Você está na página 1de 7

INTERPRETASI MOLEKULER

KINETIKA REAKSI KIMIA


PENGARUH KONSENTRASI PADA PERSAMAAN KECEPATAN REAKSI
(CONCENTRATION-DEPENDENT TERM)
Reaksi Tunggal dan Reaksi Ganda
Reaksi Tunggal (Single-Reaction):
Jika ada satu persamaan stoikiometri tunggal dan satu persamaan kecepatan tunggal untuk
mempresentasikan berlangsungnya reaksi.
Contoh: A + B

Reaksi Jamak atau Ganda (Multiple Reactions):


Jika ada lebih dari satu persamaan stoikiometri yang dipilih untuk mempresentasikan perubahan
yang teramati, sehingga lebih dari satu persamaan kinetika diperlukan untuk menyatakan
perubahan komposisi semua komponen yang terlibat dalam reaksi.
Contoh: Reaksi tunggal bolak-balik: A
Reaksi ireversibel seri: A

B
P

Reaksi ireversibel paralel: A

Q
R

A
B

S
(kompetitif)
Reaksi ireversibel seri-paralel: A + B
R+B

R
S

(side by side)
R (Skema reaksi ini dapat dipandang
S sebagai reaksi paralel terhadap B, serta
sebagai reaksi seri terhadap A, R, dan S)

Reaksi Elementer dan Reaksi Non-Elementer


Reaksi Elementer:
Jika persamaan kecepatan reaksinya berkaitan langsung dengan persamaan stoikiometrinya.
Contoh:

A+B
2A

R
P

-rA = k CA CB
-rA = k CA2

Catatan: Hati-hatilah dalam membedakan antara keterangan dari suatu persamaan stoikiometri
(utama) yang menggambarkan sebuah reaksi elementer dengan banyaknya kemungkinan
penyajian atau penulisan persamaan stoikiometri yang lain.
k1
Contoh: Sebuah reaksi elementer yang dituliskan sebagai berikut: 2 A
2R
merupakan reaksi ireversibel (searah) bimolekuler dan berorde-dua, dengan
persamaan kinetika:
-rA = rR = k1 CA2
Namun demikian, jika persamaan reaksi tersebut dituliskan: A
maka persamaan kecepatan reaksinya menjadi:
-rA = rR = k1 CA

k1

(Berorde-satu!!! Hal ini jelas bertentangan dengan


informasi yang sebelumnya dan bisa membingungkan)

(Untuk menghindari kebingungan, sebaiknya tuliskanlah persamaan stoikiometri reaksi dan


persamaan kecepatan reaksinya (secara lengkap), serta berikan satuan konstanta kecepatan
reaksinya)
Reaksi Non-Elementer:
Jika tidak ada keterkaitan langsung antara persamaan stoikiometri dengan persamaan kecepatan
reaksinya.
dy/swm/igsb/interpretasi molekuler kinetika reaksi kimia/2007/halaman 1 dari 7 halaman

[ ][ ]
[ ]
[ ]

Contoh:

H2 + Br2

2 HBr

k H Br2 2
rHBr = 1 2
HBr
k2 +
Br2

k 1 [N 2 O ]
1 + k 2 [N 2 O ]
2

N2O

N2 + O2

rN 2O =

Bagaimanakah reaksi-reaksi non-elementer dapat dijelaskan?


Hal ini dapat dijelaskan dari sebuah konsep dasar bahwa sebuah reaksi (atau transformasi)
kimia tunggal yang teramati dalam laboratorium sebenarnya merupakan hasil atau akibat
keseluruhan dari sejumlah atau serangkaian tahap atau proses molekuler.
Serangkaian tahap proses inilah yang disebut sebagai mekanisme reaksi.
MEKANISME REAKSI
Beberapa hal yang berkaitan dengan mekanisme reaksi:
Mekanisme reaksi merupakan uraian secara rinci mengenai tahap-tahap reaksi kimia yang
menjelaskan perubahan dari reaktan awal (yang teramati) menjadi produk reaksi (yang teramati)
secara keseluruhan, ditinjau dari aspek molekuler.
Mekanisme reaksi bersifat dugaan (postulat), yang merupakan hasil pemikiran secara
induktif. Untuk menguji kebenaran mekanisme reaksi tersebut, serangkaian eksperimen di
laboratorium harus dilakukan; sedangkan validitasnya ditentukan oleh pengalaman
(experience), intuisi, keberuntungan (luck), pengetahuan (knowledge), dan guess-work.
Mekanisme reaksi terdiri dari sejumlah tahap reaksi elementer (elementary reactions).
Mekanisme reaksi melibatkan spesies-spesies lain dalam sistem reaksi (yang bukan reaktan
maupun produk reaksi) yang tidak muncul pada persamaan stoikiometri reaksi keseluruhan.
Spesies-spesies ini biasa disebut sebagai intermediet (zat antara).
Beberapa spesies intermediet merupakan molekul-molekul stabil yang dapat dideteksi
keberadaannya dan dapat diisolasi di laboratorium; ada pula intermediet yang sangat aktif
yang hanya dapat diamati dengan peralatan yang sangat canggih.
Intermediet mempunyai life-time yang sangat singkat dan jumlahnya sangat sedikit, sedemikian
sehingga dianggap tidak teramati (unmeasured & unobserved).

Contoh: Sebuah reaksi non-elementer (observed): A2 + B2

2 AB

Mekanisme reaksi yang merupakan tahap-tahap reaksi elementer yang mungkin (atau yang
diperkirakan) berlangsung:
A2
A* + B2
A* + B*
A2 + B2

2 A*
AB + B*
AB

(tahap 1)
(tahap 2)
(tahap 3)

2 AB

Dalam hal ini, zat yang berperan sebagai intermediet adalah A* dan B*.
Untuk menguji dugaan rumusan di atas, harus dilihat kesesuaian (atau konsistensi) antara persamaan
kinetika yang diprediksi dari mekanisme tersebut dengan persamaan kinetika yang diperoleh
berdasarkan data percobaan.
Jika sesuai, maka mekanisme tersebut benar.
Jika tidak sesuai, maka mekanisme tersebut tidak benar, dan mekanisme-mekanisme reaksi
yang lain harus dicari dan diusulkan/diduga kembali.

(Perhatikanlah bagan alir pada gambar berikut ini dengan sebaik-baiknya!!!)


dy/swm/igsb/interpretasi molekuler kinetika reaksi kimia/2007/halaman 2 dari 7 halaman

Reaksi kimia

Usulan mekanisme
reaksi

Percobaan kinetika
di laboratorium

Persamaan kinetika
model (perkiraan)

Data-data percobaan

Tidak sesuai

Pengujian
kesesuaian /
konsistensi *)

Sesuai
Persamaan kinetika reaksi

Keterangan:
*)
Pengujian kesesuaian /
konsistensi dilakukan pada
persamaan kinetika model
(yang diperkirakan dari usulan
mekanisme reaksi) terhadap
data percobaan

JENIS INTERMEDIET DAN JENIS MEKANISME REAKSI


Beberapa zat yang dapat dikategorikan sebagai intermediet reaksi, berdasarkan bentuk kimiawinya:
1. Radikal bebas, yaitu atom-atom bebas atau gugus (atau fragmen besar dari molekul-molekul
stabil) yang mengandung satu atau lebih elektron yang tak berpasangan.
Contoh radikal bebas yang relatif stabil: triphenyl methyl [(C6H5)3C]
Contoh radikal bebas yang tidak stabil dan sangat reaktif: CH3, C2H5, I, H, CCl3
2. Ion atau zat polar, yaitu atom-atom atau molekul-molekul atau fragmen-fragmen molekul
yang bermuatan.
Contoh: N3-, Na+, OH-, H3O+, NH4+, CH3OH2+ , I3. Molekul
Tinjaulah sebuah reaksi seri: A
R
S
Jika intermediet R sangat reaktif, maka waktu tinggal R dalam sistem reaksi sangat kecil (atau
singkat), sehingga konsentrasi R terlalu kecil untuk diukur.
4. Kompleks transisi
Banyak tumbukan antar molekul reaktan yang menghasilkan distribusi energi yang luas antar
molekul masing-masing. Hal ini dapat menghasilkan ketegangan ikatan, bentuk molekul
menjadi tidak stabil, atau molekul yang tidak stabil terurai menghasilkan produk reaksi. Bentuk
tidak stabil inilah yang disebut sebagai kompleks transisi.
Berdasarkan 4 (empat) macam intermediet tersebut di atas, terdapat 2 (dua) macam postulasi atau
dugaan mekanisme reaksi, yaitu:
1. Mekanisme reaksi bukan rantai (non-chain reactions)
Dalam non-chain reaction, intermediet terbentuk pada reaksi pertama dan kemudian
menghilang atau bereaksi menghasilkan produk reaksi.
Atau, secara umum: Reaktan
Intermediet*

intermediet*
produk

dy/swm/igsb/interpretasi molekuler kinetika reaksi kimia/2007/halaman 3 dari 7 halaman

2. Mekanisme reaksi rantai (chain reactions)


Dalam chain reaction, intermediet terbentuk dalam reaksi pertama (biasa disebut tahap insiasi),
lalu bergabung dengan reaktan yang membentuk produk dan intermediet baru (biasa disebut
tahap propagasi), dan akhirnya intermediet terurai menjadi produk (dalam tahap terminasi).
Atau, secara umum:

Inisiasi
:
Propagasi :
Terminasi :

Reaktan
intermediet*
Intermediet* + reaktan
Intermediet*
produk

intermediet* + produk

Pada tahap propagasi, intermediet tidak terkonsumsi oleh reaksi, namun berkelakuan seperti
halnya katalis. Setiap molekul intermediet dapat mengkatalisis sebuah rantai reaksi yang
panjang, sebelum pada akhirnya akan menghilang (destroyed).
Contoh-contoh Mekanisme Reaksi:
1. Mekanisme reaksi rantai; intermediet berupa radikal bebas
Reaksi: H2 + Br2

2 HBr

[ ][ ]
[ ]
[ ]

k H Br2 2
Laju reaksi berdasarkan eksperimen: rHBr = 1 2
HBr
k2 +
Br2
Postulasi mekanisme reaksinya:

Inisiasi dan terminasi


Propagasi
Propagasi

:
:
:

Br2
Br + H2
H + Br2

2 Br
HBr + H
HBr + Br

2. Mekanisme reaksi non-chain; intermediet molekuler


Reaksi biokimia (berkatalis enzim): A enzim
P
Laju reaksi berdasarkan eksperimen: rP =

k [E0 ][ A]
[M ] + [A]

atau: rP =

rM [A]
K M + [A]

Postulasi mekanisme reaksinya:


A + Enzim

(A-Enzim)*

(A-Enzim)*

P + Enzim

(rM = k [E0] dan KM = [M] sering disebut konstanta-konstanta Michaelis-Menten, karena


model ini diusulkan oleh Michaelis dan Menten pada tahun 1913).
3. Mekanisme reaksi non-chain; intermediet berupa kompleks transisi
Reaksi dekomposisi azometana secara spontan: (CH3)2N2
atau: A

C2H6 + N2
R+S

Postulasi mekanisme reaksinya (oleh Lindemann, pada tahun 1922):


A +A
A* + A
A*

A* + A
A+A
R+S

(Pembentukan energized molecules)


(Return to stable form by collision)
(Dekomposisi spontan menjadi produk)

4. Mekanisme reaksi non-chain; katalitik; intermediet ionik


Reaksi hidrasi hidrokarbon tidak jenuh dengan katalis asam:
CH3
CH3
HNO3 encer
+ H2O
CH3 C CH3
CH3 C
CH2
OH
(isobutena)
(t-butil alkohol)
dy/swm/igsb/interpretasi molekuler kinetika reaksi kimia/2007/halaman 4 dari 7 halaman

Postulasi mekanisme reaksinya:


C

C
+

+ H

C
H

*
+ H2O

cepat
cepat

cepat
lambat

H+
C
O+
H H

lambat
cepat

C
+

C
H

*
cepat

+ H+

OH H

Penggolongan intermediet yang lain, berdasarkan hipotesis atau dugaan keberadaannya dalam
reaksi-reaksi elementer yang menyusun mekanisme reaksi:
1. Intermediet X yang tak terlihat atau teramati (unseen) dan tak terukur (unmeasured)
X berada dalam konsentrasi yang sangat kecil dan kecepatan perubahannya dalam campuran
pun sangat kecil.
d[ X ]
[X] sangat kecil
dan
0
dt
Kondisi ini dinamakan pendekatan steady-state untuk intermediet.
2. Katalis homogen yang berada dalam 2 (dua) bentuk, yakni:
Sebagai katalis bebas C, atau
Sebagai katalis yang bergabung dengan reaktan dan membentuk intermediet X.
1
Reaksi: Reaktan + katalis
intermediet
2
(A)
(C)
(X)

k1
[X]
=
k2 [ A ] [ C ]
Jika konsentrasi katalis mula-mula = [C0], maka: [C0] = [C] + [X]
Konstanta kesetimbangan reaksinya: K =

Contoh:
Pada reaksi-reaksi biokimia, reaktan (atau disebut juga substrat) dikonversi menjadi produk oleh
enzim
adanya aktivitas enzim, menurut reaksi: A
R
Banyak dari reaksi-reaksi jenis ini yang memperlihatkan perilaku sebagai berikut:
(1) Kecepatan reaksinya sebanding (atau proporsional) dengan konsentrasi enzim yang
dimasukkan dalam campuran, [E0].
(2) Pada [A] rendah, kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktan, [A]
(3) Pada [A] tinggi, kecepatan reaksi tidak dipengaruhi oleh [A]
Usulkan mekanisme reaksinya!
Mulai

Penyelesaian:
Michaelis dan Menten (1913) telah memperkirakan bahwa reaksi ini berlangsung menurut mekanisme:
A + E k1
X
... (1)
k2
k3
X
R+E
... (2)
Asumsi yang digunakan: [E0] = [E] + [X]
dX
dan:
=0
dt
Dari persamaan (2), kecepatan pembentukan R: rR =

... (3)
... (4)

d [R ]
=k 3 [X ]
dt

... (5)

dy/swm/igsb/interpretasi molekuler kinetika reaksi kimia/2007/halaman 5 dari 7 halaman

d [X ]
= k1 [A][E ] k2 [X ] k3 [ X ] = 0
dt
k1 [ A][E0 ]
Eliminasi E dari (3) dan (6) menghasilkan: [X ] =
(k2 + k3 ) + k1 [A]
Dari persamaan (1) dan (2):

... (6)
... (7)

k1 k3 [A][E0 ]
k [ A][E0 ]
... (8)
= 3
(k2 + k3 ) + k1 [A] [M ] + [A]
k + k3
(disebut konstanta Michaelis-Menten)
dengan: [M ] = 2
k1
Jika dibandingkan dengan eksperimen, terlihat bahwa persamaan ini (persamaan (8)) sesuai dengan 3
(tiga) kenyataan yang dilaporkan, yakni:
Substitusikan (7) ke (5), diperoleh:

d [A] d [R ]

=
dt
dt

rR =

[E0]
[A], jika [A] << [M]
Tidak dipengaruhi oleh [A], jika [A] >> [M]
Selesai

PENURUNAN PERSAMAAN KECEPATAN REAKSI


BERDASARKAN MEKANISME REAKSI
Beberapa penyederhanaan (atau asumsi) yang diambil dalam penurunan persamaan kecepatan reaksi
berdasarkan mekanisme:
1.

Ada satu tahap reaksi (dalam mekanisme reaksi) yang berlangsung paling lambat (relatif)
dibandingkan dengan tahap-tahap lainnya. Tahap yang paling lambat ini sering disebut sebagai
rate-determining step, atau rate-limiting step, atau rate-controlling step.

2.

Ada satu tahap reaksi atau lebih (dalam mekanisme reaksi) yang berada pada kondisi quasiequilibrium, yang berlangsung sangat cepat dibandingkan dengan tahap yang lain.

3.

Konsentrasi satu atau lebih intermediet tidak berubah terhadap waktu. Pendekatan ini
disebut sebagai steady-state approximation for intermediates (pendekatan keadaan tunak untuk
intermediet).
Pada kondisi ini: Kecepatan pembentukan intermediet = kecepatan terkonsumsinya intermediet
atau:

d Cint ermediet
=0
dt

Kriteria Konsistensi (atau Kesesuaian) Sebuah Mekanisme Reaksi


Sebuah mekanisme reaksi disebut konsisten (atau sesuai), jika:
1.
2.

Mekanisme tersebut harus bisa menjelaskan alur terbentuknya semua produk reaksi yang teramati
dari reaktan-reaktannya.
Mekanisme tersebut harus menghasilkan persamaan kecepatan (atau kinetika) reaksi yang
konsisten dengan kinetika yang teramati melalui eksperimen.

Pengujian Model Kinetika


Persoalan-persoalan yang membuat pencarian mekanisme yang benar dari sebuah reaksi menjadi
sulit adalah:
1.
2.

Sebuah reaksi bisa berlangsung melalui lebih dari satu mekanisme


Lebih dari satu mekanisme bisa konsisten dengan data kinetika.

CONTOH SOAL
1.

N2 + 2 H2O
Reaksi homogen fase gas: 2 NO + 2 H2
merupakan reaksi berorde-tiga, dengan persamaan kecepatan reaksi berupa: rN2 = k [NO]2 [H2]
Dua mekanisme yang berbeda diusulkan untuk menjelaskan reaksi ini, yakni:
dy/swm/igsb/interpretasi molekuler kinetika reaksi kimia/2007/halaman 6 dari 7 halaman

Mekanisme A: (i)

2 NO + H2

k1

N2 + H2O2

k2

2 H2O
H2O2 + H2
k3
Mekanisme B: (i) 2 NO
N2O2
k-3
k4
N2 + H2O2
(ii) N2O2 + H2
k5
(iii) H2O2 + H2
2 H2O
(ii)

(lambat)

(lambat)

Buktikanlah bahwa kedua mekanisme tersebut konsisten atau sesuai dengan:


Persamaan kecepatan reaksi yang teramati dari eksperimen, dan
Stoikiometri reaksi.
2.

(Penggunaan pendekatan keadaan tunak (steady-state) dan pendekatan kesetimbangan-semu


(pseudo-equilibrium) untuk konsentrasi intermediet)
Reaksi dekomposisi termal nitrogen pentaoksida: 2 N2O5
O2 + 4 NO2
merupakan reaksi fase gas berorde-satu.
Reaksi ini diyakini mempunyai mekanisme reaksi sebagai berikut:
(i)
(ii)

N2O5

k1

NO2 + NO3

k2
NO3 + NO2

k3

NO + O2 + NO2

k4

(iii) NO + NO3

(lambat)

2 NO2

Turunkan persamaan kecepatan reaksi berdasarkan mekanisme tersebut di atas!


(Keterangan: tahap reaksi (ii) berlangsung jauh lebih lambat dibandingkan tahap reaksi (i),
sehingga: k3 <<< k2)
LATIHAN:
1. Reaksi penguraian etana (C2H6) diketahui menghasilkan produk-produk berupa: CH4, C2H4, H2, dan
C4H10. Mekanisme yang diperkirakan terjadi untuk menjelaskan hal tersebut adalah:
k1
2 CH3
(i)
C2H6
(ii) CH + C H k2
CH + C H
3

(iii)

C2H5

k3

C2H4 + H

(iv)

H + C2H6

k4

H2 + C2H5

(v)

2 C2H5

k5

C4H10

Buktikanlah bahwa kecepatan reaksi pembentukan etilena (C2H4) berorde setengah terhadap
konsentrasi etana (C2H6)! (Dengan kata lain, buktikanlah bahwa:

rC 2 H 4 = k CC 2 H 6

2. Berdasarkan mekanisme reaksi rantai yang telah disajikan pada bagian sebelumnya, buktikanlah
bahwa reaksi pembentukan HBr: H2 + Br2

2 HBr

k [H ][Br2 ] 2
= 1 2
[HBr ]
k1 +
[Br2 ]
1

mempunyai bentuk persamaan kecepatan: rHBr

dy/swm/igsb/interpretasi molekuler kinetika reaksi kimia/2007/halaman 7 dari 7 halaman

Você também pode gostar