Você está na página 1de 15

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM SOLVING PADA SUBKONSEP KESEIMBANGAN


LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS
X MATEMATIKA SAINS SMA NEGERI 2 BANJARMASIN

ARTIKEL ILMIAH

Oleh:
Laili Munawarah
NIM. A1C211015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
SEPTEMBER 2015

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM SOLVING PADA SUBKONSEP


KESEIMBANGAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
KELAS X MATEMATIKA SAINS
SMAN 2 BANJARMASIN
Laili Munawarah
Pembimbing: Hj. Noorhidayati dan H. Hardiansyah
Universitas Lambung Mangkurat
Email: laily.celeste02@ymail.com
ABSTRAK
Model pembelajaran Problem Solving dapat diterapkan pada subkonsep
Keseimbangan Lingkungan yang merupakan salah satu materi dalam SKL
Kurikulum 2013. Pembelajaran Problem Solving di SMA Negeri 2 Banjarmasin
belum pernah dilakukan di kelas X Matematika Sains (MS) Tahun Ajaran 2014/
2015. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan model
pembelajaran Problem Solving pada subkonsep Keseimbangan Lingkungan
terhadap hasil belajar kognitif. Metode penelitian dirancang dengan rancangan
kuasi eksperimen untuk menguji hasil belajar kognitif, dan metode analisis
deskriptif untuk mengetahui hasil belajar afektif yang meliputi perilaku
berkarakter dan keterampilan sosial serta hasil belajar psikomotor siswa. Kelas
paralel berjumlah 12 kelas dan populasi terjangkau berjumlah 6 kelas. Sampel
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MS-1 yang berjumlah 36 orang sebagai
kelas perlakuan dan kelas X MS-2 yang berjumlah 35 orang sebagai kelas kontrol.
Sampel ditetapkan secara purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan
teknik analisis kovarian (ANAKOVA) untuk hasil belajar kognitif, rubrik dan
lembar penilaian untuk hasil belajar afektif dan psikomotor. Hasil penelitian
menunjukkan 1) Hasil belajar kognitif menunjukkan perbedaan signifikan (F =
19,56; P = 0,0001) antara siswa kelas perlakuan dan siswa kelas kontrol dengan
pengaruh sebesar 36%. 2) Hasil belajar afektif untuk perilaku berkarakter siswa
tergolong cukup baik; dan untuk keterampilan sosial siswa tergolong baik. Hasil
belajar psikomotor siswa tergolong baik
Kata kunci: Problem Solving, Hasil Belajar, Keseimbangan Lingkungan

THE EFFECT OF APPLYING PROBLEM SOLVING TO


ENVIRONMENTAL BALANCE OF THE STUDENT LEARNING
ACHIEVEMENTS IN CLASS X MATHEMATIC SCIENCES AT
SMAN 2 BANJARMASIN
Laili Munawarah
Supervisor: Hj. Noorhidayati and H. Hardiansyah
Lambung Mangkurat University
Email: laily.celeste02@ymail.com
ABSTRACT
Learning model of Problem Solving can be applied to environmental balance
subconcept that is one of the subjects in the curriculum 2013. Learning through
Problem Solving has never done in class X Mathematics Sciences at SMAN 2
Banjarmasin. This research aimed to examine the effect of applying the learning
model of Problem Solving in subconcepts environmental balance for the cognitive
achievements. The research method designed with a quasi-experimental design to
test cognitive achievement, and methods of descriptive analysis to determine the
affective achievement that include character's behavior and social skills and also
psychomotor achievements of students. Parallel class totaling 12 and population
totaling 6 classes. The sample in this research is class X MS-1 totaling 36 people
as an experimental class and class X MS-2 totaling 35 people as the control class.
Data were analyzed using analysis of covariance technique (Anacova) for
cognitive achievement, rubric and assessment form for affective and psychomotor
achievement. The results are 1) cognitive achievement showed significant
differences (F = 19.56; P = 0.0001) among the students of experimental class and
control class with the effect of 36%. 2) affective achievement for characters
behavior classified quite good; and for social skills classified as good.
Psychomotor achievements of students classified as good either.
Keywords: Problem Solving, cognitive achievements, environmental balance
PENDAHULUAN
Penerapan Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas dan bertahap,
mulai tahun ajaran 2013/2014 pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
sehingga tahun 2016 semua sekolah diharapkan sudah menggunakan dan
mengembangkan Kurikulum 2013, baik sekolah negeri maupun swasta. Melalui
pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi,
diharapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat, memiliki nilai

tambah dan nilai jual sehingga bisa bersaing, bersanding, bahkan bertanding
dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan global. Hal ini dimungkinkan
apabila implementasi Kurikulum 2013 betul-betul dapat menghasilkan insan yang
produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter (Mulyasa, 2014).
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah meliputi
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta untuk semua mata pelajaran (Permendikbud, 2013). Berdasarkan
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, model
pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah
model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran
Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis proyek (Project
Based Learning), model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based
Learning), dan model pembelajaran pemecahan masalah (Problem Solving).
Model pembelajaran Problem Solving belum diterapkan pada siswa kelas
X Matematika Sains (MS) oleh guru yang mengajar. Pembelajaran pada
konsep Perubahan Lingkungan/ Iklim dan Daur Ulang Limbah
seringkali hanya diajarkan dengan metode ceramah dan diskusi
kelompok, sehingga siswa mempunyai permasalahan dalam
pembelajaran

yaitu

mereka

sulit

memahami

materi

yang

diberikan. Pembelajaran Biologi di sekolah masih memperlihatkan tingginya


peran guru dan belum membuat siswa aktif terlibat dalam pembelajaran.
Diasumsikan subkonsep Keseimbangan Lingkungan ini dapat membuat siswa

lebih memahami materi melalui pemecahan masalah secara langsung serta dapat
mengeksplorasikan pemikiran dan keterampilannya dalam pembelajaran
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dengan menerapkan salah
satu model pembelajaran yang menitikberatkan pada partisipasi siswa. Salah satu
model tersebut yaitu Problem Solving. Pembelajaran ini bertujuan menguji
pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Solving pada subkonsep
Keseimbangan Lingkungan terhadap hasil belajar kognitif siswa, serta
menentukan hasil belajar afektif dan psikomotor siswa. Menurut Hamdani (2011),
Problem Solving adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong siswa
untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam rangka
pencapaian tujuan pembelajaran.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang
lebih bermakna sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu juga dapat
menambah pengalaman guru tentang penerapan model pembelajaran Problem
Solving sebagai bentuk inovasi pembelajaran guna meningkatkan pemahaman
siswa serta agar menjadi guru yang dapat memahami dan mendidik siswa dengan
benar.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan didasarkan dari tujuan penelitian yang
menggunakan penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono (2013), metode
penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan.

Rancangan

penelitian

adalah

kuasi

eksperimen

dengan

menggunakan desain The non-equivalent control group design, karena tujuan


dalam penelitian ini untuk mengetahui keefektifan diterapkannya model
pembelajaran Problem Solving terhadap hasil belajar. Pada kuasi eksperimen
terdapat dua kelompok, yakni kelompok pertama yang dalam pembelajarannya
menggunakan model Problem Solving sedangkan kelompok yang kedua tidak.
Selanjutnya kelompok pertama disebut dengan kelas eksperimen dan kelompok
kedua dengan kelas kontrol.
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai Februari 2015
sampai dengan Juni 2015. Tempat penelitian di SMA Negeri 2 Banjarmasin, yang
beralamat di Jalan Mulawarman Nomor 21 Kota Banjarmasin Provinsi
Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling.
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X MS-1 sebagai kelas eksperimen yang
berjumlah 36 orang dan kelas X MS-2 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 35
orang.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa rubrik penilaian
dan soal (pretes dan postes). Perangkat penelitian berupa silabus, RPP, bahan ajar,
dan LKS. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. Data hasil belajar kognitif yang
tergolong data kuantitatif dilakukan secara statistik dengan menggunakan teknik
analisis kovarian (ANAKOVA) menggunakan aplikasi program Statistical
Analysis System 6.04 (SAS 6.04). Data hasil belajar afektif dan psikomotor yang
tergolong data kualitatif dilakukan secara deskriptif menggunakan rubrik dan
lembar penilaian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian

Hasil Belajar Kognitif


Tabel 1. Ringkasan Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol dan Kelas Perlakuan
Kelas Kontrol
Rata-rata hasil
belajar

Pretes

Postes

59,28

69,71

Kelas Perlakuan
Pretes
Postes
60

70,55

Berdasarkan data pada Tabel 1, ada selisih nilai pretes dan postes antara kelas
perlakuan dan kelas kontrol.
Tabel 2. Ringkasan Analisis Kovarian Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol dan
Kelas Perlakuan
Source
Model
Error
Corrected
Total
Keterangan:

2
68

Sum of
Squares
1076.836418
1871.755131

70

2948.591549

DF

R-square = 0,36

Mean
Squares
538.418209
27.525811

F Value

Pr > F

19.56

0.0001

Keterangan
Signifikan

C.V = 7,47

Berdasarkan data Tabel 2, ada perbedaan signifikan antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol dengan nilai F (F value) sebesar 19,56, koefisien varian (C.V.)
sebesar 7,47 dan nilai R-square yaitu 0,36. Dari nilai R-square tersebut dapat
dikatakan bahwa pengaruh penggunaan model pembelajaran Problem Solving
terhadap hasil belajar kognitif siswa sebesar 36%.
Hasil Belajar Afektif
Perilaku Berkarakter
Tabel 3. Ringkasan Perilaku Berkarakter
Nilai
Kriteria

Pertemuan

C
%

%
Tanggung
1
33,33
18
50
6
16,67
Jawab
2
50
18
50
0
0
Rata-rata (%)
41,66
50
16,67
Keterangan: A = Baik, B = Cukup Baik, C = Kurang Baik, D = Buruk

12
18

0
0

%
0
0
0

Berdasarkan data Tabel 3, sikap yang dinilai yaitu tanggung jawab. Pada
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving, ratarata sikap siswa pada setiap pertemuan dominan cukup baik.
Keterampilan Sosial
Tabel 4. Ringkasan Keterampilan Sosial
Nilai
Kriteria

Pertemuan

6
21

B
%
16,67
58,33

21
15

%
Menyumbangkan
1
58,33
ide/pendapat
2
41,67
Rata-rata (%)
75
50
Keterangan: A = Baik, B = Cukup Baik, C = Kurang Baik, D = Buruk

9
0

D
%
25
0

0
0

25

%
0
0
0

Berdasarkan data Tabel 4, sikap yang dinilai yaitu berkomunikasi melalui


menyumbangkan ide/pendapat. Pada pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Solving, rata-rata sikap siswa pada setiap pertemuan
dominan baik.
Hasil Belajar Psikomotor
Tabel 5. Ringkasan Hasil Belajar Psikomotor
Kelas Perlakuan

Pertemuan

Rata-rata

Rata-rata dua
pertemuan

Keterangan

1
2

80
91,43

83,08

Baik

Berdasarkan data pada Tabel 5, pada pembelajaran dengan menggunakan model


pembelajaran Problem Solving rata-rata nilai hasil belajar psikomotor siswa pada
pertemuan 1 maupun pertemuan 2 dominan baik.

Pembahasan
Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar kognitif merupakan gambaran hasil belajar siswa dalam
menjawab soal-soal yang diberikan sebelum dan setelah proses pembelajaran
berlangsung. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil pretes dan postes kelas
perlakuan dan kelas kontrol. Kelas perlakuan yang menggunakan Problem
Solving memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol yang tidak
menggunakan Problem Solving,
Hasil belajar kognitif kemudian dianalisis menggunakan analisis
kovarian untuk menguji adanya pengaruh penerapan Problem Solving dalam
proses pembelajaran. Diketahui bahwa hasil analisis kovarian menggunakan
program SAS 6.04 memperlihatkan nilai F (F value) sebesar 19,56, koefisien
varian (C.V.) sebesar 7,47 dan R-square sebesar 0,36. Hasil perhitungan data
menunjukkan adanya signifikansi. Nilai R-square menunjukkan pengaruh
penggunaan Problem Solving terhadap hasil belajar kognitif siswa yaitu sebesar
36%. Sedangkan sisanya 64% merupakan faktor yang tidak terlacak dan belum
diketahui.
Adanya pengaruh penggunaan Problem Solving terhadap hasil belajar
kognitif siswa karena setelah kelas eksperimen diberikan perlakuan model
Problem Solving pada setiap pertemuan terdapat peningkatan rata-rata nilai postes
dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai postes pada kelas kontrol.
Pengaruh pemberian Problem Solving hanya sebesar 36%, sisanya 64% yang tidak
terpengaruh diduga karena beberapa faktor, diantaranya siswa masih belum

terbiasa dengan pembelajaran menggunakan Problem Solving, pengetahuan awal


yang masih rendah, kurangnya keterlibatan aktif siswa dan beberapa masalah
internal dan eksternal dalam belajar.
Penggunaan model Problem Solving pada pembelajaran memerlukan
waktu yang lama sehingga sering guru sulit menyesuaikannnya dengan waktu
yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dan mereka
memerlukan

waktu

untuk

beradaptasi

atau

menyesuaikan

pembelajaran

sebelumnya dengan pembelajaran Problem Solving. Hal ini sejalan dengan


pendapat Hamiyah dan Jauhar (2014) yang menerangkan tentang kekurangan
problem solving yaitu memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibanding
dengan pembelajaran lainnya.
Pengetahuan awal siswa masih kurang, terlihat pada hasil pretes siswa
yang masih rendah, dimana nilai tersebut masih belum memenuhi nilai standar
mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah. Sebagaimana pendapat Trianto
(2008) yang menyatakan bahwa seorang pebelajar sering mengalami kesulitan
dalam memahami suatu pengetahuan tertentu karena pengetahuan awal
sebelumnya belum dimiliki.
Selain itu, siswa juga kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran
terutama pada pertemuan pertama. Ada siswa yang terlihat masih berbicara
dengan temannya dan mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Hal ini sesuai
dengan teori konstruktivisme yang menyatakan bahwa siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran
(Trianto, 2008).

Dugaan lainnya adalah masalah internal dan eksternal dalam belajar


terutama saat proses belajar mengajar. Suasana kelas ketika kegiatan pembelajaran
sedang berlangsung dalam keadaan gerah/ panas sebab dilakukan ketika jam
pelajaran siang, menyebabkan konsentrasi siswa berkurang atau siswa tidak fokus
ketika belajar. Hal sejalan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006) yaitu
konsentrasi merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi belajar.
Kelengkapan fasilitas dalam pembelajaran juga diduga mempengaruhi
keberhasilan siswa, ketersediaan buku paket Biologi masih belum dimiliki oleh
sebagian siswa maka siswa cenderung belum siap mengikuti kegiatan
pembelajaran sebab tidak dapat mempelajari terlebih dahulu materi yang akan
dibahas di kelas. Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006)
yang menjelaskan bahwa sarana meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan
fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran lain merupakan
salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Pada kelas pembelajaran Problem Solving, secara umum hasil proses
pembelajaran yang didasari hasil kerja siswa pada LKS sudah tergolong baik. Hal
ini diduga karena keterlibatan aktif siswa dalam mengerjakan LKS dan siswa
dapat menyelesaikan LKS dengan waktu yang tepat. LKS juga dapat
meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran. Hal ini
sejalan dengan pendapat Trianto (2008) yang menyatakan bahwa
LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang dilakukan
oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman siswa dalam

upaya

pembentukan

kemampuan

dasar

sesuai

indikator

pencapaian hasil belajar yamg harus ditempuh.


Hasil Belajar Afektif
Perilaku Berkarakter
Perilaku berkarakter siswa merupakan bagian dari hasil belajar afektif
dimana dalam pembelajaran mempunyai sikap tanggung jawab pada apa yang
dikerjakannya. Berdasarkan hasil pengamatan perilaku siswa dalam proses
pembelajaran, sebagian siswa sudah menunjukkan perilaku berkarakter tanggung
jawab dan tergolong cukup baik (B).
Hal ini didasari oleh pendapat Hamiyah dan Jauhar (2014) tentang salah
satu kelebihan Problem Solving yaitu dapat mengembangkan rasa tanggung jawab
siswa karena pada proses pembelajarannya menggunakan sistem kerja kelompok
membuat siswa lebih memiliki kebebasan dalam mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Selain itu, salah satu dari kelebihan Problem Solving yaitu
dapat mengembangkan rasa tanggung jawab, mereka sadar dalam mengerjakan
sesuatu apapun, harus dipertanggungjawabkan baik jika benar ataupun salah dan
harus segera memperbaikinya (Hamiyah dan Jauhar, 2014).
Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial siswa merupakan bagian dari hasil belajar afektif
dimana dalam pembelajaran mempunyai kemampuan berkomunikasi yaitu dengan
menyumbangkan ide/ pendapat. Berdasarkan hasil pengamatan perilaku siswa
dalam proses pembelajaran, sebagian siswa sudah menunjukkan keterampilan
sosial yaitu menumbangkan ide /pendapat dan sudah tergolong baik (A).

Hal ini sesuai dengan pernyataan Trianto (2011) bahwa interaksi sosial
dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu
memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih
logis. Selain itu, salah satu dari kelebihan Problem Solving dapat membantu siswa
dalam mengembangkan kemampuan lisannya dan masing-masing siswa diberi
kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa
merasa lebih dihargai dan nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri
(Hamiyah dan Jauhar, 2014).
Hasil Belajar Psikomotor
Pembelajaran dengan model Problem Solving pada setiap pertemuan
didapatkan nilai rata-rata psikomotorik yang cukup tinggi. Hal ini sudah dapat
dikatakan bahwa psikomotorik siswa saat proses pembelajaran berlangsung
tergolong baik (A) karena semua tugas kinerja yang diamati hampir dapat
dipenuhi siswa dengan baik dan benar. Siswa dapat membawa alat dengan benar,
kemudian merangkainya menjadi alat percobaan menguji pengaruh deterjen pada
ikan, serta dapat membersihkan dan merapikan kembali alat-alat dengan benar.
Sejalan dengan pendapat Kunandar (2013) hasil belajar psikomotor
tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
Salah satu cara guru dalam menilai kompetensi keterampilan siswa yaitu dengan
penilaian kinerja. Penilaian kinerja yaitu penilaian yang menuntut siswa
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu menggunakan tes praktik (unjuk
kerja) dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hasil belajar siswa


SMA Negeri 2 Banjarmasin pada Subkonsep Keseimbangan Lingkungan dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Solving dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran Problem Solving efektif terhadap hasil belajar
siswa sebagai berikut: (1) Hasil belajar kognitif menunjukkan perbedaan
signifikan antara siswa kelas perlakuan dan siswa kelas kontrol (F = 19,56; P =
0,0001; C.V = 7,47) dengan sumbangan efektif (R-square) sebesar 0,36, dimana
artinya ada pengaruh model pembelajaran Problem Solving sebesar 36%. (2) Hasil
belajar afektif menunjukkan perilaku berkarakter (tanggung jawab) tergolong
dalam kategori cukup baik (B) dengan skor rata-rata 50% dan keterampilan sosial
siswa (menyumbangkan ide/ pendapat) tergolong dalam kategori baik (A) dengan
skor rata-rata 75%. Hasil belajar psikomotor menunjukkan kemampuan kinerja
siswa tergolong dalam kategori baik (A), dengan skor rata-rata keseluruhan adalah
83,89.
Berdasarkan

hasil

penelitian

dalam

pengaruh

penerapan

model

pembelajaran Problem Solving, maka saran yang dapat diberikan adalah


penerapan pembelajaran Problem Solving dapat dijadikan sebagai alternatif
pilihan model dalam pembelajaran materi Biologi lain dalam Kurikulum 2013.
Selain itu, harus membuat perencanaan pengalokasian waktu agar tidak terlalu
lama .dan sebaiknya dilakukan oleh pengajar yang ada di sekolah agar
pengelolaan kelas dapat berjalan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia, Bandung.
Hamiyah dan Jauhar. 2014. Strategi Belajar-Mengajar di Kelas. Prestasi Pustaka,
Jakarta.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013), Suatu Pendekatan Praktis disertai dengan
Contoh. Rajawali Pers, Jakarta.
Mulyasa, Enco. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.
ROSDA, Bandung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Manajemen: Pendekatan, Kuantitatif,
Kualitatif, Kombinasi (Mixed Methods), Penelitian Tindakan (Action
Research), Penelitian Evaluasi. Alfabeta, Bandung.
Tim Penyusun. 2013. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. PMIPA UNLAM,
Banjarmasin.
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) di Kelas. Cerdas Pustaka, Jakarta.
Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Prestasi Pustaka, Jakarta.

Você também pode gostar