Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diare pada anak merupakan masalah kesehatan dengan angka kematian yang
masih tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun. Masalah ini memerlukan
penatalaksanaan yang tepat dan memadai. Secara umum penatalaksanaan diare akut
ditujukan untuk mencegah dan mengobati,dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit,
malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi
serta mengobati penyakit penyerta. Untuk memperoleh hasil yang baik makap engobatan
harus rasional.Sejak tahun 1992, secara umum, penyakit menular merupakan sebab dari
37,2% kematian, diantaranya 9,8% tuberkulosa, 9,2% infeksi saluran nafas dan 7,5%
diare. Namun untuk kelompok usia 1 4 tahun,diare merupakan penyebab kematian
terbanyak ( 23,2% ) sedangkanurutan ke dua (18,2%) penyebab kematian karena infeksi
saluran nafas.Dari data-data di atas menunjukan bahwa diare pada anak masihmerupakan
masalah yang memerlukan penanganan yang komprehensif danrasional. Terapi yang
rasional diharapkan akan memberikan hasil yangmaksimal, oleh karena efektif, efisien
dan biaya yang memadai. Yangdimaksud terapi rasional adalah terapi yang:
1) tepat indikasi,
2) tepatobat,
3) tepat dosis,
4) tepat penderita, dan
5) waspada terhadap efek samping obat.
Dari hasil pengamatan kami mendapatkan jumlah anak yang masuk RS Budi Mulia
Bitung dengan Gastroenteritis mencapai 49 anak padabulan Mei 19 Juni 2008.Sebagian
besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi.Banyak dampak yang dapat terjadi
karena infeksi saluran cerna antara lain:pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi danreabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasidan destruksi
pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi.Dan bila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Beberapa cara
penanganan dengan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit, pencegahan
dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dibeberapa
penelitian.Namun secara umum penanganan diare akut ditujukan
untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan
asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobatikausa dari diare yang spesifik,
mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk
melaksanakan terapi diaresecara secara komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan
secararasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang :
1) tepatindikasi,
2) tepat dosis,
3) tepat penderita,
4) tepat obat,
5) waspada terhadap efek samping.
Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek didasarkan
pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut
B. TUJUAN
a. tujuan umum
Memahami dan mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak dengan
penyakitakut dan infeksi Diare.
b. tujuan khusus
BAB II
TINJAUN MATERI
A. DEFINISI
-
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam
tinja (Suharyono, 1988: 51).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari
3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223).
Diare adalah keluarga tinja air dan elektrolit yang hebat, pada bayi volume tinja >
159/kg/24 jam pada umur 3 tahun, volume tinjanya sudah sama dengan volume orang
dewasa, volume lebih dari 200 g/24 jam (Behrman, 1999: 1354).
Diare adalah kehilangan cairan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali/lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi, 1987:
83).
Diare adalah buang air besar (defeksi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer,
2000: 470).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO, 1980).
B. ETIOLOGI
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
2) Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media
akut
(OMA),
transilitis/tonsilofaringitis,
bronkopneumonia,
ensefalitis
dan
sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat:
-
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar.
e. Faktor imunodefisiensi
f. Faktor obat-obatan, antibiotik
g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.
Cengeng
BB menurun
Turgor berkurang
TD menurun
Kesadaran menurun
Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa.
Suhunya tinggi
b. Gejala :
-
Lemas
Dehidrasi
Gelisah
Cengeng
Oliguria
Anuria
Rasa haus
D. PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input) merupakan
penyebab terjadinya kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik)
Asidosis metabolik terjadi karena:
a. Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosil kelaparan
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam tubuh.
c.
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare. Pada orang
dengan gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, le bih sering terjadi pada anak
sebelumnya pernah menderita lalep).
4) Gangguan gizi
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan BB dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena makanan yang sering
tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena hiperperistaltik. Meningkatnya motilitas dan
cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan
ekskresi cairan-cairan dan elektrolit yang berlebihan. Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area
permukaan intestinal,
perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
5) Gangguan sirkulasi darah
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat dan mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut Ngastiyah, 2005 adalah:
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau
lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin
lama makin asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah
diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Akan terjadi dehidrasi mulai nampak, yaitu berat
badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi),
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:
Rasa haus
Mata cekung
Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik
F. KLASIFIKASI
Diare dibagi menjadi 2:
-
Diare akut
Diare kronis
1.
Diare Akut
Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat.
2.
Diare Kronis
Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu:
a. Diare osmotik
-
Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik utama yang
tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.
Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya bertambah
besar (> 160 mOsm/L).
b. Diare sekretorik
-
Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20
mOsm/L.
Klasifikasi diare kronik berdasarkan sifat tinja, berair, berlemak, ber darah pada bayi
dan anak me nurut Arasu dkk, 1979 antara lain:
2) a) -
b)
Defisiensi disakarida
Obstruksi usus terhadpa loops, mal rotasi, short bowe syndrome, dan
segalanya.
Hipoparatiroidisme
Insufisiensi adrenal
Diabetes mellitus
Ganglionueuroma
Hipoplasi
Cystic fibrosis
2) Limfangiektasi usus
3) Kolestasis
-
Hepatitis neonatal
Sirosis hepatitis
G. KOMPLIKASI
2. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi ( ringan,
sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan cairan dan
elektrolit yang banyak dalam waktu yang singkat.
a. Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh
Dehidrasi tonik
Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan
ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal
kadar natrium dalam serumant 130-150 mEq/l
Dehidrasi hipotonik
Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab). Pemeriksaan
laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.
Dehidrasi hipertonik
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi
karena cairan peroral sangat kurang excessive evaporative losses misalnya, panas
tinggi, hiperventilasi, misalnya bronkopenemonia, pemeriksaan laboratorium
kadar ion natrium dalam serum > 150 mEq/l
b. Berdeasarkan derajatnya
Dehidrasi ringan
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan jadi
normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela normal,
tugor masih baik, status mental normal.
Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun,
frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis,
mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin mengurang,
kembalinya kapiler lambat,setatus mental normal sampai lesu.
Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering,
merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan
nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi,
ekstremitas dingin, haus meningkat
2. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi berumur <6
bulan ). Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah dengan intake cairan atau
makanan kurang / cairan yang diminum terlalu banyak mengandung Na, pada bayi juga
dapat terjadi jika setelah diare sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.
3. Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak mengandung Na.
Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.
4. Demam
Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada demam umumnya
akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi kedalam epitel usus. Demam juga
dapat juga terjadi karena dehidrasi. Demam yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak
tinggidan akan turun setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi
mungkin diikuti kejang demam.
5. Asidosis Metabolic
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler. Sebagai
kompensasi terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan pernafasan cepat dan
dalam.
6. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)
Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi kekurangan K
yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia
jantung
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase
8. Ileus paratukus
Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat penggunaan
obat anti motilitas.
9. Intoleransi laktosa
Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita diare dapat
menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak bertambah, tanda dan gejala dehidarasi
memburuk dan tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.
10. Kejang, terjadi karena :
a. Hipoglikemia, kalau anak dipuasakan terlalu lama
b. Kejang demam
c. Hipernatremia dan hiponatremia
d. Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti meningitis,
ensefalitis/epilepsi.
11. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
12. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan hipokalsemi.
13. Mutah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang menyebabkan
gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi sistemik. Mutah dapat
disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
K.
PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1) Pemberian cairan
a. Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
c. Dehidrasi sedang
d. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun berat badan 3 10 kg.
1 jam pertama
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes)
atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut:
12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau
16 jam berikut:
125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan
DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 2 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.
1 jam pertama:
30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikutnya:
10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/
kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya:
125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum
dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
1 jam pertama
20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 7
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
7 jam berikut:
10 ml/kgBB/jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam:
105 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak tidak mau minum dapat diberikan
DG aa intravena 1 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1
tetes/kgBB/menit (set 1 ml = 20 tetes)
Kebutuhan cairan:
125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam.
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %)
Kecepatan:
4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15
tetes) atau 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg .
Kebutuhan cairan:
25 ml/kgBB/24 jam
Jenis cairan:
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 %)
Kecepatan:
Saa dengan pada bayi baru lahir.
Cairan untuk pasien MEP sedang dan berat dengan diare dehidrasi berat.
Misalnya untuk anak umur 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg.
Jenis cairan: DG aa
Kecepatan:
4 jam pertama: 60 ml/kgBB/jam atau 15 ml/kgBB/jam atau = 4
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 menit) atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml =
20 jam berikutnya: 150 ml/kgBB/20 jam atau 2 tetes/kgBB/menit (1 tetes).
20 jam berikutnya: 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 2
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Pemberian cairan pasien MEP tipe marasmik.
Kwaskhiorkor dengan diare dehidrasi berat dan pasien MEP 3-10 kg, umur 1
bulan 2 tahun jumlah cairan 200 ml/kg BB/24 jam.
2) Pengobatan dietetik
Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis makanannya:
-
Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak
tidak jenuh).
Susu
khusus
sesuai
dengan
kelainannya
misalnya
tidak
Cara memberikan:
Hari
1.
Ket
Setelah rehidrasi segera diberikan makanan per oral
2-4
5
3) Obat-obatan
a. Obat anti sekresi
b. Obat spasmolitik
c. Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.
mengandung
Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl dan NaHCO 3,
KCl dan glukosa.
Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L.
Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium 50-60 mEq/L.
Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula), lengkap (oralit).
Cairan parenteral
-
Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai umur dan
BBnya.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Resiko terjadi gangguan sirkulasi darah
a) Bila dehidrasi masih ringan
-
Jika lewat oral tidak bisa makan dipasang infus RL sesuai persetujuan dokter.
Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang
dipakai0
Perhatikan tanda vital: denyut, nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah.
Perhatikan frekuensi buang iar besar anak apakah masih sering, encer/sudah
berubah konsistensinya.
Beri minuman teh/oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir dan
selaput lendir kering.
Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak.
2) Kebutuhan nutrisi
Beri makanan mengandung cukup kalori, protein, mineral vitamin tetapi tidak
menimbulkan diare kembali.
Bagi anak di atas 1 tahun dan sudah makan biasa dianjurkan makan bubur tanpa
sayuran dan minum teh bagi hari masih diare, hari keesokannya jika membaik
boleh diberi wortel daging tidak berlemak.
Kelebihan cairan terjadi sembab, mengkilap pada kelopak mata bayi, bengkak
seluruh wajah, jika berlanjut edema paru, sesak nafas bila edema sampai otak,
kejang, sehinga terutama untuk bayi tetesannya harus tepat.
Kulit iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya, dapat dibersihkan dengan kapas
yang dibasahi minyak sayur, jangan sesekali beri bedak.
Karena sering buang air sehingga melelahkan dapat dirawat di atas eltor bed.
Bagi pasien dilakukan biopsi usus perlu diberi penjelasan dan motivasi, karena
posisinya miring 2 3 jam.
Beri penyuluhan, seperti penularan penyakit melalui 4 F (finger, feces, food, dan
fly) yaitu:
Mencuci tangah
Pathways Diare
Infeksi
Molabsorbsi
Makanan Beracun Faktor Psikologis
(Virus, Bakteri, Parasit) Makanan di usus
Reaksi Inflamasi
Tek Osmotik
Hipomotilitas
Bakteri tumbuh SS
DIARE
Dehidrasi
Dehidrasi
Nyeri akut
Pe cairan
intertitiil
Tugor kulit
Defekasi sering
Output >>
Obsorbsi ber <
Iritasi Kulit
Perubahan nutrisi
Tubuh kehilangan
cairan & elektrolit
Pe vol cairan
ekstra sel
Cemas
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien diare sebagai berikut :
1. Umur
pada pasien geriatric biasanya akibat tumor , divertikulitis, laksan berlebih. Pada
pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi, intoleransi lactase, sindrom kolon
iritatif.
2. Frekuensi Diare
biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke hari makin
sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau akibat salah makan
3. Lamanya Diare
diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung lama
4. Nyeri Abdomen
nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada usus, sedangkan
nyeri sesudah diare yang tidak pernah puas pada infeksi maupun sindrom mauoun
usus iritabel
b. Data Subyektif
1) Keluhan utama : BAB cair , lemas, gwelisah, mual muntah, anoreksia, badan
panas.
2) Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
3) Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman, atau
lingkungan.
4) Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
5) Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka makan
makanan pedas.
c. Data Obyektif
1) Mata cekung
2) Ubun ubun besar dan cekung
3) Turgor kulit kurang dan kering
4) Lidah, bibir dan mukosa kering
5) Konsistensi feses cair
Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya
kompensasi asam basa.
Pemerisaan Fisik
a. Kepala dan Muka
Kepala
Rambut
Mata
Mulut
Pipi
Wajah
b. Leher
Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
c. Jantung
Menimbulkan aritmia jantung
d. Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya simetris, supel tidak ada lesi
Perkusi : tympani ( kembung)
Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus dan dapat
terjadi kejang perut .
Auskultasi : bising usus >30x / menit
e. Anus
Anus terjadi iritasi, kemerahan padsa daerah sekitarnya
f. Kulit
Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 2 detik
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Data Laboratorium
a)
Pemeriksaan Tinja
1. makroskopis : Bentuk cair, kurang lebih jumlahnya 250 gram dalam sehari
2. mikroskopis : Na normal dalam tinja 56 105 mEq/l, chloride normal
dalam tinja 55 95 mEq/l, kalium normalnya 25 26 mEq/l,
HCO3 normalnya 14 31 meq/l.
b)
PH dan kadar gula dapat diperiksqa dengan kertas lakmus dan tablet clini test bila
diduga terjadi intoleransi gula.
1. PH kurang dari 6
2. gula tinja
: 0.5 %
++
: 0.75 %
+++
:1%
++++ : 2 %
normalnya tidak ada gula dalam tinja
c)
Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah lebih tepat lagi dengan
dilakukan pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan
BE
CO2
PH
Nilai normal
48 mEq/l
27 mEq/l
7,4
Alkalosis metabolic
Alkalosis respiratorik
Asidosis metabolic
Asidosis respiratorik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
C. INTERVENSI
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
Tujuan
NOC
KH
Fluid balance
O (ml)
500 600
3 5 thn
600 700
5 8 thn
700 1000
8 14 thn
800 1400
14 18 thn
1500
HT normal
Pada
Wanita
laki-laki
:
40 48%
37 43%
Tekanan darah
1 thn
95/65 mmHg
6 thn
05/65 mmHg
10 13 thn
110/65 mmHg
14 17 thn
120/75 mmHg
Nadi
Umur
Bangun
tidur
1 2 thn
80 150
70 120
2 thn 10 thn
70 110
60 90
10 thn 18 thn
55 90
50 90
Suhu tubuh
1 thn
37,7oC
2 5 thn 37,2oC
6 18 thn 37oC
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik. Membran mukosa
lembato, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC
Fluid manajement
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Masukkan oral
8.
NOC
KH
2.
Jarang menunjukkan
3.
Kadang menunjukkan
4.
Sering menunjukkan
5.
Selalu menunjukkan
NIC
Nutrition management
Intervensi
NIC
Nutrition monitoring
Intervensi
NOC
Control nyeri
KH
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC
Pain management
Intervensi
1. Kaji
secara
komprehensif
tentang
nyeri
meliputi
lokasi,
dalam
ketidakmampuan,
khususnya
dalam
komunikasi
terapeutik
agar
pasien
dapat
mengekspresikan nyeri.
4. Evaluasi tentang keefektifan dan tindakan mengontrol nyeri yang
telah digunakan.
5. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
6. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
Tujuan
NOC
KH
Tidak ada luka (lesi pada kulit pada kemerahan, kulit tidak
kering).
Keterangan
Jarang menunjukkan
Kadang menunjukkan
Sering menunjukkan
Selalu menunjukkan
NIC
Pressure management
Intervensi
5. Dx
Tujuan
Setelah
dilakukan
tindak
akun
keperawatan
selama
proses
Thermoregulation
KH
NIC
Fever treatment
Intervensi
Monitor IWL
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NOC
KH
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
sss5.
Selalu menunjukkan
NIC
Intervensi
EVALUASI
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
O (ml)
500 600
3 5 thn
600 700
5 8 thn
700 1000
8 14 thn
800 1400
14 18 thn
1500
(skala 4)
laki-laki
40 48%
Wanita
37 43%
(skala 4)
Tekanan darah
1 thn 95/65 mmHg
6 thn 105/65 mmHg
10 13 thn
110/65 mmHg
14 17 thn
120/75 mmHg
Nadi
Umur Bangun
1 2 thn
tidur
80 150
55 90
70 120
60 90
50 90
Suhu tubuh
1 thn 37,7oC
2 5 thn
37,2oC
6 18 thn
37oC
(skala 4)
(skala 4)
(skala 4)
(skala 4)
(skala 4)
(skala 4)
(skala 4)
(BB normal)
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus
1. Mengenal faktor penyebab (makanan dan frekuensi BAB) (skala 4)
2. Menggunakan metode pencegahan non analget
(skala 4)
(ditraksi, relaksasi)
3. Mengenali gejala-gejala nyeri (mules, cengeng, gelisah,
(skala 4)
(skala 4)
(skala 4)
(skala 4)
(skala 4)
(skala 4)
(skala 4)
(skala 4)
(skala 4)
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.
Dona. 2001. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Djambatan.
Suharyono, dkk. 2005. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Gaya Baru.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan
Klasifikasi. Yogyakarta: Prima Medika.
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratama