Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan
yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu
ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral),
transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,
bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik
paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus
bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan
2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta
(570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup
dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan
3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar
sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari
2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus
yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan
5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan
ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar
antara 80.000 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga,
setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB II
PEMBAHASAN
2.
3.
4.
5.
3. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui
pada penderita AIDS, panas lebih dari 1 bulan, batuk-batuk, sariawan dan
nyeri menelan,
badan
menjadi
kurus
sekali,
diare,
sesak
napas,
kognitif,
dan
lesi
oral.
Dan
disaat
fase
infeksi
Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama
penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling
umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan
suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal.
Pembagian Stadium :
a. Stadium pertama : HIV
Infeksi di mulai dengan masuknya HIV dan di ikuti dengan terjadinya perubahan
serologis ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi
positif. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibodi
terhadap HIVmenjadi positif di sebut dengan window period. Lama window
period adalah antara satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang dapat berlangsung
sampai enam bulan
Tabel 1
4 Tahap Derajat Infeksi HIV
Fase
Derajat
7
1
2
3
(CD4+; 200-500/ul)
Hiv dengan defesiensi imun yang berat (CD4+ < 200/ul)
di sebut dengan AIDS . Sehingga muncul CDC Amerika
(1993), pasien masuk alam kategori AIDS bila CD4+ <
200/ul
Tabel 2
Klasifikasi Klinis Infeksi HIV menurut WHO
Stadium
I
II
Gambaran Klinis
1. Asimptomatis
2. Limfadenopati generalisata
Skala Aktivitas
Asimptomatis,
aktivitas
normal
1. Berat badan menurun <10 Simptomatis
aktivitas
%
normal
2. Kelainan kulit dan mukosa
yang
ringan
dermatitis
prurigo,
seperti,
seboroik,
onikomikosis,
seperti
sinusitis
bakterialis
1. Berat badan menurun <
10%
2. Diare
Pada
umumya
lemah,
yang
berkepanjangan
pnemonia,
piomiositis
1. HIV wasting
dari 50%
Pneumocystis
carini
3. Toksoplasmosis otak
4. Diare
kriptosporidiosis
lebih dari satu bulan
5. Kriptokokosis
Ekstrapulmonal
6. Retinitis virus sitomegalo
7. Herpes simplek mukokutan
> 1 bulan
8. Leukoensefalopati
multifokal progresif
9. Mikosis diseminata seperti
histoplasmosis
10. Kandidiasis di esophagus,
trakea, bronkus, dan paru
11. Mikobakteriosis
atipikal
diseminata
12. Septisemia
salmonelosis
nontifoid
13. Tuberkulosis di luar paru
14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi
16. Ensealopati HIV
4. Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan
antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi
HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70%
9
dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang
menyerang sel target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam
jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal
ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam
DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang
baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang
disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau
penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel
limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit
T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan
mengatur sel-sel
kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong
melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki
limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah
terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini
penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang
terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak
mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam
darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan
sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel
virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam
menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum
terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya
mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
10
Fase ini disebut dengan imunodefesien, karena dalam serum pasien yang
terinfeksi HIV ditemukan adanya faktor supresif berupa antibodi terhadap
poliferase sel T. Adanya supresif pada poliferase sel T tersebut dapat menekan
sintesis dan sekresi limfokin, sehingga sel T tidak mampu memberikan respons
terhadap mitogen dan terjadi disfungsi imun yang ditandai dengan penurunan
kadar CD4+, sitokin, antibodi down regulation, TNF a, dan anti nef.
12
PATHWAY
Virus HIV
Menyerang T Limfosit,
sel saraf, makrofag,
monosit, limfosit B
Merusak seluler
HIV- positif ?
Reaksi psikologis
Organ target
Sensori
Gangguan
penglihatan
dan
pendengaran
Gangguan sensori
Gatal, sepsis,
nyeri
Infeksi
Dermatologi
Penyakit
anorektal
Disfungsi
biliari
Hepatitis
Respiratori
Diare
Cairan berkurang
Ensepalopati akut
hipertermi
Intolerans Aktivitas
Kompleks
demensia
Gangguan mobilisasi
Cairan berkurang
Lesi mulut
Gastrointestinal
Nutrisi inadekuat
Manifestasi saraf
Manifestasi oral
Nutrisi inadekuat
Immunocompromise
13
5. Patogenesis
a. Penularan dan Masuknya Virus
HIV dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinalis, semen, air
mata, sekresi vagian atau serviks, urin, ASI, dan air liur. Penularan terjadi
paling efisien melalui darah dan semen . HIV juga dapat ditularkan
melalui air susu dan sekresi vagian atau serviks. Tiga cara utama
penularan adalah kontak ibu-bayi. Setelah virus ditularkan akan terjadi
serangkaian proses yang kemudian menyebabkan infeksi.
b. Perlekatan Virus
Virion HIV matang memiliki bentuk hamper bulat. Selubung
luarnya, atau kapsul viral, terdiri dari lemak lapis-ganda yang
mengandung banyak tonjolan protein. Duri-duri ini terdiri dari dua
glikoprotein: gp120 dan gp41. Gp mengacu kepada glikoprotein dan
angka mengacu kepada massa protein dalam ribuan Dalton. Gp120
adalah selubung permukaan eksternal duri, dan gp41 adalah bagian
transmembran.
Terdapat suatu protein matriks
yang
14
proses
kompleks
yang
apabila
berjalan
lancer,
c. Replikasi Virus
Setelah terjadi fusi sel-virus, RNA virus masuk ke bagian tengah
sitoplasma limfosit CD4+. Setelah nukleokapsid dilepas, maka terjadi
transkripsi terbalik (reverse transcription) dari satu untai-tunggal RNA
menjadi DNA salinan (cDNA) untai-ganda virus. Integrase HIV
membantu insersi cDNA virus ke dalam inti sel pejamu. Apabila sudah
terintegrasi ke dalam kromosom sel pejamu, maka dua untai DNA
sekarang menjadi provirus (Greene, 1993). Provirus menghasilkan RNA
messenger (mRNA) yang meninggalkan inti sel dan masuk ke dalam
sitoplasma. Tahap akhir produksi virus membutuhkan suatu enzim virus
yang disebut HIV protease, yang memotong dan menata protein virus
menjadi segmen-segmen kecil yang mengelilingi RNA virus, membentuk
partikel virus menular yang menonjol dari sel yang terinfeksi. Sewaktu
menonjol dari sel pejamu, partikel-partikel virus tersebut akan
terbungkus oleh sebagian dari membrane sel yang terinfeksi. HIV yang
baru terbentuk sekarang dapat menyerang sel-sel rentan lainnya di
seluruh tubuh.
Replikasi HIV berlanjut sepanjang periode latensi klinis, bahkan
saat hanya terjadi aktivitas virus yang minimal di dalam darah
(Embretson et al., 1993; Panteleo et al., 1993). HIV ditemukan dalam
jumlah besar di dalam limfosit CD4+ dan makrofag di seluruh system
limfoid pada semua tahap infeksi. Partikel-partikel virus juga telah
dihubungkan dengan sel-sel dendritik
folikular, yang
mungkin
yang sangat cepat, dengan waktu-paruh virus dan sel penghasil virus di
dalam plasma sekitar 2 hari (Wei et al., 1995; Ho et al., 1995). Aktivitas
ini menunjukkan bahwa terjadi pertempuran terus menerus antara virus
dan system imun pasien
6. Komplikasi
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 )
antara lain:
a. Pneumonia pneumocystis (PCP)
b. Tuberculosis (TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma Kaposi
h. Kanker getah bening
i. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)
7. Pencegahan
Dengan mengetahui cara penularan HIV/AIDS dan sampai saat ini
belum ada obat yang mampu memusnahkan HIV/AIDS maka lebih mudah
melakukan pencegahannya.
a. Prinsip ABCDE yaitu :
A = Abstinence (Puasa Sesk, terutama bagi yang belum menikah)
B = Befaithful (Setia hanya pada satu pasangan atau menghindari
berganti- ganti pasangan)
C = use Condom (Gunakan kondom selalu bila sudah tidak mampu
menahan seks)
D = Drugs No (Jangan gunakan narkoba)
E = sterilization of Equipment (Selalu gunakan alat suntik steri)l
b. Voluntary Conseling Testing (VCT)
17
18
tiap
3-6
bulan,
dan
bila
<200
diberikan
profilaksi
Bila
tidak
tersedia
peralatan
untuk
pemeriksaan
19
9. PenatalaksanaanMedis
a. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :
1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri
dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
2) Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
<>3
Sekarang,
AZT
tersedia
untuk
pasien
dengan
Human
Didanosine
Ribavirin
Diedoxycytidine
Recombinant CD 4 dapat larut
maka
perawat
unit
khusus
perawatan
kritis
semua
tahap
dini
penyakit
infeksi
HIV,
mencapai
intoleransi
laktosa,
kemampuan untuk
mual
perubahan
muntah,
meningkatkan
dan
indra pengecap
dan kesulitan
menelan,
disesuaikan
dengan
toleransi
pasien. Apabila
ada
21
bening).
nfeksi HIV dengan gangguan saraf.
Infeksi HIV dengan TBC.
Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara,
yaitu secara oral, enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan
makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak
mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental
sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.
Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.
a) Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut,
dengangejala panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak
nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera setelah
pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur
22
atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan
membosankan. Untuk memenuhi
dan mineral.
terjadi penurunan
berat
badan,
maka
dianjurkan
23
AKTIFITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Mudah lelah, berkutangnya toleransi terhadap aktifitas biasanya.
Progesi kelelahan/malaise. Perubahan Pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunya masa otot. Respon fiiologis terhadap
aktifitas seperti perubahan TD, frekuensi jantung, pernapasan
SIRKULASI
Gejala : Proses penyembuhan uka yang lambat (bila anemia); pendarahan
lama pada cedera (jarang terjadi)
Tanda : Takikardia perubahan TD postural, menurunnya volume nadi periver,
pucat atau sianosis, perpanjangan pengisian kapier.
INTEGRITAS EGO
Gejala : Faktor stree yang berhubunan dengan kenilangan. Miss, dukungan
Keluarga, hubungn dengan orang lain penghasilan, gaya hidup tertentu, dan
distress spiritual.
Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat, dan menurunnya berat
badan.
Mengingkari diagnose, merasa tidak berdaya, putu asa, tidak berguna, rasa
bersalah ken=hilangan control diri dan depresi.
Tanda : Meninkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.
Prilaku marah, portur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata yang
kurang.
Gagal menepati janji atau banyak janji uantuk periksa dengan gejala yang
sama.
ELIMINASI
Gejala : Diare intermitan, terus menerus, sering engan atau tampa disertai
kram abdomen. Nyeri panggul, ras terbakas saat miksi
Tanda :
24
gigi/gusi
yang
bururk,
adanya
gigi
anggal.
Edema
(umum,dependen)
HIEGENE
Gejala : Tidak dapat menyelasaikan AKS
Tanda : Memperlihatkan penampilan yang rapi.
Kekurangnan dalam banya atau emua perawatan diri, akivitas perawatan diri
NEURUSENSORI
Gejala : Pusing/pening. Sakit kepala.
Perubahan status mental, kehilangan ketajaman atau kemempuan diri untuk
mengatasi masalah, tidak mampu nengingat dan konsentrasi menurun.
Kerusakan sensasi atau indra posisi dan geratan.
Kelemahan otot, temor, dan perubahan ketajaman pengelihatan
25
27
3. INTERVENSI
DX1 : NYERI BERHUBUNGAN DENGAN INFLAMASI/
KERUSAKAN JARINGAN
Hasil yang diharapkan :
Keluhan hilang
Menunjukan aekspresi wajah rileks
Dapat tidur atau beristirahat secara adekuat.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan 1. Mengindikasikan
kebutuhan
28
misalnya
gelisah,
meringis.
2. Instruksikan
takikardia,
pasien
untuk
2. Meningkatkan
relaksasi
dan
perasaan rileks.
analgesik
atau
untuk
memberikan
analgesia 24 jam.
penurunan
Obat
yang
dikontrol
mempertahankan
analgesia
tetap
stabil,
kekurangan
atau
kelebihan obat-obatan
5. Lakukan tindakan paliatif misal 5. Meningkatkan relaksasi
atau
mencegah
pengubahan
posisi,
masase,
darah
kadar
INTERVENSI
1. Kaji
kemampuan
mengunyah,
untuk 1. Lesi
merasakan
dan
menelan.
RASIONAL
mulut, tenggorok
dan
sering
berupa
makanan
juga
pilihan
minuman
yang
memberi
perasaan
pemasukan.
kebutuhan
akan
dengan
disukai pasien.
Dorong
konsumsi
berkalori
tinggi
makanan
yang
dapat
yang
rencana
menghidangkan
mulut
menyebabakan
dapat
pasien
akan
enggan
untuk
meningkatakan
pemasukan makanan.
5. Mengindikasikan status nutrisi
30
5. Tinjau
ulang
laboratorium,
pemerikasaan
misal
BUN,
dan
fungsi
organ,
mengidentifikasi
dan
kebutuhan
pengganti.
obat
anti
emetic
misalnya metoklopramid.
INTERVENSI
1. Pantau pemasukan
pemasukan
oral
cairan
RASIONAL
dan 1. Mempertahankan keseimbangan
sedikitnya
2.500 ml/hari.
melembabkan
yang
dibutuhkan,
membrane
mukosa.
2. Meningkatkan pemasukan cairan
tertentu
mungkin
menimbulkan
nyeri
terlalu
untuk
misalnya Gatorade.
3. Kaji turgor kulit, membrane
mukosa dan rasa haus.
4. Hilangakan
makanan
yang
pedas,
status cairan.
4. Dapat mengurangi diare
berkadar
konsentrasi
makanan
yang
diberikan
berselang
jika
dibutuhkan
5. Berikan obat-obatan anti diare
misalnya ddifenoksilat (lomotil),
5. Menurunkan
jumlah
dan
MUSKULER
(MELEMAHNYA
OTOT-OTOT
PERNAFASAN)
Hasil yang diharapkan :
1.
INTERVENSI
RASIONAL
Auskultasi bunyi nafas, tandai 1. Memperkirakan
adanya
penurunan,
infeksi
atau
kehilangan
pernafasan,
misalnya
pneumoni
pernafasan,
peningkatan
dan
dispnea, ansietas
kerja
munculnya
dan
peningkatan
menunjukkan
kesulitan
32
batuk,
aspirasi
menarik
nafas
kebutuhan.
4. Berikan tambahan
O2
sesuai
atau
infeksi
yang
efektif
untuk
mencegah
atau
kemampuannya.
INTERVENSI
1. Kaji pola tidur dan
RASIONAL
catat 1. Berbagai
factor
dapat
meningkatkan
kelelahan,
atau berperilaku
2. Rencanakan
perawatan
obatan
untuk 2. Periode istirahat yang
sering
aktifitas
memperbaiki
pada
waktu
pasien
sangat berenergi
energi.
atau
menghemat
Perencanaan
akan
memperbaiki
perasaan
33
respon
aktif
psikologis
aktifitas,
TD,
misal
frekuensi
tanpa
menyebabkan
tanpa
menyebabkan
mempertahankan
meningkatkan
kekuatan
atau
dan
tonus otot
34
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kesimpulan: AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan
atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar (bukan
dibawa sejak lahir)dan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai
dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa dan gejala yang nyata hingga
keadaan ini imunosuprsi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat
membawa kematian dan dengan kelianan malignitas yang jarang terjadi
2. Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus
sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
3. Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah
( transfuse darah, penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang
mengandung AIDS), transmisi dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.
B. Saran
Agar pembaca dapat mengenali tentang pengertian AIDS dan menerapkan
asuhan keperawatan AIDS pada klienAIDS.
35
DAFTAR PUSTAKA
Tahun
2011.
http://www.depkes.go.id/
downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf 2.
Diakses pada tanggal 5 Mei 2015. Pukul 20.00 WITA
36
37