Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
com/2014/09/09/pembahasan-aas-atau-spektroskopi-serapanatom/
Pendahuluan
Spektroskopi atom digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan (kualitatif dan
kuantitatif) logam-logam dalam tingkat trace dalam semua jenis materi dan larutan.
Pengukuran dalam spektroskopi serapan atom (SSA) berdasarkan radiasi yang diserap oleh
atom yang tidak tereksitasi dalam bentuk uap. Dalam spektroskopi emisi, pengukuran
berdasarkan energi yang diemisikan ketika atom atom dalam keadaan tereksitasi untuk
kembali ke keadaan dasar. Spektroskopi Emisi Nyala (SEN) adalah suatu spektroskopi emisi
dari daerah khusus yang mana atom dieksitasi dengan menggunakan nyala. Pada Gambar : 1
di bawah ini menggambarkan proses serapan dan emisi.
Teknik serapan dan emisi nyala biasanya disertai pemasukkan suatu larutan sampel bentuk
aerosol dalam nyala. Evaporasi pelarut dan penguapan garam terjadi terlebih dahulu untuk
mendisosiasi garam ke dalam atom atom gas yang bebas. Pada suhu nyala udara-asetilen (
2300oC) atom dari sejumlah banyak unsur berada dalam keadaan dasar. Jika seberkas energi
radiasi yang terdiri dari spektrum emisi untuk unsur tertentu yang akan ditentukan
dilewatkan melalui nyala ini, sejumlah atom dalam keadaan dasar akan menyerap energi dari
panjang gelombang yang karakteristik (garis resonansi) dan mencapai keadaan energi yang
lebih tinggi.
Jumlah energi radiasi yang diserap sebagai suatu fungsi konsentrasi unsur dalam nyala
merupakan dasar spektroskopi serapan atom. Untuk beberapa unsur seperti logam alkali, Na
dan K, nyala udara-asetilen cukup panas tidak hanya menghasilkan atom atom dalam keadaan
dasar, tetapi juga menaikkan sejumlah atom ke keadaan elektronik tereksitasi. Energi radiasi
dipancarkan (diemisikan) jika atom-atom kembali ke keadaan dasar yang sebanding dengan
konsentrasi dan merupakan dasar spektroskopi emisi nyala.
Contoh pada 589,0 nm emisi nyala
Pancaran/emisi energi radiasi dari emisi nyala atau energi radiasi lampu eksternal yang tidak
bisa hilang oleh serapan atom akan didispersi oleh monokromator dan dideteksi oleh
fotomultiplier. Pada energi yang lebih tinggi fraksi atom atom keadaan dasar ada sebagian
yang tereksitasi, sebagai dirumuskan oleh persamaan Boltzman sebagai berikut :
k =
tetapan Boltzman
T =
Ej =
Nj =
mempunyai
Suatu sampel pertama-tama harus dilarutkan, proses pelarutan dikenal dengan istilah
destruksi, yang bertujuan untuk membuat unsur logam menjadi ion logam yang bebas.
Terdapat dua cara destruksi yaitu :
1. Destruksi basah : sampel ditambahkan asam asam oksidator, jika perlu dibantu
dengan pemanasan.
2. Destruksi kering: sampel langsung dipanaskan untuk diabukan.
Hasil destruksi baik cara basah maupun kering kemudian dilarutkan Larutan sampel
dimasukkan ke dalam nyala dalam bentuk aerosol yang selanjutnya akan membentuk atom
atomnya. Serapan akan terjadi dari radiasi suatu sumber sinar yang sesuai dengan atom yang
akan ditentukan. Sebagai sumber emisi sinar adalah lampu katoda berongga yang mempunyai
garis spektra yang tajam.
Metode analisis ini bersifat cepat, selektif, sensitif dan mempunyai akurasi yang tinggi serta
dapat digunakan secara rutin. Di dalam spektroskopi serapan atom dijumpai adanya beberapa
gangguan yang dapat mempengaruhi keakuratan atau kesalahan pengukuran. Pada dasarnya
terdapat 3 tipe gangguan, yaitu :
1. gangguan fisika
2. gangguan kimia
3. gangguan spektral
Gangguan fisika dan kimia dalam nyala akan mengubah populasi atom, sedangkan gangguan
spektral akan mempengaruhi pengukuran yang sebenarnya dari serapan atom. Pengaruh
gangguan ini dapat dikurangi atau dihilangkan dengan cara menseleksi kondisi percobaan
atau dengan memberi perlakuan kimiawi pada sampel yang sesuai dengan permasalahannya.
Demikian pula untuk mengatasi gangguan spektral yaitu dengan cara memisahkan unsurunsur yang mengganggu.
Sesuai dengan tujuan dan fungsi nyala yang sesuai dengan suhu atomisasi suatu unsur, maka
terdapat beberapa komposisi nyala seperti :
argon-hidrogen
hidrogen-udara
udara-asetilen
dinitrogen oksida-asetilen
PERCOBAAN
Prinsip operasi metode ini yaitu diperlukan sumber cahaya dari luar yang memancarkan sinar
dengan panjang gelombang tertentu, yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk
mengubah tingkat energi elektronik dari tingkat dasar ke tingkat eksitasi suatu unsur. Sinar
dengan panjang gelombang yang diperlukan ini dilewatkan nyala yang mengandung unsur
yang akan diukur. Perbedaan antara intensitas sinar mula-mula dengan intensitas sinar yang
diteruskan diukur dan perbedaan ini sebagai nilai absorban dan besarnya berbanding lurus
dengan konsentrasi unsur yang mengabsorpsi sinar tersebut.
Beberapa percobaan ini merupakan usaha untuk memahami hal-hal sebagai
berikut :
1. Pembuatan kurva kalibrasi
2. Mencari dan menentukan batas deteksi
3. Mempelajari beberapa sifat gangguan dan cara mengatasinya
4. Mencari kondisi optimum seperti :
kecepatan gas pembakar
Penyiapan sampel :
Ambil sejumlah volume air buangan/minum, saring dengan kertas saring Whatman nomor
42, beri beberapa tetes HNO3 pekat, tempatkan dalam labu ukur 100 ml.
Alat :
Spektrometer Serapan Atom
Kertas saring Whatman nomor 42
Labu ukur 100 ml (10 buah), 250 ml (2 buah),
corong pendek
pipet ukur, dll.
Bahan Kimia :
Asam HNO3 dan HCl pekat.
Cara Pengukuran :
Buatlah kurva kalibrasi, secara grafik dan dengan metode least-square persamaan
linier, tentukan harga koefisien korelasi.
Buatlah batas deteksi alat terhadap unsur Fe, catatlah kondisi operasi alat.
Pertanyaan :
Dapatkah untuk analisis logam Fe dipakai nyala N2O-asetilen ? Terangkan
jawaban saudara!
2. Analisis Tanaman (Sayuran), untuk unsur Ca, Cu, Fe, Mg, Mn, K dan Zn.
Bahan Kimia :
Cara Pengerjaan :
Preparasi Sampel dan larutan standar
4. Siapkan larutan standar sesuai dengan jenis unsur yang akan ditentukan.
Untuk seri bagi unsur : Fe, Cu, Mn dan Zn dari 1,0 10,0 ppm
Untuk seri bagi unsur : Ca, Mg, dan K dari 0,1 5,0 ppm.
Cara Pengukuran :
1. Persiapkan pengoperasian alat (petunjuk instruktur)
2. Ukur serapan larutan standar dan larutan sampel dalam satu kondisi.
3. Buatlah kurva kalibrasi dengan metode least squarre, koefisien korelasi.
4. Tentukan batas deteksi alat terhadap unsur melalui larutan standar.
http://aliallink.blogspot.com/p/spektrofotometri-serapan-atom.html
atom. Komponen kunci pada metode spektrofotometri Serapan Atom adalah sistem (alat) yang
dipakai untuk menghasilkan uap atom dalam sampel. (Anonim, 2003)
Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan
sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut
mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode
Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian
diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono,1995).
Jika radiasi elektromagnetik dikenakan kepada suatu atom, maka akan terjadi eksitasi
elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Maka setiap panjang gelombang memiliki energi
yang spesifik untuk dapat tereksitasi ke tingkat yang lebih tingggi. Besarnya energi dari tiap panjang
gelombang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
E=h.
Dimana E = Energi (Joule)
h = Tetapan Planck ( 6,63 . 10 -34 J.s)
C = Kecepatan Cahaya ( 3. 10 8 m/s), dan
= Panjang gelombang (nm)
Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah
menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara
atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom
netral dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atomground state ini kemudian menyerap radiasi
yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat oleh unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang
gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang
diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu absorbansi
berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam
nyala. Kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi panjang nyala dapat dibuat konstan sehingga
absorbansi hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel. Teknikteknik analisisnya yaitu kurva kalibrasi, standar tunggal dan kurva adisi standar (Anonim, 2003).
Aspek kuantitatif dari metode spektrofotometri diterangkan oleh hukum Lambert-Beer, yaitu:
A = . b . c atau A = a . b . c
Dimana :
A = Absorbansi
= Absorptivitas molar (mol/L)
a = Absorptivitas (gr/L)
b = Tebal nyala (nm)
c = Konsentrasi
(ppm)
Absorpsivitas molar () dan absorpsivitas (a) adalah suatu konstanta dan nilainya spesifik
untuk jenis zat dan panjang gelombang tertentu, sedangkan tebal media (sel) dalam prakteknya
tetap. Dengan demikian absorbansi suatu spesies akan merupakan fungsi linier dari konsentrasi,
sehingga dengan mengukur absorbansi suatu spesies konsentrasinya dapat ditentukan dengan
membandingkannya dengan konsentrasi larutan standar.
3.5.2
Sumber Sinar
Sumber radiasi SSA adalah Hallow Cathode Lamp (HCL). Setiap pengukuran dengan SSA
kita harus menggunakan Hallow Cathode Lamp khusus misalnya akan menentukan konsentrasi
tembaga dari suatu cuplikan. Maka kita harus menggunakanHallow Cathode khusus. Hallow
Cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi
elektron atom.
Hallow Cathode Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang
sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari tungsten. Dengan pemberian
tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan dan atom-atom logam katodanya akan
teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang
gelombang tertentu (Khopkar, 1990).
Sumber radiasi lain yang sering dipakai adalah Electrodless Dischcarge Lamp lampu ini
mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan Hallow Cathode Lamp (lampu katoda cekung), tetapi
mempunyai output radiasi lebih tinggi dan biasanya digunakan untuk analisis unsur-unsur As dan Se,
karena lampu HCL untuk unsur-unsur ini mempunyai signal yang lemah dan tidak stabil yang
bentuknya dapat dilihat pada Gambar 4.
2.
Sumber atomisasi
Sumber
atomisasi
dibagi
menjadi
dua
yaitu
sistem
nyala
dan
sistem
tanpa
nyala. Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel diintroduksikan dalam
bentuk larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh
nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray). Jenis
nyala yang digunakan secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous
oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan analit
dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluorosensi.
1. Nyala udara asetilen
Biasanya menjadi pilihan untuk analisis mengunakan SSA. Temperatur nyalanya yang lebih
rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar pembentukan
oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan.
2. Nitrous oksida-asetilen
Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit
terurai. Hal ini disebabkan karena temperatur nyala yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur
tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, So, Ti, V, dan W.
Prinsip dari SSA, larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam
sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis.
Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap
tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar ( ground state ). Atom-atom ground state ini
kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang
bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang
gelombang yang diabsorbsi oleh atom dalam nyala.
3. Monokromator
Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari
spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp
4. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan
suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka.
5. Sistem pengolah
Sistem pengolah berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi besaran daya serap atom
transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam sistem pembacaan.
6.
Sistem pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat
dibaca oleh mata.
3.5.3
Tabel 2. Kondisi SSA untuk analisis logam Sn,Zn, dan Pb (Rohman, 2007)
Panjang gelombang
Logam
(nm)
Tipe nyala Kisaran kerja (g/L) Batas Deteksi (g/L)
Sn
224,6
UH
15-60
0,03
Zn
213,9
UA
0,4-1,6
0,001
Pb
217
Keterangan : UA = Udara-asetilen
UA
5-20
0,015
UH = Udara-Hidrogen
Teknik-teknik analisis
Dalam analisa secara spektrometri teknik yang biasa dipergunakan antara lain:
1.
2.
Asmp = . B. Csmp
. B = Astd/Cstd
. B = Asmp/Csmp
Sehingga:
Astd/Cstd = Asmp/Csmp
Csmp = (Asmp/Astd).Cstd
Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standard, konsentrasi larutan sampel dapat
dihitung.
3.
zat
dalam
sampel
(C x)dapat
dihitung
dengan
mengukur
Ax dan
ATdengan
spektrofotometer. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat suatu grafik
antara AT lawan Cs, garis lurus yang diperoleh diekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Gangguan dalam Spektrofotometri Serapan Atom
Berbagai faktor dapat mempengaruhi pancaran nyala suatu unsur tertentu dan
menyebabkan gangguan pada penetapan konsentrasi unsur.
1.
logam ini mudah bereaksi dengan fospat dibanding dengan kalsium sehingga reaksi antara kalsium
dengan fospat dapat dicegah atau diminimalkan. Gangguan ini dapat juga dihindari dengan
menambahkan EDTA berlebih. EDTA akan membentuk kompleks kelat dengan kalsium, sehingga
pembentukan senyawa refraktori dengan fospat dapat dihindarkan. Selanjutnya kompleks Ca-EDTA
akan terdisosiasi dalam nyala menjadi atom netral Ca yang menyerap sinar. Gangguan yang lebih
serius terjadi apabila unsur-unsur seperti: Al, Ti, Mo, V dan lain-lain bereaksi dengan O dan OH dalam
nyala menghasilkan logam oksida dan hidroksida yang tahan panas. Gangguan ini hanya dapat
diatasi dengan menaikkan temperatur nyala, sehingga nyala yang umum digunakan dalam kasus
semacam ini adalah nitrous oksida-asetilen.
2.
Gangguan ionisasi
Gangguan ionisasi ini biasa terjadi pada unsur-unsur alkali tanah dan beberapa unsur yang
lain. Karena unsur-unsur tersebut mudah terionisasi dalam nyala. Dalam analisis dengan SSA yang
diukur adalah emisi dan serapan atom yang tak terionisasi. Oleh sebab itu dengan adanya atomatom yang terionisasi dalam nyala akan mengakibatkan sinyal yang ditangkap detektor menjadi
berkurang. Namun demikian gangguan ini bukan gangguan yang sifatnya serius, karena hanya
sensitivitas
dan
linearitasnya
saja
yang
terganggu. Gangguan
ini
dapat
diatasi
dengan
menambahkan unsur-unsur yang mudah terionisasi ke dalam sampel sehingga akan menahan proses
ionisasi dari unsur yang dianalisis.
3.
2. Larutan standar Zn
3. Larutan standar Pb
4. Larutan HNO3 65%
5. Sampel :
6. Aquabides.
Cara Penelitian
Pembuatan Larutan
Pembuatan Larutan Standar Sn
Larutan Standar Sn induk 1000 mg/L dibuat dari larutan dengan merek dagang spektrosol.
Larutan Sn 100 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 1 mL larutan baku 1000 mg/L ke dalam labu
ukur 10 mL kemudian diencerkan sampai batas. Larutan standar Sn 10,0 mg/L; 20,0 mg/L; 30,0
mg/L; 40,0 mg/L dan 50,0 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 1 mL; 2 mL; 3 mL; 4 mL dan 5mL
larutan baku 100 mg/L ke dalam labu ukur 10 mL kemudian diencerkan sampai batas.
Pembuatan Larutan Standar Zn
Larutan Standar Zn induk 1000 mg/L dibuat dari larutan dengan merek dagang spektrosol.
Larutan Zn 10 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 0,1 mL larutan baku 1000 mg/L ke dalam labu
ukur 10 mL kemudian diencerkan sampai batas. Larutan standar Zn 0,2 mg/L; 0,4 mg/L; 0,6 mg/L;
0,8 mg/L dan 1 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 0,8 mL dan 1mL
larutan baku 10 mg/L ke dalam labu ukur 10 mL kemudian diencerkan sampai batas.
Pembuatan Larutan Standar Pb
Larutan Standar Pb induk 1000 mg/L dibuat dari larutan dengan merek dagang spektrosol.
Larutan Pb 10 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 0,1 mL larutan baku 1000 mg/L ke dalam labu
ukur 10 ml kemudian diencerkan sampai batas. Larutan standar Pb 0,5 mg/L; 1,0 mg/L; 2,0 mg/L; 3,0
mg/L dan 4,0 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 0,5 mL; 1 mL; 2 mL; 3 mL dan 4 mL larutan
baku 10 mg/L ke dalam labu ukur 10 mL kemudian diencerkan sampai batas.
Dari grafik Kurva Standar terdapat hubungan antara Konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A)
maka nilai yang dapat diketahui adalah nilai Slope dan Intersep, Kemudian nilai Konsentrasi sampel
dapat diketahui dengan memasukkan ke dalam persamaan regresi linear dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer yaitu:
Y = Bx + A
Dimana : Y
X
= Absorbansi Sampel
= Konsentrasi sampel
B = Slope
A = Intersep
Dari perhitungan regresi linear, maka dapat diketahui persentase dari sampel dengan menggunakan
rumus :
C Sebenarnya =
https://www.academia.edu/6926100/DASAR_TEORI_AAS_Spektrofotometri_Serapa
n_Atom