12
12-12-12
11-12-12
11-12-12
11-12-12
12-12-12
12-11-11
11-12-11
12-12-11
11-11-12
12-11-11
12-12-12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PRESENTASI BOKONG
1. Definisi
Presentasi bokong (Breech presentation) merupakan keadaan
dimana janin terletak memanjang atau membujur dengan kepala di fundus
uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri 1. Letak sungsang terjadi
dalam 3-4% persalinan dan jumlahnya berkurang sesuai dengan
bertambahnya umur kehamilan. Sebelum umur kehamilan 28 minggu,
letak sungsang terjadi pada 25% persalinan dan hanya sekitar 1-3% yang
terjadi pada kehamilan aterm.2,3
2. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan preterm, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak
leluasa dan menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang
atau letak lintang4.
Sementara itu, pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong
dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong
dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di daerah fundus uteri dan
kepala berada di ruangan yang lebih kecil di segmen bawah rahim4.
Sayangnya, beberapa fetus berada dalam posisi sungsang yang
dibagi menjadi beberapa jenis, yakni1,2,3,4,5,6:
a. Presentasi bokong (Frank breech)
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
janin terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau

kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat


diraba bokong. Angka kejadiannya sebesar 50-70%.
b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)
Pada posisi ini, dapat pula diraba kaki selain bokong yang dapat
diraba. Kejadiannya berkisar antara 5 hingga 10%.
c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
(incomplete or footling)
Pada presentasi jenis ini, hanya satu kaki yang ditemukan di samping
bokong sementara kaki yang lain terangkat ke atas. Sementara pada
presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki. Angka
kejadiannya mencapai 10-30 %.
3. Etiologi
Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam
terjadinya letak sungsang, diantaranya adalah5 prematuritas karena bentuk
rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak
relatif besar; hidramnion karena anak mudah bergerak; plasenta previa
karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul. Plasenta
yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak
sungsang karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus 4;
panggul sempit; kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus,
karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
4. Diagnosis
Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba
bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus
uteri. Seringkali pasien mengeluh merasa penuh di bagian atas dan gerakan
janin lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya
ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus4.

10

Apabila diagnosis letak sungsang sulit dibuat dengan pemeriksaan


luar karena dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya
air ketuban maka dapat dipertimbangkan pemeriksaan USG atau MRI4.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong
yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus.
Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan sebab pada
kaki terdapat tumit sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang
letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih
sama dengan panjang telapak tangan4.
5. Managemen Dalam Persalinan
Jenis pimpinan persalinan sungsang1,2,3,4,5,6:
a. Persalinan pervaginam, berdasarkan tenaga yang dipakai dalam
melahirkan janin pervaginam, dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Persalinan Spontan (spontaneous breech). Janin dilahirkan dengan
kekuatan dan tenaga ibu sendiri, dimulai dengan fase lambat dalam
melahirkan bokong sampai pusat (skapula depan), fase cepat
berupa lahirnya pusar sampai mulut. Pada fase cepat ini, kepala
janin mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali
pusat terjepit. Fase yang terakhir adalah fase lambat yaitu mulai
lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir. Pengeluaran kepala
harus dilakukan secara perlahan untuk menghindari terjadinya
perdarahan intra kranial (ruptur tentorium serebelli) karena kepala
keluar dari uterus yang bertekanan tinggi ke dunia luar yang
bertekanan rendah.
2) Manual aid (partial breech extraction) dimana janin dilahirkan
sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan
tenaga penolong. Teknik ini dilakukan atas indikasi persalinan
Bracht yang mengalami kegagalan. Terdiri dari tiga tahapan yaitu
tahap pertama berupa pelahiran bokong sampai pusar yang
dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri, tahap kedua berupa lahirnya
11

bahu dan lengan dengan menggunakan tenaga penolong, dan yang


terakhir adalah tahap ketiga berupa lahirnya kepala dengan
menggunakan cara Mauriceau, Najouks, Wigan Martin-Winckel,
Prague terbalik, dan cunam Piper.
Ekstraksi Parsial dapat dilakukan dengan tiga cara:1
a). Cara Klasik
Prinsipnya adalah melahirkan bahu belakang terlebih dahulu.
Untuk melahirkan bahu belakang, kedua kaki dipegang dengan
satu tangan, di tarik cunam ke atas sejauh mungkin , dan
tangan yang satu lagi melahirkan tangan belakang.
b). Cara Muller
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan terlebih dahulu,
kedua tangan penolong memegang panggul bayi secara
femuro-pelvik dan ditarik cunam ke bawah sampai bahu depan
lahir, kemudian ditarik ke atas untuk melahirkan bahu
belakang
c). Cara Lovset
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan dengan cara
memutar badan janin 180 derajad, kemudian setelah bahu
depan lahir, badan janin diputar lagi ke arah berlawanan untuk
melahirkan bahu belakang.
3) Total Breech Extraction dimana janin dilahirkan seluruhnya
dengan tenaga penolong. Ada dua ekstraksi total, yaitu ekstraksi
bokong dan ekstraksi kaki. Ekstraksi bokong dilakukan jika
bokong sudah berada di dasar panggul; ekstraksi kaki dilakukan
pada presentasi kaki atau bokong masih dapat dibebaskan dari
pintu atas panggul. Kaki diturunkan dengan cara Pinard.

12

Penyulit persalinan pervaginam antara lain sufokasi, asfiksia fetalis,


kerusakan jaringan otak, dan fraktur pada tulang janin.
b. Persalinan per abdominal (seksio sesarea), yang merupakan cara yang
terbaik ditinjau dari janin. Seksio sesarea dipertimbangkan pada
presentasi bokong : kelainan panggul (panggul sempit/patologis), janin
besar disproporsi kepala panggul (nulipara berat badan janin lebih dari
3630 g, multipara berat badan janin lebih dari 3629-3176 g), riwayat
obstetri jelek, cacat rahim, hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia
berat,

eklamsia),

ketuban

pecah

sebelum

waktunya,

kepala

hiperekstensi, gawat janin, pertumbuhan janin terlambat berat,


perematuritas, nulipara (primitua/infertil/ presentasi kaki), kemajuan
persalinan terganggu, kontraindikasi pervaginam (bekas operasi,
fistula), nilai Zatuchni-Andros kurang atau sama dengan 3.
Skor Zatuchni-Andros11
Nilai
1

Keterangan

Paritas
Umur kehamilan
Taksiran
berat

Nulipara
>39 minggu
>3630 g

Multipara
38 minggu
3629 3176 g

<37 minggu
<3175 g

janin
Pernah presentasi

Belum pernah

Pernah 1 kali

Pernah 2 kali

bokong
Penurunan

<-3

-2

-1 atau lebih rendah

(station)
Pembukaan

<2 cm

3 cm

> 4 cm

Tindakan : - Skore < 3 : sectio caesarea,


- Skore 4

: Reevaluasi, jika tetap 4, lakukan sectio caesarea,

- Skore 5 : Pervaginam

13

B. ANTE PARTUM HEMORAGIK


Perdarahan ante partum adalahperdarahanjalanlahirpadakehamilan22
minggu atau lebih Beberapa penulis membuat batasan masa kehamilan yang
berbeda. WHOmemberikanbatasan29minggukehamilanataulebih.Penulis
lainmemberikanbatasanpadaminggu203,5,6,7,8
Insiden perdarahan antepartum sekitar 3%. Perdarahan yang terjadi
umumnyalebihberbahayadibandingkanperdarahanpadaumurkehamilankurang
dari 28 minggu karena biasanya disebabkan faktor plasenta; perdarahan dan
plasentabiasanyahebatdanmengganggusirkulasiO2,CO2 dannutrisidariibu
kejanin5,6.
Penyebabutamaperdarahanantepartumyaituplasentapreviadansolusio
plasenta;penyebablainnyabiasanyaberasaldarilesilokalpadavagina/servik.
Setiappasienperdarahanantepartumharusdikelolaolehspesialis.Pemeriksaan
dalam merupakan kontra indikasi kecuali dilakukan di kamar operasi dengan
perlindunganinfusatautranfusidarah5,7.
USG sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk membantu
diagnosis.BilaplasentapreviadapatdisingkirkandenganpemeriksaanUSGdan
pemeriksaan dengan spekulum dapat menyingkirkan kelainan lokal pada
servik/vagina maka kemungkinan solusio plasenta harus dipikirkan dan
dipersiapkanpenanganannyadenganseksama3.
Diagnosis banding untuk perdarahan antepartum dapat dilihat tabel
dibawahini8.
Gejala dan tanda umum
Perdarahan tanpa
nyeri, usia gestasi >22
minggu.
Darah segar atau
kehitam dengan

Predisposisi
Grande
Multipara.

Penyulit Lain
Syok
Perdarahan

Diagnosa
Placenta
Previa.

setelah koitus.
Tidak ada
kontraksi uterus.
14

kebekuan.
Perdarahan dapat

Bagian terendah

terjadi setelah miksi,

janin, tidak

defekasi, aktivitas

masuk pintu atas

fisik, dan kontraksi

panggul.

Broxton Hick atau

Kondisi janin

Koitus.

normal atau
gawat janin.

15

C. PLASENTA PREVIA
1. Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana implantasi terletak pada atau di
dekat serviks (ostium internum)

1,3,5,6,7,8,9

. Istilah ini menggambarkan

hubungan anatomik antara letak plasenta dan segmen bawah uterus 10.
2. Faktor Predisposisi :
Faktor predisposisi plasenta previa yaitu multiparitas dan umur lanjut
(> 35 tahun), defek vaskularisasi desicua oleh peradangan dan atrofi,
cacat/jaringan parut pada endometrium oleh bekas-bekas pembedahan
(SC, kuret, dan lain-lain), khorion leve persistens, korpus luteum bereaksi
terlambat, konsepsi dan nidasi terlambat, plasenta besar pada hamil ganda
dan eritropblastosis atau hidrops fetalis.1
3. Klasifikasi Klinis

Klasifikasi klinis dari plasenta previa antara lain (a) Plasenta previa
totalis, dimana ostium internum servisis tertutup sama sekali oleh jaringan
plasenta; (b) Plasenta Previa parsialis, dimana ostium internum tertutup
sebagian oleh jaringan plasenta; (c) plasenta marginalis, dimana tepi
placenta terletak pada bagian bagian pinggir ostium internum; (d) plasenta
letak rendah : placenta tertanam dalam segmen bawah uterus, sehingga
tepi placenta sebenarnya tidak mencapai ositum internum tetapi terletak
sangat berdekatan dengan ostium tersebut (3-4 diatas pembukaan). 1,5,7
Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan
fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu 7.
4. Insidens
Satu di antara 125 persalinan terdaftar (0,8%) di RSCM Jakarta pada
tahun 1971 - 1975, sedangkan di RS Dr. Pirngadi Medan 2,64% atau 1
diantara 38 persalinan1.

16

5. Gejala Klinis
Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa
nyeri dan biasanya berulang (painless, causeless, recurrent bleeding),
darahnya berwarna merah segar; bagian terdepan janin tinggi (floating),
sering dijumpai kelainan letak janin; perdarahan pertama (first bleeding)
biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam
sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit, perdarahan
berikutnya (recurrent bleeding) biasanya lebih banyak; janin biasanya
masih baik.1,7,10
6. Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas, gejala klinis, pemeriksaan ultrasonografi
(USG), serta periksa dalam di atas meja operasi3.
7. Pengaruh Plasenta Previa terhadap Kehamilan dan Partus
Pada plasenta previa karena dihalangi oleh plasenta maka bagian
terbawah janin tidak terfiksir kedalam pintu atas panggul sehingga dapat
terjadi kesalahan letak janin (letak sungsang, letak lintang dan lain-lain).
Baik pada jenis total maupun parsial, pelepasan spontan plasenta dengan
derajat tertentu merupakan konskuensi yang tidak dapat dihindari akibat
pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi serviks. Pelepasan
plasenta akan disertai dengan pendarahan akibat pembuluh darah yang
pecah11. Pengaruh plasenta previa terhadap partus yaitu, letak janin yang
tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi patologik; bila pada
plasenta previa parsialis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat terjadi
prolaps funikuli; sering di jumpai inersia primer; perdarahan 6.
8. Penanganan
Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada kehamilan
trimester ke tiga, dirawat di rumah sakit tanpa dilakukan periksa dalam
(toucher vagina). Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan yang
17

banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian


infus atau transfusi darah 3.
Selanjutnya penanganan plasenta previa tergantung kepada keadaan
umum pasien, kadar Hb jumlah perdarahan yang terjadi, umur
kehamilan/taksiran BB janin, jenis plasenta previa, paritas dan kemajuan
persalinan3.
1. Penanganan Ekspektatif
Kriteria penanganan ekspektatif yaitu umur kehamilan kurang dari
37 minggu, perdarahan sedikit, belum ada tanda-tanda persalinan,
keadaan umum pasien baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih3,8
Rencana penanganan pada penanganan ekspektatif adalah dengan
istirahat baring mutlak; infus Dextrose 5% dan elektrolit; spasmolitik,
tokolitik, plasentotropik, roboransia; periksa Hb, HCT, COT, golongan
darah, pemeriksaan USG, awasi perdarahan terus menerus, tekanan
darah (tensi), nadi dan denyut jantung janin; apabila ada tanda-tanda
plasenta previa, tergantung keadaan, pasien dirawat sampai kehamilan
37 minggu, selanjutnya penanganan secara aktif
2. Penanganan Aktif
Kriteria penanganan aktif antara lain umur kehamilan (masa
gestasi) >37 minggu, BB janin >2500 gram; perdarahan banyak, 500 ml
atau lebih; ada tanda-tanda persalinan; keadaan umum pasien tidak
baik, ibu anemik, Hb < 8%.3,8
Untuk

menentukan

tindakan

selanjutnya,

SC

atau

partus

pervaginam, dilakukan pemeriksaan dalam (VT) di kamar bedah,


infus/tranfusi darah sudah dipasang. Umumnya dilakukan SC. Partus
pervaginam dilakukan pada plasenta previa marginalis dan atau anak
sudah meninggal. Tetapi bila perdarahan banyak, segera dilakukan SC.

18

Tindakan versi Braxton Hicks dengan pemberat atau pemasangan


cunam Willet-Gausz dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan
(kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terbadap plasenta)
hanya dilakukan pada keadaan darurat, anak masih kecil atau sudah mati,
dan tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi 3
9. Komplikasi :
Komplikasi plasenta previa antara lain perdarahan dan syok,
infeksi, laserasi serviks, plasenta akreta, prolaps tali pusat, prolaps
plasenta, bayi prematur atau lahir mati3,7
10. Prognosis
Dengan adanya fasilitas diagnose dini (USG), transfusi darah, tehnik
anestesi dan operasi yang baik dengan indikasi sectio caecarea yang lebih
liberal, prognosis ibu cukup baik. Prognosis kurang baik jika penolong
melakukan VT di luar rumah sakit dan mengirim pasien sangat terlambat
dan tanpa infus. 3
Dengan antibiotik, transfusi darah yang cukup, penanganan
persalinan baik pervaginam maupun perabdominal (seksio sesaria) yang
tepat akan memberikan prognosis yang baik untuk ibu. 7
Mortalitas perinatal yang terkait dengan placenta previa sekitar 1520 % atau sekitar 10 kali dari kehamilan normal. Penanganan obstetrik dan
perawatan neonatal yang baik dapat dapat menurunkan angka mortalitas
tersebut. 3,7

19

BAB III
ANALISIS KASUS
Kasus Ny. S, seorang sekundigravida hamil aterm umur 44 tahun dan
dengan usia kehamilan 38 minggu. Pasien datang sendiri ke Rumah Sakit setelah
kontrol ke dokter kandungan dan dinyatakan plasenta previa. Pada saat anamnesis
didapatkan riwayat perdarahan pada umur kehamilan 32 minggu. Kemudian
dilakukan USG, pada USG tampak janin tunggal, intra uterine, punggung kanan,
presentasi bokong, memanjang, denyut jantung janin (+) dengan FB: BPD 91, AC
362, FL 71, EFBW 3300 gr. Plasenta insersi di segmen bawah rahim menutupi
OUI grade III, air ketuban kesan cukup. Kelainan kongenital mayor tidak tampak.
Kesan saat ini janin dalam keadaan baik. Dari anamnesis dan pemeriksaan
penunjang, dapat ditegakkan diagnosis sebagai plasenta previa.
Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun
kerusakan dari endometrium dan gangguan vaskularisasi desidua yang terjadi
pada tindakan sectio caesarea pada pasien Ny. S 7 tahun yang lalu dianggap
sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta
previa pada kehamilan berikutnya. Plasenta previa yang terjadi dapat mengurangi
luas ruangan dalam rahim sehingga menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu
atas panggul sehingga terjadi presentasi bokong pada kasus ini.
Pada pasien Ny. S diketahui adanya presentasi bokong dengan
pemeriksaan Leopold, di mana pada pemeriksaan Leopold I ditemukan bagian
besar dan keras janin (kepala) sedangkan di Leopold III teraba bagian besar lunak
(bokong). Hal ini menjadi petunjuk bahwa janin terletak memanjang atau
membujur dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum
uteri.
Pada kehamilan presentasi bokong, persalinan dilakukan perabdominal
apabila ada penyulit yang menyertai. Penyulit yang dimaksud antara lain adalah
riwayat obstetri ibu yang jelek, primigravida tua, adanya riwayat infertilitas,
kepala janin yang defleksi, ketuban pecah dini, serta sebab letak sungsang adalah
karena kelainan pada jalan lahir (tumor jalan lahir, panggul sempit, plasenta
20

previa dan sebagainya). Pada kasus ini, penyulit presentasi bokong yang
merupakan indikasi untuk dilakukan tindakan seksio sesaria adalah adanya
plasenta previa dan riwayat seksio sesaria 7 tahun yang lalu.
Pada kasus ini, penatalaksanaan dilakukan secara aktif, yaitu dilakukan
sectio caecarea dengan pertimbangan umur kehamilan > 37 minggu dan berat
badan janin > 2500 gr, serta adanya presentasi bokong serta riwayat seksio sesaria
7 tahun yang lalu.

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F.G. et al. 2007. Williams obstetricks, 21sted, McGraw-Hill


Companies
2. Notobroto dan Hari Basuki, 2002. Insidensi Anemia Kehamilan, Faktor
yang Mempengaruhi dan Pengaruhnya Terhadap Terjadinya Komplikasi
Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Airlangga University Library, Surabaya
3. GS Gozali dan S. Gunardi, Plasenta, Tali Pusat, Selaput Janin dan Cairan
Amnion. Kuliah Embriologi FK UI. Jakarta
4. Anonim, 2004. Protap Pelayanan Profesi kelompok Staf Medis
Fungsional Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Moewardi, 2004. Surakarta
5. Derek LJ, 2002. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi (alih bahasa:
Hadyanto). Hipokrates. Jakarta
6. H. Wiknjosastro, 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
7. Abdul Bari Saifudin, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta
8. Suyono, Y.J., 2007, Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi, edisi 6,
Hipokrates, Jakarta
9. Saifuddin, B.A., 2007, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal, JNNPKKR-POGI bekerjasama dengan Yayasan
bina pustaka sarwono prawiroharjo, Jakarta
10. Winknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta:Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
11. Zatuchni G.I, Prognostic index for vaginal delivery in breech presentation
at term. Am J obstet Ginecol, 1965, 98: 854-7

22

Você também pode gostar