Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
4 bulan- 4 tahun
Kuman penyebab
Group B Streptococcus
Kuman gram negatif (misalnya E.Coli)
Virus (RSV, parainfluenza virus, influenza A dan B,
adenovirus)
Chlamydia trachomatis
Streptococcus pneumoniae
Streptococcus pneumoniae, virus, haemophilus
influenzae, Group A streptococcus ( Streptococcus
pyogenes), Streptococcus aureus, Mycoplasma
pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae,
Streptococcus pneumoniae
3. Patogenesis
4. Anamnesis
Demam tinggi, batuk, sesak napas, biru disekitar mulut, mengigil (pada anak),
kejang (pada bayi) dan nyeri dada.
Demam tinggi
Dispnoe yang ditandai dengan pernapasan cepat (takipneu, pernapasan cuping
hidung, retraksi dan sianosis)
Suara napas vesikuler meningkat sampai bronchial
Bising tambahan ronkhi basah halus nyaring.
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisis
3. Pemeriksaan penunjang (darah perifer lengkap, CRP, foto toraks AP/ Lateral
Kanan,analisa gas darah, mikrobiologis)
5. Pemeriksaan1.
Fisik
2.
3.
4.
6. Kriteria
Diagnosis
7. Diagnosis
8. Diagnosis
Banding
Bronkopneumonia (J18.O)
1.Bronkiolitis
2.Bronkitis akut
3.Payah jantung
4.Sepsis
143
9. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan darah perifer lengkap, CRP, Analisa gas darah, foto toraks AP/
Lateral Kanan, mikrobiologi dari sputum dan swab nasopharyngeal, spesimen
dari bronchoalveolar lavage, aspirasi jaringan paru.
10. Terapi
Penatalaksanaan bronkopneumonia:
1. Pemberian oksigen dimonitoring dengan pulse oxymetri
2. Pemberian cairan dan kalori yang cukup, sesuai dengan berat badan,
peningkatan suhu dan status hidrasi
3. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap melalui
selang nasogastrik,urogastrik maupun per oral
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
5. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi
6. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan
penyebab. Evaluasi pengobatan setiap 48-72 jam,bila tidak ada perbaikan
klinis dilakukan penggantian antibiotik sampai anak dinyatakan sembuh.
7. Lama pemberian antibiotik tergantung kemajuan klinis penderita, foto thorax
dan jenis kuman penyebab. Sebagian besar membutuhkan waktu 10-14 hari,
kecuali untuk kuman staphyococcus dapat diberikan 6 minggu.
8. Keadaan imunokomproised (gizi buruk, penyakit jantng bawaan, gangguan
neuromuskular, keganansan, pengobatan steroid jangka panjang, fibrosis
kistik, infeksi HIV), antibiotik harus segera diberikan. Dapat dipertimbangkan
pemberian: kotrimosazol pada pneumocystic carinii, antiviral
(acyclovir,gansiclovir) pada pneumonia karena CMV, antijamur (amphoterisin
b, ketokonazol, fluconazol) pada pneumonia karena jamur dan imunoglobulin
9. Atasi penyakit penyerta lainnya
Petunjuk pemberian antibiotika empiris:
1. Pilihan antibiotika untuk penderita pneumonia baruyang datang ke IRD
atau rawat jalan yang belum pernah mendapatkan perawatan di RS
lainnya:
a. Pneumonia ringan yang bisa rawat jalan:
- Amoksisilin 50-80 mg/kg/hari per oral dibagi dalam 3 dosis, atau
- Amoksisilin+asam klavulanat 50 mg/kgbb peroral dibagi dalam 3
dosis
b. Pneumonia yang memerlukan rawat:
- Ampicilin 100 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 4 dosis atau
- Ampicilin sulbactam 100 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 4 dosis
c. Pneumonia yang memerlukan rawat inap yang disertai penyakit penyerta
yang menular tanpa disertai sepsis (ISK, gastroenteritis, morbili)
- Ampicilin sulbactam 100 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 4 dosis
d. Pneumonia yang memerlukan rawat inap yang disertai sepsis
- Ampicilin sulbactam 200 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 4 dosis
2. Pilihan antibiotika untuk penderita pneumonia yang dirujuk dari RS lain
adalah:
a. Pernah mendapatkan perawatan di RS lain kurang dari 72 jam
- Ampicilin sulbactam 100 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 4 dosis
b. Pernah mendapatkan perawatan RS lain lebih dari 72 jam
- Cefotaxim 200 mg/kgbb/hari intravenadibagi dalam 3 dosis
- Ceftriaxon 100 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 2 dosis, atau
sesuai dengan kultur dahak/darah yang ada, atau pertimbangan lain
3. Pilihan antibiotika untuk penderita penumonia dengan penyakit penyerta yang
tidak menular (non-infectious) seperti kelainan jantung bawaan sianotik atau
144
11. Edukasi
12. Prognosis
13. Tingkat
evidens
14. Tingkat
A
Rekomendasi
15. Penelaah
Subdivisi Respirologi Departemen IKA RSMH Palembang
Kritis
16. Indikator
1. Perbaikan klinis, laboratorium dan rontgen thorax
Medis
1. Mengurangi dan mencegah komplikasi
17. Target
18. Kepustakaan 1. Said M. Pneumonia. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi ke-1. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2008; h.350-365.
2. Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia/IDAI. Modul Program Pendidikan
Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak. 2008.
3. Alberta Medical Association. Guideline for the Diagnosis and Management of
Community Acquired Pneumonia. Pediatrics; 2001.
4. Supriyatno B, dkk. Pneumonia. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004; h.351-354.
5. Crowe JE. Viral pneumonia. Dalam: Kendigs Disorders Of The Respiratory
Tract In Children. 7th Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006; h.433440.
6. Stein RT, Marostica PJC. Community-acquired-bacterial Pneumonia. Dalam:
Kendigs Disorders Of The Respiratory Tract In Children. 7th Edition.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006; h.441-452.
7. Crawford SE, Daum RS. Bacterial Pneumonia, Lung Abscess, and Empyema.
Dalam: Pediatric Respiratory Medicine. 2nd Edition. Philadelphia: Mosby
Elsevier; 2008; h.501-553
8. Carter Edward R, Marshall G Susan. Sistem Respiratori dalam Nelson Ilmu
Kesehatan Anakedisi ke-6.Singapore: Saunders Elsevier;2011;h.527-34
9. Iskandar D, dkk. Pneumonia. Dalam Modul pembelajaran Ilmu Kesehatan
Anak. Edisi ke-1. Surabaya: Airlangga universty Press; 2014; h.287-93
145
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
146
4. Anamnesis
5. Pemeriksaan
Fisik
6. Kriteria
Diagnosis
7. Diagnosis
Bronkiolitis (J21.9)
8. Diagnosis
Banding
1.Bronkopneumonia
2.bronkitis akut
9. Pemeriksaan
Penunjang
10. Terapi
11. Edukasi
12. Prognosis
13. Tingkat
evidens
14. Tingkat
A
Rekomendasi
15. Penelaah
Subdivisi Respirologi Departemen IKA RSMH Palembang
Kritis
16. Indikator
Perbaikan klinis
Medis
Mengurangi dan mencegah komplikasi
17. Target
18. Kepustakaan 1. Magdalena SZ. Bronkiolitis . Dalam : Nastiti NR,dkk. Buku ajar respirologi
anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.2008. hal 333-49
2. Clinical practice guideline. American academy of pediatrics 2006
3. Marjanais S. Pneumonia . Dalam : Nastiti NR,dkk. Buku ajar Respirologi
anak
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
148
Pemeriksaan Fisik
Konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia
Suhu subfebris, badan kurus atau berat badan menurun.
Dapat ditemukan pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple
Gejala spesifik sesuai organ yang terkena.
6. Kriteria Diagnosis
Diagnosis paling tepat dengan ditemukan basil TB dari bahan yang diambil dapri penderita
misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi dan lain-lain.
Diperlukan kombinasi antara gambaran klinis dan pemeriksaan yang relevan untuk menegakkan
tuberkulosis.
1. Diagnosis dapat ditegakkan bila didapatkan 2 tanda bintang (*).
Pada institusi dengan fasilitas lengkap, diagnosis harus ditelusuri lebih lanjut.
a. Kontak erat dengan penderita TBC terbuka
b. Sering demam + berkeringat malam hari + anoreksia dan gangguan gizi selama 3 bulan
terakhir dan BB turun dengan cepat
c. Reaksi cepat imunisasi BCG ( > 3-7 hari (+) >5 mm)
d. Tes mantoux (indurasi > 10 15 mm)
e. Skrofuloderma
f. Konjungtivitis pliktenularis
g. Spondilitis/ koksitis
h. Pembesaran kelenjar limfe regional terutama leher
i. Iritabel
149
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
1
-
Uji
Negatif
tuberkulin
(Mantou
Berat
Badan/
Keadaan
Demam
yang tidak
diketahui
Batuk kronik
Pembesaran
kelenjar limfe
kolli, aksila,
Pembengkakan
tulang/sendi
panggul, lutut,
Foto toraks
Normal/
kelainan
tidak jelas
BB/TB<90%
atau
BB/U<80%
2 minggu
2
3
Skor
Laporan keluarga, BTA (+)
BTA (-) / BTA
tidak jelas/ tidak
Positif (10
mm atau 5
mm pada
Klinis gizi buruk
atau BB/TB<70%
atau BB/U<60%
-
3 minggu
1 cm, lebih
dari 1
KGB, tidak nyeri
Ada
pembengkakan
Gambaran
sugestif
(mendukung)
Skor Total
150
OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat untuk mencegah
terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler
Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan. pemberian obat jangka panjang
selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kekambuhan
Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap:
o Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif, diberikan minimal
3 macam obat, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya
penyakit.
o Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya, tergantung hasil pemeriksaan
bakteriologis dan berat ringannya penyakit.
Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiap hari untuk
mengurangi ketidakteraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak
diminum setiap hari.
Pada TB anak dengan gejala klinis yang berat, baik pulmonal maupun
ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang, dan lain- lain dirujuk
ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.
Pada kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB
endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB, diberikan kortikosteroid
152
(prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Dosis
maksimal prednisone adalah 60mg/hari. Lama pemberian kortikosteroid adalah 24 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu yang
sama. Tujuan pemberiansteroidiniuntukmengurangiprosesinflamasidanmencegah
terjadi perlekatan jaringan.
Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia adalah:
o Kategori Anak dengan 3 macam obat: 2HRZ/4HR
o Kategori Anak dengan 4 macam obat: 2HRZE(S)/4-10HR
Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat Kombinasi
Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 3 jenis
obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini
dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
OAT untuk anak juga harus disediakan dalam bentuk OAT kombipak untuk
digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT
Obat antiberkulosis:
Isoniazid (H)
10 (7-15)
Dosis
maksimal
(mg/hari)
300
Rifampisin (R)
15 (10-20)
600
Pirazinamid (Z)
35 (30-40)
Etambutol (E)
20 (1525)
Streptomisin (S)
15 40
1000
Nama Obat
Dosis harian
(mg/kgBB/ hari)
Efek samping
Hepatitis, neuritis perifer,
hipersensitivitis
Gangguan gastrointestinal, reaksi kulit,
hepatitis, trombositopenia, peningkatan
enzim hati, cairan tubuh berwarna
oranye kemerahan
Toksisitas hepar, artralgia, gangguan
gastrointestinal
Neuritis optik, ketajaman mata
berkurang, buta warna merah hijau,
hipersensitivitas, gastrointestinal
Ototoksik, nefrotoksik
Panduan OAT Kategori Anak dan peruntukannya secara lebih lengkap sesuai tabel berikut:
Fase
Fase
Jenis
Prednison
Lama
intensif lanjuta
TB Ringan
2HRZ
4HR
6 bulan
Efusi pleura TB
2 mgg dosis penuhkemudian tappering
TB BTA positif
2HRZE 4HR
TB paru
2HRZ+E 7-10HR 4 mgg dosis penuh9-12
dengan tandaatau S
kemudian tappering
bulan
tanda
off
TB milier
TB + destroyed
153
Meningitis TB
Peritonitis TB
Perikarditis TB
Skeletal TB
10HR
12 bulan
Pemberian OAT dapat dengan Fixed Drug Combination (FDC) Anak (1 tablet FDC anak fase
intensif mengandung: R/H/Z 75/50/150 mg, sedangkan 1 tablet FDC anak fase lanjutan
mengandung: R/H 75/50 mg)
Cara Pemberian:
Fase Lanjutan
Dosis sekali
minum/hari selama 4
bulan
59
1 tablet
1 tablet
10 14
2 tablet
2 tablet
15 19
3 tablet
3 tablet
20 32
4 tablet
4 tablet
Bila BB 33 kg menggunakan dosis FDC dewasa
Berat
Badan
(kg)
Fase Intensif
Dosis sekali minum/hari
selama 2 bulan
Perhatian :
1.
Perhatikan terhadap perbaikan gizi
2.
Diberikan prednison untuk anak umur > 3 bulan dengan TBC milier atau TBC serosa selama
1-2 bulan kemudian tapering off
Monitoring :
1.
Teratur selama 2 bulan, klinis kurang maju lanjutkan maintenance, evaluasi.
2.
Tidak teratur:
Jika anak tidak minum obat >2 minggu di fase intensif atau > 2 bulan di fase lanjutan
DAN menunjukkan gejala TB, beri pengobatan kembali mulai dari awal.
Jika anak tidak minum obat <2 minggu di fase intensif atau <2 bulan di fase lanjutan DAN
menunjukkan gejala TB, lanjutkan sisa pengobatan sampai selesai.
3.
Initial 2 bulan teratur klinis baik, kemudian drop out lanjutkan maintenance dan
evaluasi
Profilaksis terutama balita
1. Kontak (+) dengan penderita TBC terbuka, lain-lain (-) Isoniazid 5-10 mg/kgbb, evaluasi
selama 6 bulan
2. Mantoux (+), kontak (-), lain-lain (-) isoniazid 5-10 mg/kgbb selama 6 bulan
3. Pernah menderita TBC aktif sembuh
1.
Menderita infeksi berat (morbili, pertusis) isoniazid 5-10 mg/kgbb selama 4 bulan
2.
Mendapat imunosupresif > 7 hari isoniazid 5-10 mg/kgbb sampai pengobatan selesai
154
3.
Hasil pengobatan
Sembuh
Definisi
Pasien TB anak yang hasil pemeriksaan bakteriologis
positif pada awal pengobatan dan telah menyelesaikan
pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan
bakteriologis hasilnya negatif pada AP dan pada satu
pemeriksaan sebelumnya
Pengobatan Lengkap
Gagal
7. Edukasi
1. Definisi
dan
etiologi:
memahami
penyebab
dan gejala
yang
timbul.
2. Prognosis:
memahami
faktorfaktor yang
Meninggal
156
Catatan:
1. Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadik (occult hematogenic
spread). Kuman TB kemudian membuat fokus koloni di berbagai organ dengan
vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi mengalami reaktivasi di kemudian
hari.
2. Kompleks primer terdiri dari fokus primer (1), limfangitis (2), dan limfadenitis
regional (3).
157
2. Etiologi
3. Patofisologi
4. Anamnesis
5. Pemeriksaan
Fisik
158
6. Kriteria
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisis
3. Pemeriksaan penunjang (tes fungsi paru, hiperreaktivitas saluran
napas, petanda inflamasi saluran napas non invasif, status alergi)
Tabel 1. Pembagian derajat Asma:
Parameter klinis,
kebutuhan obat
dan faal paru
Frekuensi
serangan
Lama serangan
Asma episodik
jarang
(asma
ringan)
<1x/bulan
Asma episodik
sering
(asma
sedang)
>1x/bulan
Asma persisten
(Asma berat)
<1minggu
Intensitas
serangan
Diantara
serangan
Tidur
dan
aktivitas
Pemeriksaan
fisis
diluar
serangan
Obat pengendali
(antiinflamasi)
Faal paru di luar
serangan
Faal paru pada
saat
ada
gejala/serangan
Biasanya ringan
1 minggu,
tidak ada remisi
Biasanya
sedang
Sering
ada
gejala
Sering
terganggu
Mungkin
terganggu
Hampir
sepanjang tahun
Biasanya berat
Perlu,
nonsteroid
PEF/FEV1 6080%
Variabilitas>
30%
Perlu, steroid
Tanpa gejala
Tidak terganggu
Normal
Tidak perlu
PEF/FEV 1>80%
Variabilitas
>15%
Sering
PEF/FEV1 <60%
Variabilitas 2030%
variabilitas>50%
Ringan
Sedang
Berat
Berjalan
Bayi:
menangis
keras
Istirahat
Bayi: berhenti
makan
Bicara
Kalimat
Posisi
Bisa
berbaring
Berbicara
Bayi : tangis
pendek
dan
lemah,
kesulitan
makan
Penggal
kalimat
Lebih
suka
duduk
Kesadaran
Mungkin
teragitasi
Tidak ada
Sedang,
sering
hanyapada
ahir ekspirasi
Biasanya
teragitasi
Tidak ada
Nyaring,
sepanjang
ekspirasi dan
inspirasi
Sesak napas
Otot
bantu
napas
Minimal
Biasanya
tidak
Sedang
Biasanya ya
Duduk
bertopang
lengan
Biasanya
teragitasi
Ada
Sangat
nyaring,
terdengar
tanpa
stetoskop
berat
Ya
Retraksi
Dangkal,
rertraksi
interkostal
Sedang,
ditambah
retraksi
Dalam,
ditambah
napas cuping
Sianosis
Mengi
Ancaman
henti napas
Kata-kata
Kebingungan
Sulit/tidak
terdengar
Geakan
paradoktorak
o-abdominal
Dangkal/
hilang
159
Laju napas
Laju nadi
Pulsus
Paradoksus
Meningkat
normal
Tidak ada
<10 mmHg
suprasternal
Meningkat
Takikardia
Ada
10-20
mmHg
PEFR
FEV1
(%
dengan
nilai dugaan/
%
terbaik)
>60%
40-60%
<40%
80%
>95 %
Normal
(biasanya
tidak
perlu
diperiksa)
<45 mmHg
60-80%
91-95%
>60 mmHg
<60%
90%
<45 mmHg
<45 mmHg
>45 mmHg
atau
prabronkodilat
or
-pasca
bronkodialator
SaO2 %
PaO2
PaCO2
hidung
Meningkat
Takikardia
Ada
>20
mmHg
Menurun
Bradikardia
Tidak
ada,
tanda
kelelahan otot
napas
nilai
9. Pemeriksaan
Penunjang
10. Terapi
Asma Bronkial
a. GER
b. Rinosinobronkitis
c. Obtructive sleep apnea syndrome
d. Fibrosis kistik
e. Primary cilliary dyskinesis, benda asing
f. Vocal ford dysfunction
1. Pemeriksaan fungsi paru (spirometri atau peak flow meter)
2. Pemeriksaan IgE dan eosinofil total
3. Ro Thorax
4. Ro Sinus paranasal (pada anak >5tahun dengan asma persisten atau
sulit diatasi)
5. Uji tuberkulin
1. Mencari dan menghindari faktor pencetus, untuk itu diperlukan
kerjasama dengan orang tua penderita.
2. Mencegah serangan asma dengan pemberian obat untuk
mempertahankan sel-sel mediator tidak pecah.
3. Medikamentosa
a. Reliver (pereda) 2 agonis short acting,antikolinergik,
teofilin short acting, aminofilin dan adrenalin
160
5 ml
Lihat tabel 2
10-15 menit
Nebulisasi
ultrasonik
10 ml
3-5 menit
Nama generik
Golongan -agonis
Fenoterol
Salbutamol
Sediaan
Dosis Nebulisasi
Solution 0,1%
Nebule 2,5 mg
5-10 tetes
1 nebule
mg/kg)
1 respule
Terbutalin
Respule 2,5 mg
Golongan antikolinergik
Ipratropium bromide
Solution 0,025%
6 tahun: 4-10 tetes
Golongan steroid
(0,1-0,15
162
Budesonide
Fluticasone
Respule
Nebule
Nama generik
Prednison
Prednisolon
Triamnisolon
Sediaan
4 mg
5 mg
4 mg
Dosis
1-2 mg/kgbb/hari tiap 6 jam
1-2 mg/kgbb/hari tiap 6 jam
1-2 mg/kgbb/hari tiap 6 jam
Steroid injeksi:
Nama generik
Methylprednisolon
suksinat
Hidrokortison
suksinat
Deksametason
Sediaan
Vial 125 mg
Vial 500 mg
Vial 100 mg
Jalur
Iv/im
Ampul 5 mg
Iv/im
Betametason
Ampul 4 mg
Iv/im
Iv/im
Dosis
1-2 mg/kgbb/hari tiap 6
jam
4 mg/kgbb/6 jam
0,5-1
mg/kgbb-bolus,
dilanjutkan1 mg/kgbb/hari
diberikan tiap 6-8 jam
0,05-1 mg/kgBB tiap 6 jam
Obat
pengendali
(controller)
Forasma
Ventolin
Sirup,
tablet,
ampul
Sirup, tablet
Sirup, tblet, MDI
Orsiprenalin
Alupent
Sirup, tablet, MDI
Heksoprenolin
Tablet
Fenoterol
Berotec
MDI
Golongan xantin
Teofilin
Sirup, tablet
Golongan antiinflamasi nonsteroid
Kromoglikat
MDI
Nedokromil
Golongan antiinflamasi steroid
Budesonid
Pulmicort
Inflamide
Flutikason
Flixotide
MDI
Keterangan
0,050,1
mg/kgbb/kal
i
0,05-01
mg/kgbb/kal
i
Tidak
tersedia lagi
Tidak
tersedia lagi
MDI, Turbuhaller
MDI
Tidak
tersedia lagi
Beklometason Becotide
MDI
Beta agonis kerja panjang
Prokaterol
Sirup, tablet, MDI
Bambuterol
Bambec
Tablet
Salmetrol
Serevent
MDI
Klenbuterol
Spiropent
Sirup, tablet
Golongan obat lepas lambat/lepas terendali
163
Terbutalin
Salbutamol
Volmax
Teofilin
Golongan antileukotrien
Zafirlukas
Accolate
Montelukas
Budesonide+F Symbicort
armoterol
Seretide
+ Futikason
Kapsul
Tablet
Tablet salut
Tablet
-ada
Belum ada
MDI
Rotahaler,
11. Edukasi
12. Prognosis
Ad vitam
Ad sanationam
Ad fungsionam
4. Tingkat evidens
I / II
A
5. Tingkat
Rekomendasi
6. Penelaah Kritis
7. Indikator Medis
8. Target
9. Kepustakaan
: dubia ad
: dubia ad
: dubia ad
164
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
165
166
Patofisiologi Asma
167
1. Demam,
2. Batuk non produktif
3. Sesak napas
1. Bagian paru yang terkena akan tertinggal waktu bernapas,
2. Perkusi redup,
3. Suara napas melemah atau menghilang
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik.
3. Pemeriksaan penunjang
168
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Edukasi
10. Prognosis
11. Tingkat
I / II
evidens
12. Tingkat
A
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Target
1. Mencegah/mengatasi komplikasi
16. Kepustakaan
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
Takipnu
Dispnu
Takikardi dan sianosis.
Suara napas berkurang
Perkusi hiperresonan pada daerah yang terkena
Emfisema subkutan.
Tampak hemitoraks yang membesar, pergerakan kurang, sela iga melebar.
Palpasi: stemfremitus melemah.
170
4. Kriteria
Diagnosis
5. Diagnosis
6. Diagnosis
Banding
7. Pemeriksaan
Penunjang
8. Terapi
9. Perkusi: hipersonor/timpani.
10. Auskultasi: vesikuler melemah sampai hilang
1. Anamnesis.
2. Pemeriksaan fisik.
3. Foto thorak.
Pneumothorax
1. EKG
2. Foto thorak
3. Ekokardiografi
Tergantung pada: jenis pneumotoraks, pertama kali/residif, besarnya kolaps,
dan ada komplikasi atau tidak. Semua penderita harus dirawat karena setiap
saat dapat timbul komplikasi.
Pneumotoraks tertutup
1. Jika paru yang kolaps < 20% dan tanpa komplikasi, sebaiknya konservatif
dan observasi dengan ketat. Umumnya resorbsi udara dan paru-paru akan
mengembang kembali setiap hari 1,25% dari total volume hemitoraks.
Sedatif dapat diberikan untuk menenangkan penderita, kodein untuk
mencegah batuk, serta oksigen.
2. Jika paru yang kolaps >20%, ada komplikasi, diperlukan pemasangan
WSD
Pneumotoraks terbuka
Diusahakan menutup lobangnya dan pemasangan WSD untuk mengusahakan
supaya paru-paru jangan kolaps dan diadakan penghisapan terus menerus.
Pneumotoraks ventil
Dilakukan kontra ventil, baik berupa tusukan jarum maupun WSD.
Aspirasi/WSD dapat dilakukan diruang interkosta 2/3 pada linea
midklavikularis. Bila gelembung-gelembung udara tidak ada lagi dari WSD ,
maka 12-18 jam kemudian dilakukan foto toraks untuk melihat pengembangan
paru.
Bila lambat sebaiknya dilakukan pengisapan terus menerus. Jika 5-6 hari
masih keluar udara (berarti fistula masih terbuka) harus dilakukan torakotomi
untuk menutup fistulanya. Beberapa usaha untuk mempercepat pengembangan
paru dapat dilakukan apa bila fistulanya telah tertutup, usaha-usaha tersebut
dapat meliputi:
1. Mobilisasi penderita secepat mungkin dengan cara berjalan-jalan dengan
menjinjing botol WSD.
2. Meniup balon-balon karet dalam usaha mengembangkan paru seoptimal
mungkin.
171
11. Tingkat
evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Target
16. Kepustakaan
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
Usia
< 1bln
1-5
bulan
Pilihan terapi
Alternatif pilihan terapi
utama
Azitromisin
Eritromisin
Claritromisin
10mg/kgbb/hari
Tidak
disenangi Tidak dianjurkan.
selama 5 hari
karena
berkaitan
dengan HPS pada
infant.
40-50 mg/kgBB/hari
dibagi 4 dosis selama
14 hari
10 mg/kgBB/hari 40-50 mg/kgBB/hari 15
mg/kgBB
selama 5 hari
dibagi 4 dosis selama sehari dibagi 2
14 hari
dosis selama 7
hari
TMP-SMZ
Kontraindikasi pada
bayi usia < 2bulan
(resiko kernikterus)
Kontraindikasi pada
bayi < 2 bulan. Pada
bayi 2bulan. TMP 8
mg/kgbb/hari . SMZ
40
mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis selama
14 hari
TMP 8 mg/kgbb/hari .
SMZ 40 mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis selama
14 hari
3. Pemeriksaan Fisik
1. Batuk-batuk panjang
2. Tidak
ada
inspirasi
diantaranya dan di akhiri
dengan
Whoop
saat
inspirasi.
3. Kriteria Diagnosis
Stadium pertusis dibagi
menjadi:
Bayi > 10 mg/kgBB/hari 40-50 mg/kgBB/hari 15 mg/kgBB/hari
Stadium kataral
6 bulan pada hari pertama (max 2g/hari) dibagi 4 (max
1g/hari)
ditandai dengan
gejala
dan
kemudian
dosis selama 14 hari
dibagi 2 dosis
klinis
yang
tidak
spesifik
anak
5 mg/kgBB/hari
selama 7 hari
yaitu : mata merah,
(max
500mg)
pada hari 2-5
peningkatan seksresi nasal
dan demam ringan. Dapat berlangsung selama 1-2 minggu. Gejala dapat mirip dengan common
cold
Stadium paroksismal :
berlangsung selama 2-4 minggu. Stadium ini terjadi setelah 7-14 hari infeksi, batuk terjadi
paroksismal saat ekspirasi sehingga anak-anak yang lebih kecil tidak sempat bernapas dan menjadi
sesak. Karakteristik batuk tersebut diperlukan untuk membebaskan sumbatan yang terjadi akibat
jaringan nekrotik epitel bronchial dan mucus yang kental. Tekanan inhalasi pada glottis yang
mengalami penyempitan setelah terjadinya batuk paroksismal menghasilkan bunyi karakteristik
whoop. Muntah paska batuk sering kali terjadi. Bayi dan anak sering tampak distress dan
menjadi biru serta muntah.
Stadium konvalesen
ditandai dengan perbaikan klinis secara bertahap dalam 1-2 minggu, batuk menjadi lebih ringan ,
batuk paroksismal dan bunyi whoop mulai menghilang secara perlahan.
4. Diagnosis
Pertusis
5. Diagnosis Banding
1. Trankeobronkitis
2. Bronkiolitis
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin: leukositosis dengan limfositosis absolut
2. Kultur sputum
3. Swab tenggorokan
7. Terapi
173
*trimethoprim sulfamethokxazole (TMP-SMZ) dapat digunakan sebagai alternatif pada pasien yang berusia
2 bulan yang alergi terhadap golongan makrolida,yang tidak toleran terhadap makrolida, atau anak yang
terinfeksi dengan strain Bordatella pertusis yang resisten-makrolida meskipun sangat jarang.
8. Edukasi
1. Menjelaskan mengenai gejala dan penyebab penyakit
2. Menjelaskan mengenai pemberian antibiotik, dosis dan efek samping
3. Menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis
4. Menjelaskan prognosis penyakit
5. Menjelaskan perlunya pemberian vaksinasi pertusis
9. Prognosis
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
10. Tingkat evidens
I / II
11. Tingkat Rekomendasi
A
12. Penelaah Kritis
Subdivisi Respirologi Departemen IKA RSMH Palembang
13. Indikator Medis
Perbaikan klinis
14. Target
1 Mengatasi
15. Kepustakaan
Wood N, Mc Intyre P. Pertussis: Review of Epidemiology, Diagnosis, Management, and Prevention.
Paediatric Respiratory Review 2008; 9: 201212
Mardjanis S.,dkk. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. penyunting. Buku ajar respirologi anak.
Edisi ke-1. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI; 2008.
Kristin M, et al. Infant Pertusis : Who was the sources. Pediatrics Infectious Disease Journal
Volume 23, Number 11 Nov 2004
Mengetahui/Menyetujui
Ketua Departemen Kesehatan Anak
dr. Hj. Rismarini, SpA(K)
NIP 19580126 198503 2006
174