Você está na página 1de 8

Adab Bertamu dan Menerima Tamu

Dalam kehidupan sehari-hari, dapat dipastikan


bahwa seorang manusia tidak dapat hidup seorang
diri, sekaya dan secukup apapun, pastilah seorang
manusia membutuhkan pertolongan dan bantuan
orang lain. Dari rasa saling membutuhkan inilah
timbul jalinan persaudaraan atau ukhuwah,
pertemanan, dll. Dan setiap kegiatan sosialisasi
tentunya ada kegiatan saling berkunjung baik ke
rumah kerabat maupun menghadiri undangan
walimahan kerabat, dll. Bertamu adalah
berkunjung ke tempat kediaman orang lain.
Kunjungan itu biasanya karena adanya suatu
keperluan. Bertamu dengan maksud yang baik dan
dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT
serta untuk memperoleh rida-Nya dan rahmat-Nya
termasuk kedalam silaturahmi. Dalam kehidupan
bermasyarakat seseorang pernah bertamu dan

Adab bertamu bagi Tamu:


Hendaknya memenuhi undangan dan tidak terlambat darinya k
ecuali ada udzur/halangan, karena hadits Nabi Shallallaahu al
aihi wa Salam mengatakan:Barangsiapa yang diundang kepad
a walimah atau yang serupa, hendaklah ia memenuhinya. (H
R. Muslim)
Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir de
ngan undangan orang yang kaya, karena tidak memenuhi unda
ngan orang faqir itu merupakan pukulan (cambuk) terhadap pe
rasaannya. Ini berarti Islam secara NYATA mengajarkan bahwa
tidak ada perbedaan manusia, kecuali dalam hal takwa.Apabila
kita sedang berpuasa sekalipun, diharapkan hadir. Ada hadits
yang bersumber dari Jabir Radhiallaahu anhu menyebutkan ba
hwasanya Rasululloh SAW bersabda:Barangsiapa yang diunda
ng untuk jamuan sedangkan ia berpuasa, maka hendaklah ia m
enghadirinya. Jika ia suka makanlah dan jika tidak, tidaklah me
ngapa. (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Jangan terlalu lama menunggu di saat bertamu karena i


ni memberatkan yang punya rumah juga jangan tergesa
-gesa datang karena membuat yang punya rumah kaget
sebelum semuanya siap. Bertamu tidak boleh lebih dari
tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk ting
gal lebih dari itu.
Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan
kekurang apa saja yang terjadi pada tuan rumah.
Hendaknya mendo`akan untuk orang yang mengundan
gnya seusai menyantap hidangannya. Ya Allah, ampuni
lah mereka, belas kasihilah mereka, berkahilah bagi me
reka apa yang telah Engkau karunia-kan kepada merek
a. Ya Allah, berilah makan orang yang telah memberi ka
mi makan, dan berilah minum orang yang memberi kam
i minum.

Tidak Mengintai Ke Dalam Bilik. Jika kita hendak bertamu da


n telah sampai di halaman rumah, tidak diizinkan mengintip
melalui jendela atau bilik, walaupun tujuannya ingin menget
ahui penghuninya ada atau tidak.
Tidak Masuk Rumah Walaupun Terbuka Pintunya. Dari ayat 2
7 An Nuur, sebagaimana telah ditulis di atas, kita baru boleh
masuk rumah orang lain harus mendapatkan izin dari pemilik
rumah.
Minta Izin Maksimal Tiga Kali. Tamu yang hendak masuk di
(halaman) rumah orang lain jika telah meminta izin tiga kali,
tidak ada yang menjawab atau tidak diizinkan, hendaknya pe
rgi. Dari Abu Said Al-Khudri ia berkata,Abu Musa telah me
minta izin tiga kali kepada Umar untuk memasuki rumahnya,
tetapi tidak ada yang menjawab, lalu dia pergi, maka sahaba
t Umar menemuinya dan bertanya,Mengapa kamu kembal
i? Dia menjawab,Saya mendengar Rasululloh bersabda,B
arangsiapa meminta izin tiga kali, lalu tidak diizinkan, maka
hendaklah kembali.

Tidak Menghadap Ke Arah Pintu Masuk. Ketika tamu tiba


di depan rumah, hendaknya tidak menghadap ke arah pin
tu. Tetapi hendaknya dia berdiri di sebelah pintu, baik di k
anan maupun di sebelah kiri. Hal ini dicontohkan Rasulull
oh SAW.Dari Abdulloh bin Bisyer ia berkata,Adalah Rasul
ulloh SAW apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau ti
dak menghadapkan wajahnya ke depan pintu, tetapi bera
da di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan Assal
amu alaikum assalamu alaikum
Hendaknya Menyebut Nama Yang Jelas. Ketika tuan ruma
h menanyakan nama, tamu tidak boleh menjawab dengan
jawaban Saya atau jawaban yang tidak jelas. Karena tuj
uan tuan rumah bertanya adalah ingin tahu siapa tamu ya
ng mengunjunginya dan untuk menentukan sikap apakah
tamu tersebut boleh masuk atau tidak.

Adab menerima tamu bagi Tuan Rumah:

Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk ja


muan dengan mengabaikan/melupakan orang-orang fa
kir. Rasulullah SAW bersabda:Seburuk-buruk makana
n adalah makanan pengantinan (walimah), karena yang
diundang hanya orang-orang kaya tanpa orang-orang f
aqir.
Undangan jamuan hendaknya tidak diniatkan berbang
ga-bangga dan berfoya-foya, akan tetapi niat untuk me
ngikuti sunnah Rasululloh SAW dan membahagiakan te
man-teman sahabat, ataupun syukuran dalam rangka b
ersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT.

Tidak memaksakan diri untuk mengundang tamu. Di dala


m hadits Anas Radhiallaahu anhu ia menuturkan:Pada s
uatu ketika kami ada di sisi Umar, maka ia berkata: Kami
dilarang memaksa diri (membuat diri sendiri repot). (H
R. Al-Bukhari)
Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, kare
na hal ini bertentangan dengan kewibawaan.
Jangan menampakkan kejemuan/kebosanan terhadap ta
mu, tetapi tunjukkanlah kegembiraan dengan kahadiran t
amu tersebut.
Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu,
karena yang demikian itu berarti menghormatinya.

Jangan tergesa-gesa untuk mengangkat makan


an (hidangan) sebelum tamu selesai menikmati
jamuan.
Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pi
ntu rumah. Ini menunjukkan penerimaan tamu
yang baik dan penuh perhatian.
Tuan rumah hendaknya berpakaian sopan dan
menutup aurat. Tamu hendaknya diterima dan
gan rasa syukur dan rasa senang.

Você também pode gostar