Você está na página 1de 3

ARTI SEBUAH KEHIDUPAN

Namaku adalah Ayu. Baru lulus SMA. Aku mempunyai masa lalu yang buruk. Aku ditinggal
oleh orang yang kusayangi.
Pagi itu aku menghembuskan nafas. Beberapa detik tertahan, hanya untuk mengingat kata-kata
yang pernah terlontar dari mulut Andre. Setahun berlalu sejak kepergiannya, aku belum bisa
memenuhi janjiku untuk tidak menangis lagi. Sosok Andre yang kini tlah hilang, membuatku
jatuh terperosok jauh ke dalam.
Mungkin mereka yang lain takkan pernah mengerti diriku. Sesaat mereka melupakan semuanya.
Melupakan kematian Andre. Melupakan segala-galanya. Aku tidak pernah mengira saat itu
adalah senyum terakhirnya. Aku sangat menyayangi Andre.
Sekeliling begitu sepi. Aku sendirian. Aku begitu terpuruk. Hanya ada burung-burung yang
berkicau. Aku duduk disebuah kursi yang teduh di taman. Tempat ini mengingatkanku dengan
Andre. Alunan angin menjatuhkan daun-daun bunga Sakura. Seperti daun itu, jatuh. Aku tejatuh.
Aku menangis mengingat semuanya.
Kau kenapa? Kau selalu saja seperti itu. Menangis sendirian. Seseorang menghampiriku.
Kau! Kenapa selalu mengikutiku? Tidak sopan.
Dia tersenyum. Tenang sekali. Aku sedikit heran.
Kenapa melihatku seperti itu? Suka ya?
Aku gelagapan. Sial! Sosok yang mirip sekali dengan Andre.
Aku tanya, kenapa selalu mengikutiku?
Ku lihat kau selalu sedih. Aku ingin menghiburmu.
Tidak ada hubungannya denganmu.
Kenapa? Tapi lebih baik lupakanlah orang itu.
Aku terkaget-kaget. Dia tahu dari mana?
Seharusnya kau bisa mengerti. Dia itu tidak akan bisa hidup lagi. Percuma kau tangisi, Cuma
membuang air matamu yang bening itu saja.
Aku berlari sambil menangis. Entah apa maksudnya dia bicara seperti itu. Aku sakit sekali.
Hatiku perih. Selanjutnya, esok hari aku kembali lagi ke tempat itu. Hanya untuk mencoba
bertemu lagi dengan laki-laki kemarin. Tapi, setelah lama menunggu, laki-laki itu belum muncul
juga. Yang ada hanya gugurnya daun yang tertiup angin. Sejuk sekali!

Akhirnya aku pulang. Tapi aku kurang berhati-hati. Ada sebuah becak melaju dengan kencang
menuju aku. Disaat bersamaan muncul laki-laki kemarin. Dia berteriak.
Aaaaaa. .! (telat)
Belum selesai dia berteriak awas, aku sudah tertabrak dulu. Tetapi untunglah becak itu sempat
mengerem. Mataku mulai berkunang-kunang dan aku merasa ada yang mengangkat dan
membawaku pergi dari tempat itu. Aku pingsan, tanpa mengetahui siapa orang itu.
Setengah jam kemudian aku terbangun dan aku sudah ada di rumahku sendiri.
Ini minum. Kau tidak apa-apa?, seseorang menyodorkan minuman.
Kau? Kenapa kau bisa ada disini? Hmmb. . jangan-jangan. .-
Belum selesai aku bicara, dia memotong.
Ya..ya.. aku yang membawamu pulang. Terkejut ya?
Aku mengangguk pelan. Hmmb.. aku belum tahu namanya. Aku pun bertanya.
Namamu siapa?
Aku Rudi. Kau Ayu kan?
Dari mana kau tahu namaku?
Aku sering memperhatikanmu.
Rudi tersenyum. Tersenyum tulus. Tapi aku tidak begitu memperhatikan dia tersenyum. Lalu ibu
datang membawakan makanan.
Ayu, kau sudah sadar? tanya ibu.
Aku mengangguk pelan.
Terima kasih Rudi sudah membawa Ayu pulang.
Sama-sama. Aku pergi dulu, Bu. ada kerjaan dirumah, Rudi pamit pulang.
Iya. Sekali lagi terima kasih ya Rudi. Sering-sering datang kesini.
Rudi tersenyum. Ibu mengantarnya sampai keluar rumah.
Hati-hati. .
Iya, Rudi berjalan pulang dengan sedikit senang.

Seminggu kemudian aku sudah mulai agak sehat. Tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk pergi
ke tempat itu lagi. Bagiku, pergi kesana sangat menyenangkan. Walaupun harus membuatku
mengingat Andre. Walaupun harus membuatku sedikit sedih. Aku tetap ingin pergi kesana.
Karena disanalah tempat aku menemukan kebahagiaan. Disanalah tempat ketika Andre
mengajarkanku arti kehidupan. Terima kasih atas 3 tahun yang penuh kebahagiaan.
Aku duduk di kursi. Menghirup udara segar. Seketika hening, terdengar siulan merdu. Kulihat ke
kanan. Ternyata Rudi. Dia lalu duduk di sebelahku.
Sudah sehat?
Iya. Apa kabar?
Baik. Kenapa kau selalu pergi kesini?
Aku menundukkan kepala.
Aku hanya ingin mengingat masa lalu.
Kalau kau selalu kesini, kau akan semakin terhanyut.
Aku menangis sedih.
Kau tahu apa?
Aku tidak tahu. Makanya aku ingin tahu. Asal kau tahu, orang yang mati tidak akan hidup lagi.
Untuk apa kau terpuruk? Untuk apa kau lari dari kenyataan? Yang kau perlukan adalah
bagaimana cara menghadapi kenyataan tersebut.
Suara Rudi meninggi. Matanya menatapku. Aku terkejut. Aku tidak berani menatap matanya.
Aku semakin sedih mendengar kata-katanya.
Dia pasti menginginkanmu bahagia. Bukan seperti ini. Larut dalam kesedihan. Ketahuilah, di
dunia ini masih banyak orang yang sayang padamu. Apa kau tidak sadar mereka khawatir? Apa
kau tidak pernah mengerti mereka? Mereka bersusah payah untuk membuatmu bahagia. Paling
tidak lihatlah sekelilingmu
Aku berpikir. Memang benar apa kata Rudi. Akulah yang bodoh. Selalu mementingkan diri
sendiri. Mungkin aku terlalu egois.
Maafkan aku, aku membersihkan air mataku dan berdiri. Tanpa ada kata pamit, aku langsung
beranjak pulang. Aku ingin meminta maaf pada ibu. Aku ingin meminta maaf pada semua orang.
Semenjak saat itu, aku mulai dekat dengan Rudi. Selalu pergi bersama. Hari-hariku mulai indah.
Ternyata benar, orang akan bahagia bila kita bahagia. Terima kasih Rudi atas semuanya. Terima
kasih telah membuatku sadar.

Você também pode gostar