Você está na página 1de 15

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI

Filed under: manajemen by Adik 7 Komentar


20/01/2009
Dalam pengambilan keputusan investasi, opportunity cost memegang peranan yang
penting. Opportunity cost merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang
dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif tertentu. Misalnya dalam penggantian
mesin lama dengan mesin baru, harga jual mesin lama harus diperhitungkan dalam
mempertimbangkan investasi pada mesin baru.
Dalam prinsip akuntansi yang lazim, biaya bunga modal sendiri tidak boleh
diperhitungkan sebagai biaya. Dalam pengambilan keputusan investasi, biaya modal
sendiri justru harus diperhitungkan.
Analisis biaya dalam keputusan investasi lebih dititikberatkan pada aliran kas, karena saat
penelimaan kas dalam investasi memilki nilai waktu uang. Satu rupiah yang diterima
sekarang lebih berharga dibandingkan dengan satu rupiah yang diterima di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, meskipun untuk perhitungan laba perusahaan, biaya
diperhitungkan berdasarkan asas akrual, namun dalam perhitungan pemilihan investasi
yang memperhitungkan nilai waktu uang, biaya yang diperhitungkan adalah biaya tunai.
PAJAK PENGHASILAN
Karena keputusan investasi didasarkan pada aliran kas, maka pajak atas laba merupakan
unsur informasi penting yang ikut dipertimbangkan dalam perhitungan aliran kas untuk
pengambilan keputusan investasi. Jika suatau usulan investasi diperkirakan akan
mengakibatkan penghematan biaya atau tanbahan pendapatan, maka disisi lain akan
mengakibatkan timbulnya laba diferensial, yang akan menyebabkan tambahan pajak
penghasilan yang akan dibayar oleh perusahaan. Oleh karena itu dalam memperhitungkan
aliran kas keluar dari investasi, perlu diperhitungkan pula tambahan atau pengurangan
pajak yang harus dibayar akibat adanya penghematan biaya atau penambahan pendapatan
tersebut dan sebaliknya.
KRITERIA PENILAIAN INVESTASI
Dalam pemilihan usulan investasi, manajemen memerlukan informasi akuntansi sebagai
salah satu dasar penting untuk menentukan pilihan investasi. Informasi akuntansi
dimasukkan dalam suatu model pengambilan keputusan yang berupa kriteria penilaian
investasi untuk memungkinkan manajemen memilih investasi terbaik di antara alternatif
investasi yang tersedia.
Ada beberapa metode untuk menilai perlu tidaknya suatu investasi atau untuk memilih
berbagai macam alternatif investasi.
Pay back method
Average return on investment
Present value

Discounted cash flow (Internal Rate of Return)


Modified Internal Rate of Return (MIRR)
Profitability Index (PI)
Pay back Method
Dalam metode ini faktor yang menentukan penerimaan atau penolakan suatu usulan
investasi adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menutup kembali investasi. Oleh
karena itu, dengan metode ini setiap usulan investasi dinilai berdasarkan apakah dalam
jangka waktu tertentu yang diinginkan oleh manajemen , jumlah kas masuk atau
penghematan tunai yang diperoleh dari investasi dapat menutup investasi yang
direncanakan.
Investas

Pay back period =


Kas masuk bersih
Kelemahan pay back method:
1. Metode ini tidak memeperhitungkan nilai waktu uang.
2. Metode ini tidak memperlihatkan pendapatan selanjutnya setelah investasi pokok
kembali.
Kebaikan pay back method:
1. Untuk investasi yang besar resikonya dan sulit diperkirakan, maka metode ini dapat
mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi.
2. Metode ini dapat digunakan untuk menilai dua investasi yang mempunyai rate of
return dan resiko yang sama, sehingga dapat dipilih investasi yang jangka waktu
pengembaliannya paling cepat.
3. Metode ini merupakan alat yang paling sederhana untuk penilaian usulan investasi
PV Investasi
Pay back period =
PV Kas masuk bersih
Average Return on Investment
Metode ini sering disebut Financial statement method, karena dalam perhitungannya
digunakan angka laba akuntansi
Rata-rata Laba sesudah pajak
Rata-rata kembalian investasi =
Rata-rata investasi
Kriteria pemilihan investasi dengan metode ini adalah: Suatu investasi akan diterima jika
tarif kembalian investasinya dapat memenuhi batasan yang telah ditetapkan oleh
manajemen.
Kelemahan metode rata-rata kembalian investasi:
1. Belum memperhitungkan nilai waktu uang.

2. Menitik beratkan maslah akuntansi, sehingga kurang memperhatikan data aliran kas
dari investasi
3. Merupakan pendekatan jangka pendek.
Present Value Method
Teknik net present value (NPV) merupakan teknik yang didasarkan pada arus kas yang
didiskontokan. Ini merupakan ukuran dari laba dalam bentuk rupiah yang diperoleh dari
suatu investasi dalam bentuk nilai sekarang. NPV dari suatu proyek ditentukan dengan
menhitung nilai sekarang dari arus kas yang diperoleh dari operasi dengan menggunakan
tingkat keuntungan yang dikehendaki dan kemudian menguranginya dengan pengeluaran
kas neto awal.
NPV = present value dari arus kas operasi pengeluaran kas neto awal
At Io = nilai investasi atau outlays
NPV = -Io + At = aliran kas neto pada periode t
( 1 + r ) t r = diacount rate
t = umur proyek.
Jikalau NPV dari suatu proyek positif, hal ini berarti bahwa proyek tersebut diharapkan
akan menaikkan nilai perusahaan sebesar jumlah positif dari NPV yang dihitung dari
investasi tersebut dan juga bahwa investasi tersebut diharpkan akan menghasilkan tingkat
keuntungan yang lebih tinggi daripada tingkat keuntungan yang dikehendaki.
Discounted Cash Flows Method (IRR)
Pada dasarnya metode ini sama dengan metode present value, perbedaanya adalah dalam
present value tarif kembalian sudah ditentukan lebih dahulu, sedangkan dalam discounted
cash flow justru tarif kembalian yang dihitung sebagi dasar untuk menerima atau
menolak suatu usulan investasi. Penentuan tarif kembalian dilakukan dengan metode trial
and error, dengan cara sbb;
1. Mencari nilai tunai aliran kas masuk bersih pada tarif kembalian yang dipilih secara
sembarang di atas atau dibawah tarif kembalian investasi yang diharapkan.
2. Mengiterpolasikan kedua tarif kembalian tersebut untuk mendapatkan tarif kembalian
sesungguhnya.
Modified Internal Rate of Return (MIRR)
MIRR adalah suatu tingkat diskonto yang menyebabkan persent value biaya sama dengan
present value nilai terminal,dimana nilai terminal adalah future value dari kas masuk
yang digandakan dengan biaya modal.
Nilai terminal CIFt (1 + k ) n-t
PV Biaya = =
(1 + MIRR )n (1 + MIRR )n
dimana:

CIF t : aliran kas masuk pada periode t


MIRR : modified IRR
n : usia proyek
k : biaya modal proyek/tingkat keuntungan diinginkan
Nilai terminal : future value dari aliran kas masuk yang digandakan dengan biaya
modal/return diinginkan.
Profitability Index (PI)
PI adalah nilai tunai semua kas masuk yang diterima sesudah investasi awal dibagi
dengan investasi awal.
Nilai tunai penerimaan sesudah investasi awal
PI =
Investasi awal
Bila ada beberapa alternatif proyek, manajemen sebaiknya memilih proyek yang
memiliki PI lebih besar dari satu dan yang paling tinggi.
Penilaian Investasi dengan Umur (Usia) Ekonomis Berbeda
Untuk memilih usulan investasi yang memiliki umur ekonomis berbeda dapat
dilakukan dengan dua pendekatan: Chain method atau Replacement method dan
Equivalent annual cost.
Langkah-langkah chain method:
1. Mencari angka kelipatan persekutuan terkecil yang dapat dibagi oleh kedua umur
usulan investasi.
2. Menghitung present value biaya dari masing-masing usulan investasi
Langkah-langkah equivalent annual cost :
1. Menghitung present value dari biaya usulan investasi dengan discount rate tertentu.
2. Mencari annuity factor dari discounted rate yang digunakan untuk menghitung present
value investasi yang bersangkutan.
3. Membagi present value masing-masing usulan investasi (poin 1) dengan (poin 2).
4. Usulan investasi yang memiliki biaya ekuivalen tahunan terkecil merupakan usulan
yang dipilih.
Pengaruh Inflasi pd Capital Budgeting
Apabila laju inflasi cukup signifikan, maka perlu diperimbangkan dalam keputusan
capital budgeting.
Ada dua komponen yang terpengaruh oleh inflasi, yaitu aliran kas masuk dan tingkat
penghasilan (rate of return) atau cost of capital yang diinginkan. Oleh karena itu kedua
komponen tersebut perlu disesuaikan. Pedoman penyesuaiannya adalah sbb:

1. Kalikan indeks harga dengan aliran kas yang diukur berdasarkan nilai rupiah riil untuk
mendapatkan arus kas dengan nilai nominal.
2. Hitung tingkat penghasilan nominal :
(1 + tingkat inflasi ) ( 1 + tingkat penghasilan ) 1
Soal Konflik NPV dan IRR
Suatu perusahaan menghadapi dua pilihan investasi yang sifatnya mutually exclusive,
yaitu proyek A dan B. Perkiraan aliran kas neto untuk kedua usulan adalah sebagai
berikut:
Proyek Aliran kas neto per tahun (Rp)
Tahun 0 1 2 3 4
Proyek A (40.000.000) 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
Proyek B (40.000.000) 0 5.000.000 25.000.000 40.000.000
Apabila tingakt pengembalian yang disyaratkan 10%, buatlah keputusan manakah
investasi yang layak diterima jika dinilai dengan metoda NPV dan IRR.
Analisis Investasi Penggantian
Kasus 1
Suatu perusahaan sedang mempertimbangkan penggantian salah satu mesin produksinya
dengan mesin yang lebih baru dengan alasan untuk penghematan biaya (efisiensi). Mesin
lama mempunyai umur ekonomis 10 tahun dan telah digunakan selama 5 tahun.
Informasi tentang kedua mesin tersebut adalah sebagai berikut:
Mesin Lama Mesin Baru
Harga mesin Rp 160.000.000 Rp 210.000.000
Umur ekonomis 10 th 5 th
Nilai sisa Rp 10.000.000 Rp 20.000.000
Harga jual mesin lama Rp 95.000.000
Penghematan penggunaan mesin baru diperkirakan Rp 40.000.000 per tahun. Tingkat
keuntungan yang layak adalah Rp 20% dan tingkat pajak sebesar 30%. Apakah sebaiknya
perusahaan mengganti mesin lama dengan mesin baru dengan menggunakan metoda
NPV dan IRR.
Kasus 2
Suatu perusahaan sedang mempertimbangkan membeli mesin baru, yaitu mesinA dan
mesin B. Kedua mesin tersebut diharapkan memberikan return yang sama besar.
Spesifikasi kedua mesin adalah sebagai berikut:
Mesin A Mesin B
Harga beli Rp 100.000.000 Rp 80.000.000

Umur ekonomis 3 th 2 th
Biaya tunai per tahun Rp 30.000.000 Rp 36.000.000
Apabila discount rate yang diperhitungkan 10 % mesin mana yang akan dipilih.
Dampak Inflasi
Suatu perusahaan melakukan investasi pada jasa pengakutan. Investasi kendaraan senilai
Rp 500.000.000,- dengan umur ekonomis 5 tahun. Kendaraan tersebut didepresiasi
dengan garis lurus tanpa residu. Pendapatan rata-rata per tahun sebesar Rp 200.000.000,dan biaya tunai per tahun Rp 40.000.000,-. Tingkat keuntungan yang dianggap layak
adalah 14% dan pajak sebesar 20%.
a. Apakah investasi tersebut layak dilakukan apabila dengan kiteria NPV dan IRR
b. Apabila tingkat inflasi diestimasi 8% per tahun apakah investasi tesebut juga layak
dilakukan.
Soal Latihan:
1. Pada awal tahun 2000 manajemen PT Pantang Mundur merencanakan mengganti
mesin lama dengan mesin baru. Alasan penggantian ini didasarkan pertimbangan
penghematan biaya. Perbandingan biaya mesin lama dengan mesin baru dalam satu tahun
adalah sebagai berikut.
Keterangan Mesin Lama Mesin Baru
Biaya bahan bakar 40.000 lt (premium) Rp 40.000.000
Biaya bahan bakar 30.000 lt (solar) Rp 16.500.000
Biaya pemeliharaan dan operasional Rp 15.000.000 Rp 10.000.000
Harga beli mesin lama adalah Rp 100.000.000 dan akumulasi depresiasinya Rp
80.000.000,-. Taksiran harga jual mesin lama sebesar Rp 15.000.000,-. Harga beli mesin
baru ditaksir Rp 120.000.000 dengan umur ekonomis 10 tahun yang akan didepresiasi
dengan garis lurus tanpa nilai residu. Tingkat pajak yang berlaku 15% dan tingkat
keuntungan yang diharapkan 10%.
Diminta:
Berdasarkan data tersebut apakah rencana penggantian mesin dapat diterima.
2. PT Maju Terus mempertimbangkan untuk mengganti mesin A. Nilai buku mesin A
adalah Rp 4.000.000,- dan memiliki sisa umur ekonomis 4 tahun tanpa nilai residu. Bila
mesin A dijual pada saat sekarang, harga pasarnya sebesar Rp 1.000.000,-. Manajemen
PT Maju Terus tidak berani membeli mesin baru yang memiliki umur panjang mengingat
perkembangan teknologi yang peKsat. Oleh sebab itu manajemen PT Maju Terus
mempertimbangkan membeli mesin B yang memiliki umur ekonomis 4 tahun. Harga
mesin B Rp 10.000.000,- dengan nilai residu pada akhir tahun ke-4 sebesar Rp
1.000.000,- Dengan mesin baru biaya operasional per tahun Rp 7.000.000,- sedang
dengan mesin A Rp 10.000.000,- . Bila manajemen tetap menggunakan mesin A pada
akhir tahun ke-2 manajemen harus melakukan perbaikan besar yang diduga memerlukan

biaya Rp 2.000.000,-. Tingkat pajak yang berlaku 10% dan biaya penggunaan modal
sebesar 15%.
Diminta:
a. Berdasarkan data diatas apakah rencana penggantian mesin dapat diterima bila
digunakan kriteria investasi dengan net present value.
b. Apabila tingkat inflasi sebesar 10%, bagaimana pengaruhnya terhadap rencana
investasi tersebut.
3. Kasus Penggantian
PT Alya merencanakan mengganti mesin lama dengan mesin baru dengan alasan
penghematan. Mesin lama memiliki umur ekonomis 10 tahun dan saat ini masih dapat
digunakan 5 tahun lagi. Pajak penghasilan 20%. Metode depresiasi dengan garis lurus.
Informasi kedua mesin sebagai berikut:
Keterangan Mesin Lama Mesin Baru
Harga perolehan Rp 320.000.000 Rp 380.000.000
Umur ekonomis 10 tahun 5 tahun
Nilai sisa Rp 20.000.000 Rp 20.000.000
Harga jual Rp 210.000.000
Tingkat keuntungan yang dianggap layak 20%. Penghematan penggunaan mesin baru
sebesar Rp 80.000.000 per tahun.

Keputusan Investasi
Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang, sehingga keputusan
yangakandiambilharusdipertimbangkandenganbaik,karenamempunyaikonsekuensi
berjangka panjang pula. Keputusan investasi sering disebut sebagaicapital
budgetingyaknikeseluruhanprosesperencanaandanpengambilankeputusanmengenai
pengeluaran dana yang jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun.
Perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena beberapa hal :
(Sutrisno,2007:121122)
a.danayangdikeluarkanuntukkeperluaninvestasisangatbesar,danjumlahdanayang
besar tersebut tidak bisa diperoleh kembali dalam jangka pendek atau diperoleh
sekaligus;
b.danayangdikeluarkan akanterikat dalam jangkapanjang, sehinggaperusahaanharus
menungguselamajangkacukuplamauntukmemperolehdanatersebut;
c.keputusaninvestasimenyangkutharapanterhadaphasilkeuntungandimasayangakan
datang. Kesalahan dalam mengadakan peramalan akan dapat mengakibatkan
terjadinyaoveratauunderinvestment,yangakhirnyaakanmerugikanperusahaan;
d.keputusaninvestasijangkaberjangkapanjang,sehinggakesalahandalampengambilan
keputusan akan mempunyai akibat yang panjang dan berat, serta kesalahan dalam
keputusaninitidakdapatdiperbaikitanpaadanyakerugianyangbesar.

Adabeberapaalatanalisaataumetodedalamkeputusaninvestasi.Metodeyangsering
digunakanantaralain:
a.MetodeNetPresentValue
Net Present valueadalah selisih antara nilai sekarang daricash flowdengan nilai
sekarang dari investasi. Dengan metode ini pertama yang harus dilakukan adalah
menghitungpresent valuedari penerimaan dengan tingkatdiscount ratetertentu,
kemudian dibandingkan denganpresent valuedari investasi. Keputusan dari penilaian
denganmetodeinibilaselisihantaraPVdaricashflowlebihbesarberarti nilaiNPV
bernilaiposotif,artinyainvestasiyangdijalankanlayak,dansebaliknyaapabilaselisih
PVdaricashflowlebihkecildibandingdenganPVinvestasi,makainvestasidipandang
tidaklayak
b.MetodePaybackPeriod
Payback periodadalah suatu metode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaraninvestasidenganmenggunakanalirankasyangditerima,ataudengankata
lain bahwapayback perioddigunakan untuk mengukur lamanya dana investasi yang
ditanamkankembalisepertisemula.
c.MetodeProfitabilityIndex
Metode ini menghitung perbandingan antarapresent valuedari penerimaan
denganpresent valuedari investasi. BilaProfitability Indexlebih besar dari 1 maka
proyekinvestasilayakuntukdijalankan.
d.MetodeAverageRateofReturn
Metode ini mengukur seberapa besar tingkat keuntungan dari investasi. Metode ini
menggunakan dasar laba akuntansi, sehingga angka yang dipergunakan adalah laba
setelahpajakdibagidenganrataratainvestasi.
e.MetodeInternalRateofReturn
Internal Rate of returnatauYielduntuk suatu investasi adalah tingkat bunga yang
menyamakanpresentvaluearuskaskeluardanpresentvaluearuskasmasuk
Contohperhitungan(Husnan:2000,140145)
Perusahaan taxi akan membuka devisi baru, dimulai dengan membeli 50 buah taxi
denganharga30.000.000perunit.Ditaksirusiaekonomisselama4tahundengannilai
sisasebesar4.000.000.Penyusutandenganmetodegarislurus.Taxitersebutrencananya
akandioperasikanselamasetahunfull(asumsi300hari)dansetiapharipengemudiakan
dikenakansetoran50.000perhari.Berbagaibiayayangbersifattunaiditaksirsebesar
3.000.000.Pajakpenghasilanyangdikenakan35%.Asumsitingkatbungayangrelevan
sebesar16%.
Penghasilan300harix50taxixRp.50.000=
Biayabiaya
a).bersifattunai50x3jt=150.000.000

750.000.000

b).penyusutan50x6,5jt=

325.000.000

475.000.000

Labaoperasi(EBT)=

275.000.000

Pajak35%=

96.250.000
Labasetelahpajak(EAT)=178.750.000
Taksirankasmasukbersih=EAT+depresiasi
=178.750.000+325.000.000
=503.750.000
a.MetodeNPV
Thn
1
2
3
4

Cash Flow
Rp 503.750.000
Rp 503.750.000
Rp 503.750.000
Rp 503.750.000
Rp 200.000.000
Total PV Cash Flow
PV of Investasi
Net Present Value

Df
PV of Cash Flow
0,862 Rp
434.267.241
0,743 Rp
374.368.312
0,641 Rp
322.731.303
0,552 Rp
278.216.641
0,552 Rp
110.458.220
Rp 1.520.041.716
Rp 1.500.000.000
Rp
20.041.716

Kesimpulan:
KarenanilaiNPVpositifmakainvestasitersebutditerima
b.MetodePaybackPeriod
1
2
PVKasMasuk
PVInvestasi
Sisa

Rp503.750.000
Rp503.750.000
Rp1.007.500.000
Rp1.500.000.000
Rp492.500.000

Karenatahunke3diharapkaninvestasitersebutmenghasilkanRp.503.750.000maka
kekurangansebesarRp.492.500.000diharapkanakankembalidalamjangkawaktu:
=(Rp.492.500.000/Rp.503.750.000)x12bulan
=11,73bulan
Dengandemikianperiodepaybacknya=2tahun,11,73bulan
c.MetodeProfitabilityIndex
Profitabilityindex=PVKasMasuk/PVKasKeluar
=Rp.1.520.041.716/Rp.1.500.000.000
=1,013

d.MetodeAverageRateofReturn
AverageRateofReturn=(rataratakasmasukbersih/rataratainvestasi)x100%
=(Rp.503.750.000/Rp.850.000.000)x100%
=59,26%
e.MetodeInternalRateofReturn
1
2
3
4

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

16%
503.750.000 0,862069 Rp
434.267.241
503.750.000 0,743163 Rp
374.368.312
503.750.000 0,640658 Rp
322.731.303
503.750.000 0,552291 Rp
278.216.641
200.000.000 0,552291 Rp
110.458.220
PV Kas Masuk Rp 1.520.041.716
PV Investasi Rp 1.500.000.000
NPV Rp
20.041.716

17%
0,854701 Rp
0,730514 Rp
0,624371 Rp
0,53365 Rp
0,53365 Rp
Rp
Rp
Rp

430.555.556
367.996.201
314.526.668
268.826.212
106.730.010
1.488.634.646
1.500.000.000
(11.365.354)

Dengantrialanderror
i
16%
17%
1%

PVKasMasuk
Rp1.520.041.716
Rp1.488.634.646
Rp31.407.070

=(Rp20.041.716/Rp.31.407.070)x1%
=0,62%
I=16%+0,62%
I=16,62%
Sumber:
1.Husnan,Suad.2000.ManajemenKeuanganTeoridanPenerapannya(KeputusanJangka
Panjang),Buku1,Edisi4,BPFEYogyakarta.
2.Sutrisno. 2007. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi, Cetakan Kelima,
PenerbitEkonisiaYogyakarta

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PENGADAAN TRONTON


PADA PT TATA SURYA

Perusahaan mempunyai rencana untuk melakukan perluasan usaha dengan menambah


divisi baru, yaitu divisi darat atau divisi tronton dengan mengadakan tronton. Dengan
pengadaan tronton ini perusahaan dapat meningkatkan kualitas dari pelayanan jasa
mereka dalam hal kecepatan produksi dan dapat memperluas pangsa pasar yang belum
terjangkau maka perusahaan perlu mengadakan divisi baru. Untuk mengadakan tronton
memerlukan dana yang cukup besar sehingga memerlukan suatu studi kelayakan secara
mendalam dan penuh kehati-hatian. Penelitian ini diperlukan untuk mengkaji studi
kelayakan bisnis atau proyek dari 7 aspek, yaitu aspek hukum, aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan organisasi, aspek ekonomi dan sosial,
aspek AMDAL, dan yang terpenting aspek keuangan dimana didalam aspek keuangan ini
terdapat 5 analisis untuk penilaian kelayakan. 5 analisis yang digunakan untuk penilaian
kelayakan investasi tersebut antara lain metode
Payback Period
(PP), metode
Net Present Value
(NPV), metode
Internal Rate of Return
(IRR), metode
Average Rate of Return
(ARR), dan metode Profitabilitas Indek (PI). Setelah kelima analisis tersebut
menunjukkan kelayakan suatu investasi baik dilihat dari sisi perhitungan analisis dan sisi
keinginan investor, maka langkah terakhir dari penilaian kelayakan investasi pengadaan
tronton ini adalah menganalisis keputusan pembiayaan investasi dangan metode atau
rumus
Net Advantage of Leasing
(NAL). Sedangkan untuk analisis non keuangan (aspek hukum, aspek pasar, sampai
dengan aspek AMDAL) digunakan metode deskriptif kualitatif. Datadata penelitian
diperoleh dari interview dengan pihak perusahaan, dan observasi lapangan atau
pelabuhan, serta dengan studi keperpustakaan untuk data pendukung. di keperpustakaan
untuk data pendukung. Hasil penilaian kelayakan investasi pengadaan tronton (asumsi
moderat) yakni: PP = 3 tahun 7 bulan 12 hari (dibawah umur ekonomis), NPV = Rp
285,472,127 (positif), IRR = 31.32% (diatas DF /
Discount Factor
), ARR = 61% (diatas DF), dan PI = 4.1 (diatas 1). Dari kelima analsis menunjukkan
investasi pengadaan tronton ini layak untuk. Begitu pula dengan keinginan investor dari
investasi yang mengharapkan 5 tahun balik modal dan mendapat keuntungan 20%, hasil
perhitungan menunjukkan layak. Setelah itu dari perhitungan pembiayaan investasi NAL
= Rp (17,150,615) (negatif), jadi tronton sebaiknya tidak diperoleh dengan leasing
melainkan menggunakan pinjaman.

ANALISIS FUNDAMENTAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


INVESTASI PADA SAHAM BIASA PT. TELKOM TBK.
Abstraksi
Analisis Fundamental adalah analisis yang berbasis pada berbagai data riil
untuk mengevaluasi atau memproyeksikan nilai dari suatu saham dengan
menggunakan data-data keuangan, seperti pendapatan, laba, pertumbuhan,
imbal
hasil atau pengambilan atas ekuitas ( return on equity), margin laba,dan lain-lain
sebagai sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan
perusahaan dimasa akan datang.
Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi
investor
dan calon investor dalam melakukan analisis fundamental, atau posisi dan arah
perusahaan.
Analisis rasio mampu menjelaskan suatu kondisi keuangan yang dipakai sebagai
dasar perbandingan dari waktu ke waktu. Untuk itu penulis ingin mengetahui
rasio
likuiditas, rasio laverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio saham.
Dengan melakukan perhitungan dan menganalisis data PT. Telkom Tbk. maka
penulis mengambil kesimpulan bahwa perusahaan tersebut memiliki kondisi
keuangan yang baik. Kemudian penulis melakukan analisis sekuritas dengan
mengambil kesimpulan bahwa saham biasa PT. Telkom Tbk. Undervalued yang
artinya harga saham tersebut terlalu murah, oleh karena itu layak dibeli ( Buy )
oleh Calon investor, atau bagi investor sebaiknya menahan ( Hold ) saham
tersebut untuk menghindari capital lose.

Analisa Pola Investasi PT. Telkom Studi Kasus: STKB-N Surabaya


Master Theses from JBPTSBMITB / 2006-04-07 09:25:09
Oleh : Hanarso, Institut Teknologi Bandung
Dibuat : 2006-04-07, dengan 0 file
Keyword : Strategi Perusahaan, Bagi Hasil, Tradisional
Kepala Subjek : Investment
Nomor Panggil (DDC) : 332.6/MM 023
Tingginya tingkat pertumbuhan pembangunan sarana komunikasi di PT.TELKOM yang
memerlukan dana yang besar, jelas tidak akan dapat menggunakan dana perusahaan yang
terbatas. Dengan demikian perlu adanya pinjaman modal dari luar perusahaan atau
mengikut sertakan peran swasta sebagai pemilik modal. Dalam mengantisipasi kondisi
perusahaan yang demikian, pola investasi yang akan dipilih oleh perusahaan menjadi

faktor penentu keberhasilan pembangunan di PT.TELKOM. Oleh karena itulah maka


perlu adanya analisa pola investasi untuk dapat menentukan mana yang terbaik bagi
perusahaan.
Untuk menganalisa pola investasi di PT.TELKOM, di dalam masalah ini diambil sebagai
bahan untuk pembahasan adalah STKB-N Surabaya. Pengambilan tersebut karena banyak
investor yang tertarik untuk turut berperan serta dalam membangun sarana tersebut.
Kebutuhan masyarakat terhadap sarana komunikasi yang lebih modern, nyaman,
menarik, dapat digunakan dimana saja, dan terbatasnya sarana telepon, merupakan
peluang yang akan dimanfaatkan dalam rencana usaha pembangunan STKB-N Surabaya.
Permintaan akan unit satuan sambungan telepon (SST) untuk STKB-N Surabaya
diperkirakan cukup tinggi. Berdasarkan data, untuk daerah Surabaya dan Malang, daftar
tunggu telepon adalah sekitar 50.000 SST. Dengan asumsi 2 % dari daftar tunggu tersebut
pindah pembeli STKB-N ditambah dengan lainnya, diramalkan setiap tahunnya dapat
dijual sebanyak 2000 SST. STKB-N Surabaya. Sehingga dengan kapasitas sebanyak 6000
SST, akan terjual habis selama 3 (tiga) tahun. Dari beberapa itiacam pola investasi yang
umum berlaku, diadakan analisa untuk menentukan beberapa alternatif pola investasi
yang pantas untuk diterapkan pada PT.TELKOM. Berdasarkan analisa tersebut,
dihasilkan 3 (tiga) alternatif yang dapat diterapkan dalam pendirian STKB-N Surabaya,
yaitu Pola Tradisional, Pola Bagi Hasil dan Pola Swasta Murni. Ketiga alternatif tersebut
kemudian dianalisa baik secara kuantitatif yang berupa analisa finansial, dan kualitatif
yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan dan strategi perusahaan. Pada Pola
Tradisional dengan seluruh hasil pendapatan untuk PT.TELKOM, terlihat bahwa IRR
yang dihasilkan cukup tinggi yaitu sebesar 39,36 % dan Payback Period selama 4,80
tahun dengan bunga pinjaman sebesar 20 %.
Sedangkan pada Pola Bagi Hasil dengan pembagian persentase pendapatan pulsa dan
sewa bulanan 56 % untuk investor dan 44 % untuk PT.TELKOM, perhitungan usaha /
bisnis menghasilkan IRR sebesar 31,23 % dan Payback Period selama 8,34 tahun dengan
interest factor sama dengan MARR yaitu 29 %. Dan ditinjau dari sisi Investor, dengan
IRR = MARR = 29 % diharapkan cukup menarik. Pada Pola Swasta Murni dengan
pembagian persentase pendapatan pulsa dan sewa bulanan sebesar 50 % untuk investor
dan 50 % untuk PT.TELKOM, dihasilkan IRR sebesar 29,02 % dan Payback Period
selama 14,86 tahun. Sedangkan bunga kredit untuk Pola Bagi Hasil dan Pola Swasta
Murni sebesar 24 %. Secara kuantitatif, berdasarkan perhitungan analisa inkremental,
Pola Investasi yang paling menguntungkan PT.TELKOM adalah Pola Swasta Murni,
disusul Pola Bagi Hasil dan yang terakhir adalah Pola Tradisional.
Namun demikian, dengan keterbatasan sumber daya finansial maupun sumber-surrtber
daya lainnya serta adanya peraturan-peraturan yang mempengaruhi baik eksternal
maupun internal. Di dalam kondisi saat ini, alternatif pola investasi yang sebaiknya
diambil oleh PT.TELKOM adalah Pola Bagi Hasil. Dan untuk tahap selanjutnya apabila
memungkinkan dapat diterapkan Pola Swasta Murni.
Untuk menentukan pola investasi yang akan diterapkan, sangat tergantung pada pihak
manajemen perusahaan. Walaupun demikian, dalam masalah ini disarankan kepada
PT.TELKOM untuk kondisi saat ini, sebaiknya memilih Pola Bagi Hasil dan memulai
terobosan kearah pola investasi dengan sistem Pola Swasta Murni. Dan selama masih ada
peluang untuk bekerjasama dengan Investor, sebaiknya tidak menggunakan Pola
Investasi Tradisional.

Deskripsi Alternatif :
Tingginya tingkat pertumbuhan pembangunan sarana komunikasi di PT.TELKOM yang
memerlukan dana yang besar, jelas tidak akan dapat menggunakan dana perusahaan
yang terbatas. Dengan demikian perlu adanya pinjaman modal dari luar perusahaan
atau mengikut sertakan peran swasta sebagai pemilik modal. Dalam mengantisipasi
kondisi perusahaan yang demikian, pola investasi yang akan dipilih oleh perusahaan
menjadi faktor penentu keberhasilan pembangunan di PT.TELKOM. Oleh karena itulah
maka perlu adanya analisa pola investasi untuk dapat menentukan mana yang terbaik
bagi perusahaan.
Untuk menganalisa pola investasi di PT.TELKOM, di dalam masalah ini diambil sebagai
bahan untuk pembahasan adalah STKB-N Surabaya. Pengambilan tersebut karena
banyak investor yang tertarik untuk turut berperan serta dalam membangun sarana
tersebut. Kebutuhan masyarakat terhadap sarana komunikasi yang lebih modern,
nyaman, menarik, dapat digunakan dimana saja, dan terbatasnya sarana telepon,
merupakan peluang yang akan dimanfaatkan dalam rencana usaha pembangunan STKBN Surabaya. Permintaan akan unit satuan sambungan telepon (SST) untuk STKB-N
Surabaya diperkirakan cukup tinggi. Berdasarkan data, untuk daerah Surabaya dan
Malang, daftar tunggu telepon adalah sekitar 50.000 SST. Dengan asumsi 2 % dari
daftar tunggu tersebut pindah pembeli STKB-N ditambah dengan lainnya, diramalkan
setiap tahunnya dapat dijual sebanyak 2000 SST. STKB-N Surabaya. Sehingga dengan
kapasitas sebanyak 6000 SST, akan terjual habis selama 3 (tiga) tahun. Dari beberapa
itiacam pola investasi yang umum berlaku, diadakan analisa untuk menentukan
beberapa alternatif pola investasi yang pantas untuk diterapkan pada PT.TELKOM.
Berdasarkan analisa tersebut, dihasilkan 3 (tiga) alternatif yang dapat diterapkan dalam
pendirian STKB-N Surabaya, yaitu Pola Tradisional, Pola Bagi Hasil dan Pola Swasta
Murni. Ketiga alternatif tersebut kemudian dianalisa baik secara kuantitatif yang berupa
analisa finansial, dan kualitatif yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan dan
strategi perusahaan. Pada Pola Tradisional dengan seluruh hasil pendapatan untuk
PT.TELKOM, terlihat bahwa IRR yang dihasilkan cukup tinggi yaitu sebesar 39,36 %
dan Payback Period selama 4,80 tahun dengan bunga pinjaman sebesar 20 %.
Sedangkan pada Pola Bagi Hasil dengan pembagian persentase pendapatan pulsa dan
sewa bulanan 56 % untuk investor dan 44 % untuk PT.TELKOM, perhitungan usaha /
bisnis menghasilkan IRR sebesar 31,23 % dan Payback Period selama 8,34 tahun
dengan interest factor sama dengan MARR yaitu 29 %. Dan ditinjau dari sisi Investor,
dengan IRR = MARR = 29 % diharapkan cukup menarik. Pada Pola Swasta Murni
dengan pembagian persentase pendapatan pulsa dan sewa bulanan sebesar 50 % untuk
investor dan 50 % untuk PT.TELKOM, dihasilkan IRR sebesar 29,02 % dan Payback
Period selama 14,86 tahun. Sedangkan bunga kredit untuk Pola Bagi Hasil dan Pola
Swasta Murni sebesar 24 %. Secara kuantitatif, berdasarkan perhitungan analisa
inkremental, Pola Investasi yang paling menguntungkan PT.TELKOM adalah Pola
Swasta Murni, disusul Pola Bagi Hasil dan yang terakhir adalah Pola Tradisional.
Namun demikian, dengan keterbatasan sumber daya finansial maupun sumber-surrtber
daya lainnya serta adanya peraturan-peraturan yang mempengaruhi baik eksternal
maupun internal. Di dalam kondisi saat ini, alternatif pola investasi yang sebaiknya
diambil oleh PT.TELKOM adalah Pola Bagi Hasil. Dan untuk tahap selanjutnya apabila

memungkinkan dapat diterapkan Pola Swasta Murni.


Untuk menentukan pola investasi yang akan diterapkan, sangat tergantung pada pihak
manajemen perusahaan. Walaupun demikian, dalam masalah ini disarankan kepada
PT.TELKOM untuk kondisi saat ini, sebaiknya memilih Pola Bagi Hasil dan memulai
terobosan kearah pola investasi dengan sistem Pola Swasta Murni. Dan selama masih
ada peluang untuk bekerjasama dengan Investor, sebaiknya tidak menggunakan Pola
Investasi Tradisional.

Você também pode gostar