Você está na página 1de 9

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Setiap aspek dari kehidupan sehari-hari pasti menggunakan bahan-bahan
kimia. Fungsi bahan-bahan kimia tersebut pun sangat beragam. Mulai dari sebagai
penyedap makanan, pembersih, sumber energi, dan sebagainya. Kebutuhan
manusia yang semakin mendesak membuat terjadinya industrialisasi. Pada akhir
proses produksi tersebut dihasilkan pula limbah. Limbah dapat menyebabkan
menurunnya kualitas lingkungan hidup disekitar industri jika tidak diolah.
Limbah berasal pula dari hasil kegiatan rumah tangga. Beberapa limbah yang
dihasilkan tersebut mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Namun,
masyarakat umum belum mengetahui sifat, bahaya, dan cara pengolahan limbah
dan B3. Beberapa masyarakat memilih menyimpan limbah-limbah tersebut dan
masyarakat yang lain memilih untuk membuang limbah tersebut secara langsung.
Limbah B3 seharusnya memerlukan pengolahan khusus sebelum dibuang agar
kandungannya yang berbahaya dan beracun tersebut tidak mencemari lingkungan.
Perlindungan lingkungan hidup kemudian dianggap penting karena sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup manusia. Langkah nyata dalam upaya
melindungi lingkungan hidup adalah dengan menyusun ISO (International
Standard Organization) 14000 tentang Standar Sistem Manajemen Lingkungan.
ISO 14000 terdiri dari beberapa komponen dan seri yang mendukung setiap usaha
untuk melindungi lingkungan hidup. Salah satu seri dari ISO 14000 adalah ISO
14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan. Sifat-sifat ISO 14001 dapat
diaplikasikan untuk membentuk sebuah sistem pengolahan limbah. Sistem
tersebut diharapkan dapat mengurangi bahaya yang ditimbulkan dari limbah dan
B3 dari sektor rumah tangga terhadap lingkungan sekitar.
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pun
menyusun program Pengolahan Sampah, Limbah dan B3. Guna menjaga
kelestarian lingkungan sekaligus mendukung program kerja Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka diperlukan suatu sistem pengolahan
limbah dan B3 yang dihasilkan dari hasil kegiatan maupun rumah tangga yang
terstruktur.

Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Membentuk sistem yang mampu mengumpulkan dan mengolah limbah
dan B3.
Manfaat
Penulisan karya ilmiah ini diharapkan memiliki manfaat bagi pembacanya,
diantaranya manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.

Manfaat Teoritis
a. Meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai
bahaya limbah dan B3.

2.

Manfaat Praktis
a. Terbentuknya sistem terpadu yang dapat menjadi wadah bagi
masyarakat untuk mengolah limbah dan B3.
b. Menjaga kelestarian lingkungan demi kelangsungan hidup
manusia.

GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Proses Industrialisasi merupakan upaya pemenuhan kebutuhan manusia yang
semakin mendesak seiring jumlah penduduk yang meningkat. Akibatnya, jumlah
limbah dan B3 kini semakin meningkat. Selain sektor industri, sektor rumah
tangga juga turut berperan dalam peningkatan jumlah limbah dan B3.
Jumlah limbah dan B3 yang dihasilkan sektor rumah tangga tidak sampai 2%
dari timbunan sampah dosmetik, tetapi termasuk kecil-kecil cabe rawit. Jumlah
yang relatif kecil dan waktu yang tidak pasti membuat limbah dan B3 dari sektor
rumah tangga kurang mendapat perhatian. Untuk mencegah pencemaran, perlu
dilakukan tindakan meski jumlah limbah dan B3 sedikit karena dapat
menimbulkan dampak berantai dan jangka panjang (Setiyono, 2005).

Tabel 1 Sumber Limbah dan B3 Sektor Rumah Tangga


No.
1.

Sumber
Dapur

Produk yang Berpotensi Menjadi Limbah


Pembersih lantai, kompor gas, minyak goreng,
pembersih kaca, plastik, racun tikus, bubuk
pembersih, pembuka sumbat, saluran air kotor.

2.

Tempat Cuci

Pemutih, deterjen, pembersih lantai, bahan


pencelup, semir sepatu, pembersih karpet, pembuka
sumbat, saluran air kotor.

3.

Kamar Mandi

Aerosol, desinfektan, pembuka sumbat, saluran air


kotor, pembersih lantai dan kaca, hair spray,
pewarna rambut, pembersih toilet, kamper,
medicated shampoo.

4.

Kamar Tidur

Kamper, pembersih karpet, pembersih mebel,


pembersih lantai, pembersih kaca, semir sepatu,
obat anti nyamuk, beterai, pembersih lantai,
aerosol, cat kuku, dan pembersih.

5.

Garasi dan Gudang

Oli, aki mobil, minyak rem, car wax, pembersih


karbirator, cat dan thinner, lem, pembunuh tikus,
genteng asbes.

6.

Ruang Tamu

Pemngharum ruangan, pembersih karpet,


pembersih mebel, embersih kaca.

7.

Taman

Pupuk dan desinfektan.

8.

Ruang Makan

Obat kadaluwarsa.
Sumber: (Setiyono 2005: 309)

Solusi yang Ditawarkan Sebelumnya


Pada tahun 1994 didirikan sebuah pusat pengelolaan limbah yang berlokasi di
Cileungsi, yaitu PT Prasandha Pamunah Limbah Industri. Hingga sekarang pusat
pengelolaan limbah tersebut masih beroperasi. Idealnya disetiap pusat
pertumbuhan memiliki satu pusat pengelolaan limbah. Namun pusat pengelolaan
limbah lainnya belum didirikan kembali di pusat-pusat pertumbuhan.

Kebijakan pengelolaan limbah dan B3 yang ada saat ini masih diselenggarakan
secara parsial oleh beberapa instansi. Beberapa produsen barang yang
mengandung B3 berupaya menekan bahaya yang dapat timbul. Bentuk upaya
tersebut yaitu dengan menyediakan fasilitas pengelolaan produk yang sudah
kadaluwarsa. Lingkup yang masih terbatas ini menjadi kendala. Sehingga
diperlukan sebuah sistem dengan ruang lingkup yang cukup luas. Ruang lingkup
yang cukup luas berarti dapat menjangkau masyarakat pada semua lapisan.
Gagasan yang Ditawarkan
ISO 14001
Kesadaran akan kelestarian lingkungan membuat beberapa negara bergabung
membentuk ISO (International Standard Organization) 14000. ISO 14000 adalah
seperangkat

standar

internasional

bidang

manajemen

lingkungan

yang

dimaksudkan untuk membantu organisasi di seluruh dunia dalam meningkatkan


efektivitas kegiatan pengelolaan lingkungan. Menurut Memed Sueb dan Maria
Nety Indramayu Keraf (2012) tujuan Sistem Manajemen Lingkungan ISO
(International Standard Organization) 14000 secara menyeluruh adalah untuk
mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang
dengan kebutuhan sosial ekonomi.
Salah satu seri ISO 14000 adalah ISO 14001 yang membahas mengenai
Sistem Manajemen Lingkungan. (buku) Latar belakang pembentukan ISO 14001
adalah agar dicapai penegakkan peraturan lingkungan hidup, kebijakan ekonomi,
dan indikator lain agar dicapai perlindungan lingkungan, kinerja, pengendalian
dampak kegiatan industri, produk barang dan jasa pelayanan dengan tetap
memperhatikan kebijakan lingkungan hidup dan tujuan. Manfaat penerapan ISO
14001 terhadap lingkungan adalah menjaga keselamatan (safety), kesehatan
(health), dan perlindungan lingkungan (environmental protection) (Suharto,
2011).

Sifat ISO (International Standard Organization) 14001 adalah sebagai


berikut:

Struktur organisasi.

Kegiatan perencanaan.

Pelaksanaan prosedur dan proses.

Tanggung jawab.

Sumber daya untuk pengembangan dan implementasi.

Kebijakan dinamis.

Dinamis.

Memelihara hubungan baik dengan publik.

Memuaskan kriteria investor dan memperbaiki akses ke modal.

Memperoleh asuransi pada biaya yang layak.

Meningkatkan citra dan peluang pasar.

Memperbaiki pengendalian biaya.

Meningkatkan hubungan baik antara dunia industri dan pemerintah.

Melibatkan semua orang.

Saling ketergantungan.

Terpadu dan terintegrasi.

Memberikan visi jangka panjang.

Pelaksanaan kegiatan jangka pendek.

Menganut azas konsisten.

Pengolahan Limbah B3
Setiap limbah dan B3 diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya. Limbah dan
B3 juga dapat dimanfaatkan dengan prinsip 3R (Reuse, Recycle and Recovery)
Sifat yang berbeda pada tiap limbah dan B3 mengharuskan kita untuk melakukan
pengolahan yang berbeda pula. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi
limbah dan B3 dapat ditempuh melalui beberapa macam pendekatan, yaitu:
1. Reduksi penggunaan bahan yang akan menghasilkan limbah dan B3
2. Daur ulang limbah sebagai bahan alternatif.
3. Pemisahan limbah melalui sebuah proses untuk memperoleh produk baru.

Teknik Implementasi
Sebagai tindak lanjut terhadap pengolahan limbah B3 dari rumah tangga
yang belum terfasilitasi, kita membutuhkan sebuah sistem yang dapat menjadi
wadah bagi sektor rumah tangga untuk mengolah limbah dan B3. Sifat-sifat ISO
14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan dapat dijadikan acuan untuk
menyusun sistem tersebut.
Mengacu pada sifat-sifat dan langkah-langkah untuk melakukan Sistem
Manajemen Lingkungan yang diungkapkan oleh Henry Chandra dan Joni
Christian (2002) tentang langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melakukan
Sistem Manajemen Lingkungan, pembentukan Sistem Manajemen Lingkungan
dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Identifikasi
Identifikasi dilakukan terhadap isu-isu lingkungan yang terdapat di
lapangan serta kecenderungannya.
2. Evaluasi Dampak Isu
Dampak serta kecenderungan isu-isu yang terdapat di lingkungan
dievaluasi dan dicari akar isu-isu tersebut.
3. Penelitian dan Analisa
Penelitian dan analisa dibutuhkan sebagai pertimbangan untuk membentuk
strategi

yang

akan

disusun

guna

mencapai

tujuan.

Langkah

ini

meliputitanggapan dari pihak-pihak yang terkait


4. Pengembangan Posisi
Posisi sangat berperan penting bagi terlaksananya Sistem Manajemen
Lingkungan, sehingga kita perlu mencari posisi yang strategis. Pemerintahan
tingkat Kecamatan merupakan posisi yang strategis karena lingkupnya yang
cukup luas. Kecamatan dipimpin oleh seorang kepala (Camat) yang dibantu
oleh beberapa perangkat kecamatan. Perangkat-perangkat desa terbagi dalam
beberapa seksi. Kita dapat menambahkan seksi pengolahan limbah dan B3 ke
dalam struktur agar dapat bekerja secara maksimal. Seksi yang dibentuk dapat
bernama Seksi Pengolahan Limbah B3. Seksi ini membawahi seksi yang
berada di tingkat Kelurahan. Untuk membantu kerja Seksi Pengolahan Limbah

B3, pada setiap Rukun Warga dan Rukun Tetangga dapat melibatkan
sukarelawan khususnya Karang Taruna.
5. Pengembangan Strategi
Sistem Manajemen Lingkungan tidak akan berjalan dengan baik tanpa
keterlibatan dari semua pihak. Strategi dibutuhkan agar semua pihak dapat
berperan aktif menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga upaya pengelolaan
limbah dan B3 dapat memberikan hasil maksimal.
Rincian sifat-sifat ISO 14001 menunjukkan sistem berada dalam suatu
organisasi. Sehingga kita dapat membentuk sistem tersebut dalam organisasi
yang mampu menjangkau masyarakat. Kecamatan merupakan organisasi yang
sesuai karena lingkupnya yang cukup luas dan jumlah warganya yang cukup
banyak. Dengan demikian kerja sistem dapat lebih mudah dikendalikan.
Sistem ini menganut azas konsisten, sehingga konsistensi dan komitmen
menjadi syarat utama untuk membentuk sistem ini. Membangun komitmen
masyarakat diawali dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
bahaya limbah dan B3 yang dapat ditimbulkan terhadap lingkungan.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dapat dilakukan dengan pengadaan
sosialisasi. Setelah masyarakat memahami bahaya limbah dan B3, berikutnya
dapat

dilakukan

penunjukan

Agasi

(Agen-Agen

Konservasi)

atau

sukarelawan pada tiap Rukun Tetangga dan Rukun Warga yang diharapkan
dapat memantau, membantu dan mengawal Seksi Pengolahan Limbah dan B3
dalam melaksanan programnya. Adanya Agasi (Agen-Agen Konservasi)
diharapkan dapat menjaga komitmen dan semangat masyarakat untuk
melestarikan lingkungan.
Pengolahan limbah dan B3 berbeda tergantung sifat dan kandungannya.
Proses pengolahan limbah dengan kadungan tertentu memerlukan proses dan
peralatan yang tidak sederhana. Sarana dan prasarana yang digunakan untuk
pengolahan limbah dan B3 pun harganya masih cukup tinggi. Keterbatasan
dalam hal ini dapat disiasati dengan dilakukannya kerjasama antara
perusahaan atau industri dengan Seksi Pengolahan Limbah B3. Pihak-pihak
tersebut tentu memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk

melaksanakan pengelolaan limbah dan B3. Sehingga kendala yang dihadapi


dapat terselesaikan.
6. Implementasi
Mekanisme pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan adalah sebagai
berikut :
Limbah B3 dari
tiap rumah

Limbah B3 dari
Rukun Tetangga

Limbah B3 dari
Rukun Warga

Limbah B3 dari
SPLB3

Limbah B3 dari
Kelurahan

Pengolahan
limbah sendiri
oleh SPLB3

Pengolahan
kimbah oleh pihak
yang bekerjasama
Program merupakan kegiatan jangka pendek. Limbah B3 dari setiap rumah
tangga rumah dikumpulkan 2 kali seminggu pada tingkat Rukun Tetangga. Agasi
dari setiap Rukun Tetangga selanjutnya menyerahkan limbah dan B3 kepada
Agasi pada tingkat Rukun Warga pada hari berikutnya. Limbah dan B3 yang telah
terkumpul selanjutnya dikumpulkan pada Agasi tingkat Kelurahan. Tahap
berikutnya, Agasi pada tingkat Kelurahan mengumpulkan limbah dan B3 kepada
Seksi Pengelohan Limbah dan B3.
Limbah dan B3 yang telah terkumpul selanjutnya dikelola oleh Seksi
Pengolahan Limbah dan B3. Seksi Pengolahan Limbah dan B3 dapat melakukan

kerjasama dengan lembaga atau industri dalam pengolahan limbah dan B3. Usaha
ini dapat pula meingkatkan hubungan antara sektor industri dan pemerintah.
7. Evaluasi
Evaluasi diperlukan sebagai perbaikan atas hal-hal yang belum berjalan
dengan baik selama pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan. Hasil dari
upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan ini tidak akan terasa dalam jangka
pendek, namun baru akan terasa setelah beberapa tahun atau bahkan beberapa
puluh tahun kedepan. Peran dan kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan agar
semua rencana yang telah dibuat dapat berjalan lancar.
Masyarakat diharapkan dapat merespon pelaksanaan Sistem Manajemen
Lingkungan dengan antusias. Menumbuhkan antusiasme masyarakat yaitu dengan
memastikan kepada masyarakat bahwa sistem ini merupakan program dari
pemerintah yang terpadu dan melibatkan semua pihak, serta manfaat jangka
panjang yang akan diperoleh ketika kita melaksanakan program ini dengan baik.
Simpulan
Limbah dan B3 juga dapat berasal dari sektor Rumah Tangga. Meskipun
jumlahnya sedikit namun tetap memberikan dampak jangka panjang yang dapat
menggangu kelestarian lingkungan. Untuk menjaga kelestarian lingkngan, Sistem
Manajemen Lingkungan dapat diterapkan pada sektor rumah tangga. Penggerak
utama sistem ini adalah Seksi Pengolahan Limbah B3 yang berada pada
pemerintahan tingkat kecamatan. Pembentukan Seksi Pengolahan Limbah B3
dengan menerapkan sifat-sifat ISO 14001 mengenai Sistem Manajemen
Lingkungan.

Você também pode gostar