Você está na página 1de 66

BAB I

PENDAHULUAN
Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten. Pada dasarnya
prosedur audit diklasifikasikan menurut tujuan audit dalam kategori sebagai beikut:
1

Perencanaan Audit (Planning the Audit)


Terlebih dahulu harus merencanakan sasaran yang akan di audit kemudian harus
memahami sasaran tersebut, kemudian mengumpulkan informasi awal yang dibutuhkan
dan mengidentifikasikan resiko.

Pengujian Pengendalian (Test of Controls)


Melakukan observasi terhadap pengendalian dan mengevaluasi sistem yang telah ada,
apakah sistem sudah berjalan dengan baik atau belum.

Pengujian Subtantif
a. Pengujian Transaksi (Test of Transactions)
Melakukan pengujian terhadap seluruh aktivitas transaksi yang terjadi.
b. Pengujian Keseluruhan Hasil (Test of Overall Result)
Melakukan pengujian terhadap efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan komputerisasi.

Penyelesaian Audit (Completion of the Audit)


Membuat kesimpulan atau rekomendasi untuk dikomunikasikan pada manajemen

Bab 2
1

Pembahasan

1. Kas
Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah ntuk diselewengkan
menurut SAK 1994:
1. kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan
umum perusahaan.
2. Bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas untuk
membiayai kegiatan mum perusahaan.
Contoh dari perkiraan2 yang biasa digolongkan sebagai kas dari bank adalah:
a. Kas Kecil
b. Saldo Rekening Giro Di Bank.
c. Bon Sementara
d. Bon-Bon Kas Kecil yang belum Di Reimbursed
e. Check tunai yang akan di depositokan
Yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan bank dalam neraca adalah
a. Deposito berjangka yang jatuh tempo lebih dari 3 bulan
b. Check kosong dan check mundur
c. Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund)
d. Rekening giro yg tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun di luar negeri,
misalnya karena dibekukan
Menurut PSAK no.2 kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.
Setara kas (cash equivalent) merupakan Investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek
dan yang dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan
nilai yang sangat signifikan untuk tujuan investasi atau lainnya. Oleh karena itu, investasi
umumnya diklasifikasikan sebagai setara kas hanya jika akan segera jatuh tempo dalam waktu
tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehan .Cerukan ( bank overdraft) merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pengelolaan kas perusahaan
I. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) KAS DAN SETARA KAS
1. untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas dan setara kas
serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
Beberapa ciri internal control:

a. Adanya pemisahan tugas dan tanggungjawab antara yang menerima dan yang
mengeluarkan kas dengan yang melakukan pencatatan, memberikan otoritas atas
pengeluaran dan penerimaan kas dan bank
b. Pegawai yang membuat rekonsiliasi bank harus lain dari pegawai yang mengerjakan
buku bank. Rekonsiliasi bank dibuat setiap bulan dan harus ditelaah oleh kepala
bagian akuntansi
c. Digunakannya impress fund system untuk mengelola kas kecil
d. Penerimaan kas, cek dan giro harus di setor ke bank dalam jumlah seutuhnya
e. Uang kas disimpan di tempat yang aman
f. Uang kas harus dikelola dengan baik
2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca pertanggal neraca
betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan, maksudnya auditor harus meyakinkan dirinya
bahwa kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan betul-betul ada dan dimiliki perusahaan
dan bukan milik pribadi direksi atau pemegang saham. Karena itu auditor harus melakukan
kas opname dan mengirim konfirmasi ke bank.
3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan kas dan setara kas. Jika
perusahaan menyisihkan sebagian dana yang dimiliki untuk keperluan pelunasan obligasi
berikut bunganya maka dana tersebut tidak dapat dilaporkan sebagai bagian dari kas di
harta lain. Begitu juga jika ada saldo rekening giro yang dibekukan karena perusahaan
tersangkut suatu masalah hukum, maka saldo tersebut tidak boleh dilaporkan sebagai
bagian dari kas di harta lancar.
4. Untuk memeriksa seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta asing, apakah
saldo tersebut sudah dikonversikan terhadap rupiah dengan menggunakan kurs dengan
Bank Indonesia pada tanggal neraca dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan
atau dikreditkan ke laba rugi tahun berjalan.
5. Untuk memeriksa apakah penyajiannya neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Menurut SAK:
a.
kas dan setara kas disajikan di neraca sebagai harta lancer
b.
Kas dan setara kas yang penggunaannya dibatasi dapat dimasukan dalam aktiva lancr
hanya jika pembatasan tersebut dilakukan untuk menyisihkan dana untuk melunasi
kewjiban jangka pendek atau jika pembatasan tersebut hanya berlaku selama satu
tahun.
c.

II.

Saldo kredit pada perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai
kewajiban jangka pendek.

PROSEDUR PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS.

1. Pahami dan evaluasi IC atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas dan bank
2. Buat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca
3. Lakukan Cash Count per tanggal neraca
4. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dlm hal tdk dilakukan kas
opname
5. Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan
6. Minta rekonsiliasi bank per tanggal neraca
7. Lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi tersebut
8. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit
9. Periksa inter bank transfer 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca
10. Periksa transaksi kas sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal selesainya
pemeriksaan lapangan
11. Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal neraca,
periksa apakah saldo tsb sdh dikonfirmasi ke dalam rupiah dgn menggunakan kurs tengah
BI dan apakah selisihnya sdh dibebankan pada laba rugi tahun berjalan
12. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan atas laporan keuangan ,
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
13. Buat kesimpulan Top Schedule kas dan setara kas atau di memo tersendiri mengenai
kewajaran dari cash on hand dan in bank, setelah menjalankan audit di atas.
Penjelasan prosedur pemeriksaan kas dan setara kas
1. Pahami dan evaluasi internal control kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas dan bank.
Proses memaham dan mengevalusi inetrnal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluran kas dan Bank merupakan bagian yang sangat penting dalam
suatu proses pemeriksaan akuntan. Kas dan setara kas dalam perusahaan sering dikatakan
sebagai darah dalam tubuh manusia.
Jika perusahaan mengalami kesulitan uang, sama seperti manusia yang lesu darah atau
kekurangan darah.
Langkah berikutnya, auditor harus melakukan compliance test ( pengujian ketaatan) , namun
sebelumnya perlu disusun audit program untuk pengujian ketaatan atas transaksi penerimaan
dan pengeluaran kas/bank sebagai berikut
Penerimaan Kas/bank
a.
b.

Ambil sample bukti penerimaan kas/bank secara random : misal semua penerimaan kas yang
berjumlah > Rp 10 juta ditambah 10 penerimaan kas/Bank yang berjumlah < Rp 10 juta.
Periksa apakah bukti penerimaan kas tersebut :

Sudah diotorisasi pejabat perusahaan yang berwenang, Lengkap bukti pendukungnya (misal
kwitansi bernomor urut, cetak deposit slip). Mencantumkan nomor perkiraan yang kredit
dengan benar dan perhitungan mathematisnya sudah benar.
Periksa apakah posting ke buku kas ( untuk penjualan tunai ) dan piutang ( untuk pelunasan
piutang) serta buku besar penjualan sudah dilakukan dengan benar. Begitu juga posting ke
sub buku besar piutang .
Tarik kesimpulan mengenai hasil compliance test.

c.

d.

Pengeluaran kas/bank
1) Ambil sample bukti pengeluaran kas/bank secara random : semua pengeluaran kas yang
misalnya berjumlah > RP 5 juta ditambah 10 pengeuaran kas/bank berjumlah < Rp 5 juta.
2) Periksa apakah bukti pengeluaran kas tersebut :

Sudah diotorisasi pejabat perusahaan yang berwenang.


Lengkap bukti pendukungnya ( misal PR,PO, supplier invoice, RR,
Kwitansi dari supplier dan lain-lain).
Mencantumkan nomor perkiraan yang di debit dengan benar
Perhitungan mathematisnya sudah benar.

3) Periksa apakah posting ke buku besar


dilkakukan dengan benar.

dan sub buku besar ( misalnya hutang) sudah

4) Tarik kesimpulan mengenai hasil compliance test.


2. Pahami dan evaluasi internal control kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas dan bank.
Proses memaham dan mengevalusi inetrnal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluran kas dan Bank merupakan bagian yang sangat penting dalam
suatu proses pemeriksaan akuntan. Kas dan setara kas dalam perusahaan sering dikatakan
sebagai darah dalam tubuh manusia.
Jika perusahaan mengalami kesulitan uang, sama seperti manusia yang lesu darah atau
kekurangan darah.
Langkah berikutnya, auditor harus melakukan compliance test ( pengujian ketaatan) , namun
sebelumnya perlu disusun audit program untuk pengujian ketaatan atas transaksi penerimaan
dan pengeluaran kas/bank sebagai berikut
Penerimaan Kas/bank
1. Ambil sample bukti penerimaan kas/bank secara random : misal semua penerimaan kas yang
berjumlah > Rp 10 juta ditambah 10 penerimaan kas/Bank yang berjumlah < Rp 10 juta.
5

2. Periksa apakah bukti penerimaan kas tersebut :

Sudah diotorisasi pejabat perusahaan yang berwenang


Lengkap bukti pendukungnya( misal kwitansi bernomor urut cetak , deposit slip)
Mencantumkan nomor prkiraan yang kredit dengan benar dan perhitungan
mathematisnya sudah benar.

3. Periksa apakah posting ke buku kas ( untuk penjualan tunai ) dan piutang ( untuk pelunasan
piutang) serta buku besar penjualan sudah dilakukan dengan benar. Begitu juga posting ke
sub buku besar piutang .
4. Tarik kesimpulan mengenai hasil compliance test.
Pengeluaran kas/bank
1. Ambil sample bukti pengeluaran kas/bank secara random : semua pengeluaran kas yang
misalnya berjumlah > RP 5 juta ditambah 10 pengeuaran kas/bank berjumlah < Rp 5 juta.
2. Periksa apakah bukti pengeluaran kas tersebut :
Sudah diotorisasi pejabat perusahaan yang berwenang.
Lengkap bukti pendukungnya ( misal PR,PO, supplier invoice, RR, kwitansi
dari
supplier dan lain-lain).
Mencantumkan nomor perkiraan yang di debit dengan benar
Perhitungan mathematisnya sudah benar.
3. Periksa apakah posting ke buku besar dan sub buku besar ( misalnya hutang) sudah
dilkakukan dengan benar.
4. Tarik kesimpulan mengenai hasil compliance test.
5. Buat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca.
6. Lakukan cash account, Jika klien menggunakan imprest fund system untuk kas
kecilnya,cash count bisa dilakukan kapan saja karena saldo kas selalu tetap.
Perbedaan journal entry antara imprest fund system dan fluctuating fund system dalam
pengelolaan kas kecil adalah sebagai berikut:
1. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal tidak dilakukan kas
opname.
2. Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan. Surat konfirmasi
harus tetap dikirim walaupun perusahaan sudah menerima rekening Koran dari bank.
3. Minta rekonsiliasi bank dan dilakukan pemeriksa atas rekonsiliasi bank tersebut.
Rekonsiliasi bank harus dibuat oleh klien dan tugas auditor adalah memeriksa kebenaran
rekonsiliasi tersebut.
4. Review jawaban konfirmasi dari bank,notulen rapat dan perjanjian kredit untuk mengetahui
apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki perusahaan.
6

5. Periksa interbank transfer 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk mengetahui
adanya ketting dengan tujuan untuk window dressing.
6. Periksa Transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent payment dan subsequent
collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan .
7. Seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing per tanggal neraca ,periksa
apakah saldo tersebut sudah dikonfersikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs
tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau
dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
8. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas merupakan harta lancar,saldo depossito
berjangka yang jatuh tempo lebih dari tiga bulan tidak boleh dilaporkan sebagai kas dan
bank.

2. PIUTANG USAHA
Menurut Donald E. Keiso (2004:386), piutang adalah klaim uang, barang, jasa kepada
pelanggan atau pihak pihak lainnya. Sedangkan menurut Sukrisno Agoes, (2004:173), piutang
usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara
kredit.Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, di mana yang paling umum ialah dari
penjualan barang atau jasa secara kredit. Kredit dapat diberikan dalam bentuk perkiraan terbuka
atau berdasarkan instrumen kredit yang sahih, yang disebut surat promes (wesel). Surat promes
(promissory note), yang sering disebut wesel (nota), adalah janji tertulis untuk membayar
sejumlah uang tertentu atas permintaan atau pada suatu tanggal yang telah ditetapkan.
KLASIFIKASI PIUTANG
Piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Piutang usaha
a) Piutang dagang
b) Piutang jasa
2) Piutang non usaha
a) Piutang karyawan
b) Piutang deviden
c) Piutang pendapatan yang masih harus diterima
d) Piutang klaim asuransi
7

e) Piutang wesel
f) Piutang lain-lain
PRINSIP AKUNTANSI YANG DITERIMA UMUM UNTUK PENYAJIAN PIUTANG PADA
LAPORAN POSISI KEUANGAN
1. Piutang usaha harus disajikan dalam neraca sebesar jumlah yang harus ditagih
2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan piutang usaha, harus mencantumkan
pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah jumlah bersih.
3. Jika piutang usaha bersaldo material pada neraca harus disajikan rinciannya di neraca
atau dibuatkan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).
4. Piutang usaha yang bersaldo kredit terdapat pada kartu piutang pada tanggal neraca
disajikan dalam kelompok hutang lancar.
5. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari piutang usaha
TUJUAN AUDIT PIUTANG
Menurut Sukrisno Agoes (2004:173), tujuan audit atas piutang antara lain :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas
piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke otentikan) dari pada piutang.
3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya
perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul
karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.

PROSEDUR AUDIT ATAS PIUTANG

Menurut Sukrisno Agoes (2004:176), prosedur audit piutang usaha antara lain :
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca.Minta aging
shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama
pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent collectionsnya.
3. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ledger.
4. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.
5. Kirimkan konfirmasi piutang: (1) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang
akan dikirim surat konfirmasi. (2) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif
atau konfirmasi negatif. (3) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang
maupun di surat konfirmasi. (4) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan
kepada klien untuk dicari perbedaannya. (5) Buat ikhtisar (summary) dari hasil
konfirmasi
6. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai
subsequent collectionshanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang
sedang diperiksa.
7. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui
kemungkinan adanya contingent liability.
8. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
9. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barangbarang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal
neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun
yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
10. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.
9

11. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/SAK
12. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

3. Audit Persediaan
Audit Persediaan adalah merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya
nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh
karena itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam
pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan.

Adapun tujuan utama pemeriksaan persediaan adalah untuk menentukan bahwa :


-

Persediaan secara fisik benar-benar ada

Prosedur pisah batas (cut-off) persediaan telah dilakukan dengan memuaskan

Persediaan telah dinilai sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PSAK) yang
diterapkan secara konsisten

Persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang, rusak, dapat diidentifikasika
dengan tepat dan dicadangkan dalam jumlah yang memadai

Penghitungan matematis dalam daftar persediaan telah dibuat dengan cermat Persediaan
yang dijaminkan telah diidentifikasikan dan diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas
laporan keuangan

Walaupun tujuan-tujuan audit yang disebutkan di atas diarahkan terutama atas eksistensi
dan valuasi persediaan dalam neraca, tetapi auditor harus selalu ingat bahwa audit terhadap akun
persediaan yang dilakukannya harus berhubungan dengan harga pokok penjualan dan akun-akun
terkait lainnya dalam laporan laba rugi.
Beberapa tahapan prosedur audit yang harus dilakukan auditor dalam melakukan pemeriksaan
atas akun persediaan diantaranya adalah :
1. Pemahaman Bisnis Klien kecukupan pemahaman atas bisnis perusahaan merupakan
dasar terhadap audit persediaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh auditor
10

melalui Kuesioner Pemahaman Bisnis dan Jenis Usaha Klien akan memberikan auditor
pemahaman mengenai aspek-aspek unik dari bisnis dan jenis usaha, seperti faktor
musiman dan siklus, sifat dari keuangan, metode dan kebijaksanaan penjualan, kondisi
persaingan usaha, bahan baku dan sumbernya, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang
berkaitan dengan kebijaksanaan operasi perusahaan serta karakteristik sistim informasi
termasuk metode costing. Pemahaman ini memungkinkan auditor untuk mencapai
kesimpulan mengenai aspek-aspek laporan keuangan sehubungan dengan persediaan.
2. Penilaian Pengendalian Intern tujuan pengendalian intern atas persediaan adalah untuk
meyakinkan bahwa (a) adanya pengendalian yang memadai terhadap mutasi persediaan,
(b) semua transaksi persediaan telah dicatat dan diklasifikasikan dengan tepat, (c)
penghitungan fisik persediaan telah dijalankan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan, (d) harga perolehan persediaan telah ditentukan dengan tepat, (e) penyesuaian
atas persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang dan rusak telah dilakukan
dengan tepat.
3. Pengujian Substantif tujuan utama pengujian substantif terhadap persediaan adalah
untuk memberikan bukti nyata dari keberadaan dan penilaian persediaan. Pengujian ini
meliputi observasi dan pengujian penghitungan fisik (stock taking), pengujian ringkasan
dan pengujian harga.
Observasi dan Pengujian Fisik Persediaan
Observasi penghitungan fisik merupakan prosedur pemeriksaan umum. Keikutsertaan
auditor pemeriksa dalam penghitungan fisik dan observasinya akan memberikan kepuasan dalam
menilai metode penghitungan fisik yang dilakukan dan ketaatan perusahaan atas penyajian
kuantitas serta kondisi fisik persediaan.
Apabila auditor tidak dapat melakukan observasi atas penghitungan fisik persediaan
karena adanya pembatasan pemeriksaan, maka auditor dapat memberikan pendapat dengan
kualifikasi atau tidak memberikan pendapat sama sekali atas laporan keuangan perusahaan yang
diperiksanya.
Ada beberapa metode penghitungan fisik persediaan, antara lain :
1. Penghitungan fisik secara menyeluruh yang dilaksanakan setahun sekali pada tanggal neraca
atau pada tanggal tertentu yang dihadiri auditor.
2. Penghitungan yang kontinue yang dilakukan atas seluruh persediaan sekurang-kurangnya
sekali dalam setahun

11

3. Penghitungan ulang atas semua seksi yang terbesar dengan menghitung sekurang-kurangnya
sekali dalam setahun untuk seksi-seksi lainnya.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 331 mengenai Sediaan mengatur
mengenai penghitungan fisik persediaan yang dilakukan oleh auditor.
Dalam paragraf 3 diatur bahwa jika kuantitas sediaan hanya ditentukan melalui penghitungan
fisik, dan semua penghitungan dilakukan pada tanggal neraca atau pada suatu tanggal dalam
periode yang tepat, baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca, maka perlu bagi auditor untuk
hadir pada saat penghitungan fisik sediaan dan, melalui pengamatan, pengujian dan permintaan
keterangan memadai, untuk meyakinkan dirinya tentang efektivitas metode penghitungan fisik
sediaan
dan mengukur keandalan yang dapat diletakkan atas representasi klien tentang
kuantitas dan kondisi fisik sediaan.
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan auditor dalam penghitungan fisik persediaan,
diantaranya adalah :
1. Selama penghitungan fisik persediaan, auditor harus memastikan bahwa pengendalian atas
prosedur pemasukan dan pengeluaran barang atau pergerakan intern barang selama penghitungan
berlangsung telah diikuti sebagaimana mestinya, untuk menilai kecermatan pisah batas (cut-off)
yang telah dilakukan. Jika memungkinkan, sebaiknya proses produksi dihentikan sementara
selama berlangsungnya penghitungan fisik persediaan ataupun penghitungan fisik dilakukan
pada saat tidak adanya kegiatan penerimaan maupun pengeluaran barang di gudang.
2. Auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya barang konsinyasi (titipan) yang bukan
menjadi milik perusahaan, barang jaminan dan lainnya
3. Kemungkinan adanya persediaan yang tidak berada dalam pengawasan perusahaan, misalnya
barang yang berada di lokasi gudang umum, barang yang dipegang oleh penjual, barang
konsinyasi dan lainnya. Untuk jenis persediaan ini, prosedur audit yang harus dilakukan adalah
dengan melakukan konfirmasi langsung secara tertulis ataupun dengan penghitungan fisik.
4. Auditor harus memastikan bahwa persediaan dalam perjalanan benar-benar belum diterima
sampai pada saat penghitungan fisik persediaan berlangsung.
Jika penghitungan fisik persediaan dilakukan setelah tanggal neraca, auditor harus
melakukan tarik mundur (draw back) hasil penghitungan fisik persediaan ke saldo tanggal
neraca. Prosedur ini terutama diperlukan untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
pencatatan saldo persediaan pada tanggal neraca telah sesuai dengan fisik persediaan yang ada di
gudang.
Pengujian atas Penentuan Harga Pokok Persediaan
12

Harga pokok persediaan umumnya ditentukan dengan metode rata-rata, FIFO ataupun LIFO.
Dalam meakukan pemeriksaan atas akun persediaan, auditor harus melakukan pengujian untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa metode yang digunakan dalam menilai persediaan telah
sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan.
Kuesioner Pengendalian Intern Persediaan
Kuesioner berkaitan dengan pengendalian intern persediaan di gudang yang biasanya ditanyakan
oleh auditor selama berlangsungnya pemeriksaan diantaranya adalah :
-

apakah persediaan dipisahkan secara memadai antara bahan baku, barang dalam proses,
bahan pembantu maupun barang jadi

apakah terdapat pengamanan yang cukup terhadap pencurian, kerusakan, kebakaran,


banjir maupun risiko lainnya

apakah persediaan berada di bawah pengawasan penjaga gudang

apakah gudang tempat penyimpanan barang hanya dapat dimasuki oleh petugas gudang

apakah barang dalam gudang hanya boleh dikeluarkan berdasarkan bukti permintaan dan
bukti pengeluaran barang yang telah disetujui oleh pejabat berwenang

apakah ada prosedur/pengawasan barang masuk atau keluar gudang, seperti penjaga
pintu, pengecekan ulang antara barang di truk dengan dokumen bersangkutan dan lainnya

jika perusahaan menggunakan sistim persediaan perpetual, apakah pencatatan di kartu


persediaan dibuat terpisah untuk masing-masing kelompok persediaan

apakah orang yang melaksanan pencatatan pada kartu persediaan bukan orang yang
berfungsi sebagai penjaga gudang

apakah secara periodik, jumah barang yang ada di kartu persediaan dicocokkan dengan
buku besar

apakah saldo persediaan dihitung secara fisik sekurang-kurangnya setahun sekali dan
dicocokkan dengan kartu persediaan.

PEMERIKSAAN SIKLUS PERSEDIAAN

13

Persediaan terdiri dari berbagai bentuk yang berbeda, tergantung pada sifat kegiatan usaha. Audit
atas persedian sering kali merupakan bagian audit yang rumit dan memakan banyak waktu,
karena:
a. Pada umunya persediaan merupakan jenis perkiraan yang besar di dalam neraca, dan
sering merupakan unsur terbesar dari keseluruhan modal kerja (working capital account)
b. Persediaan berada pada lokasi yang berbeda, yang menyulitkan pengendalian secara fisik
serta penghitungannya
c. Keanekaragaman jenis persediaan menyebabkan berbagai kesulitan bagi auditor
d. Penilaian atas persediaan juga selalu menyulitkan karena adanya faktor keuangan dan
kebutuhan untuk mengalokasikan biaya-biaya pabrik ke dalam persediaan
e. Adanya beberapa metode penilaian persediaan yang dapat digunakan, tapi setiap klien
tertentu harus menggunakan satu metode secara konsisten dari tahun ke tahun
Sifat dasar audit atas siklus persediaan adalah eratnya hubungan siklus ini dengan siklussiklus transaksi lain di dalam organisasi tersebut. Hubunganya dengan siklus perolehan dan
pembayaran serta siklus penggajian dan personalia dilihat dari pendebitan-pendebitan ke dalam
perkiraan bahan baku, tenaga kerja langsung (direct labour), dan overhead pabrik (manufacturing
overhead) dalam bentuk-T. Hubungannya dengan sikluspenjualan dan penagihan dapat dilihat
dari pengurangan barang jadi dan pembebanan ke harga pokok penjualan.
FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS PERSEDIAAN DAN DOKUMEN TERKAIT
1. Mengolah Order Pembelian
Setiap permintaan pembelian (purchase requisition) digunakan untuk meminta bagian pembelian
membuat order atas persediaan. Permintaan dapat diajukan oleh karyawan bagian gudang
penyimpanan jika persediaan telah dalam jumlah untuk memesan kembali atau untuk memenuhi
pesanan khusus.
2.

Menerima Bahan yang Baru

Setiap bahan yang diterima harus diperiksa jumlah dan kualitasnya. Bagian penerimaan barang
membuat laporan penerimaan barang yang menjadi bagian dari dokumen penting sebelum
pelunasan dilakukan.
3.

Menyimpan Bahan Baku

14

Bahan-bahan yang disimpan di gudang dikeluarkan dari gudang ke bagian produksisetelah


adanya penyerahan permintaan bahan yang disetujuisebagaimana mestinya, order pekerjaan, atau
dokumen sejenisnya yang menunjukkan jenis dan jumlah unit bahan yang dibutuhkan.
4.

Mengolah Barang

Penentuan jenis dan jumlah barang yang akan diproduksi pada umumnya didasarkan pada orderorder spesifik dari langganan, ramalan penjualan (sales forecast), tingkat persediaan barang jadi
yang telah ditetapkan sebelumnya, dan pelaksanaan kegiatan produksi yang ekonomis.
5.

Menyimpan Barang Jadi

Dalam perusahaan dengan pengendalian intern yang baik, barang jadi disimpan di tempat
terpisah dengan akses yang terbatas, di bawah pengendalian secara fisik. Pengendalian barang
jadi sering dipandang sebagai bagian dari siklus penjualan dan penagihan.
6.

Mengirim Barang jadi

Sebagai bagian integral dari siklus penjualan dan penagihan, setiap pengiriman atau transfer
harus diotorisasi melalui dokumen pengiriman.
Tabel 1. Fungsi Bisnis dalam Siklus Persediaan dan Dokumen Terkait
NO.

FUNGSI-FUNGSI
PERSEDIAAN

DALAM

SIKLUS DOKUMEN YANG BERHUBUNGAN

1.

Mengolah order pembelian

Permintaan pembelian, order pembelian

2.

Menerima bahan yg baru

Laporan penerimaan barang, faktur rekanan

3.

Menyimpan bahan baku

Catatan perpetual bahan baku

4.

Mengolah barang

Permintaan bahan baku, catatan akuntansi


biaya

5.

Menyimpan barang jadi

Catatan perpetual barang jadi, catatan


akuntansi biaya

15

6.

Mengirim barang jadi

Dokumen pengiriman, catatan perpetual


barang jadi, catatan akuntansi biaya

TAHAP-TAHAP AUDIT PERSEDIAAN


Tujuan menyeluruh dari audit atas persediaan adalah untuk menetapakan bahwa bahan baku,
barang dalam proses, barang jadi, dan harga poko penjualan telah dinyatakan secara wajar di
dalam laporan keuangan. Ada 4 aspek yang menjadi perhatian auditor dalam menetapkan jenis
pengujian yang akan dilakukan yaitu :
1.

Pengendalian fisik terhadap persediaan

Pengujian auditor mengenai kecukupan pengendalian fisik terhadap bahan baku, barang dalam
proses, dan barang jadi harus terbatas pada pengamatan dan penyelidikan.
2.

Dokumen-dokumen dan catatan untuk transfer persediaan

Perhatian utama auditor dalam verifikasi transfer persediaan dari satu lokasi ke lokasi yang lain
adalah bahwa transfer yang dicatat adalah sah, transfer yang benar-benar terjadi telah dicatat, dan
kuantitas, uraian serta tanggal dari setiap transfer yang dicatat tersebut adalah akurat.
3.

Catatan perpetual

Terdapatnya catatan persediaan perpetual yang memadai berpengaruh terhadap waktu dan luas
pemeriksaan fisik yang dilakukan auditor atas persediaan. Jika catatan perpetual dapat
diandalkan, memungkinkan untuk menguji persediaan fisik sebelum tanggal neraca,
penghematan biaya bagi auditor maupun klien dan memungkinkan klien memperoleh laporan
keuangan yang diaudit lebih awal.
4.

Catatan mengenai biaya per unit

Catatan akuntansi biaya yang memadai harus dipadukan dengan kegiatan produksi dan catatan
akuntansi lain agar dapat menghasilkan biaya yang akurat untuk semua hasil produksi. Sistem
akuntansi biaya mempunyai hubungan dengan auditor karena penilaian persediaan akhir
tergantung pada perancangan dan penggunaan sistem yang tepat.
Pengujian rincian saldo untuk persediaan terdiri dari:
1. Menilai materialitas dan risiko inheren dari persediaan

16

2. Menilai risiko pengendalian untuk beberapa sikluS


3. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian, pengujian substantif atas
transaksi dan prosedur analitis untuk beberapa siklus
4. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo persediaan
5. Merancang pengujian rincian saldo persediaan untuk memenuhi tujuan-tujuan audit
yang spesifik seperti : prosedur audit, besar sampel, item yang dipilih, dan waktu
audit
Hasil pengujian dari beberapa siklus selain siklus persediaan dan pergudangan akan
mempengaruhi pengujian rincian atas saldo-saldo persediaan. Dua aspek pengujian rincian saldo
secara terpisah yaitu : observasi fisik dan penetapan harga serta kompilasi.
Observasi Fisik
Penting bagi auditor independen untuk hadir pada saat penghitungan dan observasi, pengujian
dan tanya jawab yang sesuai untuk mengetahui keefektifan metode penghitungan persediaan
(inventory taking) dan ukuran (tingkat) keandalan yang mungkin diberikan pada pernyataan
klien mengenai kuantitas dan kondisi fisik persediaan. Klien bertanggung jawab menetapkan
prosedur-prosedur untuk melakukan penghitungan fisik yang akurat dan untuk melakukan
penghitungan dan pencatatan secara aktual. Auditor bertanggung jawab mengevaluasi dan
mengamati setiap prosedur fisik klien dan menarik kesimpulan mengenai kecukupan dari
persediaan fisik. Seandainya persediaan yang alam kegiatan sehari-hari perusahaan berada di
gudang umum atau para penyimpan pihak luar lainnya, maka konfirmasi tertulis dari
penyimpanan tersebut dapat diterima dengan syarat bahwa apabila jumlah yang terkandung
menunjukkan proporsi yang signifikan dari aktiva lancar atau keseluruhan aktiva tetap,
keterangan-keterangan tambahan harus dibuat untuk meyakinkan auditor independen mengenai
tindak kejujuran dalam situasi tersebut.
Pengendalian
Dalam kaitannya dengan penghitungan fisik persediaan klien, prosedur pengendalian yang
memadai terdiri dari instruksi-instruksi mengenai penghitungan fisik yang cermat, pengawasan
oleh petugas yang bertanggung jawab, verifikasi intern yang independen terhadap setiap
penghitungan, rekonsiliasi independen terhadap penghitungan fisik dengan catatan perpetual, dan
adanya pengendalian yang mencakup kartu-kartu atau formulir-formulir penghitungan.

Keputusan Audit
17

Keputusan audit terdiri dari :


a.

Waktu (timing)

Auditor memutuskan apakah penghitungan fisik dapat dilakukan sebelu akhir tahun terutama
berdasarkan keakuratan catatan persediaan perpetual.
b.

Besar Sampel

Besar sampel (sample size) dalam pengamatan fisik baisanya mustahil dinyatakan dalam bentuk
jumlah item sebab penekanan selama pengujian terletak pada pengamatan terhadap prosedurprosedur klien dan bukan pada pemilihan item tertentu untuk diuji.
c.

Pemilihan Jenis Item

Pemilihan jenis item/barang tertentu untu diuji merupakan suatu bagian keputusan audit yang
penting dalam observasi persediaan meliputi; pengamatan jenis barang yang paling signifikan
dan sampel yang mewakili jenis persediaan yang khas, persediaan yang rusak atau usang, dan
alasan-alasan pengecualian jenis barang yang material oleh pihak manajemen.
Pengujian Observasi Fisik
Bagian yang paling penting dari pengamatan atas persediaan adalah penentuan apakah
perhitungan fisik telah dilakukan sesuai dengan petunjuk-petunjuk klien.
Audit atas Penetapan Harga dan Kompilasi
Penetapan harga mencakup semua jenis pengujian harga satuan klien untuk menentukan apakah
hal-hal itu telah benar. Kompilasi mencakup semua pengujian atas ikhtisar dari perhitungan fisik,
hasil perkalian harga dengan kuantitas, penjumlahan dari ikhtisar persediaan, dan penelusuran
jumlah persediaan keseluruhannya ke buku besar.
Pengendalian atas Penetapan Harga dan Kompilasi
Pengendalian intern yang penting adalah penggunaan sistem biaya standar yang menunjukkan
setiap varians dalam biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead pabrik dan dapat digunakan untuk
mengevaluasi produksi.
Pengendalian intern kompilasi dibutuhkan untuk memberikan sarana guna memastikan bahwa
perhitungan fisik telah diikhtisarkan sebagaimana mestinya, ditetapkan harganya dengan jumlah
yang sama dengan catatan satuannya, adanya perkalian dan penjumlahan yang benar, dan
dimasukkan ke dalam buku besar dengan jumlah yang tepat.
18

Prosedur Penetapan Harga dan Kompilasi


Dalam membahas prosedur penetapan harga dan kompilasi, tujuan spesifik terhadap
pengujian rincian saldo juga sangat bernanfaat. Tujuan-tujuan tersebut antara lain:

Kelayakan secara menyeluruh yaitu saldo persediaan, rincian yang terdapat dalam
daftar persediaan dan saldo-saldo perhitungan yang berhubungan adalah layak.

Tujuan khusus yaitu berkaitan dengan asersi penilaian dan pengalokasian,


keberadaan dan keterjadian, serta kelengkapan.

Penilaian atas Persediaan


Dalam melaksanakan pengujian atas penetapan harga, ada 3 hal yang sangat penting
mengenai metode penetapan harga klien, yaitu: metode tersebut harus sesuai dengan PABU,
penerapan metode tersebut harus konsisten dari tahun ke tahun, dan harga pokok pengganti
(replacement cost) dibanding dengan nilai pasar harus dipertimbangkan.
Penetapan harga persediaan yang berasal dari pembelian
Jenis persediaan pokok yang termasuk dalam kategori ini adalah bahan baku, suku
cadang yang dibeli, dan perlengkapan. Pertimbangan pertama yaitu pada metode penilaian
persediaan yang digunakan apakah FIFO atau LIFO, rata-rata tertimbang atau yang lain. Selain
itu, juga menyelidiki apakah ongkos angkut, penyimpanan, potongan, dan lainnya juga termasuk
dalam nilai persediaan.
Penetapan harga persediaan yang diproduksi sendiri
Dalam menetapkan harga barang dalam proses dan barang jadi, auditor harus
memperhatikan biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Hal ini menyebabkan
pelaksanaan audit atas barang yang diproduksi sendiri lebih rumit dibandingkan dengan audit
atas persediaan dari pembelian.
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK PERSEDIAAN
Memperoleh pemahaman atas bisnis klien bahkan lebih penting untuk persedian
dibandingkan untuk kelayakan aspek audit karena persediaan bervariasi sangat signifikan untuk
perusahaan yang berbeda. Pemahaman yang baik mengenai bisnis klien dan industrinya
19

memungkinkan auditor menanyakan dan membahas masalah semacam penilaian persediaan,


potensi keusangan, dan adanya persediaan konsinyasi yang bercampur baur dengan persediaa
milik sendiri. Titik awal yang berguna untuk lebih mengenal persediaan klien yaitu auditor
melakukan pemeriksaan ke fasilitas milik klien termasuk bagian penerimaan, bagian
penyimpanan, produksi, perencanaan dan pembukuan.
Sebagai bagian dari perolehan pemahaman mengenai dampak bisnis dan industri klien
pada persediaa didalam tahap perencanaan audit, auditor tersebut harus menilai resiko bisnis
klien. Terdapat sumber yang signifikan mengenai resiko bisnis yan terkait dengan persediaan
karena adanya faktor semacam siklus produk yangpendek dan resiko keusangan, penggunaan
persediaan JIT dan teknik manajemen saluran pasokan lain, ketergantungan pada sedikit
pemasok dan penggunaan teknologi pengelolaan yang canggih.
Setelah melakukan penilaian resiko bisnis, auditor selanjutnya selanjutnya menetapkan
salah saji yang ditolerir, dan menilai resiko bawaan untuk persediaan. Persediaa biasanya salah
satu dari unsur paling material didala laporan keuangan untuk perusahaan manufaktur, grosir dan
eceran. Risiko bawaan seringkali dinilai relatif tinggi tingkatannya untuk perusahaan yang
persediaannya signifikan. Persediaan dapat disimpan dibanyak lokasi, sehingga akan
meningkatkan kekhawatiran tentang keberadaan persediaan, termasuk potensi untuk kecurian.
Penilaian harga persediaan sering kali kompleks, sehingga meningkatkan risiko salah saji untuk
tujuan akurasi. Terdapat juga kekhawatiran mengenai keusangan persediaan, yang berhubungan
dengan tujuan nilai bersih yang dapat direalisasi. Dalam menilai resiko pengendalian, auditor
terutama tertarik pada pengendalian intern atas catatan perpectual, pengendalian fisik,
perhitungan persediaan dan penilaian harga persediaan. Sifat dan luasnya pengendalian sangant
bervariasi dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Catat bahwa hasil pengujian dari beberapa
siklus selain persediaan dan pergudangan juga mempengaruhi pengujian terinci atas saldo untuk
persediaan.
Proses pencatatan fisik
Auditor diharuskan melaksanakan pengujian pengamatan fisik atas persediaan sejak
dikemukakanyya kecurangan yang besar di tahun 1938 di McKesson & Robbins Company,
perusahaan itu membukukan jumlah persediaan fiktif yang signifikan. Hal ini mungkin karena
auditor tidak mengamati fisik persediaan. Hal penting dalam ketentuan SAS 1 adalah perbedaan
antara pengamatan terhadap penghitungan persediaan fisik dan tanggung jawab untuk melakukan
perhitungan. Klien bertanggung jawab menyusun prosedur yang akurat untuk pehitungan fisik
persediaan, serta betul-betul melakasanakannya dan membukukannya. Tanggung jawab auditor
adalah mengevaluasi dan mengamati prosedur fisik klien tadi dan mengambil kesimpulan
mengenai keberadaan persediaan fisik. Ketentuan pemeriksaaan fisik itu tidak dapat diterapkan
ke persediaan di dalam gudang umum. Persediaan di dalam gudang umum atau yang dilakukan
pihak luar lainnya biasanya diversifikasi melalui konfirmasi terhadap orang terebut. Akan tetapi,
20

jika jumlah persediaan mrupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar atau total aktiva,
auditor harus menerapkan prosedur tambahan. Tambahan ini meliputi menginvestigasi kinerja
penjaga gudang, menerima laporan akuntan independen mengenai prosedur pengendalian
penjaga gudang atas barang yang di bawah tanggung jawabnyadan mengamati persediaan fisik
barang yang berada di bawah tanggung jawab penjaga gudang, seandainya itu praktis.
Apapun metode pembukuan persediaan klien, selalu ada perhitungan secara periodik atas
persediaan fisik yang ada. Klien mungkin melakukan perhitungan pada saat atau di sekitar
tanggal neraca, beberapa waktu sebelumnya, atau berdasarkan siklus sepanjang tahun. Dalam
hubungannya dengan perhitungan fisik persediaan, prosedur pengendalian yang memadai
mencakup petunjuk yang jelas mengenai perhitungan fisik, verifikasi intern yang independen
atas perhitungan, rekonsiliasi independen antara hasil perhitungan dengan perhitungan dengan
berkas induk perpetual, dan pengendalian yang cukup mengenai kartu atau kertas kerja hasil
perhitungan.
Aspek penting dari pemehaman auditor mengenai pengendalian fisik persediaan klien
adalah pengendalian menyeluruh terhadapnya dari sejak persediaan itu ada. Hal ini perlu untuk
mengevaluasi evektifitas prosedur klien, tetpi itu juga memungkinkan auditor untuk memberikan
saran yang membangun kepada klien.
Keputusan audit dalam hal pengantan persediaan secara fisik umumnya sama dengan bidang
audit lainnya: memilih prosedur audit, menetapkan saat pelaksanaan, mentapkan besarnya
sampel dan memilih unsur yang akan diuji.
Saat pelaksanaan. Auditor memutuskan apakah pengamatan persediaan fisik dapat dilakukan
sebelum tanggan neraca, terutama berdasarkan akurasi berkas induk persediaan perpetual. Kalau
penghitungan persediaan fisik interim diijinkan, maka auditor saat itu mengamati dan sekaligus
menguji berkas persediaan perpetual untuk transaksi dari tanggal perhitungan hingga tanggal
neraca.
Besarnya sampel. Besarnya sampel yang diambil dalam pengamatan fisik biasanya tidak
mungkin dinyatakan dalam angka tertentu, karena penekanan dalam pengujian ini, adalah
pengamatan prosedur klien, bukannya memilih unsur tertentu untuk diuji. Cara mudah
memandang besarnya sampel dalam pengamatan persediaan fisik adalah berdasarkan total jam
kerja yang digunakan, bukan jumlah persediaan yang dihitung.
Pemilihan unsur. Pemilohan unsur tertentu untuk diuji adalah bagian terpenting dalam keputusan
audit pada pengamatan persediaan secara fisik. Kecermatan dibutuhkan untuk mengamati
perhitungan unsur yang paling signifikan dan sampel yang mewakili jenis persediaan tertentu,
menanyakan jenis barang yang mungkin mengalami kusangan atau rusak, dan mendiskusikan
dengan manajemen alasan unuk tidak mengikutkan barang tertentu yang material.
21

Tujuan audit terkait sado yang sama yang telah digunakan dalam bagian sebelumnya pada
pengujian terinci atas saldo memberka kerangka acuan untuk pembahasan pengujian pengamatan
persdiaan fisik. Tapi, sebelum membahas tujuan, perlu memahami beberapa komentar yang
belaku untuk semua tujuan. Bagian terpenting dari pengamatan persediaan yaitu menentukan
apakah perhitungan persediaan secara fisik yang dilakukan sesuai dengan instruksi klien atau
tidak. Prosedur audit pengujian terinci atas saldo yang umum dilakukan untuk pengamatan
persediaan secara fisik. Sebagai tambahan atas prosedur terinci, auditor harus menelusuri semua
bagian dimana persediaan digudangkan untuk memastikan bahwa semua persediaan telah
dihitung dan diberi kartu yang memadai.

4. Investasi Surat Berharga


Investasi dalam surat berharga dapat merupakan aktiva lancar /bukan aktiva
lancar tergantung maksud dari pembeliannya.

INVESTASI JANGKA PANJANG

Untuk menguasai manajemen dari perusahaan yang sahamnya dibeli.


Untuk memperoleh pendapatan yg terus menerus.
Sebagai sumber penampungan dari penjualan hasil produksi atau sumber pembelian
bahan baku.

TUJUAN PEMERIKSAAN SURAT BERHARGA

Untuk memeriksa terdapat internal control yang cukup baik atas investasi sementara.
Untuk memeriksa surat berharga yang tercantum di neraca, benar adanya, dimiliki dan
atas nama perusahaan pada tanggal neraca.
Untuk memeriksa semua pendapatan yang berasal dari surat berharga telah dibukukan
dan uangnya diterima perusahaan.
Untuk memeriksa penilaian dari surat berharga sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku.
Untuk memeriksa penyajian di dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku.

PROSEDUR PEMERIKSAAN SURAT BERHARGA


1.
2.

Pelajari dan evaluasi internal control atas investasi sementara dan jangka panjang.
Minta rincian surat berharga yang memperlihatkan adanya mutasi.
22

3.
Periksa phisik dari surat berharga dan kepemilikannya.
4.
Cocokkan data dalam rincian dengan berita acara pemeriksaannya.
5.
Periksa mathematical accuracynya.
6.
Cocokkan saldo akhirnya dengan buku besarnya.
7.
Lakukan vouching atas pembelian dan penjualan surat berharga.
8.
Periksa pembukuan dan perhitungan bunga dan pajaknya.
9.
Periksa harga pasar dari surat berharga pada tanggal neraca.
10.
Periksa apakah perubahan tujuan dari investasi surat berharga.
11.
Periksa subsquent events untuk mengetahui transaksi setelah tanggal neraca.
12.
Periksa penyajiannya sudah sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku. Tarik
kesimpulan.

5. ASET TETAP
Aktiva tetap adalah Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun.
Program pengujian substantif terhadap aktiva tetap berisi prosedur audit yang dirancang untuk
mencapai tujuan audit yang terdiri dari:
1. Prosedur audit awal
Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun aktiva tetap yang akan di uji lebih lanjut :

Usut saldo aktiva tetap yang tecantum di dalam neraca ke saldo akun aktiva tetap dan
akumulasi depresiasi bersangkutan di buku besar.
Hitung kembali saldo aktiva tetap dan akumulasi depresiasi di buku besar.
Usut saldo akun aktiva tetap dan akumulasi depresiasi ke kertas kerja tahun lalu.
Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
aktiva tetap serta hitung akumulasi penyusutan aktiva tetap tersebut.
Usut posting pendebetan dan pengkreditan ke dalam jurnal yang bersangkutan.
Lakukan rekonsiliasi akun kontrol terhadap aktiva tetap dalam buku besar ke buku
pembantu aktiva tetap.

2.Prosedur analitik
Ratio yang sering dipergunakan dalam prosedur analitik terhadap aktiva tetap antara lain:

Tingkat perputaran aktiva tetap = hasil penjualan bersih : rata-rata saldo aktiva tetap

23

Ratio Laba bersih dengan aktiva tetap = hasil penjualan bersih : rata-rata saldo aktiva
tetap
Ratio Aktiva tetap dengan modal saham = aktiva tetap : modal saham
Ratio biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva tetap = biaya reparasi dan
pemeliharaan : hasil penjualan bersih.

3. Prosedur pengujian terhadap transaksi rinci.

Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi


tersebut.
Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi
tersebut.
Lakukan pemeriksaan pisah batas (cut off) transaksi aktiva tetap
Lakukan review terhadap akun biasa maintenance maupun biaya reparasi.

4. Prosedur pengujian terhadap saldo akun rinci.

Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit.
Periksa dokumen kontrak dan dokumen hak kepemilikan klien atas aktiva tetap.
Lakukan review terhadap perhitungan depresiasi dan deplesi aktiva tetap.

5. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan

Periksa klasifikasi aktiva tetap di neraca


Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap.

6. PEMERIKSAAN BIAYA DIBAYAR DI MUKA


A. SIFAT DAN CONTOH BIAYA DIBAYAR DI MUKA
Menurut Standar Akuntansi Keuangan , Biaya Dibayar Di Muka dimaksudkan sebagai biaya
yang telah terjadi, yang akan digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai Biaya Dibayar Di
Muka adalah:
a.

Premi asuransi

b.

Sewa Dibayar Di Muka untuk masa satu tahun yang akan datang.

c. Biaya Lain-lain Dibayar Di Muka, misalnya : biaya iklan di radio atau televise yang
berdasarkan kontrak, barang-barang untuk promosi

24

B. TUJUAN PEMERIKSAAN BIAYA

C.

Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control )yang baik atas
biaya dan pajak dibayar di muka.
Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun berikutnya sudah
dicatat sebagai biaya dibayar di muka.
Untuk memeriksa apakah biaya dibayar di muka yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berjalan telah dibebankan/ dicatat sebagai biaya tahun berjalan.
Untuk memeriksa apakah pajak dibayar di muka didukung oleh bukti
setoran/pemungutan pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa diperhitungkan sebagai
kredit pajak pada akhir periode.
Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar di muka dalam laporan
keuangan sudah sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
Standar Akuntansi Keuangan ( SAK).
PROSEDUR PEMERIKSAAN

Prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test dan prosedur substantive
test. Dalam praktiknya, prosedur pemeriksaan yang dibahas disini harus disesuaikan dengan
kondisi perusahaan yang diaudit.
1. Prosedur Pemeriksaan untuk Compliance Test

Pelajari dan evaluasi internal control atas Biaya


Tarik kesimpulan mengenai internal control atas Biaya

2. Prosedur Pemeriksaan Substantive Sewa Dibayar Di Muka (Prepaid Rent)

Minta rincian (schedule) prepaid rent per tanggal neraca.


Check ketelitian perhitungan mathematis ( mathematical accuracy ).
Cocokkan saldo prepaid rent per tanggal neraca dengan saldo buku besar (general
ledger) prepaid rent.
Cocokkan saldo awal prepaid rent dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.
Lakukan vouching untuk pembayaran prepaid rent di tahun berjalan dan periksa lease
agreement.
Cocokkan total yang dibebankan sebagai biaya sewa ke buku besar biaya sewa.
Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.

3. Prosedur Pemeriksaan Substantive Premi Asuransi Dibayar Di Muka ( Prepaid Insurance)

Minta rincian prepaid insurance per tanggal neraca.


Check mathematical accuracy
Cocokkan saldo prepaid insurance per tanggal neraca dengan saldo buku besar ( general
ledger) prepaid insurance.
25

Cocokkan saldo awal prepaid insurance dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.
Lakukan vouching untuk pembayaran premi asuransi di tahun berjalan, perhatikan apakah
ada discount untuk pembayaran tersebut.
Periksa polis asuransi dan cocokkan data dalam polis asuransi dengan rincian prepaid
insurance.
Cocokkan total yang dibebankan sebagai biaya asuransi ke buku besar biaya asuransi.
Periksa apakah nilai pertanggungan cukup atau tidak dalam arti tidak terlalu besar dan
tidak terlalu kecil.
Perhatikan apakah di dalam polis asuransi terdapat BANKERS CLAUSE.
Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.

4. Prosedur Pemeriksaan Substantive Prepaid Advertising

Minta rincian prepaid advertising per tanggal neraca


Check footing dan cocokkan saldo akhir prepaid advertising ke buku besar dan saldo
awal ke kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.
Periksa bukti pembayaran dan surat perjanjian dan bukti pembelian
Periksa kebenaran pembebanan ke biaya.

7. Kewajiban Lancar
Hutang lancar meliputi semua kewajiban yang akan dilunasi di dalam periode jangka
pendek (1 tahun atau kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan)
dengan cara mengurangi aktiva yang di kelompokkan dalam aktiva lancar atau dengan cara
menimbulkan hutang lancar yang lain.
Pengertian Kewajiban Jangka Pendek adalah kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga,
yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun, atau
dalam siklus operasi normal perusahaan, biasanya dengan menggunakan harta lancar (current
assets) perusahaan.
Termasuk current liabilities diantaranya :

Hutang dagang/account payable : Yaitu kewajiban kepada pihak ketiga dari


pembelian barang atau jasa secara kredit yang harus dilunasi dalam waktu kurang
atau sama dengan satu tahun.
Pinjaman bank jangka pendek/short term loan : Yaitu pinjaman yang diperoleh
dari bank dan didukung oleh suatu perjanjian kredit (loan agreement), bisa dalam
bentuk kredit modal kerja (working capital loan) ataupun kredit rekening koran
(overdraft facility)
Hutang pajak/tax payable,yaitu kewajiban pajak perusahaan yang harus dilunasi
dalam periode berikutnya, misal hutang PPH 21, PPH 25, PPN.
26

Biaya yang masih harus dibayar : Yaitu biaya yang sudah terjadi dan menjadi
beban periode yang diperiksa, tetapi baru akan dilunasi dalam periode berikutnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan audit :

Kecenderungan perusahaan untuk mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya.
Hal ini bertujuan untuk melaporkan laba lebih besar dari yang sebenarnya. Auditor harus
melakukan searching of unreposting liabilities, yakni dengan cara memeriksa
pembayaran setelah tanggal neraca.
Perbedaan account payable dan accrual expense. Account payable memiliki angka pasti,
karena dicatat berdasarkan invoice, sedangkan accrual expense dicatat berdasarkan
estimasi.

B. Tujuan pemeriksaan hutang lancar


Ada beberapa tujuan audit current liabilities yang perlu diperhatikan, diantaranya :

Untuk meyakini bahwa pengendalian intern current liabilities memadai.


Pelajari dan evaluasi internal control atas hutang jangka pendek. Dengan internal control
yang memadai auditor dapat mempertimbangkan mengurangi substantif tes atau
mengurangi scope. Internal Control yang baik adalah :
a) Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian. Bagian penerimaan barang,
bagian gudang, bagian akuntansi dan bagian keuangan.
b) Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered),
untuk permintaan pembelian, order pembelian, dan laporan penerimaan barang.
c) Adanya system otorisasi untuk pembelian maupun pelunasan hutang.
d) Digunakannya system tender untuk pembelian dalam jumlah yang besar, dimana
beberapa supplier diundang untuk memasukkan penawaran tertulis dalam amplop
tertutup ke panitia tender.
e) Dibuatnya buku tambahan (subsidiary ledger) untuk hutang lancar, dan setiap
akhir bulan jumlah saldo hutang lancar menurut buku tambahan harus dibandingkan
dengan saldo hutang lancar menurut general ledger yang merupakan perkiraan
pengendali.
f) Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian (fakturin voice) harus
dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam receiving report dan purchase
order, untuk mencegah pembayaran atas barang yang dibeli melebihi jumlah barang
yang dipesan dan yang diterima.
g) Faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas untuk
menghindari digunakannya dokumen-dokumen tersebut untuk proses pembayaran
kedua kalinya
Untuk meyakini bahwa current liabilities didukung bukti yang lengkap dan berasal dari
transaksi yang benar-benar terjadi.Minta rincian hutang jangka pendek, periksa kebenaran
27

penjumlahan, cocokkan dengan saldo general ledger. Rincian disiapkan oleh klien, dan
auditor melakukan pengujian terhadap rincian, apabila terdapat kesalahan dibuat koreksi
audit dan dikomunikasikan dengan klien.
Untuk meyakini bahwa semua transaksi telah tercatat per tanggal neraca. Cocokkan saldo
masing-masing debitur dengan saldo pada subsidoary ledger.
Untuk meyakini bahwa jumlah accrual expense reasonable (layak). Periksa dasar
perhitungan accrual expense yang dibuat perusahaan, apakah konsisten dan reasonable
dengan tahun sebelumnya. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraca.
Untuk meyakini bahwa pencatatan transaksi telah sesuai dengan SAK. Periksa apakah
pencatatan transaksi current liabilities sudah sesuai dengan SAK. Dalam hal ini auditor
harus meyakinkan bahwa tidak terdapat unrecorded liabilities. Untuk itu auditor harus
memeriksa notulen rapat direksi dan pemegang saham, dan mengirim konfirmasi ke
penasehat hukum perusahaan.
Hal-hal yang diperiksa : tanggal kejadian, jumlah hutang, syarat hutang, bunga, jatuh
tempo. Substantif test :
Periksa apakah dokumen dan subledger sesuai atau tidak
Periksa jurnal pada tanggal bersangkutan
Periksa bukti penerimaan kas
Lihat ke mutasi buku besar
Cek pembayaran bunga
Untuk meyakini bahwa hutang dalam mata uang asing telah dikonveksikan dengan kurs
BI.Periksa apakah saldo hutang dalam mata uang asing per tanggal neraca telah
dikonveksikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengan BI. Selisih kurs
dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
Untuk meyakini bahwa semua persyaratan dalam akad kredit sudah dipenuhi untuk
menghindarkan bank default (right and obligation). Periksa penjanjian dan persyaratan
yang harus dipatuhi oleh nasabah, seperti penggantian manager kunci, pengendalian
current ratio, dan ketepatan waktu pembayaran hutang.
Bank default (ketetapan persyaratan-persyaratan untuk nasabah) antara lain :
Perusahaan nasabah tidak boleh mengganti manajer kunci tanpa seijin bank
Current ratio harus dijaga pada tingkat tertentu
Tidak diperkenankan terlambat membayar bunga
Jika terdapat pelanggaran terhadap ketiga syarat tersebut maka dalam audit harus
di disclousure untuk masalah hutang di catatan laporan keuangan.
Untuk memeriksa apakah penyajian current liabilities dalam neraca dan catatan laporan
keuangan telah sesuai dengan SAK.Periksa apakah penyajian hutang jangka pendek di
neraca dan catatan laporan keuangan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

C. PROSEDUR PEMERIKSAAN HUTANG LANCAR

28

Prosedur Pemeriksaan kewajiban Jangka Pendek adalah :


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas kewajiban jangka pendek.
2. Minta rincian dari kewajiban jangka pendek, baik hutang dagang maupun kewajiban
lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan saldonya dengan
saldo hutang di buku besar.
3. Untuk hutang dagang cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut
subsidiary ledger hutang dagang.
4. Secara test basis, periksa bukti pendukung dari saldo kepada beberapa supplier,
perhatikan apakah angkanya cocok dengan purchase requisition, purchase order, reseving
report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan mathematis dari dokumen-dokumen
tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.
5. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus
dilakukan rekonsiliasi antara saldo hutang menurut statement of account tersebut dengan
saldo subsidiary ledger hutang.
6. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik yang
saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya.
7.
Periksa pembayaran sesudah tanggal neraaca (subsequent payment) untuk
mengetahui apakah ada kewajiban yang belum dicatat (unrecorder liabilities) per tanggal
neraca dan untuk menyakinkan diri mengenai kewajaran saldo hutang per tanggal neraca.
8. Seandainya ada hutang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal kerja, kredit
investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank, periksa surat
perjanjian kreditnya dan buatkan excepent dari perjanjian kredit tersebut, dan periksa
otorisasi dari direksi untuk perolehan kredit bank tersebut.
9. Seandainya ada hutang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan
afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan datang, harus dikirim
konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan periksa apakah ada pembebanan bunga atas
pinjaman tersebut.
10. Seandainya ada hutang leasing, periksa apakah pencatatannya sudah sesuai dengan
standar akuntansi sewa guna, dan apakah bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu
tahun yang akan datang sudah dicatat sebagi hutang jangka pendek.
11. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara akurat
dan tiap jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang tercantum pada laporan rugi
laba. Perhatikan juga aspek pajaknya.
12. Seandainya ada saldo debit dari hutang dagang maka harus ditelusuri apakah ini
merupakan uang muka pembelian atau karena adanya pengembalain barang yang dibeli
tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau jumlahnya besar harus direklasifikasikan sebagai
piutang.
13.
Seandainya ada uang muka penjualan per tanggal neraca, periksa bukti
pendukungnya dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan diperiode berikutnya
misalnya dengan megirimkan barang yang dipesan oleh pembeli.
14. Seandainya ada kredit jangka panjang , harus diperiksa apakah bagian yang jatuh
tempo satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasikan sebagai hutang jangka
29

pendek.
15. Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo tersebut
per tanggal neraca telah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia per tanggal neraca, dan selisih kurs yang terjadi dibebankan pada rugi
laba tahun berjalan.
16. Untuk hutang PPh 21 dan PPN periksa apakah hutang tersebut sudah dilunasi pada
periode berikiutnya. Seharusnya hutang PPh 21 dan PPN per 31 Desember dilunasi
dibulan Januari tahun berikutnya. Sedangakan untuk PPh Badan harus diperiksa apakah
pada waktu mengisi dan memasukan SPT PPh Badan, perusahaan telah membayarPPh 29
17. Periksa dasar perhitungan accrued expense yang dibuat oleh perusahaan, apakah
reasonable dan konsisten dasar perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu harus diperiksa
pembayaran sesudah tanggal neraca.
18. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-perjanjian yang
dibuat perusahaan dengan pihak ketiga, untuk mengetahui apakah semua kewajiban yang
tercantum dalam notulen dan perjanjian tersebut sudah dicatat per tanggal neraca.
19. Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
20. Periksa apakah penyajian kewajiban jangka pendek di neraca dan catatan atas
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK)

8. Kewajiban Jangka Panjang

Jangka waktu Perjanjian pinjaman lebih dari dua belas bulan


Perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan jangka
panjang
Perjanjian pembiayaan kembali yang resmi disepakati sebelum laporan keuangan
disetujui
Contoh Likuiditas Jangka Panjang
Kredit investasi yaitu pinjaman dari bank atau lembaga keuangan bukan bank yang
digunakan untuk pembelian aset tetap.
Utang obligasi yaitu pinjaman jangka panjang yang diperoleh suatu perusahaan dengan
menjual obligasi didalam negeri maupun luar negeri.
Wesel bayar yang jatuh temponya lebih dari satu tahun yaitu suatu pernyataan tertulis
dari debitur bahwa ia berjanji untuk membayar sejumlah uang tertentu,pada tanggal
tertentu, dengan menghitungkan tingkat bunga tertentu.
Utang kepada pemegang saham
Utang subordinasi yaitu utang dari pemegang saham atau perusahaan induk yang
mempunyai beberapa sifat yaitu tanpa bunga, baru dibayar kembali pada saat perusahaan
telah mempunyai kemampuan untuk membayar kembali utangnya dan mempunyai
kemungkinan untuk dialihkan sebagai setoran modal
Bridging loan yaitu pinjaman sementara yang akan dikembalikan jika kredit investasi
yang dibutuhkan perusahaan sudah diperoleh.
30

Utang leasing ( utang dalam rangka sewa guna) yaitu utang yang diperoleh perusahaan
leasing untuk pembelian aset tetap dan biasanya dicicil dalam jangka panjang
TUJUAN PEMERIKSAAN LIABILITAS JANGKA PANJANG

Terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka panjang


Liabilitas jangka panjang menjadi kewajiban perusahaan sudah dicatat seluruhnya
pertanggal laporan posisi keuangan neraca dan diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang
Liabilitas jangka panjang yang tercantum dilaporan posisi keuangan neraca betul betul
merupakan kewajiban perusahaan
Liabilitas jangka panjang yang berasal dari legal claim atau aset yang dijaminkan sudah
di identifikasi
Liabilitas jangka panjang dalam valuta asing pertanggal laporan posisi keuangan neraca
sudah dikonversikan kedalam rupiah
Biaya bunga dan bunga yang terutang serta amortisasi telah dicatat pertanggal posisi
keuangan
Biaya bunga liabilitas jangka panjang benar benar dicatat secara akurat dan merupakan
beban perusahaan
Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak
terjadi bank default
Liabilitas jangka panjang sudah direklasifikasi sebagai kewajiban lancar

AUDIT PROSEDUR YANG DISARANKAN

Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka panjang


Periksa ringkasan perubahan liabilitas jangka panjang berikut discount,premium, dan
bunga selama periode yang diperiksa,
Kirim konfirmasi kepada bank yang antara lain menanyakan mengenai plafon kredit,
daldo pertanggal laporan posisi keuangan neraca, tingkat bunga, jangka waktu pinjaman
dan jaminan kredit
Minta salinan perjanjian kredit untuk permanent file,lalu perhatikan apakah data yang
terdapat dalam perjanjian kredit sesuai dengan data yang tercantum dalam kertas kerja
pemeriksaan liabilitas jangka panjang
Periksa apakah perolehan/penambahan liabilitas jangka panjang sudah mendapatkan
persetujuan dari dewan komisaris/direksi/pemegang saham
Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga, dan amortisasi dari obligasi
Periksa apakah ada liabilitas jangka panjang atau wesel bayar yang diperpanjang
Seandainya ada utang dari pemegang saham/direksi/perusahaan afiliasi apakah ada
pembebanan bunga atau pinjaman
Bila ada utang leasing, periksa pencatatan dan penyajiannya sudah seusai dengan dtandart
akuntansi atau belum
31

Periksa liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo setahun yang akan datang sehingga
direklasifikasi sebagai liabilitas jangka pendek
Memeriksa liabilitas jangka panjang yang harus dibayar kembali dengan mata uang asing
dan selisih kurs sudah dibebankan pada laba rugi tahun berjalan
Melakukan penelaahan analisis liabilitas jangka panjang dan bunganya
Tarik kesimpulan apakah penyajian liabilitas jangka panjang dilaporan posisi keuangan
neraca dan dicatat atas laporan keuangan dilakukan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan

9. Ekuitas Pemilik
Ekuitas pemegang saham adalah jumlah kumulatif kontribusi yang diberikan oleh pemilik
(pemegang saham) kepada perusahaan sebagai suatu entitas, ditambah dengan laba yang
diperoleh perusahaan yang ditahan di dalam perusahaan. Ekuitas pemegang saham pada PT
ditunjukkan dengan akun Modal Saham, Paid-in Capital, Treasury Stock, Saldo Laba, dan
Cadangan (Reserve).
Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Ekuitas Pemegang Saham
Tujuan pengujian substantif terhadap ekuitas pemegang saham adalah :
1.
Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan ekuitas pemegang saham. Sebelum auditor melakukan pengujian kewajaran atas
ekuitas pemegang saham pada laporan keuangan, hendaknya auditor memperoleh
keyakinan terlebih dahulu mengenai ketelitian dan kehandalan tentang akun tersebut.
Cara untuk memperoleh keyakinan tersebut, auditor dapat melakukan rekonsiliasi antara
saldo modal saham, paid in capital, treasury stock, saldo laba dan cadangan di dalam
buku besar selanjutnya ke jurnal penerimaaan kas, check register dan jurnal umum.
2.
Membuktikan bahwa saldo Modal Saham mencerminkan kepentingan pemegang
sahamyang ada pada tanggal neraca dan mencerminkan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan ekuitas pemegang saham selama tahun yang di audit. Aucitor
membuktikan apakah saldo ekuitas pemegang saham menunjukkan kepentingan
pemegang saham yang ada pada tanggal neraca danmencerminkan keterjadian transaksi
yang berkaitan dengan ekuitas pemegang saham selama tahun yang diaudit. Untuk
mencapai tujuan ini maka auditor melakukan pengujian-pengujian sebagai berikut:
a. Pengujian analitik
b. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan ekuitas
pemegang saham.
c. Pemeriksaan pencatatan transaksi pengumuman deviden dan pembayarannya.
d. Pelajari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan klien, notulen,
rapat pemegang saham dan dewan komisaris, dan kontrak underwriting dan
persyaratan emisi saham.
e. Konfirmasi dari independent registrar dan transfer agent.
32

f. Analisis terhadap modal saham, treasury stock, saldo laba.


g. Pemeriksaan terhadap sertifikat saham yang dibatalakan.
3.Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat selama tahun yang diaudit dan
kelengkapan saldo ekuitas pemegang saham yang disajikan di neraca. Unutk
membuktikan bahwa ekuitas pemegang saham yang dicantumkan di nearaca mencakup
semua kepentingan pemegang saham (stockholders interest) terhadap aktiva entitas pada
tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan ekuitas pemegang
saham dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan berbagai pengujian substantif
berikut ini:
a. Pengujian analitik.
b. Konfirmasi dari independent regristrar dan transfer agent.
c. Pemeriksaan atas pertanggungjawaban nomor urut sertifikat saham.
d. Pemeriksaan terhadap sertifikat saham yang dibatalakan.
4. Membuktikan bahwa saldo ekuitas pemegang saham yang dicantumkan di neraca
merupakan klaim pemilik terhadap aktiva entitas. Untuk membuktikan klaim pemegang
saham atas aktiva entitas pada tanggal neraca, audiotr melakukan pengujian substantif
berikut ini:
a. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan ekuitas
pemegang saham.
b. Pemeriksaan pencatatan transaksi pengumuman deviden dan pembayarannya.
c. Pelajari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan klien, notulen
rapat, pemegang saham dan dewan komisaris, dan kontrank underwriting dan
persyaratan emisi saham.
d. Konfirmasi dari independent regristrar dan transfer agent.
e. Analisis terhadap modal saham, treasury stock, saldo laba.
f. Pemeriksaan terhadap sertifikat saham yang dibatalakan.
5. Membuktikan kewajaran penilaian bahwa saldo ekuitas pemegang saham yang
dicantumkan di neraca. Sperti tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia, akun modal saham, paid in capital, treasury stock, saldo laba dan cadangan
harus disajikan dalam neraca dengan penjelasan tertentu sebagai mana diatur dalam
prinsip akuntansi tersebut. Dengan demikian untuk membuktikan asersi penilaian ekuitas
pemegang saham yang dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif
berikut ini:
a. Prosedur audit awal
b. Pengujian analitik
c. Pelajari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan klien, notulen
rapat, pemegang saham dan dewan komisaris, dan kontrank underwriting dan
persyaratan emisi saham.
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan ekuitas pemegang saham di
neraca. Penyajian dan pengungkapan unsur - unsur laporan keuangan harus didasarkan
pada prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Pengujian substantif terhadap
33

ekuitas pemegng sahan diarahkan unutk mencapai salah satu tujuan membuktikan apakah
unsur ekuitas pemegang saham telah disajikan dan diuangkapkan oleh klien di neracanya
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Satu-satunya pengujian
substantif untuk membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan ekuitas pemegang
saham di neraca adalah dengan menbandingkan penyajian dan pengungkapan ekuitas
pemegang saham di beraca yang diaudit dengan prindip akuntansi berterima umum
melalui berbagai prosedur berikut ini:
a. Pemeriksaan atas pencatatan transaksi emisi saham untuk menentukan
pemisahan jumlah modal saham dengan paid in capital.
b. Pemriksaan atas penyajian treasury stock.
c. Pemeriksaan atas pengisian saldo laba dalam tahun yang diaudit.
d. Pemeriksaan atas penjelasan ayang bersangkutan dengan unsur modal saham.
Program Audit dalam Pengujian Substantif Terhadap Ekuitas Pemegang Saham.
AuditAwal
Prosedur audit awal terdiri dari 6 prosedur audit berikut ini :
a. Usut saldo ekuitas pemegang saham yang tercantum di neraca ke saldo akun
ekuitas pemegang saham yang bersangkutan dalam buku besar.
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo ekuitas pemegang saham yang tercantum di
dalam neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran
mekanisme pencatatannya, maka saldo ekuitas pemegang saham yang dicantumkan di
dalam neraca diusut ke dalam akun buku besar berikut ini.
Modal saham : Merupakan akun yang digunakan untuk mencatat nilai nominal
saham yang beredar dan pengurangan saham yang beredar karena pelunasan
saham dan transaksi treasury stock.
Paid-in Capital :Merupakan akun yang digunakan untuk menampung kelebihan
atau kekurangan setoran pemegang saham dari nilai nominal saham.
Trasury Stock: Merupakan akun yang digunakan untuk mencatat kos saham klien
yang dibeli kembali dan kos trasury stock yang dijual kembali.
Saldo Laba : Merupakan akun yang digunakan mencatat laba dan rugi kegiatan
perusahaan dan adjustment perhitungan rugi laba periode akuntansi yang lalu.
Cadangan (Reserve) : Merupakan akun yang digunakan untuk menyisihkan saldo
laba untuk tujuan tertentu.
b.
Hitung kembali saldo akun ekuitas pemegang saham di dalam buku besar.
Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian perhitungan saldo akun ekuitas
pemegang saham, auditor menghitung kembali saldo akun modal saham. Paid-in Capital,
Treasury Stock, Saldo Laba, dan cadangan, dengan cara menambah saldo awal dengan
jumlah pengkreditan dan menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap - tiap akun.
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting
dalam ekuitas pemegang saham. Ketidakberesan dalam transaksi emisi saham, pembelian
34

treasury stock, pembagian deviden, pembentukan cadangan (reserve) dapat ditemukan


melalui review atas mutasi luar biasa, baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam
akun Modal Saham, Paid-in Capital, Treasury Stock, Saldo Laba, dan Cadangan.
d. Usut saldo awal akun ekuitas pemegang saham ke kertas kerja tahun lalu. Sebelum
auditor melakukan pengujian terhdapa transaksi rinci yang menyangkut akun ekuitas
pemegang saham, ia perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal kedua akun
- akun : Modal Saham, Paid-in Capital, Treasury Stock, Saldo Laba, dan Cadangan.
Untuk mencapai tujuan ini auditor melakukan pengusutan saldo awal akun - akun ke
kertas kerja tahun lalu, kertas kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi mengenai
berbagai koreksi yang diajukan auditor dalam audit tahun yang lalu, sehingga auditor
dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien dalam menanggapi
koreksiyang diajukan oleh auditor tersebut.
e. Unsur posting pengkreditan dan pendebitan akun ekuitas pemegang saham ke dalam
jurnal yang bersangkutan. Pengkreditan dan pendebitan ke dalam akun modal saham dan
paid-in capital diusut ke jurnal penerimaan kas dan jurnal umum untuk memperoleh
keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan akun modal saham dan paid-in
capital berasal dari jurnal - jurnal yang bersangkutan. Pendebitan dan pengkreditan di
dalam akun Treasury Stock di usut ke jurnal pengeluaran kas dan jurnal penerimaan kas.
Pengkreditan dan pendebitan di dalam akun Saldo laba dan cadangan diusut ke jurnal
umum untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan kedua
akun berasal dari jurnal - jurnal yang bersangkutan.
f.
Lakukan rekonsiliasi akun kontrol Modal saham dalam buku besar ke buku
pembantu pemegang saham dan buku sertifikat saham. Akun kontrol modal saham
memperlihatkan total nilai nominal saham yang beredar dikurangi, jika ada, trasury stock.
Buku pembantu pemegang saham berisi jumlah lembar, nomor seri, dan nilai nominal
saham yang dimilikioleh setiap pemegang saham. Buku sertifikat pemegang saham berisi
semua sertifikat saham yag dibatalkan pemakaiannyadan bonggol saham (stocks stubs)
untuk saham yang beredar . Auditor harus merekonsiliasi ketiga macam catatan ini untuk
memperoleh keyakinan bahwa jumlah lembar saham yang beredar tidak melebihi jumlah
yang seharusnya beredar.
Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian substantif terhadap ekuitas pemegang saham, pengujian
analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor melakukan
perhitungan berbagai ratio berikut ini :
Tabel 2.1
Perhitungan Rasio
Ratio

Formula
35

Nilai buku saham biasa


Return
on
stockholders equity
Deviden Payout
Laba per saham

common

Ekuitas pemegang saham rerata


jumalah saham biasa yang beredar
Laba bersih rerata jumlah saham biasa
yang beredar
Deviden Kas Laba Bersih
Laba bersih Rerata timbangan jumlah
saham beredar

Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor,
misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan.
Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan : (1) peristiwa atau transaksi
yang tidak biasa, (2) perubahan akuntansi, (3) perubahan usaha, (4) fluktuasi acak, atau
(5) salah saji.
Pengujian terhadap Transaksi Rinci
Pengujian terhadap transaksi rinici ekuitas pemegang saham dilaksanakan oleh auditor melalui
dua prosedur audit berikut ini :
a. Periksa bukti pendukung pencatatan ke dalam akun modal saham, paid-in capital, treasury
stock, saldo laba, dan cadangan.
b.

Periksa pencatatan transaksi pengumuman dividen dan pembayarannya.

Usut Penerimaan Kas dari emisi saham ke jurnal penerimaan kas dan rekening koran
bank.
Jika klien tidak menunjuk independent registrar untuk mengurus saham yang
dikeluarkannya, auditor harus mengusut penerimaan kas dari pengeluaran saham ke dalam buku
jurnal penerimaan kas dan rekening koran bank. Jika dalam pengeluaran saham, klien menerima
aktiva selain kas sebagai pembayarannya, auditor harus mengusut penerimaan aktiva tersebut ke
dalam akun aktiva yang bersangkutan. Dalam keadaan demikian auditor harus memperhatikan
penilaian aktiva yang diterima sebagai penukaran saham klien yang dikeluarkannya. Penilaian
yang tidak wajar terhadap aktiva yang diterima tersebut harus disebutkan oleh auditor di dalam
laporan audit. Jika klien menunjuk independent registrar untuk mengurus pengeluaran sahamnya,
Penerimaan kas dan pengeluaran saham diusut oleh auditor ke dalam rekening koran bank.
Periksa pencatatan transaksi pengumuman dividen dan pembayarannnya.
Prosedur pembayaran dividen dimulai dengan otorisasi oleh direksi. Oleh karen itu,
auditor harus mereview notulen rapat direksi yang bersangkutan dengan pembagian deviden.
Auditor harus mencatat tanggal dan jumlah deviden yang dibagikan menurut keputusan rapat

36

tersebut, karena keputusan itulah yang merupakan otorisasi permulaan untuk pembayaran
deviden.
Pengujian terhadap Akun Rinci
Pengujian terhadap saldo rinci akun ekuitas pemegang saham dilaksanakan oleh auditor melalui
berbagai prosedur audit berikut ini:

Pelajari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan klien.


Auditor harus mempelajari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan serta
perubahan yang terjadi dalam tahun yang di audit. Informasi penting yang berhubungan
dengan akuntansi yangperlu diketahui oleh auditor adalah :
a.
Nama berbagai jenis sahamyang dikeluarkan oleh perusahaan (misalnya saham
biasa, saham istemewa, saham istemewa yang dapat diubah kedalam saham biasa)
b.
Jumlah lembar saham yang diizinkan untuk dikeluarkan oleh perusahaan.
c.
Nilai nominal setiap jenis saham yang beredar.
d.
Berbagai ketentuan yang berhubungan dengan pelunasan kembali saham
istemewa.
e.
Ketentuan yang bersangkutan denganpenukaran saham istemewa menjadi saham
biasa.
f.
Hak istemewa yang melekat pada setiap jenis saham yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
Pelajari notulen rapat pemegang saham dan dewan komisaris.
Auditor juga harus mempelajari notulen rapat pemegang saham dan dewan komisaris
yang berisi keputusan mengenai penambahan, pengurangan, pelunasan dan emisi saham,
pembentukan cadangan (reserves), tawaran pemberian saham kepada karyawan dan
kebijakan pembagian dividen. Umumnya kenaikan jumlah lembar saham yang beredar
(selain dari pembagian dividen saham) dan pelunasan saham yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan memerlukan otorisasi dari pemegang saham.
Pelajari kontrak underwriting dan persyaratan emisi saham.
Perusahaan yang go public, menjual sahamnya melalui pasar modal, yang dikelola oleh
Bapepam. Untuk menjual sahamnya kepada masyarakat umum. Bapepam menetapkan
persyaratan bagi perusahaan yang akan go public tersebut. Untuk mengetahui apakah
klien memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bapepam tersebut, auditor harus
mempelajari peraturan-peraturan yang berlaku bagi perusahaan yang go public. Dan
untuk menjamin terjualnya seluruh saham yang dikeluarkan oleh perusahaan , perusahaan
yang akan go public harus menunjuk perusahaan underwriter, yang akan membeli semua
sisa saham yang telah diotorisasi untuk dijual. Auditor harus mempelajari
kontrak underwriting yang ditandatangani bersama
antara klien dengan
perusahaan underwriter.
Pelajari notulen rapat dewan komisaris dan pemegang saham mengenai pembagian
dividen.
37

Kebijakan pembagian dividen, jenis dividen yang akan dibagikan kepada pemegang
saham, dana tanggal pembagian dividen diputuskan oleh rapat pemegang saham dan rapat
dewan komisaris. Dalam memverifikasi dividen yang dibagikan dalam tahun diaudit,
auditor harus mempelajari notulen rapat pemegang saham dan rapat dewan komisaris
untuk memperoleh informasi mengenai otorisasi pembagian dividen dalam tahun yang
diaudit.
Pelajari kontrak antara klien dengan independent registrar dan transfer agent
Di negara maju, umumnya perusahaan yang sahamnya dijual di pasar modal diharuskan
menggunakan jasa independent registrar untuk melindungi pemegang saham dari
pengeluaran saham yang melibihi jumlah yang ditentukan atau kecurangan dalam
pengeluaran sertifikat saham. Fungsi independent registrar adalah untuk mengawasi
sertifikat saham yang dikeluarkan oleh perusahaan sesuai dengan otorisasi yang
ditentukan di dalam anggaran dasar dan otorisasi dewan komisaris. Sertifikat saham baru
sah jika telah ditandatangani oleh independent registrar ini. Independent transfer agent ini
hanya menandatangani sertifikat saham sejumlah yang telah diotorisasi, dan hanya
mensyahkan sertifikat saham yang baru jika telah menerima penyerahan sertifikat saham
yang lama. Independent registrar ini biasanya juga ditugasi untuk menunjuk transfer
agent yang berfungsi untuk menyelenggarakan catatan pemegang saham dan perpindahan
hak pemilikan atas saham. Transfer agent ini juga memiliki catatan mengenai jumlah
lembar saham yang beredar tetapi kepentingannya berbeda dengan independent registrar.
Jikaindependent registrar berkempetingan untuk mengawasi jumlah maksimum lembar
saham yang beredar, maka transfer agent berkepentingan untuk menyelenggarakan
catatan yang memperlihatkan siapa pemilik saham pada saat tertentu dan transfer hak
pemilikan atas saham. Transfer agent inilah yang menyediakan data mengenai : atas
nama pemegang saham pada tanggal pencatatan nama pemegang saham dalam
pembagian dividen. Daftar ini berfungsi sebagai dasar pembuatan cek untuk pembayaran
dividen kepada tiap-tiap pemegang saham dan sebagai dasar untuk menentukan hak suara
masing-masing pemegang saham dalam rapat pemegang saham tahunan. Transfer
agent ini seringkali juga ditunjuk sebagai agen yang membagikan dividen kepada para
pemegang saham. Jika demikian maka pada tanggal pembayaran dividen perusahaan
cukup hanya membuat satu lembar cek yang diserahkan kepada transfer agent tersebut,
dan kemudian transfer agent inilah yang akan membuat cek untuk tiap-tiap pemegang
saham yang berhak atas dividen yang dibagikan oleh perusahaan.
Pelajari surat perjanjian penarikan kredit dan bond indentures mengenai pasal
yang membatasi pembagian dividen.
Seperti yang disajikan dalam pengujian substantif terhadap utang jangka panjang,
seringkali kreditur mengenakan pembatasan terhadap pembagian dividen selama klien
memiliki kewajiban jangka panjang. Dengan mempelajari surat perjanjian penarikan
kredit dan bond indenture, auditor akan dapat melakukan penilaian mengenai kepatuhan
klien atas persyaratan mengenai perjanjian kredit tersebut.
Lakukan analisis terhadap akun Modal Saham
38

Dalam pemeriksaan yang pertama kalinya, auditor berkepintangan untuk menilai


kewajaran saldo awal akun Modal Saham. Oleh karena itu auditor harus melakukan
analisis Modal Saham sejak perusahaan tersebut berdiri sampai dengan awal tahun yang
diaudit. Dalam pemeriksaan selanjutnya, auditor menitikberatkan verifikasinya terhadap
transaksi pendebitan dan pengkreditan akun tersebut dalam tahun yang di audit.
Analisis akun Modal Saham meliputi:
a.
Mengumpulkan informasi mengenai sifat perubahan akun Modal Saham yang
terjadi dalam tahun yang diaudit
b.
Pemeriksaan terhadap bukti yang mendukung setiap pengkreditan dan pendebitan
akun Modal Saham.
c.
Pemeriksaan terhadap penerapan prinsip akuntansi berterima umum oleh klie
dalam mencatat transaksi perubahan akun Modal Saham.
Lakukan analisis terhadap akun Saldo Laba
Akun laba ditahan dikredit dengan laba yang ditransfer dari akun Laba-Rugi; cadangan;
yang sudah dihentikan dan dikembalikan ke akun Saldo Laba; dan penggabungan
perusahaan yang dicatat sebagai pooling of interest. Akun ini di debit dengan rugi yang
dialami perusahaan dalam periode akuntansi tertentu; pembagian dividen tunai saham;
pembentukan dan penambahan cadangan. Penyisihan sebagian Saldo Laba memerlukan
otorisasi dari dewan komisaris. Auditor melakukan analisis terhadap pendebitan dan
pengkreditan akun Saldo Laba untuk mengetahui apakah semua transaksi yang
menyangkut akun tersebut telah diotorisasi yang berwenang. Prosedur pemeriksaan ini
ditujukan untuk menentukan apakah transaksi yang menyangkutpendebitan dan
pengkreditan akun Saldo Laba telah dilakukan oleh klien sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia. Jenis transaksi yang mengakibatkan pendebitan dan
pengkriditan akun Saldo Laba telah diuraikan dalam pengujian pengendalian (test of
control) tersebut di muka.
Dapatkan konfirmasi dari independent registrar dan transfer agent.
Jika klien menunjuk independent registrar dan transfer agent untuk mengurus transaksi
yang bersangkutan dengan saham yang dikeluarkannya, auditor harus mendapatkan
konfirmasi dari independent registrar dan transfer agent mengenai jumlah lembar saham
yang dikeluarkannya. Jawaban yang diterima oleh auditor harus diusut ke dalam catatan
klien. Jumlah saham yang beredar menurut akun Modal Saham di dalm buku besar harus
sama dengan jawaban yang diterima dari konfirmasi tersebut. Jika klien tidak menuntut
independent registrar dan transfer agent, auditor harus memeriksa pertanggungjawaban
penggunaan nomor urut sertifikat saham.
Periksa pertanggungjawaban nomor urut sertifikat saham.
Pengendalian intern yang baik mengharuskan pencatuman nomor urut tercetak pada
sertifikat saham yang dikeluarkan oleh perusahaan. Jika klien tidak menggunakan jasa
independent registrar dan transfer agent auditor harus memeriksa pertanggungjawaban
sertifikat saham yang dikeluarkan oleh klien, baik yang sudah dikeluarkan yang

39

dibatalkan pemakaiannya karena rusak, atau sebab lain dan yang belum beredar serta
yang berada di tangan klien.
Periksa semua sertifikat saham yang dibatalkan pemakaiannya.
Pengendalian intern yang baik mengharuskan pencatuman nomor urut tercetak pada
sertifikat sahamyang dikeluarkan oleh perusahaan. Jika klien tidak menggunakan jasa
independent registrar dan transfer agent auditor harus memeriksa pertanggungjawaban
setifikat saham yang dikeluarkan oleh klien, baik yang sudah dikeluarkan yang dibatalkan
pemakaiannya karena rusak, atau sebab yang lain dan yang belum beredar serta yang
berada di tangan klien.
Selidikilah adjusment yang berasal dari tahun sebelumnyayang dicatat di dalam
akun Saldo Laba.
Adjusment tahun yang lalu yang dicatat oleh kliendalam tahun sekarang, mempunyai
akibat terhadap penyajian saldo awal akun Saldo Laba. Jumlah yang digunakan untuk
mengadjust dicantumkan sebesar jumlah setelah diperhitungkan pajak penghasilan.
Auditor harus menyelidiki pendebitan dan pengkreditan akun Saldo Laba yang diberi
keterangan sebagai adjusment tahun sebelumnya untuk menentukan apakah klien telah
mencatatnya sesuaidengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Menurut akuntansi berterima umum modal saham harus disajikan di dalam neraca
sebesar nilainya pada tanggal neraca, yang nilai modal saham dikurangi atau ditambah
dengan paid-in capital, dikurangi dengan treasury stock, ditambah atau dikurangi dengan
saldo laba. Oleh karena itu verifikasi penilaian dimaksudkan untuk menilai kewajaran
penentuan nominal modal saham, saldo akun Paid-in Capital, Treasury Stock dan akun
Saldo Laba.
Lakukan analisis terhadap akun Treasury Stock.
Treasury stock adalah saham milik klien yang dibeli kembali oleh klien. Dalam
melakukan analisis terhadap akun Treasury Stock auditor harus memperoleh keyakinan
bahwa sertifikat saham yang berada di tangan sebagai treasury stock adalah saham yang
dikeluarkan atas nama klien. Auditor harus membuat daftar sertifikat saham sebagai
treasuri stock tersebut di dalam suatu kertas kerja, yang memperlihatkan nomor urut
sertifikat dan jumlah lembar sertifikatnya. Dalam audit selanjutnya, nomor sertifikat
treasury stock ini harus dibandingkan dengan kertas kerja yang dibuat dalam audit tahun
sebelumnya, untuk mendeteksi adanya kemungkinan penjulan dan pembelian kembali
saham yang tidak diotorisasi dan tidak dicatatat. Auditor harus memperoleh keyakinan
bahwa klien tidak mebagikan dividen untuk saham yang dimilikinya sebagai treasury
stock. Treasury stock harus dicatat dalam akun Treasury Stock sebesar kosnya. Jika
treasury stock tersebut dijual kembali dan hasil penjualan berbeda dengan kos yang
dicatatat di dalam akun Trasury Stock, maka perbedaan ini harus diperlakukan sebagai
adjustment terhadap akun modal. Jika klien menjual kembali treasury stock dengan
menerima aktiva tetap sebagai penukarnya, auditor harus memeriksa apakah nilai aktiva
tetap yang dicatat tidak lebih tinggi dari nilai tunai yang dapat direalisasikan dari
treasury stock yang dikeluarkan.
40

Verifikasi Penyajian Modal Sendiri di dalam Neraca.

Periksa pencatatan transaksi emisi saham untuk menentukan pemisahan jumlah


modal saham dengan paid-in capital.
Emisi saham harus dicatat dengan mengkredit akun Modal Saham sebesar nilai
nominalnya (jika saham bernilai nominal), sedangkan kelebihan atau kekurangan jumlah
kas atau nilai aktiva yang lain yang diterima klien dari nilai nominal saham tersebut
dicatat di dalam akun Paid-in Capital. Akun Paid-in Capital ini juga digunakan untuk
mencatat selisih antara kos saham yang dibeli kembali dengan nilai nominalnya
jikatrasury stock dicatat pada nilai nominalnya. Dalam memeriksa penyajian modal
saham di dalam neraca, auditor harus memastikan bahwa klien telah memisahkan jumlah
yang harus disajikan didalam akun Paid-in Capital dengan yang disajikan di dalam akun
Modal saham.
Periksa penyajian treasury stock.
Menurut prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, treasury stock tidak boleh
disajikan sebagai unsur aktiva perusahaan, dan perusahaan tidak dapat membagikan
dividen untuk saham yang dimiliki oleh perusahaan sebagai treasury stock. Auditor harus
memastikan penyajiantraesury stock klien sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum tersebut.
Periksa penyisihan saldo laba dalam tahun yang diaudit.
Penyisihan saldo laba untuk tujuan tertentu diatur di dalam anggaran dasar dan anggarn
rumah tangga perusahaan. Auditor berkewajiban untuk memeriksa apakah klien telah
melaksanakan penyisihan saldo laba sesuai dengan ketentuan di dalam anggaran dasar
dan anggaran perusahaan.
Periksa penjelasan yang bersangkutan dengan unsur ekuitas pemegang saham.
Penyajian unsur ekuitas pemegang saham harus sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum dan dengan penjelasan cukup di dalam laporankeuangan. Auditor harus
memastikan bahwa klien telah mencantumkan pengungkapanyang cukup bagi unsur
ekuitas pemegang saham di dalam laporan keuangan.

10. Prosedur Audit Pendapatan


PENJUALAN KREDIT DAN TUNAI
1. Dokumen
a. Dokumen sumber : Faktur penjualan
b. Dokumen pendukung : Surat order pengiriman dan Surat muat (Bill of Landing)

2. Catatan Akuntansi
a. Jurnal Penjualan : mencatat transaksi penjualan.
41

b. Jurnal Umum : mencatat kos produk yang dijual berdasar bukti memorial.
c. Buku Pembantu Piutang : mencatat bertambahnya piutang kepada debitur berdasarka
dokumen sumber faktur penjualan.
d. Buku Pembantu Sediaan : mencatat kos produk jadi yang dijual
e. Buku Besar : mencatat piutang usaha, pendapatan penjualan, kos produk yang dijual, dan
sediaan produk jadi.

3. Salah saji potensial, aktivitas pengendalian yang diperlukan, dan prosedur audit yang
dapat digunakan :

Tahap
Transaksi
Penerimaan
Order

Salah Saji
Potensial
Penjualan kepada
customer yang
tidak semestinya

Aktivitas Pengendalian
Pastikan customer sudah
terdaftar dan disetujui

Penggunaan surat order


yang diotorisasi
Otorisasi
Kredit

Penjualan kredit
tanpa
persetujuan

Pengecekan terhadap
customer baru

Pengecekan batas kredit


Pengiriman
Barang

Salah kirim
barang

Pengiriman
barang tanpa

Barang keluar dari gudang


harus berdasar surat order
pengiriman

Pemisahan fungsi
pengiriman dan penjualan

Prosedur Audit
Pengamatan dan
pelaksanaan kembali
prosedur

Periksa surat order

Permintaan keterangan
otorisasi
pemberian kredit
customer baru

Periksa bukti
pengecekan
Pengamatan karyawan

Usut dokumen
42

otorisasi

pengiriman ke faktur
penjualan
Pembuatan dokumen
pengiriman

Check keakuratan
pencantuman harga
Pengamatan prosedur

Penagihan

Penagihan dibuat
untuk transaksi
fiktif

Faktur penjualan
berisi harga yang
salah
Pencatatan

Faktur penjualan
tidak dicatat ke
akun piutang
customer

Faktur penjualan harus


dilampiri surat order
pengirimanyang telah
diotorisasi dan dokumen
pengiriman

Pengecekan harga yang


tercantum dalam faktur
penjualan

Pengiriman pernyataan
piutang bulanan ke
debitur

Pemeriksaan dokumen
pendukung

Usut dokumen
pengiriman ke faktur
penjualan
Pemeriksaan terhadap
bukti pendukung, review
bukti pengecekan,dan
pengamatan terhadap
prosedur

11. BEBAN
Siklus pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data
terkait yang berhubungan dengan pembelian serta pembayaran barang dan jasa Tujuan utama
siklus pengeluaran adalah untuk meminimalkan biaya total memperoleh dan memelihara
persediaan, perlengkapan, dan berbagai layanan yang dibutuhkan organisasi untuk berfungsi.
AKTIVITAS BISNIS SIKLUS BEBAN
Aktivitas bisnis dalam siklus pengeluaran antara lain :
1. Memesan barang, perlengkapan, dan layanan :

Melakukan permintaan pembelian

43

Membuat pesanan pembelian

Meningkatkan efisiensi dan efektivitas

2. Menerima dan menyimpan barang, perlengkapan dan layanan

Meningkatkan efisiensi dan efektivitas

3. Membayar barang, perlengkapan dan layanan

Menyetujui faktur penjualan dari vendor untuk dibayar

Akun beban merupakan akun nominal artinya akun tersebut hanya merupakan nilai angka
penjumlahan saja. Yang merupakan akumulasi jumlah transasksi beban yang terjadi dalam satu
periode. Oleh karena akun tersebut hanya merupakan akumulasi nilai transaksi beban maka
kelayakan akun-akunnya sangat tergantung pada kefektifan dan ketaattan kendali interim
internal control perusahaan yang dapat diketahui pada saat melakukan test transaksi.
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk prosedur ini adalah:
1. Penggunaan cek bernomor urut.
2. Penandatangan cek harus mengawasi atau mengendalikan pengiriman atau penyerahan
cek kepada pemasok.
3. Cek yang diserahkan harus berisi jumlah rupiah yang sesuai, dan harus dicegah
penandatanganan dan penyerahan cek yang tidak menyebutkan jumlah rupiah.
4. Pengecekan independen terhadap persetujuan total cek yang dikeluarkan dengan
sekumpulan voucher yang diproses untuk pembayaran.
5. Penandatangan cek yang berwenang harus memastikan bahwa tiap cek sesuai dengan
voucher.
6. Pengecekan independen oleh supervisor akunting atas kesesuaian jumlah yang dijurnal
dan diposting, dengan ringkasan cek yang diterima dari bagian keuangan.
7. Pengecekan independen atas ketepatan pencatatan dengan cara membandingkan secara
periodik tanggal jurnal pengeluaran kas dengan tanggal pada tembusan cek.
8. Pelaksanaan rekonsiliasi bank soal independen.

PROSEDUR PEMERIKSAAN BEBAN

44

1. Meminta buku besar (atau buku pembantu/rincian) masing-masing jenis beban, kemudian
cocokkan dengan saldo biaya untuk laporan laba-rugi
2. Meminta SK Direksi yang mengatur jenis beban (misalnya yang mengatur biaya gaji,
honor, jasa, produksi)
3. Periksa apakah beban yang dikeluarkan telah sesuai dengan ketentuan
4. Periksa apakah ada pengeluaran/pembebanan beban telah mendapat persetujuan dari
pejabat yang yang berwenang
5. Periksa apakah ada pengeluaran beban yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan
operasional perusahaan, kalau ada tanyakan dan ungkap.
6. Periksa apakah struktur gaji sesuai dengan jabatan (misalnya apakah gaji direksi lebih
kecil dari komisaris/kabag)
7. Periksa apakah semua pengeluaran beban telah didukung oleh bukti-bukti yng akurat dan
sah
8. Menentukan ketetapan sistem pengendalian intern atas beban.
9. Menentukan kebenaran jumlah beban.
10. Menentukan bahwa beban telah dicatat dengan tepat.
11. Menentukan bahwa beban telah diklasifikasikan dengan tepat.
Prinsip beban diverifikasi pada saat menerima buku-buku harian. Prosedur pemeriksaan
apa yang harus dilakukan akan tergantung pada sistem pengendalian intern, praktek-praktek
perusahaan dan klasifikasi beban yang tepat. Pemeriksa harus mempelajari prosedur
pembukuannya, luas tidaknya pemeriksaan perkiraan beban akan tergantung kepada efektivitas
pemeriksaan intern dan pengendalian melalui anggaran biaya overhead pabrik.

12. SURAT REPRESENTASI MANAJEMEN (SA 333)


Pengertian Surat Representasi Manajemen
Dalam suatu general audit/financial audit (pemeriksaan umum), akuntan publik pada
akhir pemeriksaannya harus mengeluarkan laporan akuntan publik yang terdiri dari pendapat
auditor (auditors opinion) mengenai kewajaran laporan keuangan klien dan laporan keuangan
yang telah diaudit, yang merupakan tanggung jawab manajemen (klien). Namun demikian,
sebelum laporan audit diserahkan kepada klien, auditor harus meminta surat representasi
manajemen dan manajemen/klien harus memberikannya.

45

SA Seksi 333 menyatakan bahwa Surat Representasi Manajemen adalah bagian dari bukti
audit yang diperoleh auditor, tetapi tidak merupakan pengganti bagi penerapan prosedur audit
yang diperlukan untuk memperoleh dasar memadai bagi pendapat auditor atas laporan keuangan.
Auditor memperoleh representasi tertulis dari manajemen untuk melengkapi prosedur audit lain
yang dilakukannya. Dalam banyak hal, auditor menerapkan prosedur audit terutama didesain
untuk memperoleh informasi yang mendukung masalah yang juga direpresentasikan secara
tertulis. Jika suatu representasi yang dibuat oleh manajemen bertentangan dengan bukti audit
lain, auditor harus menyelidiki keadaan tersebut dan mempertimbangkan keandalan representasi
tersebut. Berdasarkan keadaan tersebut, auditor harus mempertimbangkan apakah keandalan
representasi manajemen yang berkaitan dengan aspek lain laporan keuangan memadai dan
beralasan.
Tanggal surat representasi manajemen harus sama dengan tanggal tanggal selesainya
pemeriksaan lapangan (audit field work) dan tanggal laporan akuntan publik. Tanggal tersebut
menunjukkan sampai batas waktu mana auditor harus menjelaskan hal-hal atau kejadian penting
sesudah tanggal neraca. Surat representasi manajemen tersebut harus ditandatangani pejabat
perusahaan (klien) yang berwenang, biasanya Direktur Keuangan dan Akuntansi atau Direktur
Utama dan ditik diatas kop surat klien, walaupun konsep surat tersebut disiapkan oleh kantor
akuntan publik. Jadi, surat representasi manajemen ialah surat yang dibuat oleh klien, ditujukan
kepada kantor akuntan publik, yang berisi pernyataan mengenai beberapa hal yang penting,
antara lain:
1. Bahwa manajemen menyadari, merekalah yang bertanggung jawab terhadap kewajaran
penyajian laporan keuangan perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia (Standar Akuntansi Keuangan).
2. Bahwa semua data, catatan akuntansi, notulen rapat direksi dan pemegang saham serta
informasi-informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan audit, seluruhnya sudah
diperlihatkan kepada akuntan publik dan tidak ada yang disembunyikan.
3. Penjelasan mengenai pos-pos laporan keuangan, misalnya :
a. Piutang yang disajikan di neraca semuanya bisa tertagih atau sudah dibuatkan
penyisihan yang cukup untuk piutang yang diragukan bisa tertagih.
b. Aktiva tetap yang tercantum di neraca semuanya merupakan milik perusahaan dan
dicatat berdasarkan harga perolehannya.
c. Hutang yang tercantum di neraca betul-betul merupakan kewajiban perusahaan dan
tidak ada hutang atau kewajiban kepada pihak ketiga yang belum dicantumkan di
neraca.
4. Menyatakan ada atau tidaknya aktiva perusahaan yang dijadikan jaminan atas kredit yang
diperoleh dari bank. Jika ada aktiva yang dijadikan jaminan, harus dijelaskan aktiva apa saja
yang dijaminkan dan dijaminkan kepada siapa.
5. Menyatakan ada atau tidaknya kewajiban bersyarat (contingent liability) per tanggal neraca.
Kalau ada harus dijelaskan dalam bentuk apa. Contingent liability adalah kewajiban
perusahaan kepada pihak ketiga yang mungkin terjadi, mungkin juga tidak terjadi,
tergantung pada kejadian di periode yang akan datang. Contingent liability bisa berasal dari
46

pendiskontoan wesel tagih atau jika ada tuntutan terhadap perusahaan di pengadilan yang
pada tanggal neraca, belum ada keputusan hukum dari pengadilan tersebut.
6. Menyatakan ada atau tidaknya transaksi-transaksi hubungan istimewa (related party
transaction) dengan perusahaan induk (holding company) atau perusahaan afiliasi. Jika ada
hubungan transaksi istimewa, misalnya dalam bentuk pembelian atau penjualan barang
dagangan antar perusahaan dalam satu group, maka harus dinyatakan bahwa transaksi
tersebut dilakukan dengan harga pasar yang wajar (arms length transactions), dan harus
dijelaskan juga berapa jumlah transaksi tersebut.
7. Menyatakan ada atau tidaknya kejadian penting sesudah tanggal neraca yang mempunyai
pengaruh yang penting atau material terhadap kewajaran laporan keuangan, misalnya
terjadinya kebakaran sesudah tanggal neraca namun sebelum laporan akuntan diterbitkan.
Kegunaan Surat Representasi Manajemen
Manfaat surat representasi manajemenbagi kantor akuntan publik sangat besar sekali.
Misalnya jika ternyata klien tidak mencatat transaksi perusahaan secara keseluruhan atau ada
bukti-bukti yang disembunyikan/tidak diperlihatkan kepada kantor akuntan, sehingga ada pihakpihak yang menggunakan laporan keuangan klien dan merasa dirugikan lalu mengajukan
tuntutan kepada akuntan publik di pengadilan. Dalam hal ini akuntan publik dapat menunjukkan
surat representasi manajemen tersebut sebagai bukti di pengadilan, sehingga tidak bisa
disalahkan. Jika akuntan publik tidak memiliki surat representasi manajemen, maka ia bisa
disalahkaan di pengadilan dan harus membayar ganti rugi atau dicabut ijin prakteknya oleh
Menteri Keuangan jika terbukti lalai dalam melakukan pemeriksaannya sehingga merugikan
pihak lain.
Isi Dari Surat Representasi Manajemen
Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan dalam Standar Profesional Akuntan publik (PSA
No. 17), bahwa surat representasi manajemen (representasi tertulis) umumnya meliputi hal-hal
berikut, jika dimungkinkan :
1. Pengakuan manajemen mengenai tanggung jawabnya untuk menyajikan laporan keuangan
secara wajar, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Tersedianya catatan keuangan dan data yang berkaitan.
3. Kelengkapan dan tersedianya semua notulen rapat pemegang saham, direksi dan dewan
komisaris.
4. Tidak terdapat kesalahan dalam laporan keuangan dan transaksi yang tidak tercatat.
5. Informasi mengenai transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa dan piutang
atau hutang antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
6. Ketidakpatuhan dengan pasal-pasal perjanjian kontrak yang mungkin berdampak terhadap
laporan keuangan.
7. Informasi mengenai peristiwa kemudian.
8. Ketidakberesan yang melibatkan manajemen dan karyawan.
47

9. Komunikasi dari instansi pemerintah mengenai ketidakpatuhan terhadap atau kelemahan


dalam praktik laporan keuangan.
10. Rencana atau maksud yang mungkin akan mempengaruhi nilai atau klasifikasi aktiva atau
kewajiban.
11. Pengungkapan saldo kompensasi atau perjanjian yang menyangkut pembatasan terhadap
saldo kas, dan pengungkapan line-of-credit atau perjanjian yang serupa.
12. Pengurangan kelebihan atau keusangan persediaan menjadi nilai yang dapat direalisasikan.
13. Rugi dari komitmen penjualan.
14. Hak atas aktiva, hak gadai atas aktiva, dan aktiva yang dijaminkan.
15. Perjanjian untuk membeli kembali aktiva yang sebelumnya dijual.
16. Rugi dari komitmen pembelian untuk jumlah persediaan yang melebihi kebutuhan atau pada
harga diatas harga pasar.
17. Pelanggaran atau kemungkinan pelanggaran hukum atau peraturan yang dampaknya harus
dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan atau sebagai dasar untuk
mencatat rugi bersyarat.
18. Kewajiban lain dan laba atau rugi bersyarat yang harus diungkapkan.
19. Tuntutan yang tidak diungkapkan meskipun telah diberitahukan kemungkinannya oleh
penasehat hukum klien.
20. Hak atau perjanjian pembelian kembali saham perusahaan atau modal saham yang
disisihkan untuk hak pembelian saham, warrant, konversi, atau persyaratan lainnya.

12. PENGGUNAAN PEKERJAAN SPESIALIS ( SA 336)


Penggunaan Pekerjaan Spesialis diatur dalam SA Seksi 336 bahwa Spesialis mencakup,
namun tidak terbatas pada, aktuaris, appraiser, insinyur, konsultan lingkungan dan ahli geologi.
Seksi ini juga berlaku untuk penasihat hukum yang ditugasi sebagai spesialis dalam situasi selain
dalam penyediaan jasa kepada klien berkaitan dengan tuntutan pengadilan, klaim. Sebagai
contoh, penasihat hukum dapat ditugasi oleh klien atau auditor untuk menafsirkan pasal-pasal
dalam perjanjian kontrak.
Keputusan Untuk Menggunakan Pekerjaan Spesialis
Pendidikan dan pengalaman auditor memungkinkan ia menguasai atau memahami hal-hal
bisnis secara umum, tetapi ia tidak diharapkan memiliki keahlian sebagai seorang yang terlatih
atau memenuhi syarat untuk melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan lain. Namun, dalam
audit, auditor mungkin menjumpai masalah-masalah yang kompleks dan subjektif, yang secara
potensial material terhadap laporan keuangan. Masalah-masalah seperti ini mungkin memerlukan
keterampilan atau pengetahuan khusus dan menurut pertimbangan auditor memerlukan
penggunaan pekerjaan spesialis untuk mendapatkan bukti audit yang kompeten.
Berbagai contoh tipe masalah yang mungkin menurut pertimbangan auditor memerlukan
pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut ini:

48

1.

Penilaian (misalnya, sediaan untuk tujuan khusus, bahan atau equipment teknologi tinggi,
produk farmasi, instrumen keuangan yang kompleks, real estate, sekuritas terbatas, karya
seni, kontijensi lingkungan).
2.
Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia atau
kondisi (misalnya, kuantitas atau kondisi mineral, cadangan mineral atau bahan yang
disimpan dalam timbunan).
3.
Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus
(misalnya, beberapa perhitungan aktuarial dalam penentuan kewajiban manfaat pensiun dan
dalam penentuan kewajiban manfaat polis masa depan).
4.
Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya, pengaruh potensial
suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya, atau hak atas properti).
Kualifikasi Dan Pekerjaan Spesialis
Auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini untuk mengevaluasi kualifikasi
profesional spesialis dalam menentukan bahwa spesialis tersebut memiliki keterampilan atau
pengetahuan dalam bidang tertentu yang diperlukan:
1.
Sertifikat profesional, lisensi, atau pengakuan kompetensi dari spesialis lain dalam
bidangnya.
2.
Reputasi dan kedudukan spesialis di mata para rekan sejawat dan pihak lain yang
mengenal kemampuan atau kinerjanya.
3.
Hubungan, jika ada, antara spesialis dengan klien.
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang sifat pekerjaan yang dilaksanakan atau
akan dilaksanakan oleh spesialis. Pemahaman tersebut harus mencakup berikut ini:
1.
Tujuan dan lingkup pekerjaan spesialis
2.
Hubungan spesialis dengan klien
3.
Metode dan asumsi yang digunakan
4.
Suatu perbandingan metode atau asumsi yang digunakan dengan yang digunakan di tahun
sebelumnya.
5.
Kelayakan penggunaan pekerjaan spesialis untuk tujuan yang dimaksudkan.
6.
Bentuk dan isi temuan spesialis yang akan memungkinkan auditor untuk membuat
evaluasi yang diuraikan dalam paragraf.
Hubungan Spesialis Dengan Klien
Auditor harus mengevaluasi hubungan spesialis dengan klien, termasuk keadaan yang
mungkin merusak objektivitas spesialis. Keadaan tersebut mencakup situasi yang didalamnya
klien memiliki kemampuan melalui hubungan kepegawaian, kepemilikan, hak kontrak,
hubungan keluarga atau melalui cara lain-untuk secara langsung atau tidak langung
mengendalikan atau secara signifikan mempengaruhi spesialis.
Bila spesialis tidak memiliki hubungan dengan klien, pekerjaan spesialis biasanya akan
memberikan keyakinan lebih besar bagi auditor tentang keandalan. Namun, pekerjaan spesialis
yang memiliki hubungan dengan klien dapat diterima dalam keadaan tertentu. Jika spesialis
49

memiliki hubungan dengan klien, auditor harus manaksir risiko bahwa objektivitas spesialis
tersebut mungkin terganggu. Jika auditor yakin hubungan tersebut akan mengganggu objektivitas
spesialis, auditor harus melakukan prosedur tambahan berkaitan dengan semua asumsi, metode
atau temuan spesialis uintuk menentukan bahwa temuannya masuk akal (dapat diterima) atau
harus menugasi spesialis lain untuk tujuan tersebut.

13. PERMINTAAN KETERANGAN DARI PENASIHAT HUKUM KLIEN


(SA 337)
Suatu surat permintaan keterangan kepada penasihat hukum klien merupakan cara utama
yang dipakai oleh auditor untuk memperoleh bukti penguat informasi yang disediakan oleh
manajemen tentang litigasi, klaim, dan assessment (perkiraan). Bukti audit yang diperoleh dari
penasihat hukum atau departemen hukum klien mungkin menyediakan bukti penguat yang
diperlukan bagi auditor. Namun, bukti audit yang diperoleh dari penasihat intern bukan
merupakan pengganti bagi informasi yang tidak dapat disediakan oleh penasihat hukum dari luar
organisasi klien. Hal-hal yang harus dicakup dalam suatu permintaan keterangan meliputi,
namun tidak terbatas pada berikut ini:
1. Identifikasi perusahaan, termasuk anak perusahaan, dan tanggal audit.
2. Suatu daftar yang dibuat oleh manajemen (atau suatu permintaan dari manajemen agar
penasihat hukum membuat suatu daftar) yang menggambarkan dan mengevaluasi litigasi,
klaim, dan assessment yang masih belum selesai atau yang bersifat ancaman yang ditangani
oleh penasihat hukum yang bersangkutan dan memerlukan perhatian besar dari penasihat
hukum yang bertindak atas nama klien, dalam bentuk konsultasi atau pemberian kuasa
hukum.
3. Suatu daftar yang dibuat oleh manajemen yang menggambarkan dan mengevaluasi klaim
assessment yang belum diajukan (unasserted claim and assessment) yang menurut
pertimbangan manajemen merupakan asersi yang mungkin, dan jika diasersi, akan
mempunyai paling tidak kemungkinan yang masuk akal berakibat merugikan klien, yang
terkait dengan perikatan yang dibuat antara klien dengan penasihat hukum danyang menjadi
perhatian besar penasihat hukum tersebut atas nama perusahaan dalam bentuk konsultasi
atau pemberian kuasa secara hukum.
4. Untuk setiap hal yang dicantumkan dalam daftar yang dijelaskan pada butir b di atas, suatu
permintaan yang dipenuhi oleh penasihat hukum atau komentar penasihat hukum atas halhal tersebut yang menurut pandangan penasihat hukum kemungkinannya berbeda dengan
apa yang dinyatakan oleh manajemen.
a. Suatu gambaran tentang sifat hal-hal tersebut, kemajuan perkara sampai dengan saat ini,
dan tindakan yang menurut maksud perusahaan akan dilaksanakan (misalnya melawan atau
mencari penyelesaian di luar pengadilan).
b. Suatu evaluasi tentang kemungkinan hasil yang tidak menguntungkan dan suatu estimasi,
jika hal ini dapat dilakukan, tentang jumlah atau kisaran kerugian potensial.

50

c. Berkaitan dengan daftar yang dibuat oleh manajemen, suatu identifikasi terhadap
penghilangan adanya litigasi, klaim, dan assessment yang masih belum selesai atau yang
bersifat ancaman atau suatu pernyataan bahwa daftar tentang hal-hal tersebut telah selesai.
5. Terhadap setiap hal yang tercantum dalam butir c, suatu permintaan kepada penasihat hukum
untuk memberikan komentar atas hal-hal tersebut tentang pandangannya mengenai
penjelasan atau evaluasi terhadap hal-hal tersebut yang kemungkinan berbeda dengan yang
dinyatakan oleh manajemen.
6. Suatu pernyataan oleh klien bahwa klien memahami bahwa bilamana dalam pelaksanaan
jasa legal bagi kepentingan klien berkaitan dengan suatu hal yang disadari melibatkan suatu
klaim yang mungkin timbul namun belum dinyatakan, assessment yang mungkin
memerlukan pengungkapan bahwa klien harus mengungkapkan atau mempertimbangkan
pengungkapan klaim atau assessment yang mungkin tersebut, sebagai tanggung jawab
profesionalnya terhadap klien, penasihat hukum akan menasihati kliennya atau memberikan
konsultasi kepada kliennya mengenai pernyataan yang berkaitan dengan pengungkapan
tersebut dan persyaratan yang lain.
7. Suatu permintaan bahwa penasihat hukum menegaskan apakah pemahaman sebagaimana
yang dijelaskan dalam butir f adalah benar.
8. Suatu permintaan bahwa penasihat hukum secara khusus mengidentifikasi sifat dan alasan
tentang adanya pembatasan terhadap jawaban yang diberikannya.
Permintaan keterangan tidak dapat dilakukan tentang hal-hal yang dipandang material,
dengan syarat klien dan auditor telah mencapai suatu pemahaman atas batas materialitas untuk
tujuan ini.
Dalam keadaan khusus, auditor dapat memperoleh jawaban tentang hal-hal yang dicakup
dalam surat permintaan keterangan dalam suatu rapat, yang menawarkan suatu peluang untuk
membahas dan memperoleh penjelasan lebih rinci dibandingkan dengan suatu jawaban tertulis.
Suatu rapat dapat tepat jika evaluasi atas kebutuhan akuntansi untuk mengungkapkan litigasi,
klaim, dan assessment mencakup hal-hal seperti evaluasi tentang dampak nasihat hukum
mengenai undang-undang, dampak informasi yang bersifat tidak menguatkan, atau pertimbangan
rumit yang lain. Auditor harus mendokumentasikan dengan semestinya kesimpulan yang dicapai
mengenai kebutuhan akuntansi untuk mengungkapkan litigasi, klaim, dan assessment tersebut.
Dalam beberapa keadaan, seorang penasihat hukum mungkin diwajibkan oleh Kode Etik
Profesinya untuk mengundurkan diri dari perikatan jika nasihatnya tentang akuntansi dan
pelaporan keuangan mengenai litigasi, klaim, dan assessment diabaikan oleh klien. Jika auditor
mengetahui bahwa klien mengganti penasihat hukumnya atau penasihat hukum yang
mengadakan perikatan dengan klien telah mengundurkan diri, auditor harus mempertimbangkan
perlunya permintaan keterangan tentang alasan penasihat hukum tersebut tidak lagi melakukan
perikatan dengan klien.
Tanya Jawab Dengan Pengacara Klien
Tanya jawab dengan pengacara klien merupakan prosedur utama yang diandalkan auditor
dalam mengevaluasi proses hukum yang ada atau tuntutan lain atas klien dan
51

mengindentifikasikan bila ada masalah lainnya. Beberapa tahun terakhir pengacara enggan
memberikan informasi kepada auditor sehubungan dengan kewajiban mereka untuk menjaga
kerahasiaan informasi klien. Jenis-jenis penolakan pengacara dalam memberikan informasi
kepada auditor mengenai kewajiban kontijensi kliennya dapat dibagi menjadi dua hal:
1. Pengacara tidak mau menanggapi karena tidak memahami kewajiban kontijensi.
2. Pengacara tidak mau mengungkapkan informasi karena sifatnya rahasia.
Jika pengacara tidak mau memberikan informasi kepada auditor mengenai tuntutan
hukum yang ada secara material (klaim yang sudah diajukan/asserted claim) atau klaim yang
diajukan, maka auditor harus memodifikasikan laporan audit agar dapat menggambarkan
kurangnya bukti yang tersedia (pembatasan ruang lingkup yang mensyaratkan adanya kualifikasi
ataupun penolakan pemberian opini). Hal ini dalam PSA 74 (SA 337) akan mensyaratkan
manajemen untuk memberikan ijin kepada pengacaranya agar menginformasikan adanya
kewajiban kontijensi kepada auditor dan mendorong pengacara untuk bekerja sama dengan
auditor dalam memperoleh informasi kontijensi.
Batasan Atas Lingkup Jawaban Penasihat Hukum
Seorang penasihat hukum dapat membatasi jawabannya pada hal-hal yang ia memberikan
perhatian besar dalam bentuk konsultasi atau representasi hukum. Jawaban penasihat hukum juga
dapat terbatas pada hal-hal yang dipandang material baik secara individual atau kolektif terhadap
laporan keuangan, dengan syarat penasihat hukum dan auditor telah mencapai suatu pemahaman
tentang batasan materialitas untuk tujuan tersebut. Batasan seperti ini bukan merupakan batasan
atas lingkup audit.
Penolakan penasihat hukum untuk memberikan informasi yang diminta dalam surat
permintaan keterangan, secara tertulis atau lisan akan merupakan batasan terhadap lingkup audit
yang cukup untuk menghalangi auditor untuk menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian
(SA Seksi 508 [PSA 29] Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan paragraf 22 dan 23).
Jawaban penasihat hukum terhadap permintaan keterangan dan prosedur yang ditetapkan dalam
paragraf 05 menyediakan bagi auditor bukti audit untuk memenuhi kebutuhannya tentang
akuntansi dan pelaporan litigasi, klaim, dan assessment yang belum selesai dan bersifat ancaman.
Auditor memperoleh bukti audit kompeten yang memadai untuk memenuhi kebutuhannya
tentang pelaporan mengenai klaim dan assessment yang belum diajukan (unasserted claim and
assessment) yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan dari prosedur pemeriksaan dan
pengakuan tertentu oleh penasihat hukum tentang tanggung jawabnya kepada klien berkaitan
dengan kewajiban pengungkapan (lihat paragraf 08g). Pendekatan ini berkaitan dengan klaim
dan assessment yang belum diajukan merupakan suatu kebutuhan publik dalam perlindungan
terhadap kerahasiaan komunikasi antara penasihat hukum dan klien.
Batasan Lain Atas Jawaban Penasihat Hukum
Penasihat hukum mungkin tidak dapat memberikan jawaban tentang kemungkinan hasil
yang tidak menguntungkan dari litigasi, klaim, dan assessment atau tentang jumlah atau kisaran
kerugian potensial, karena ketidakpastian bawaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemungkinan hasil yang tidak menguntungkan kadang-kadang berada di luar kompetensi
52

penasihat hukum untuk mempertimbangkannya; pengalaman historis entitas yang bersangkutan


dalam litigasi yang sama atau pengalaman entitas lain kemungkinan tidak relevan atau tidak
tersedia; dan jumlah kemungkinan kerugian seringkali bervariasi sangat besar pada berbagai
tahap litigasi. Sebagai akibatnya, seorang penasihat hukum kemungkinan tidak dapat membuat
simpulan berkaitan dengan hal-hal tersebut. Dalam keadaan seperti ini, auditor biasanya akan
menyimpulkan bahwa laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian tentang hasil peristiwa
masa yang akan datang yang tidak dapat diestimasi secara masuk akal, dan harus mengacu ke
panduan dalam SA Seksi 508 [PSA 29] Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan,
paragraf 45 sampai dengan 49 untuk menentukan dampak, jika ada jawaban penasihat hukum
atas laporan audit.

Contoh Surat Permintaan Keterangan Dari Penasihat Hukum Klien


Dalam hubungannya dengan audit atas laporan keuangan kami tanggal [tanggal neraca]
dan untuk [periode] yang berakhir pada tanggal tersebut, manajemen PT KXT telah membuat
dan menyerahkan kepada auditor kami [nama dan alamat auditor], suatu penjelasan dan evaluasi
kontijensi tertentu, termasuk yang disebutkan di bawah ini yang mencakup hal-hal yang untuk itu
Saudara membuat perikatan dengan kami, dan Saudara telah mencurahkan perhatian besar
sebagai pihak yang diberi kuasa oleh Perusahaan dalam bentuk konsultasi atau representasi
hukum. Kontinjensi ini dipandang oleh manajemen Perusahaan material jumlahnya untuk tujuan
ini [manajemen dapat menunjukkan batas materialitas jika pemahaman telah dicapai dengan
auditor]. Jawaban Saudara harus mencakup hal-hal yang ada pada tanggal [tanggal neraca] dan
dalam periode sejak tanggal tersebut sampai dengan tanggal jawaban Saudara.
Litigasi yang Belum Selesai dan Bersifat Ancaman (tidak termasuk klaim yang ditegaskan)
[Biasanya informasi akan mencakup berikut ini: (1) sifat litigasi, (2) kemajuan perkara
tersebut sampai dengan saat ini, (3) bagaimana manajemen menanggapi atau bermaksud
menanggapi litigasi tersebut (sebagai contoh melawan perkara tersebut atau mencari
penyelesaian di luar pengadilan), dan (4) suatu evaluasi tentang kemungkinan hasil yang tidak
menguntungkan dan suatu estimasi, jika hal ini dapat dilakukan, jumlah atau kisaran kerugian
yang mungkin]. Kami minta Saudara memberikan informasi berikut ini, termasuk suatu
penjelasan hal-hal tersebut yang menurut pandangan Saudara kemungkinan berbeda dari yang
kami nyatakan dan suatu identifikasi adanya penghilangan litigasi, klaim, dan assessment yang
belum selesai atau bersifat ancaman atau suatu pernyataan bahwa daftar hal-hal tersebut telah
lengkap.
Klaim dan Assessment yang Ditegaskan (dipandang oleh manajemen merupakan asersi yang
mungkin, dan bahwa, jika ditegaskan, akan paling tidak mempunyai kemungkinan masuk akal
untuk menjadi hasil yang tidak menguntungkan)
53

Biasanya informasi manajemen akan mencakup berikut ini: (1) sifat hal-hal yang
bersangkutan, (2) bagaimana manajemen bermaksud untuk menanggapi jika klaim tersebut
ditegaskan, dan (3) suatu evaluasi tentang kemungkinan hasil yang tidak menguntungkan dan
suatu estimasi, jika hal ini dapat dilakukan, jumlah atau kisaran kerugian potensial]. Kami minta
Saudara memberikan penjelasan kepada auditor kami, jika ada, yang Saudara pandang perlu
untuk menambah informasi berikut ini, termasuk suatu penjelasan tentang hal-hal tersebut yang
menurut pandangan Saudara kemungkinan berbeda dari yang kami nyatakan. Kami memahami
bahwa bilamana, dalam pelaksanaan jasa hukum bagi kami yang berkaitan dengan hal-hal
tersebut mencakup klaim yang mungkin belum ditegaskan atau assessment yang dapat
memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan, jika Saudara telah merumuskan simpulan
profesional bahwa kami harus mengungkapkan atau mempertimbangkan pengungkapan
mengenai klaim atau assessment yang mungkin seperti itu, sebagai tanggung jawab profesional
Saudara kepada kami, Saudara akan menasihati dan akan memberikan konsultasi kepada kami
mengenai pertanyaan seperti pengungkapan dan persyaratan yang berlaku. Silakan menegaskan
secara khusus kepada auditor kami bahwa pemahaman kami adalah benar.
Silakan Saudara mengidentifikasi secara khusus sifat dan alasan mengenai adanya pembatasan
terhadap jawaban Saudara.
Auditor dapat meminta kepada kliennya untuk meminta keterangan tentang hal-hal
tambahan, seperti, beban yang belum dibayar atau beban yang belum ditagih oleh pemasok atau
informasi khusus tentang kewajiban yang dianggap timbul berdasarkan kontrak perusahaan,
jaminan hutang bagi pihak lain.

15. NILAI WAJAR (SA 336)


Jika investasi dicatat pada nilai wajar atau jika nilai wajar diungkapkan untuk investasi
yang dicatat selain pada nilai wajar, auditor harus memperoleh bukti yang menguatkan nilai
wajar tersebut. Pada beberapa kasus, metode penentuan nilai wajar dispesifikasikan oleh prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sebagai contoh, prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia mengatur bahwa nilai wajar suatu investasi dapat ditentukan dengan
menggunakan harga pasar yang telah ditetapkan (quoted market price) atau penentuan sebagai
kebalikan (quontations as opposed to) teknik estimasi. Pada kasus-kasus tersebut auditor harus
menilai apakah penentuan nilai wajar konsisten dengan metode penilaian. Paragraf-paragraf
berikut memberikan panduan tentang bukti audit yang dapat digunakan untuk menguatkan asersi
mengenai nilai wajar: panduan harus dipertimbangkan dalam konteks kondisi akuntansi tertentu.
Harga pasar yang telah ditetapkan untuk investigasi yang terdaftar pada bursa nasional
atau pasar langsung antara penjual dan pembeli tersedia dari sumber seperti publikasi keuangan
atau bursa. Untuk investasi lain tertentu, harga pasar yang telah ditetapkan dapat diperoleh dari
pialang yang menjadi pencipta pasar dalam investasi tersebut. Jika harga pasar yang ditetapkan
tidak tersedia, estimasi nilai wajar secara berkala dapat diperoleh dari sumber pihak ketiga
berdasarkan model yang dikembangkan atau diperoleh secara internal.
54

Harga pasar yang ditetapkan yang diperoleh dari publikasi keuangan atau dari bursa
nasional biasanya benar-benar dipertimbangkan untuk memberi bukti yang memadai mengenai
nilai wajar investasi. Bagaimanapun juga, untuk investasi tertentu, seperti efek yang tidak
diperdagangkan secara regular, auditor harus mempertimbangkan untuk memperoleh estimasi
nilai wajar dari pialang atau sumber pihak ketiga lainnya. Dalam beberapa situasi, auditor dapat
menentukan bahwa penting untuk memperoleh estimasi nilai wajar lebih dari satu sumber.
Sebagai contoh, adalah tepat jika sumber harga investasi memiliki hubungan dengan entitas yang
dapat menghalangi objektivitasnya.
Untuk estimasi nilai wajar yang diperoleh dari pialang dan sumber pihak ketiga lainnya,
auditor harus mempertimbangkan penerapan panduan dalam SA Seksi 336 [PSA No. 39]
Penggunaan Pekerjaan Spesialis atau SA Seksi 324 [PSA No. 61] Pelaporan atas Pengolahan
Transaksi oleh Organisasi Jasa. Keputusan auditor untuk mengetahui apakah panduan tersebut
dapat diterapkan dan panduan mana yang dapat diterapkan tergantung pada situasi. Panduan
dalam SA Seksi 336 [PSA No. 39] dapat diterapkan jika nilai wajar efek sumber pihak ketiga
berasal dari penggunaan model atau teknik serupa. Jika sebuah entitas menggunakan jasa
pemeringkat untuk memperoleh harga dari efek yang terdaftar dalam portofolio entitas, panduan
dalam SA Seksi 324 [PSA No. 61] dapat diterapkan.
Pada kasus investasi dinilai oleh entitas dengan menggunakan sebuah model pengukuran,
auditor tidak berfungsi sebagai jasa penilai (appraiser) dan tidak diharapkan mengganti
keputusannya dengan penilaian manajemen entitas. Auditor harus menaksir masuk akalnya dan
ketetapan model tersebut. Auditor harus menentukan apakah variabel dan asumsi pasar yang
digunakan mendukung secara masuk akal dan tepat. Estimasi arus kas masa datang yang
diharapkan (expected future cash flow) harus berdasarkan asumsi yang masuk akan dan yang
mendukung. Auditor juga harus menentukan apakah entitas telah membuat pengungkapan yang
semestinya mengenai metode dan asumsi yang signifikan yang digunakan untuk mengestimasi
nilai wajar investasi.
Penilaian terhadap ketetapan model pengukuran (valuation model) serta setiap variabel
dan asumsi yang digunakan dalam model membutuhkan pertimbangan dan pengetahuan teknik
pengukuran, faktor pasar yang mempengaruhi ukuran (value), dan kondisi pasar, terutama dalam
hubungannya dengan investasi sejenis yang diperdagangkan. Karena itu, pada beberapa keadaan,
auditor harus mempertimbangkan pentingnya melibatkan pekerjaan spesialis dalam menaksir
estimasi nilai wajar entitas atau model yang berkaitan.
Efek yang dapat dinegosiasikan (negotiable securities), real estate, barang bergerak dan
kekayaan lainnya umumnya digunakan menjadi jaminan untuk investasi pada efek hutang. Jika
jaminan merupakan faktor penting dalam menilai nilai wajar dan tertagihnya investasi tersebut,
maka auditor harus memperoleh keyakinan mengenai keberadaan, nilai wajar dan mudah atau
tidaknya jaminan tersebut dialihkan, sebagaimana hak investor terhadap jaminan tersebut.
Penurunan Nilai
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mewajibkan manajemen untuk
menentukan apakah penurunan pada nilai wajar di bawah basis harga perolehan yang
55

diamortisasi dari investasi tertentu tidak lebih merupakan kondisi sementara. Penentuan harga
semacam itu seringkali mencakup estimasi hasil dari kejadian masa datang. Karena itu
pertimbangan dibutuhkan dalam menentukan apakah kondisi penurunan nilai sementara terjadi
pada tanggal laporan keuangan. Penentuan ini bersifat subjektif, sebaik faktor objektif, termasuk
pengetahuan dan pengalaman mengenai kejadian masa lampau dan kini tentang kejadian masa
datang.
Auditor harus menilai apakah manajemen telah mempertimbangkan informasi yang
relevan dalam menentukan apakah kondisi penurunan nilai sementara terjadi. Contoh faktorfaktor yang mungkin mengindikasikan kondisi penurunan nilai sementara adalah sebagai berikut:
1. Nilai wajar secara signifikan di bawah harga pemerolehan.
2. Penurunan nilai wajar diakibatkan karena kondisi berlawanan tertentu yang berdampak pada
investasi khusus.
3. Penurunan nilai wajar diakibatkan karena kondisi tertentu, seperti kondisi industri atau
daerah geografis.
4. Manajemen tidak memiliki baik maksud maupun kemampuan untuk memiliki investasi
selama periode waktu yang memadai bagi perbaikan antisipasi nilai wajar.
5. Penurunan nilai wajar terjadi dalam periode waktu yang panjang.
6. Peringkat efek hutang diturunkan oleh badan pemeringkat efek.
7. Kondisi keuangan penerbit memburuk.
8. Dividen berkurang atau tidak dibagikan, atau pembayaran bunga yang terjadwal pada efek
hutang tidak terlaksana.
Auditor harus menilai kesimpulan manajemen mengenai keberadaan dari kondisi
penurunan nilai sementara. Dalam menilai kesimpulan manajemen, auditor harus memperoleh
keyakinan mengenai kondisi seperti yang tertera pada paragraf 32, yang cenderung untuk
menguatkan atau melemahkan kesimpulan tersebut.

16. TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA (SA 334)


Seksi 334 memberikan panduan tentang prosedur yang harus dipertimbangkan oleh
auditor jika ia melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, untuk mengidentifikasikan pihak yang memiliki hubungan
istimewa dan transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan untuk memperoleh
keyakinan mengenai persyaratan akuntansi dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Prosedur yang diuraikan dalam Seksi ini seharusnya tidak dipandang sudah mencakup seluruh
prosedur, dan juga tidak semuanya harus dilakukan dalam setiap audit.

Pertimbangan Akuntansi
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan pengungkapan pihak
yang memiliki hubungan istimewa. Pernyataan standar akuntansi keuangan tertentu mengatur
perlakuan akuntansi jika terdapat pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa; namun, prinsip
56

akuntansi yang telah ditetapkan biasanya tidak mensyaratkan transaksi dengan pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa diperlakukan dengan dasar yang berbeda dari yang seharusnya, jika
tidak terdapat hubungan istimewa.
Auditor harus memandang transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam
kerangka pernyataan prinsip akuntansi, dengan penekanan pada cukup atau tidaknya
pengungkapannya. Di samping itu, auditor harus menyadari bahwa substansi suatu transaksi
dapat secara signifikan menjadi berbeda dari bentuknya dan bahwa laporan keuangan harus
mengidentifikasi substansi transaksi tersebut dan bukan hanya bentuk hukumnya semata.
Transaksi-transaksi yang karena sifatnya mungkin memberikan indikasi adanya pihak
yang memiliki hubungan istimewa, antara lain:
1. Transaksi peminjaman atau pemberian pinjaman tanpa beban bunga atau dengan suku bunga
yang secara signifikan di atas atau di bawah suku bunga pasar yang berlaku umum pada saat
transaksi.
2. Transaksi penjualan real-estate pada tingkat harga yang berbeda secara signifikan dari nilai
taksiran.
3. Transaksi pertukaran properti dengan properti yang serupa dalam transaksi non-moneter.
4. Transaksi pemberian pinjaman tanpa ketentuan mengenai jadwal dan cara pengembaliannya.
Prosedur Audit
Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia tidak dapat diharapkan untuk memberikan keyakinan bahwa semua transaksi
antar pihak yang memiliki hubungan istimewa dapat ditemukan. Namun, selama proses audit,
auditor harus waspada akan adanya transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa yang
material yang dapat mempengaruhi laporan keuangan dan kepemilikan bersama (common
ownership) atau hubungan pengendalian manajemen; yang menurut prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia harus diungkapkan. Banyak prosedur yang dikemukakan dalam
paragraf selanjutnya yang biasanya dilaksanakan dalam audit berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, walaupun jika auditor tidak memiliki alasan untuk
mencurigai adanya transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa atau adanya
hubungan pengendalian. Prosedur-prosedur audit lain yang dikemukakan dalam Seksi ini
terutama diarahkan pada transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.
Dalam penentuan lingkup pekerjaan yang harus dilakukan berkenaan dengan
kemungkinan adanya transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, auditor harus
memperoleh pemahaman tentang tanggung jawab manajemen dan hubungan masing-masing
bagian dari entitas secara keseluruhan. Auditor harus mempertimbangkan pengendalian atas
aktivitas manajemen, dan ia harus mempertimbangkan tujuan bisnis yang dilayani oleh berbagai
bagian dari entitas. Umumnya, struktur bisnis dan gaya operasi didasarkan atas kemampuan
manajemen, pertimbangan hukum dan pajak, diversifikasi produk, dan lokasi geografis.
Pengalaman menunjukkan bahwa struktur bisnis dan gaya operasi kadang-kadang dirancang
dengan sengaja untuk mengaburkan transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.

57

Dalam kondisi yang di dalamnya tidak terdapat bukti yang sebaliknya, transaksi antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa seharusnya tidak dianggap sebagai aktivitas bisnis biasa
dengan pihak luar. Namun, auditor harus waspada terhadap kemungkinan bahwa transaksi antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa didorong semata-mata, atau dalam ukuran yang lebih
besar, oleh kondisi yang mirip dengan kondisi berikut ini:
1. Tidak cukupnya modal kerja atau pinjaman untuk melanjutkan bisnis.
2. Keinginan yang mendesak untuk mencatat tingkat laba yang tinggi secara berkelanjutan
dalam upaya untuk mendukung harga saham perusahaan.
3. Prakiraan laba yang terlalu optimis.
4. Ketergantungan pada satu atau beberapa produk, customers, atau transaksi untuk
kelangsungan keberhasilan perusahaan.
5. Penurunan industri yang ditandai dengan sejumlah besar kegagalan bisnis.
6. Kelebihan kapasitas.
7. Tuntutan perkara hukum yang signifikan, terutama perkara hukum antara pemegang saham
dengan manajemen.
8. Ancaman keusangan yang signifikan karena perusahaan beroperasi dalam industri
berteknologi tinggi.
Penentuan Keberadaan Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa
Auditor harus menekankan pada pengujian atas transaksi yang material antar pihak yang
memiliki hubungan istimewa yang diketahuinya berkaitan dengan entitas pelapor. Hubungan
tertentu, seperti hubungan anak perusahaan dengan induk perusahaan, hubungan investor dengan
penerima investasi, mungkin terlihat jelas. Penentuan ada atau tidak adanya pihak yang memiliki
hubungan istimewa lainnya memerlukan penerapan prosedur audit khusus, yang meliputi
prosedur-prosedur berikut:
1. Mengevaluasi prosedur perusahaan untuk pengidentifikasian dan pencatatan memadai atas
transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
2. Meminta keterangan dari pejabat manajemen yang berwenang tentang nama pihak-pihak
yang memiliki hubungan istimewa dan menanyakan apakah ada transaksi antar pihak yang
memiliki hubungan istimewa selama periode yang diperiksa.
3. Me-review dokumen yang dilaporkan oleh entitas kepada Bapepam atau instansi pemerintah
yang lain mengenai nama pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan bisnis lain
yang di dalamnya para direktur entitas yang diperiksa menduduki jabatan direksi atau
manajemen.
4. Menentukan nama semua dana pensiun yang dibentuk untuk kesejahteraan karyawan dan
nama para pejabat dan dewan pengawasnya.
5. Me-review daftar pemegang saham perusahaan tertutup untuk mengidentifikasi pemegang
saham utama.
6. Me-review kertas kerja audit tahun lalu untuk mengidentifikasi nama pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa.

58

7. Meminta keterangan kepada auditor pendahulu, auditor utama atau auditor entitas yang
memiliki hubungan istimewa yang lain, mengenai pemahaman mereka akan adanya
hubungan dan lingkup keterlibatan manajemen dalam transaksi-transaksi yang material.
8. Me-review transaksi investasi yang material selama periode yang diperiksa untuk
menentukan apakah sifat dan luas investasi selama periode tersebut menimbulkan pihak
yang memiliki hubungan istimewa.
9. Meminta pendapat hukum dari konsultan hukum independen apabila diperlukan.

Identifikasi Atas Transaksi Antar Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa


Prosedur-prosedur berikut ditujukan untuk memberikan panduan dalam
mengidentifikasitransaksi yang material yang diketahui merupakan transaksi antar pihak yang
memiliki hubungan istimewa dan dalam mengidentifikasi transaksi material yang mungkin
merupakan indikasiadanya hubungan yang sebelumnya belum ditentukan:
1. Membekali staf audit yang melaksanakan audit dengan nama-nama yang dikenal sebagai
pihak yang memiliki hubungan istimewa sehingga staf audit menjadi waspada terhadap
transaksi antar pihak tersebut selama audit.
2. Me-review catatan rapat dewan komisaris dan direksi mengenai informasi transaksi material
yang diotorisasi atau dibahas dalam rapat.
3. Me-review surat kuasa (proxy) dan hal lain yang dilaporkan kepada Bapepam dan data
pembanding lainnya yang dilaporkan kepada instansi lain untuk mengidentifikasi transaksi
material antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
4. Me-review pernyataan benturan kepentingan (conflict of interest) yang diperoleh dari
manajemen perusahaan.
5. Me-review lingkup dan sifat transaksi usaha dengan customers utama, pemasok, pemberi
pinjaman, dan penerima pinjaman utama untuk memperoleh indikasi hubungan yang belum
diungkapkan.
6. Mempertimbangkan apakah transaksi telah terjadi, tetapi belum memperoleh perlakuan
akuntansi, seperti menerima atau memberikan jasa akuntansi, manajemen atau jasa lain
tanpa dipungut biaya, atau pemegang saham utama menanggung biaya-biaya perusahaan.
7. Me-review catatan akuntansi yang berisi transaksi atau saldo yang besar, luar biasa atau
tidak sering terjadi, hat ini dilakukan terutama dengan menaruh perhatian khusus pada
transaksi yang terjadi pada atau dekat akhir periode pelaporan.
8. Me-review konfirmasi saldo kompensasi perjanjian untuk memperoleh indikasi bahwa saldo
dicatat untuk atau oleh pihak yang memiliki hubungan istimewa.
9. Me-review faktur tagihan dari kantor penasihat hukum atas jasa yang telah diterima
perusahaan secara teratur atau khusus, untuk memperoleh indikasi adanya pihak yang
memiliki hubungan istimewa atau transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
10. Me-review konfirmasi pinjaman yang diberikan atau yang diterima untuk memperoleh
indikasi adanya penjaminan. Jika terdapat penjaminan, tentukan sifat dan hubungan, jika
ada, antara penjamin dengan entitas pelapor.

59

Pemeriksaan Atas Transaksi Antar Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa yang Berhasil
Diidentifikasi
Setelah mengidentifikasi adanya transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa,
auditor harus menerapkan prosedur yang dipandang perlu untuk memperoleh keyakinan
mengenai tujuan, sifat,dan luas transaksi tersebut dan dampaknya pada laporan keuangan.
Prosedur audit harus diarahkan untuk memperoleh dan mengevaluasi bahan bukti yang cukup
dan kompeten serta harus diperluas sampai di luar batas manajemen. Prosedur-prosedur tersebut
harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Memperoleh pemahaman tentang tujuan bisnis dari transaksi.
2. Memeriksa faktur, dan me-review surat perjanjian, kontrak dan dokumen relevan lainnya,
seperti laporan penerimaan dan dokumen pengiriman.
3. Menentukan apakah transaksi telah disetujui oleh dewan komisaris atau direksi atau pejabat
yang berwenang.
4. Melakukan pengujian kewajaran terhadap perhitungan jumlah yang diungkapkan, atau yang
dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan.
5. Merancang audit atas rekening koran antar perusahaan yang dilaksanakan pada tanggal yang
bersamaan, walaupun tahun fiskalnya berbeda, dan audit atas transaksi antar pihak yang
memiliki hubungan istimewa yang khusus, penting dan representatif yang dilakukan oleh
auditor dari masing-masing pihak dengan tukar-menukar informasi relevan memadai.
6. Menginspeksi atau mengkonfirmasi dan memperoleh keyakinan atas nilai, dan mudah atau
tidaknya jaminan dialihkan.
Prosedur-prosedur berikut ini perlu dipertimbangkan untuk mematuhi standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, jika auditor perlu memahami transaksi tertentu
sepenuhnya:
1. Mengkonfirmasi jumlah dan syarat transaksi, termasuk jaminan dan data signifikan lainnya,
dengan pihak lain dalam transaksi.
2. Menginspeksi bukti yang dimiliki oleh pihak lain dalam transaksi.
3. Mengkonfirmasi atau membahas informasi signifikan dengan pihak perantara, seperti bank,
penjamin, agen, atau penasihat hukum, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
mengenai transaksi.
4. Merujuk ke publikasi keuangan, jurnal perdagangan, lembaga kredit, dan sumber informasi
lain untuk memperoleh dasar yang dapat dipercaya dalam menilai ada atau tidaknya
transaksi dengan jumlah material dengan pelanggan, pemasok atau perusahaan lain yang luar
biasa.
5. Memperoleh informasi mengenai kemampuan keuangan pihak lain terhadap transaksi yang
berkenaan dengan saldo yang tidak tertagih, jaminan dan kewajiban lain yang material.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit, laporan
keuangan yang tidak diaudit, surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT) pajak penghasilan,
dan laporan-laporan lain yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah, direktorat jenderal
pajak, publikasi keuangan, atau lembaga keuangan. Auditor harus memutuskan tingkat
keyakinan yang diinginkan dan lingkup audit yang dapat memberikan informasi untuk
memenuhi tingkat keyakinan yang diinginkan tersebut.
60

Pengungkapan
Untuk setiap transaksi material antar pihak yang memiliki hubungan istimewa (atau
gabungan transaksi serupa) atau kepemilikan bersama (common ownership) atau hubungan
pengendalian manajemen yang pengungkapannya diharuskan dalam prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, auditor harus mempertimbangkan apakah ia telah memperoleh bukti
audit yang cukup dan kompeten untuk memahami hubungan dan transaksi antar pihak yang
memiliki hubungan istimewa, serta dampaknya terhadap laporan keuangan. la kemudian harus
mengevaluasi semua informasi yang tersedia baginya mengenai transaksi antar pihak yang
memiliki hubungan istimewa atau hubungan pengendalian dan memperoleh keyakinan yang
didasarkan atas pertimbangan profesionalnya tentang memadai atau tidaknya pengungkapan hal
tersebut dalam laporan keuangan.
Kecuali untuk transaksi rutin, biasanya tidak mungkin untuk menentukan apakah suatu
transaksi akan terjadi jika pihak-pihak yang terlibat tidak memiliki hubungan istimewa atau jika
dianggap transaksi tersebut telah terjadi, maka sulit untuk menentukan apakah syarat-syarat dan
cara penyelesaian yang digunakan seperti halnya jika pihak yang terlibat memiliki hubungan
istimewa. Oleh sebab itu, sulit untuk menguatkan suatu pencerminan transaksi yang
dilaksanakan atas dasar syarat-syarat yang berlaku antara pihak yang bebas. Jika. pencerminan
transaksi semacam ini dicantumkan dalam laporan keuangan dan auditor yakin bahwa
pencerminan tersebut tidak didukung oleh manajemen, ia harus menerbitkan pendapat wajar
dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar karena merupakan penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, tergantung atas materialitasnya.

17. PERTIMBANGAN ATAS KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN


KELANGSUNGAN HIDUP /GOING CONCERN (SA 341)
Pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya diatur dalam SA Seksi 341. Kelangsungan hidup entitas dipakai sebagai asumsi dalam
pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang
berlawanan. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar
terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode
waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit
(selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas). Evaluasi auditor
berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah
terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Informasi tentang kondisi dan peristiwa diperoleh
auditor dari penerapan prosedur audit yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi manajemen yang terkandung dalam laporan
keuangan yang sedang diaudit. Biasanya, informasi yang secara signifikan berlawanan dengan
asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva
kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi hutang, perbaikan operasi yang dipaksakan
61

dari luar, dan kegiatan serupa yang lain. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah
terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan
yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas)
yaitu dengan cara:
1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan,
pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat
mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan, menunjukkan adanya
kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu pantas.
2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:
Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan untuk
mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan
3. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia
masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan
datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah
menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu
satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan
kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar
dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan tunggal untuk
mengidentifikasi kondisi dan peristiwa yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan,
menunjukkan bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Hasil prosedur audit yang
dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang lain harus cukup untuk tujuan
tersebut. Berikut ini adalah contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi kondisi atau peristiwa
tersebut:
1.
Prosedur analitik.
2.
Review terhadap peristiwa kemudian.
3.
Review terhadap kepatuhan terhadap syarat-syarat hutang dan perjanjian penarikan
hutang.
4.
Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite atau panitia
penting yang dibentuk.

62

5.

Permintaan keterangan kepada penasihat hukum entitas tentang perkara pengadilan,


tuntutan, dan pendapatnya mengenai hasil suatu perkara pengadilan yang melibatkan entitas
tersebut.
6.
Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak ketiga
mengenai rincian perjanjian penyediaan atau pemberian bantuan keuangan.
Auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang,
jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergantung atas keadaan, dan
beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan
kondisi atau peristiwa yang lain seperti:
1.
Trend negatif - sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan
modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio keuangan penting yang jelek.
2.
Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan - sebagai contoh, kegagalan
dalam memenuhi kewajiban hutangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran
dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa,
rektrukturisasi hutang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau
penjualan sebagian besar aktiva.
3.
Masalah intern - sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan
yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang
tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
Jika, setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah diidentifikasi secara
keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus
mempertimbangkan rencana manajemen dalam menghadapi dampak merugikan dari kondisi atau
peristiwa tersebut. Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen tersebut,
dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut
dalam jangka waktu pantas.
Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana manajemen meliputi:
1. Rencana untuk menjual aktiva
a. Pembatasan terhadap penjualan aktiva, seperti adanya pasal yang membatasi transaksi
tersebut dalam perjanjian penarikan hutang atau perjanjian yang serupa.
b. Kenyataan dapat dipasarkannya aktiva yang direncanakan akan dijual oleh manajemen.
c. Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan timbul dari penjualan aktiva.
2. Rencana penarikan hutang atau restrukturisasi hutang
a. Tersedianya pembelanjaan melalui hutang, termasuk perjanjian kredit yang telah ada atau
yang telah disanggupi, perjanjian penjualan piutang atau jual-kemudian-sewa aktiva
(sale-leaseback of assets).
63

b. Perjanjian untuk merestrukturisasi atau menyerahkan hutang yang ada maupun yang telah
disanggupi atau untuk meminta jaminan hutang dari entitas.
c. Dampak yang mungkin timbul terhadap rencana manajemen untuk penarikan hutang
dengan adanya batasan yang ada sekarang dalam menambah pinjaman atau cukup atau
tidaknya jaminan yang dimiliki oleh entitas.
d. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran
e. Kelayakan rencana untuk mengurangi biaya overhead atau biaya administrasi, untuk
menunda biaya penelitian dan pengembangan, untuk menyewa sebagai alternatif
membeli.
f. Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan timbul dari pengurangan atau
penundaan pengeluaran.
3. Rencana untuk menaikkan modal pemilik
a. Kelayakan rencana untuk menaikkan modal pemilik, termasuk perjanjian yang ada atau
yang disanggupi untuk menaikkan tambahan modal.
b. Perjanjian yang ada atau yang disanggupi untuk mengurangi dividen atau untuk
mempercepat distribusi kas dari perusahaan afiliasi (perusahaan yang secara efektif
dikendalikan oleh perusahaan lain, atau tergabung dengan perusahaan atau beberapa
perusahaan lain karena kepentingan atau pemilikan atau pengurus yang sama) atau
investor lain.
Dalam mengevaluasi rencana manajemen, auditor harus mengidentifikasi unsur-unsur
terutama yang signifikan untuk mengatasi dampak negatif kondisi atau peristiwa dan harus
merencanakan dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit tentang hal
tersebut. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan cukup atau tidaknya dukungan
tentang kemampuan perusahaan untuk mendapatkan tambahan pembelanjaan atau penjualan
aktiva yang telah direncanakan. Jika informasi keuangan prospektif sangat signifikan bagi
rencana manajemen, auditor harus meminta kepada manajemen untuk menyediakan informasi
tersebut dan harus mempertimbangkan cukup atau tidaknya dukungan terhadap asumsi signifikan
yang melandasi informasi itu. Auditor harus menaruh perhatian khusus atas asumsi yang:
1.
Material bagi informasi keuangan prospektif.
2.
Rentan atau mudah sekali berubah.
3.
Tidak konsisten dengan trend masa lalu.
Pertimbangan auditor harus didasarkan atas pengetahuannya mengenai entitas, bisnis, dan
manajemennya dan harus meliputi (a) membaca informasi keuangan prospektif dan asumsi yang
melandasinya, (b) membandingkan informasi keuangan prospektif periode lalu dengan hasil
sesungguhnya yang dicapai sampai saat ini. Jika auditor mulai menyadari faktor-faktor yang
dampaknya tidak tercermin dalam informasi keuangan prospektif tersebut, ia harus membahas
faktor-faktor tersebut dengan manajemen dan, jika perlu, meminta perbaikan atas informasi
keuangan prospektif tersebut.

18. KEJADIAN SETELAH TANGGAL NERACA


64

Ada peristiwa atau transaksi yang kadang-kadang terjadi sesudah tanggal neraca tetapi
sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai akibat material
terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam
laporan-laporan tersebut. Misalnya, auditor mengaudit laporan keuangan per 31 Desember 2007
dan menerbitkan laporan auditor independen (opini auditor) pada tanggal 22 Maret 2008. Selama
pelaksanaan audit, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa atau transaksi
yang terjadi setelah tanggal 31 Desember 2007 sampai tanggal 22 Maret 2008 yang memerlukan
penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan auditan per 31 Desember 2007
tersebut.
Peristiwa atau transaksi dalam contoh tersebut merupakan Peristiwa Kemudian atau
Peristiwa Setelah Tanggal Neraca (Subsequent Events) yang diatur dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 560 (PSA No. 46) tentang Peristiwa Kemudian serta
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 8 (Revisi 2003) tentang Peristiwa Setelah
Tanggal Neracaseperti dipaparkan berikut:
Peristiwa setelah tanggal neraca adalah peristiwa, baik yang menguntungkan (favourable) atau
tidak menguntungkan (unfavourable), yang terjadi di antara tanggal neraca dan tanggal
penyelesaian laporan keuangan. Dua jenis peristiwa dapat diidentifikasikan:
1.
Peristiwa yang memberikan bukti atas adanya suatu kondisi pada tanggal neraca
(peristiwa setelah tanggal neraca yang mengakibatkan laporan keuangan harus disesuaikan);
dan
2.
Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah tanggal neraca
(peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak mengakibatkan laporan keuangan disesuaikan).
Peristiwa Setelah Tanggal Neraca Yang Memerlukan Penyesuaian
Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian atas laporan
keuangan adalah:
a. Kerugian akibat piutang tak tertagih yang disebabkan oleh adanya pelanggan yang mengalami
kesulitan keuangan dan menuju kebangkrutan setelah tanggal neraca.
b. Keputusan pengadilan setelah tanggal neraca atau penyelesaian tuntutan hukum yang
jumlahnya berbeda dengan jumlah hutang yang sudah dicatat jika peristiwa yang menyebabkan
timbulnya tuntutan tersebut telah terjadi atau ada sebelum tanggal neraca.
c. Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan keuangan tidak
benar.
Peristiwa Setelah Tanggal Neraca yang Tidak Memerlukan Penyesuaian
Apabila peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian adalah
penting, dalam arti jika tidak diungkapkan akan mempengaruhi pengambilan keputusan
pengguna laporan keuangan, maka perusahaan harus mengungkapkan informasi berikut untuk
setiap peristiwa tersebut:
a. jenis peristiwa yang terjadi
65

b. estimasi atas dampak keuangan, atau penyataan bahwa estimasi semacam itu tidak dapat
dibuat.

Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian tetap
diperlukan adanya pengungkapan dalam laporan keuangan adalah:
a. Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru.
b. Terjadinya tuntutan hukum yang signifikan yang semata-mata disebabkan oleh peristiwa yang
terjadi sesudah tanggal neraca.
c. Pembelian dan pelepasan aset dalam jumlah yang signifikan, atau pengambilan aset oleh
pemerintah.
d. Perubahan abnormal atas harga aset atau nilai tukar mata uang asing setelah tanggal neraca.
e. Perubahan tarif pajak atau peraturan perpajakan yang diberlakukan atau diumumkan setelah
tanggal neraca dan memiliki pengaruh yang signifikan pada aset dan kewajiban pajak kini dan
pajak tangguhan.
f. Kerugian aktiva tetap atau persediaan yang diakibatkan oleh kebakaran.

19. PERTIMBANGAN PROSEDUR YANG DIHILANGKAN SETELAH


TANGGAL NERACA
Ketika menemukan suatu prosedur yang telah dihilangkan, auditor harus menilai
kepentingan hal itu bagi kepentingan hal itu bagi kemampuannya saat ini untuk mendukung
pendapat yang dinyatakan atas laporan keuangan. AU 390.05 menunjukkan jika auditor
memutuskan bahwa pendapatnya tidak dapat didukung dan auditor yakin bahwa orang-orang
saat ini mengandalkan pada laporan itu, maka auditor harus segera melaksanakan prosedur yang
dihilangkan atau prosedur alternatif yang akan memberikan dasar yang memuaskan atas
pendapatnya.
Apabila dasar yang memuaskan untuk menyatakan pendapat telah diperoleh dan buktibukti mendukung pendapat yang dinyatakan, auditor tidak mempunyai tanggung jawab lagi.
Tetapi, jika pelaksanaan prosedur yang dihilangkan mengungkapkan fakta yang ada pada tanggal
laporan sehingga akan mengubah pendapat yang dinyatakan sebelumnya, auditor harus
mengikuti prosedur pemberitahuan yang diuraikan dalam paragraf terakhir dari bagian terdahulu
untuk mencegah ketergantungan selanjutnya atas laporan bersangkutan. Jika auditor tidak dapat
melaksanakan prosedur alternatif atau yang dihilangkan, maka auditor dapat berkonsultasi
dengan pengacara untuk menentukan tindakan yang tepat.

66

Você também pode gostar