Você está na página 1de 193

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI SUNGAI


MARIMPA KECAMATAN PINEMBANI

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuh syarat menyelesaikan studi
pada Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Sipil
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako

Disusun Oleh:
RAMLI
K ADIR F 111
05 090

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
TADULAKO PALU
2010
i

LEMBAR PENGESAHAN

Berdasarkan persetujuan dari Majelis Penguji Skripsi, Dosen Pembimbing


dan Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Tadulako, maka judul skripsi :
PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO
HIDRO (PLTMH) DI SUNGAI MARIMPA KECAMATAN
PINEMBANI

Disusun Oleh :

RAMLI K ADIR
STB : F 111 05
090

Disahkan Oleh :

Dekan Fakultas Teknik,

Ir. H. A. Has anuddin Azikin, M.Si


NIP. 19560911 198601 1 001
002

Ketua Jurusan Teknik Sipil,

N ur Hidayat, ST. MT
NIP. 19680618 199903 1

ii

LEMBAR PERSETUJUAN
Pada hari Rabu tanggal Dua Puluh Tujuh Oktober 2010, Panitia Ujian
Tugas Akhir Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tadulako Berdasarkan SK Dekan Fakultas Teknik. No.
1497/H28.1.31/PP/2010 tanggal Tiga Puluh Oktober 2010, menyatakan
menerima/menyetujui Tugas Akhir yang telah dipertanggungjawabkan
dihadapan Panitia Ujian Tugas Akhir oleh :
Nama
: Ramli
Kadir
No. Stambuk : F 111 05
090
Judul
: Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH) Di Sungai Marimpa Kecamataan
Pinembani
Majelis Penguji
:
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Nama / NIP
Ir. H. Andi Hasa nuddin Azikin,
M.Si NIP. 19560911 198601 1 001
DR. Andi Ru sdin, ST. MT.
M.Sc NIP. 19661216 19993 1
002
DR. Sa nce Lipu, ST. M.Eng
NIP. 19690926 199702 1
001
Yassir Ara fat, ST. MT
NIP. 19701231 200003 1 002
Ir. Ar ody Tanga, MT
NIP. 19660811 199403 1 003

Jabatan

Tanda tangan

Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
Anggota

Dosen Pembimbing :
No.
1.
2.

Nama / NIP

Jabatan

Tanda tangan

Alifi Yu nar, ST, MT


Pembimbing I
NIP. 19661216 19993 1 002
Totok Haricahyono, ST, MT
Pembimbing II
NIP. 19720303 200003 1
002
Palu, November 2010
Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas
iii

Tadulako

Kusnindar A Chauf, ST, MT


Nip. 19740120 200003 1 003

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah


memberi

karunia

kesehatan

dan

kesempatan

kepada

penulis

untuk

menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan salam ke atas Baginda Rasulullah
Muhammad SAW yang telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja
keras sehinggga menjadi panutan dalam menjalankan setiap aktifitas kami
sehari-hari, karena sungguh suatu hal yang sangat sulit yang menguji
ketekunan dan kesabaran untuk tidak pantang menyerah dalam menyelesaikan
penulisan ini.
Penulisan

skripsi

ini

merupakan

salah

satu

syarat

untuk

menyelesaikan studi pada Program Studi Stara Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Adapun judul skripsi yang diambil
adalah:
PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO
HIDRO (PLTMH) DI SUNGAI MARIMPA KECAMATAN
PINEMBANI
Beban sebagai mahasiswa untuk menuntun ilmu sebanyak
-banyaknya
tidak hanya di bangku kuliah tapi juga di luar lingkungan kampus
merupakan tanggung jawab edukasi yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Untuk

itu penulis sadar lamanya waktu studi yang di butuhkan untuk

menempuh jenjang S1 ini bukan merupakan pencapaian yang sempurna, tapi


ini adalah yang terbaik yang bisa penulis capai. Jenjang pendidikan yang
sekarang di tempuh sungguh merupakan jembatan untuk menggapai cita-cita.
Untuk itu terima kasih yang tak terhingga kepada ayahandaku tercinta Abdul
Kadir dan ibundaku Milla, atas segala doa, nasehat, kasih sayang, bimbingan,
dorongan, pengertian, kesabarannya, dan kerja kerasnya setiap waktu agar

putra-putrinya bisa terus sekolah setinggi-tingginya. Saudara-saudaraku ;


Rusmin Kadir, Resti Kadir, Ria Kadir, Siti Hardianti Kadir, Amma,
Arman, terima kasih atas doanya, pengertiannya, dukungan moril dan
materialnya, kalian adalah panutan bagiku. Terima kasih yang tak terhingga
kepada Kakek Kasing, BBA, Nenek Hasbiah,

Nenek Kariati sebagai orangtua kedua selama penulis menuntut ilmu di


Fakultas Teknik Universitas Tadulako yang selalu memberi kasih saying,
dukungan doa dan moril serta nasehat-nasehat yang sangat berharga.
Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa hormat serta
terima kasih yang sedalam-dalamnya Kepada Bapak Alifi Yunar, ST.MT
selaku pembimbing I dan Bapak Totok Haricahyono, ST.MT selaku
pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, koreksi, dan arahan selama penyusunan Skripsi ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada:

1.

Bapak Drs. Sahabuddin Mustafa, M.Si, Selaku Rektor


Universitas Tadulako.

2.

Bapak Ir. H. Andi Hasanuddin Azikin M.Si selaku Dekan Fakultas


Teknik
Tadulako.

3.

Universitas

Bapak Ir. Burhan Tatong selaku Pembantu Dekan I Fakultas


Teknik Universitas Tadulako.

4.

Ibu Ir. Shyama Maricar, M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Teknik
Universitas
Tadulako

5.

Ibu Ir. Pudji Astutiek, M.Si selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Teknik Universitas Tadulako

6.

Bapak Nurhidayat, ST. MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas


Teknik
Tadulako.

7.

Universitas

Bapak Kusnindar Abd. Chauf, ST. MT selaku Ketua Program Studi S1


Fakultas Teknik Universitas Tadulako.

8.

Bapak Ir. Arody Tanga, MT selaku Ketua Konsentrasi Bidang Keairan


Fakultas
Tadulako

9.

Teknik

Universitas

Bapak Yassir Arafat, ST.MT dan Bapak Ir. Burhan Tatong


sebagai Dosen Wali.

10.

Tim Dosen Penguji, Bapak Ir. H. Andi Hasanuddin Azikin M.Si, Bapak

Ir. Arody Tanga, MT, Bapak Yassir Arafat, ST.MT, Bapak DR.
Andi Rusdin, ST.MT.M.Sc, dan Bapak DR. Sance Lipu, ST.M Eng,
yang telah memberikan masukan berarti selama ujian.

11.

Seluruh Dosen Fakultas Teknik Universitas Tadulako.

12.

Seluruh Staf Pegawai Fakultas Teknik Universitas Tadulako

13.

Bapak Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi III Sulawesi Tengah.

14.

Sahabatku Naftali Pali, Yoel Pasang, Amd, Suardi Sada, Amd,


terima kasih doa dan pengertiannya selama ini.

15.

Teristimewa buat Ade Aby dan Ade Anzy, terima kasih doa dan dukungan
morilnya selama ini, Tetap sayang sama orang tua na.!!!!

16.

Sahabat - sahabat Smile 05 : Indrawan, Ikbal, Acal, Zul, Adit,


Edi, Febri, Hendra, Amin, Opan, Windra, Amd, Memet, Acang,
Imam, Iman, Mukti, Awin, Odet (Alm), Jefri, Rifki, Ucang, Sigit,
Ipul, Ijal, Fikal, Adri, Ikhy, Sahab, Wawan, Ready, Josua, Randi
terima kasih atas semua bantuanya, suka dukanya, selalu menemani dari
awal kuliah hingga sekarang ini, dan makasih untuk kebersamaannya.
Smangat...Frenn...!!!!

17.

Sahabat - sahabat seperjuanganku Civil 05; Yuyun, Aci, Intan,ST,


Alfi, Mida,ST, Anti, Degus,ST, Dita,ST, Vivi, dan teman-teman yang lain
yang tidak sempat di tulis satu persatu. Thanx tuk semuanya guys.!!

18.

Teman-teman seperjuangan lainnya, senior dan juniorku yang tidak


sempat disebut satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan yang
menyenangkan selama ini.
Atas jerih payah, bimbingan, bantuan serta dorongan yang berharga

itu, penulis tidak dapat memberikan balas jasa apapun, kecuali memohon
kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka semua.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, dan
segala kritikan serta saran-saran yang menuju ke arah perbaikan tulisan ini
sangat diharapkan. Semoga tulisan ini berguna bagi ilmu pengetahuan dan
bermanfaat bagi kita semua serta mendapatkan Ridho Allah SWT. Amien.

Palu,

November
2010 Penulis,

Ramli K adir

ABSTRACT

RAMLI KADIR, F 111 05 090. Micro Hydro Power Plant Design at Marimpa
River at Pinembani Subdistrict (guided by Alifi Yunar and Totok Haricahyono).
The research is done due to the lacle of electricity in pinembani area,
thus this is the main reasor to explore the potency of Marimpa riveo for the
Micro Hydro Power Development.
The objective of this study is to calculate the rate of dependable flow,
that the electricity could be produced and to design the Micro Hydro Power
Scheme.
The study begin with the collection of secondary data, such as the data
of rain fall, climatic data, catchment area, population, that gained from Balai
Wilayah Sungai Sulawesi III and Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah.
The Method that apply for evapotranspiration calculation is Penman
Modification. Dependable flow analyzed by using F. J. Mock method. The
research result shows
3
that the dependable flow according to F.J. Mock method is 0,064 m /s and the
energy produced is 3,696 kW.
Key Words : Rate of flow, energy, design.

vii

ABSTRAK

RAMLI KADIR, F 111 05 090. Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga


Mikro Hidro (PLTMH) Di Sungai Marimpa Kecamatan Pinembani (Dibimbing
oleh Alifi Yunar dan Totok Haricahyono).
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kondisi daerah Pinembani yang
belum terjangkau jaringan listrik, merupakan alasan mendasar untuk
memberdayakan potensi air sungai Marimpa menjadi sumber Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Studi ini bertujuan untuk menghitung debit andalan, daya yang dapat
dihasilkan dan membuat desain dasar Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH).
Dalam memulai studi ini dilakukan pengumpulan data sekunder,
seperti data curah hujan, data klimatologi, Catchment area, data penduduk,
yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sulawesi III dan Badan Pusat
Statistik Sulawesi Tengah. Metode yang digunakan dalam perhitungan
Evapotranspirasi yaitu Metode Penman Modifikasi. Perhitungan Debit Andalan
menggunakan Metode F.J.Mock. Hasil penilitian menunjukan bahwa
Metode F.J.Mock
3
menghasilkan debit andalan sebesar 0,064 m /detik dan daya yang
dihasilkan
sebesar
3,696
kW.
Kata Kunci : Debit Andalan, Daya,
Desain.

12

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..... i


LEMBAR PENGESAHAN .. ii
LEMBAR PERSETUJUAN .. iii
KATA PENGANTAR .. iv
ABSTRACT vii
ABSTRAK . viii
DAFTAR ISI ........ ix
DAFTAR TABEL .... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....
1
1.2 Rumusan Masalah . 2

1.3 Maksud dan Tujuan ...


2
1.4 Manfaat Penelitian ......
2
BAB II

1.5 Metode Penulisan ....


GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1 Letak Daerah Penelitian .....
4
2.2 Kondisi Sosial Ekonomi.....
4
2.2.1 Tata Guna lahan 4
2.2.2 Pendidikan.... 5
2.2.3 Populasi. 5
2.3 Kondisi Topografi ...... 5

2.3.1 Gambaran Umum Lokasi.. 5


2.3.2 Peta Topografi... 6
2.4 Kondisi Hidrologis. 6

1
3

2.4.1 Umum.. .6
2.4.2 Iklim......6
2.4.3 Kualitas Air... 11
2.4.4 Curah Hujan..
11 BAB

III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Umum ........16


3.2 Debit Andalan .......16

3.2.1 Metode Penman Modifikas . 17


3.2.2 Metode F.J.Mock . 19
3.3 Tinjauan Teknis ..... 23

3.3.1 Pengertian dan Prinsip PLTA .. 23


3.3.2 Penentuan Tinggi Jatuh Efekti 24
3.3.3 Penentuan Debit Turbin ... 25
3.4 Klasifikasi PLTA ...... 26

3.4.1 Penggolongan Berdasarkan Tinggi Terjunan .. 26


3.4.2 Penggolongan Menurut Aliran Air .. 26
3.5 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro .. 27
3.5.1 Perkembangan Pusat Listrik Tenaga Air . 27
3.5.2 Penerapan Teknologi Mikro Hidro . 28
3.5.3 Rencana Konsep Rancang Bangun Mikrohidro ... 29
3.5.4 Komponen Pokok Mikro Hidro ..
30 3.6 Pemilihan Turbin ...
37
3.6.1 Kriteria Pemilihan Jenis Turbin ... 38
BAB

IV

3.7 Perencanaan Daya Listrik .........


41
METODELOGI PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian ... 43

4.2 Alat dan Bahan Penelitian ..... 43


4.3 Langkah-langkah Penelitian ...
43

4.4 Pengumpulan Data .....


44
4.5 Bagan Alir Penelitian .

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


5.1 Debit Andalan ........47
5.1.1 Evaluasi Data ... 47

5.1.2 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial ... 47


5.1.3 Perhitungan Debit Andalan Sungai.. 52
5.2 Debit Banjir.. ......68

5.2.1 Analisis Frekuensi ... 68


5.2.2 Debit Banjir Rancangan Metode Rasional ..
73 5.3 Desain Dasar ......
75
5.4 Data Desain .... 75
5.5 Desain Dasar Pekerjan Sipil ... 76
5.5.1 Bangunan Pengalih Aliran (Cofferdam) ..
76 5.5.2 Bendung ..
77

5.5.3 Bangunan Pengambilan (Intake) ......82


5.5.4 Saluran Pembawa ....85
5.5.5 Bangunan Pengendap Sedimen 87
5.5.6 Pipa Pesat (Penstock) .. 90
5.5.7 Kehilangan Tenaga (Head Loss) . 92
5.5.8 Rumah pembangkit . 95
5.5.9 Saluran Pembuang Akhir (Tail Race) .. 95
5.6 Kapasitas Daya dan Produksi Energi ....
96 BAB

VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 98


6.2 Saran ...... 98
DAFTAR PUSTAKA
GAMBAR DESAIN
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1

Kelembaban Relatif Stasiun Porame .... 7

Tabel

2.2

Temperatur Rata-Rata Bulanan Stasuin Porame .....8

Tabel

2.3

Kecepatan Angin Bulanan Stasiun Porame ... .9

Tabel

2.4

Tabel

2.5

Tabel

3.1

Penyinaran Matahari Bulanan Stasiun Porame ...


10
Curah Hujan Bulanan Stasiun Porame .....
12
Hubungan antara T dengan Ea, W dan f(t) ...........................18

Tabel

3.2

Radiasi Ekstra Matahari (Ra) Dalam Evaporasi Ekivalen

Tabel

3.3

(mm/hr) Dalam Hubungannya dengan Letak Lintang ....


18
Maksimum Penyinaran Matahari .... 19

Tabel

3.4

Tabel

3.5

Daerah Operasi Turbin .....


38
Efisiensi Turbin . 39

Tabel

5.1

Perhitungan Evapotranspirasi Bulanan dengan Metode


Penman Modifikasi .. 51

Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

Tabel

5.2
5.3
5.4
5.5

5.6

Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai


Marimpa Thn.2000 ...
56
Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2001 ...
57
Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2002 ...
58
Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2003 ...
59
Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2004 ...
60
xii

Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

5.7

Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai

5.8

Marimpa Thn.2005 ...


61
Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai

5.9

Marimpa Thn.2006 ...


62
Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai

5.10

Marimpa Thn.2007 ...


63
Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai

5.11

Marimpa Thn.2008 ...


64
Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai
Marimpa Thn.2009 ...

Tabel

5.12

Tabel

5.13

Tabel

5.14

Tabel

5.15

Tabel

5.16

Tabel

5.17

Tabel

5.18

Tabel

5.19

Tabel

5.20

Tabel

5.21

65
Debit Andalan Sungai Marimpa
66
Hasil Perhitungan Debit Andalan Metode F.J.Moc ...
67
Curah Hujan Rerata Bulanan Maksimum
68
Uji Konsistensi C.H.Bulanan Maksimum Metode RAPS.
70
Analisis Frekuensi Metode Gumbel ..
73
Analisis Banjir Metode Rational Berdasarkan Analisis
frekuensi Metode Gumbel .
74
Koefisien Kehilangan Tenaga pada Bengkokan Pipa .
93
Nilai Koefisien Kehilangan Tenaga pada Belokan Pipa .
93
Nilai Koefisien Kehilangan Tenaga pada Tiap Belokan .
94
Kapasitas Bangkitan Energi PLTMH Marimpa
97

18

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1

Gambar Lokasi Penelitian .... 13

Gambar

2.2

Lokasi Penelitian ....... 14

Gambar

2.3

Daerah Cathment Area .......


15

Gambar

3.1

Komponen Pokok Mikrohidro ....


31

Gambar

3.2

Diagram Aplikasi Berbagai Jenis Turbin ...............


41

Gambar

4.1

Bagan Alir Penelitian ...........................................................46

Gambar

5.1

Kurva Durasi Debit Aliran Sungai ......................................66

Gambar

5.2

Grafik Debit Andalan Dengan Metode F.J.Mock ..............67

Gambar

5.3

Grafik Curah Hujan Rerata Daerah Bulanan Maksimum ..


68

Gambar

5.4

Grafik Analisis Curah Hujan Rancangan Metode Gumbel.


73

Gambar

5.5

Grafik Banjir Rancangan Metode Rational Berdasarkan


Analisis Frekuensi Metode Gumbel ...................................75

Gambar

5.6

Sketsa Penampang Rata-Rata Sungai Marimpa ................80

Gambar

5.7

Tinggi Muka Air di Atas Mercu Bendung .........................81

Gambar

5.8

Sketsa Bangunan Bendung dan Intake ...............................82

Gambar

5.9

Type Pintu Intake .................................................................84

Gambar

5.10 Sketsa Potongan Memanjang Saluran Pembawa ...............86

Gambar

5.11 Skema Potongan Memanjang Bangunan Pengendap


Sedimen .................................................................................87

Gambar

5.12 Sketsa Bangunan Kantong Sedimen ...................................90

19

Gambar 5.13 Koefisien Kehilangan Tinggi Energi Untuk PeralihanPeralihan Saluran Trapesium ke Pipa, dan Sebaliknya .....92
Gambar 5.14 Ketersediaan Daya & Produksi Energi...............................97

20

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

Tabel PN.1 Hubungan Suhu (T) dengan nilai ea (mbar),


W, (1-W) dan f (t) 100

Lampiran B

Tabel PN.2 Besaran Nilai Angot (Ra) dalam Evaporasi


Ekivalen (mm/hari) dalam hubungannya dengan
letak lintang (untuk daerah Indonesia, antara
5 LU sampai 10 LS).. 101

Lampiran C

Tabel PN.3 Hubungan nilai (Rs) dengan (Ra) dan (n/N)


Rs = (0,25 + 0,54 n/N). Ra 102

Lampiran D

Tabel PN.4 Hubungan antara (ea) dan (ed) untuk berbagai

Lampiran E

keadaan (RH) guna penggunaan rumus


Penman.
Tabel PN.5 Besaran f (ed), f (ed) = 0,34 0,044 ,

103

guna perhitungan rumus Penman.. 104


Lampiran F

Tabel PN.6 Besaran f (n/N), f (n/N) = 0,1 + 0,9 n/N,


guna perhitungan rumus Penman 105

Lampiran G

Tabel PN.7 Besaran f (u), f (u) = 0,27 (1 + U x 0,864),


guna perhitungan rumus Penman. 105

Lampiran H

Tabel PN.8 Besaran angka koreksi (c) bulanan untuk


rumus
Penman (berdasarkan perkiraan perbandingan kecepatan
angin siang/malam di daerah Indonesia). 106
0,5

0,5

Lampiran I

Tabel Nilai Q/n

Lampiran J

Tabel Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan

dan R/n

106

Jumlah Data (n) .... 107


Lampiran K

Tabel Hubungan Antara Deviasi Standar (Sn) dan Reduksi


Data dengan Junmlah Data (n) .

108 Lampiran L Data Curah Hujan Harian ....


109 Lampiran M Dokumentasi Lokasi Penelitian .
119

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Listrik merupakan salah satu utilitas utama perumahan yang
harus di penuhi di dalam pembangunan suatu perumahan baik
perumahan sederhana maupun di dalam pembanguan rumah susun.
Permasalahan yang ada saat ini adalah terbatasnya suplai tenaga listrik
yang mengakibatkan krisis energi tenaga listrik.
Daerah-daerah

terpencil

dan

pedesaan

umumnya

tidak

terjangkau jaringan listrik. Dalam kondisi dinamika, solusi yang


memadai adalah dengan menyediakan pembangkit listrik setempat
seperti generator (genset) yang menggunakan bahan bakar minyak
(BBM). Solusi lainnya adalah menggunakan sumber energi lain yang
berasal dari air, angin, cahaya matahari, dan biomass. System ini lazim
disebut dengan pembangkit listrik skala kecil tersebar (PSK Tersebar)
yang dianjurkan untuk menggunakan energi terbarukan. Hal ini juga
tidak memungkinkan bagi perumahan di perkotaan mengingat krisisnya
energy yang ada pada saat ini.
Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi
pembangkit listrik yang menggunakan energy air. Kondisi air yang
bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources) penghasil listrik
adalah memiliki kapasitas aliran dan ketinggian tertentu dari instalasi.
Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari instalasi
maka semakin besar energy yang bias dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik.
Dengan melihat keadaan daerah Pinembani dan sekitarnya
yang belum terjangkau jaringan listrik, merupakan alasan mendasar
untuk memberdayakan potensi air sungai Marimpa menjadi sumber
pembangkit

tenaga

listrik

yang

diharapakan

dapat

membantu

2
2

masyarakat Pinembani,

2
3

khusunya desa Dangaraa dalam meningkatkan keadaan ekonomi dan


memenuhi kebutuhan kelistrikan di daerah tersebut. Untuk itulah
akan direncanakan PLTMH yang system pengalirannya menggunakan
saluran terbuka dan tertutup (pipa).
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis akan membahas
tentang Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) Di Sungai Marimpa Kecamatan Pinembani.

1.2

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penulisan ini
adalah :

1.

Debit yang
Marimpa.

2.

Daya yang bisa dihasilkan dari aliran sungai


Marimpa.

3.

Besarnya kebutuhan listrik


desa

dihasilkan

dari

aliran

sungai

yang akan digunakan masyarakat

Dangraa.

1.3

Maksud dan Tujuan


Maksud dari penulisan ini adalah untuk melakukan suatu
survey dan study kelayakan pemanfaatan sumber air sungai Marimpa
dalam Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
yang bisa memenuhi kebutuhan listrik pada masyarakat Pinembani.
Tujuan penulisan ini yaitu untuk menghitung debit andalan,
daya yang bisa dihasilkan dan membuat desain dasar Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dengan mengacu pada sistem
sejenis yang sudah terpasang di daerah lain.

1.4

Manfaat Penelitian
Secara khusus Perencanaan PLTMH di Sungai Marimpa
diperuntukkan bagi penulis mengaplikasikan ilmunya yang diperoleh
dari Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Tadulako pada
Sungai Marimpa Kecamatan Pinembani, secara umum Perencanaan

PLTMH di Sungai Marimpa dengan daya yang dihasilkan akan


diperuntukkan sebagai

penerangan untuk masyarakat, pendidikan, industri kecil maupun


lahan penelitian yang mungkin dapat dilaksankan didaerah tersebut.

1.5

Metode Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan beberapa metode yaitu:

1.

Studi Pustaka
Yaitu berupa studi literature serta mengutip bagian-bagian yang
ada relevansinya dengan judul tugas akhir ini.

2.

Pengumpulan Data
Mencari data-data yang diperlukan dalam penulisan tugas akhir,
data- datanya berupa :

a.

Data Primer, adalah data yang diperoleh langsung dari


lapangan
oleh peneliti.

b.

Data Sekunder, adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan


dari berbagai sumber.

3.

Pengolahan Data
Data-data yang telah diperoleh baik data primer maupun data
sekunder diolah untuk dianalisa.

4.

Analisa dan Pembahasan


Melakukan analisa terhadap pokok permasalahan penulisan yang
didukung oleh data yang diperoleh serta variable-variabel lain
yang sesuai, dan memberikan pembahasan terhadap hasil yang
diperoleh.

5.

Kesimpulan dan Saran


Memberikan kesimpulan dan saran mengenai langkah apa yang
bisa dilakukan terhadap permasalahn yang diteliti.

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Letak Daerah Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di Desa Dangraa yaitu di Kecamatan


Pinembani Kabupaten Donggala.
Jarak antara Desa Dangraa kecamatan Pinembani dengan kota Palu
48 km yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda 4
sejauh 30 km dan dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan roda 2
sejauh 18 km. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) ini berada pada bagian hulu Bangkalang (Sungai) Marimpa.
Jarak antara pusat desa Dangraa Kec.Pinembani dengan lokasi rencana
PLTMH adalah lebih kurang 4 km, dengan Pemukiman terdekat adalah 2
km.

2.2. Kondisi Sosial Ekonomi


2.2.1.

Tata
Lahan

Guna
2

Desa Dangaraa dengan luas wilayah 7,24 Km terdiri dari :

- Lahan Kering
a.

Bangunan Halaman

b.

Kebun

c.

Huma

d.

Rawa

e.

Hutan Negara

f.

Lahan Kosong

g.

Lainnya

- Tanah Sawah Irigasi Sederhana


Jumlah

2,3 Ha
.
124 Ha
.
2
Ha
5
.
1 Ha
.
227 Ha
.
136 Ha
.
183 Ha
.

25,7 Ha.
724 Ha.

Bagian hulu sungai ini masih merupakan kawasan

hutan. Sedangkan disekitar rencana pembangunan PLTMH ini,


sungai

mengalir melalui kawasan perkebunan coklat dan kelapa


masyarakat. Tata guna lahan pada lokasi rencana bangunan
pengambilan

hingga

rumah

pembangkit

adalah

lahan

perkebunan masyarakat.

2.2.2. Pendidikan
Dengan asumsi anak usia sekolah terdapat 25% sehingga
jumlah penduduk usia sekolah pada desa ini adalah 53 anak.
Sarana pendidikan yang ada adalah I SD dengan ruang kelas
sejumlah 3 buah dan ruang belajar 6 buah.

2.2.3. Populasi
Pada

tahun

2008

(data

statistik

terakhir),

jumlah

penduduk desa Dangaraa 315 jiwa dengan jumlah rumah


2

tangga 67 KK. Dengan luas wilayah Desa Dangaraa 7,24 km ,


maka kepadatan
penduduk desa ini adalah
Badan
Pusat
Statistik
Tengah).

hanya

14

2.

jiwa/km (Sumber :

Sulawesi

2.3 Kondisi Topografi


2.3.1.

Gambaran Umum Lokasi


Kecamatan

Pinembani

wilayahnya adalah

merupakan

pegunungan.

Salah

sebagian
satu

besar

sungai

pada

kecamatan Pinembani adalah sungai Marimpa yang terletak di


desa

Dangraa

yang

menjadi

wilayah

perencanaan PLTMH. Topografi disekitar

penelitian
lokasi

untuk
rencana

PLTMH Sungai Marimpa adalah


perbukitan. tinggi tebing rata-rata 2 meter dengan kemiringan
0
45 .
Dari rencana bendung/intake ke hilir, kemiringan dasar sungai
adalah 9,88 % dan tinggi tebing rata-rata 3 meter.

Skema PLTMH ini berada pada bagian kanan sungai


dengan pertimbangan topografi lebih datar dan rata dari pada
bagian kiri sehingga dalam perencanaannya lebih muda.

2.3.2.

Peta Topografi
Dalam studi ini digunakan peta topografi yaitu peta rupa
bumi

Indonesia

skala

50.000

sumber

BAPPEDA.

Disamping itu, juga digunakan peta topografi disekitar lokasi


dengan skala 1:10.000 yang mencakup lokasi bendung, jalur
pipa dan rumah pembangkit dari hasil pengukuran langsung di
lapangan.

2.4

Kondisi Hidrologis

2.4.1.

Umum
Pada

perencanaan

pembangunan

PLTMH

ini,

data

hidrologi digunakan untuk memperhitungkan daya dan dimensi


struktur bangunan sipil yang diperlukan. Data hidrologi yang
diperlukan guna merencanakan PLTMH antara lain : data curah
hujan, data klimatologi, perhitungan debit jangka panjang
(longterm run off) dan perhitungan tinggi banjir.
Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya air sungai
Marimpa ini, Data yang digunakan berupa data sekunder yang
di peroleh dari kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi
Tengah,

kantor

BAPEDA

Sulawesi

Tengah

Kantor

PU

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Sulawesi III.

2.4.2.

Iklim
Berdasarkan data klimatologi pada stasiun Lalundu, dengan
serial data dari tahun 2000 sampai dengan 2009, dibuatlah
tabulasi iklim seperti yang disajikan pada tabel 2.1 sampai
dengan 2.4. sebagai berikut :

Tabel 2.1. Kelembaban Relatif Stasiun Porame

Tabel 2.2. Temperatur Rata-rata Bulanan Stasiun Porame

Tabel 2.3. Kecepatan Angin Bulanan Stasiun Porame

Tabel 2.4. Penyinaran Matahari Bulanan Stasiun Porame

1
0

10

2.4.3 Kualitas Air


Saat dilakukan survey tidak tampak adanya tanda-tanda
kehawatiran tentang kualitas air. Hal ini juga

ditunjukkan

oleh adanya ternak masyarakat yang memakai air sungai ini


sebagai air minum.

2.4.4 Curah Hujan


Berdasarkan

data

curah

hujan

harian

pada

stasiun

Tanamea dan Porame, dengan serial data dari tahun 2000


sampai dengan 2010, dibuatlah tabulasi curah hujan bulanan
seperti yang disajikan pada tabel 2.5. sebagai berikut:

11

Tabel 2.5.. Curah Hujan Bulanan Stasiun Porame (mm/bln.)

1
2

12

Gambar 2.1 Lokasi Penelitian


1
3

13

1
4

Gambar 2.2 Lokasi Penelitian

14

1
5

Gambar 2.3 Daerah Cathment Area

15

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Umum
Pembangkit

Listrik

Tenaga

Mikro

Hidro

(PLTMH),

mempunyai kelebihan dalam hal biaya operasi yang rendah jika


dibandingkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD),
karena minihidro memanfaatkan energi sumber daya alam yang dapat
diperbarui, yaitu sumber daya air (Endardjo, et, all 1998). Dengan
ukurannya yang kecil penerapan mikro hidro relative mudah dan
tidak

merusak

lingkungan. Rentang penggunaannya

cukup luas,

terutama untuk menggerakkan peralatan atau mesin-mesin yang tidak


memerlukan persyaratan stabilitas tegangan yang akurat (Endardjo, et, all
1998).
Analisa hidrologi sangat diperlukan

dalam merencanakan

pembangkit listrik mikrohidro, yaitu untuk menentukan debit andalan


dan debit pembangkit yang diperlukan untuk menentukan kapasitas dan
energi yang dihasilkan oleh PLTMH tersebut.

3.2

Debit Andalan
Guna mendapatkam kapasitas PLTM, tidak terlepas dari
perhitungan

berapa

banyak

air

yang

dapat

diandalakan

untuk

membangkitkan PLTM. Debit anadalan adalah debit minimum (terkecil)


yang

masih

dimungkinkan

untuk

keamanan

operasional

suatu

bangunan air, dalam hal ini adalah PLTM.


Debit minimum sungai dianalisis atas dasar debit hujan
sungai. Dalam perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
ini, dikarenakan minimalnya data maka metode perhitungan debit
andalan menggunakan metode simulasi perimbangan air dari Dr.
F.J.Mock (KP.01,1936). Dengan data masukan dari curah hujan di

41

Daerah Aliran Sungai, evapotranspirasi, vegetasi dan karakteristik


geologi daerah aliran.

42

Metode ini menganggap bahwa air hujan yang jatuh pada


daerah aliran (DAS) sebagian akan menjadi limpasan langsung dan
sebagian akan masuk tanah sebagai air infiltrasi, kemudian jika
kapasitas menampung lengas tanah sudah terlampaui, maka air akan
mengalir ke bawah akibat gaya gravitasi
3.2.1 Metode Penman Modifikasi
Data terukur yang dibutuhkan yaitu letak lintang (LL), suhu
udara (t), kecerahan matahari (n/M), kecepatan angin (u) dan
kelembaban relatif (RH) dengan rumus :
Eto = c x Eto*
Eto* = W(0,75 x Rs Rn1) + (1 W) x (f(u) x (ea ed) (3.1)
Dimana :
c

= Factor koreksi penman

= Factor penimbangan untuk suhu dan elevasi

daerah Rs = Jumlah radiasi gelombang pendek


Rs

= (0,25 + 0,54 n/M) x Ra .. (3.2)

Ra

= Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas


luar Atmosfer (mm/hr)

=Rata-rata cahaya matahari sebenarnya dalam satu hari (jam)

= Lama cahaya matahari maksimum yang mungkin


dalam satu hari

Rn

= Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hr)

Rn

= f(t) x f(ed) x f(n/N) (3.3)

f(t)

= fungsi suhu

f(ed)

= fungsi tekanan uap

f(n/N) = fungsi kecerahan matahari


f(u)

= 0,27 (1 + u x 0,864) ............................................

f(u)

= fungsi kecepatan angin

f(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N .......................................................

(3.4)

(3.5)

ea-e

= defisit tekanan uap yaitu selisih antara tekanan uap


jenuh (ea) pada T rata-rata dalam (mbar) dan tekanan
uap sebenarnya (ed) dalam (mbar)

ea=ed = ea x RH/100..........................................................

(3.6)

Tabel 3.1. Hubungan antara T dengan Ea, W dan f(T)


Ea

suhu (T)
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

mbar
23,40
24,90
26,40
28,10
29,80
31,70
33,60
35,70
37,80
40,10
42,40
44,90
47,60
50,30
53,20
56,20
59,40
62,80
66,30
69,90

(1 - W)

Elevasi 1 - 250 m
0,68
0,32
0,70
0,30
0,71
0,29
0,72
0,28
0,73
0,27
0,74
0,26
0,75
0,25
0,76
0,24
0,77
0,23
0,78
0,22
0,78
0,22
0,79
0,21
0,80
0,20
0,81
0,19
0,81
0,19
0,82
0,18
0,83
0,17
0,84
0,16
0,84
0,16
0,85
0,15

f (T)
14,60
14,80
15,00
15,20
15,40
15,70
15,90
16,10
16,30
16,50
16,70
17,00
17,20
17,50
17,70
17,90
18,10
18,30
18,50
18,70

Tabel 3.2.Radiasi ekstra matahari (Ra) dalam evaporasi ekivalen


(mm/hari) dalam hubungan dengan letak lintang (untuk
daerah Indonesia, antara 5 LU - 10 LS)

Tabel 3.3. Maksimum Penyinaran Matahari (N)


Lintang
Utara
Lintang Selatan
10
5
0

Jan

Peb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Aug

Sept

Okt

Nop

Des

Jul

Aug

Sep

Okt

Nop

Des

Jan

Peb

Mar

Apr

Mei

Jun

11,60 11,80 12,00 12,30 12,60 12,70 12,60 12,40 12,10 11,80 11,60 11,50
11,80 11,90 12,00 12,00 12,30 12,30 12,40 12,30 12,10 12,00 11,90 11,80
12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00 12,00

3.2.2. Metode Meteorological Water Balance Dr. F.J. Mock


Metode ini ditemukan oleh Dr. F.J. Mock pada tahun
1973 dimana metode

ini didasarkan atas fenomena alam

dibeberapa tempat di Indonesia. Dengan metode ini, besarnya


aliran dari data curah hujan , karakteristik hidrologi daerah
pengaliran dan evapotranspirasi dapat dihitung. Pada dasarnya
metode ini adalah hujan yang jatuh pada catchment area sebagian
akan hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian akan langsung
menjadi aliran permukaan (direct run off) dan sebagian lagi akan
masuk kedalam tanah (infiltrasi), dimana infiltrasi pertama-tama
akan menjenuhkan top soil, kemudian

menjadi perkolasi

membentuk air bawah tanah (ground water) yang nantinya akan


keluar ke sungai sebagai aliran dasar (base flow). Adapun
ketentuan dari metode ini adalah sebagai berikut :

1. Data meteorologi
Data meterologi yang digunakan mencakup :

a. Data presipitasi dalam hal ini adalah curah hujan bulanan


dan data curah hujan harian.

b. Data klimatologi berupa data kecepatan angin, kelembapan


udara, tempratur udara dan penyinaran matahari untuk
menentukan

evapotranspirasi

potensial

(Eto)

yang

dihitung berdasarkan metode Penman Modifikasi

2. Evapotranspirasi Aktual ( Ea)


Penentuan

harga

evapotranspirasi

berdasarkan persamaan :

actual

ditentuakan

= Eto x d/30 x m

...

(3.7)

E = Eto x (m / 20) x (18-n) ..

(3.8)

Ea =

(3.9)

Eto E

Dimana :
Ea

= Evapotranspirasi aktual (mm)

Eto

= Evapotranspirasi potensial (mm)

27 (3/2) x n

n
sebulan

jumlah hari hujan dalam

m = Perbandingan permukaan tanah tanah yang tidak


tertutup dengan tumbuh-tumbuhan penahan hujan koefisien
yang tergantung jenis areal dan musiman dalam % )
m

0 untuk lahan dengan hutan lebat.

m = Untuk lahan dengan hutan sekunder pada akhir musim


dan bertambah 10 % setiap bulan berikutnya.
m

10 40% untuk lahan yang erosi

30 50 % untuk lahan pertanian yang diolah ( sawah )

3. Keseimbangan air dipermukaan tanah (S)


a. Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat
dirumuskan sebagai berikut :
S = R Ea

. (3.10)

Dimana :
S = Keseimbangan air dipermukaan
tanah R = Hujan Bulanan
Ea = Evapotranspirasi Aktual
Bila harga positif (R > Ea) maka air akan masuk ke
dalam tanah bila kapasitas kelembapan tanah belum
terpenuhi. Sebaliknya bila kondisi kelembapan tanah sudah
tercapai maka akan terjadi limpasan permukaan (surface
runoff).
Bila harga tanah S negatif ( R > Ea ) , air hujan tidak dapat

masuk kedalam tanah (infltrasi) tetapi air tanah akan


keluar dan tanah akan kekurangan air (defisit)

b. Perubahan kandungan air tanah (soil storage) tergantung


dari harga S. Bila S negatif maka kapasitas kelembapan
tanah akan kekurangan dan bila harga S positif akan
menambah kekurangan kapasitas kelembapan tanah bulan
sebelumnya.

c. Kapasitas kelembapan tanah (soil moisture capacity).


Didalam memperkirakan kapasitas kelembapan tanah awal
diperlukan

pada

saat

dimulainya

perhitungan

dan

besarnya tergantung dari kondisi porositas lapisan tanah


atas dari daerah pengaliran. Biasanya diambil 50 s/d 250
mm, yaitu kapasitas kandungan air didalam tanah per m3.
semakin besar porositas tanah maka kelembapan tanah akan
besar pula.

d. Kelebihan Air (water surplus)


Besarnya air lebih dapat mengikuti formula sbb :
WS = S - Tampungan tanah

...

(3.11)

Dimana :
WS
S

= water surplus
= R- Ea

Tampungan Tanah = Perbedaan Kelembapan tanah.

4. Limpasan dan penyimpanan air tanah (Run off dan


Ground Water storage ).

a. Infiltrasi (i)
Infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas
tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Daya infiltrasi
ditentukan oleh permukaan lapisan atas dari tanah.
Misalnya kerikil mempuyai daya infiltrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanah liat yang kedap air. Untuk
lahan yang terjal dimana air sangat cepat menikis diatas
permukaan tanah

sehingga

air

tidak

dapat

sempat

berinfltrasi yang menyebabkan daya infiltrasi lebih kecil.

Formula dari infiltrasi ini adalah sebagai berikut :

= Koefisien Infiltrasi x WS ... (3.12)

Dimana :
i

= Infiltrasi (Koefisien Infiltrasi (i) = 0 s/d 1,0 )

WS
air

= kelebihan

b. Penyimpanan air tanah (ground water storage)


Pada

permulaan

perhitungan

yang

telah

ditentukan penyimpanan air awal yang besarnya tergantung


dari kondisi geologi setempat dan waktu.Persamaan yang
digunakan adalah (sumber : PT. Tricon Jaya, Sistim
Planing Irigasi Ongka Persatuan Kab. Donggala Hal V-4)
Vn = k. (Vn 1) + (1 + k ) i n

..

(3.13)

Dimana :
Vn

= Volume simpanan ait tanah periode n ( m3)

Vn 1

= Volume simpanan air tanah periode n 1 (m3)

= qt/qo = Faktor resesi aliran air tanah (catchment


are recession factor ). Faktor resesi aliran tanah (k)
berkisar antara 0 s/d 1

qt

= Aliran tanah pada waktu t (bulan ke

t) qo

= Aliran tanah pada awal (bulan ke 0)

in

= Infiltrasi bulan ke n (mm)

Untuk mendapatkan perubahan volume aliran air dalam


tanah
mengikuti persamaan : Vn

Vn - Vn

1 .

(3.14)

c. Limpasan (Run off )


Air hujan atau presipitasi akan menempuh tiga jalur
menuju kesungai. Satu bagian akan mengalir sebagai
limpasan permukaan dan masuk kedalam tanah lalu
mengalir ke kiri dan kananya membentuk aliran antara.
Bagian ketiga akan berperkolasi jauh kedalam tanah hingga
mencapai lapisan air tanah. Aliran permukaan tanah serta
aliran antara sering digabungkan sebagai limpasan langsung

(direc runoff)

Untuk

memperoleh limpasan, maka persamaan yang

digunakan adalah :
I - ( Vn )

BF =

Dro = WS I

....................... (3.15)
........ (3.16)

Ron = BF +Dro

... (3.17)

Dimana :
BF

= Aliran dasar
3

(M /dtk/km) I

= Infltrasi

(mm)
Vn = Perubahan volume aliran tanah
3

(M ) Dro

= Limpasan Langsung (mm)

WS = Kelebihan air
3

Ron = Limpasan periode n (M /dtk/km )

d. Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya.


Persamaan yang digunakan adalah
Qn =

Ron x A

..

(3.18)

Dimana :
Qn

= Banyaknya air yg tersedia dari sumbernya


3

periode n (m /dtk)
A

3.3

= Luas daerah tangkapan (catchment area) Km

Tinjauan Teknis

3.3.1 Pengertian dan prinsip PLTA


Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah suatu
bentuk perubahan tenaga air dengan ketinggian dan debit
tertentu menjadi tenaga listrik, dengan menggunakan turbin air
dan generator. Daya (power) yang dihasilkan dapat dihitung
berdasarkan rumus berikut (Arismunandar dan Kuwahara, 1991) :
eff

P = 9,8 x H

x Q (kW) ................................................... (3.19)

Dimana :
P

= Tenaga yang dikeluarkan secara

teoritis H

= Tinggi air jatuh efektif (m)


3

= Debit Pembangkit (m /det)

9,8

= Percepatan grafitasi = 9,81m/s

Sebagaimana dapat dipahami dari rumus tersebut di


atas, daya yang dihasilkan adalah hasil kali dari tinggi jatuh dan
debit air, oleh karena itu berhasilnya pembangkitan tenaga air
tergantung dari pada usaha untuk mendapatkan tinggi jatuh air
dan debit yang besar secara efektif dan ekonomis. Pada umumnya
debit yang besar membutuhkan fasilitas dengan ukuran yang
besar misalnya, bangunan ambil air (intake), saluran air dan
turbin (Arismunandar dan Kuwahara, 1991).

3.3.2

Penentuan Tinggi jatuh Efektif

1. Jenis saluran air


Tinggi

jatuh

efektif

dapat

diperoleh

dengan

mengurangi tinggi jatuh total (dari permukaan air pada


pengambilan sampai permukaan air saluran bawah) dengan
kehilangan

tinggi

pada saluran air (Arismunandar dan

Kuwahara, 1991). Tinggi jatuh penuh (Full head) adalah


tinggi air yang bekerja efektif pada turbin yang sedang
berjalan. Untuk jenis saluran air, bila diketahui permukaan
air pada bangunan pengambilan dan saluran bawah serta
debit

air, maka

tinggi

jatuh

efektif kemudian

dapat

ditentukan, dengan dasar pertimbangan ekonomis. Misalnya,


bila kehilangan tinggi jatuh air dapat dikurangi dengan
memperbesar

penampang saluran air

atau memperkecil

kemiringannya, maka tinggi jatuh dapat digunakan dengan


efektif (Arismunandar dan Kuwahara, 1991).

2. Jenis waduk atau waduk pengatur


Jika naik turunnya permukaan air waduk sudah dapat

ditentukan,
minimum

maka

tinggi

jatuh

efektif

maksimum

dan

dapat ditentukan seperti diuraikan diatas, sesuai dengan


permukaan

air

waduk

dalam

keadaan

maksimum

dan

minimum. Namun apanila naik turunnya permukaan air yang


ada sangat besar, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Tinggi
normal

jatuh

Ini adalah tinggi jatuh efektif yang dipakai sebagai


dasar untuk menentukan tenaga yang dihasilkan atau
efisiensi dari turbin. Pada umumnya turbin dapat bekerja
dengan efisiensi maksimal pada tinggi jatuh ini.

b) Perubahan
jatuh

tinggi

Kapasitas efektif waduk dan naik turunnya permukaan


air waduk ditentukan berdasarkan atas daya puncak yang
dihasilkan dan lamanya hal ini berlangsung ; hal ini
disesuaikan dengan hubungan antara penyediaan dan
kebutuhan tenaga, rencana penyediaan tenaga pada
musim kemarau, pemanfaatan air banjir, dan lain-lain.

3.3.3 Penentuan Debit Turbin


1. Debit maksimum
Debit maksimum turbin ditentukan sedemikian rupa
sehingga biaya konstruksinya menjadi minimum berdasarkan
lengkung debit sepuluh tahun terakhir atau lebih. Nilainya
pada umumnya dua kali debit dalam musim kemarau
(Arismunandar dan Kuwahara, 1991).

2. Jumlah air pasti


Jumlah air pasti (firm water quantity) adalah jumlah
air yang pasti dapat dimanfaatkan sepanjang tahun. Ini
diperoleh dari jumlah air dalam musim kering dikurangi
dengan jumlah air yang dialirkan dibagian hilir untuk
keperluan pengairan, perikanan, pariwisata, dan lain-lain
(Arismunandar dan Kuwahara, 1991).

3.4

Klasifikasi PLTA

3.4.1 Penggolongan Berdasarkan Tinggi Terjunan


(Arismunandar dan Kuwahara, 1997).
Pusat listrik jenis terusan air (water way) adalah pusat
listrik yang mempunyai tempat ambil air (intake) dihulu
sungai, dan mengalirkan air ke hilir melalui terusan air dengan
kemiringan (gradient)
dibangkitkan

yang

dengan

agak

kecil.

Tenaga

tinggi

terjun

memanfaatkan

listrik
dengan

kemiringan sungai tersebut.


Jenis bendungan (dam) adalah jenis pusat listrik
dengan bendungan yang melintang sungai guna menaikan
permukaan air dibagian hulu bendungan dan membangkitkan
tenaga

listrik dengan

memanfaatkan

tinggi

terjun

yang

diperoleh antara disebelah hulu dan hilir sungai.


Pusat

listrik

jenis

bendungan

dan

terusan

air

merupakan jenis gabungan dari kedua jenis tersebut diatas. Jenis


ini membengkitkan tenaga listrik dengan menggunakan tinggi
terjun yang didapat dari bendung dan terusan.

3.4.2

Penggolongan Menurut Aliran Air


Pusat listrik jenis aliran sungai langsung (run of
river) kerap kali dipakai pada pusat listrik jenis saluran air.
Jenis ini membangkitkan tenaga listrik dengan memanfatkan
aliran air sungai itu sendiri secara alamiah.
Pusat listrik dengan kolam pengatur (regulating pond)
mengatur aliran sungai setiap hari atau setiap minggu dengan
menggunakan kolam pengatur yang dibangun melintang sungai
dan membangkitkan tenaga listrik sesuai dengan perubahan
beban.
Pusat

listrik

jenis

waduk

(reservoir)

mempunyai

sebuah bendungan besar yang dibangun melintang. Dengan


demikian terjadi sebuah danau buatan, kadang-kadang sebuah

danau asli dipakai sebagai waduk. Air yang dihimpun dalam


musim hujan

dikeluarkan pada musim kemarau, jadi pusat listrik jenis ini sangat
berguna untuk pemakaian sepanjang tahun.
Pusat listrik jenis pompa (pumped storage) adalah
jenis PLTA yang memanfaatkan tenaga listrik yang berlebihan
pada musim hujan atau pada saat pemakaian tenaga listrik
berkurang pada tengah malam. Pada waktu itu air dipompa ke
atas dan disimpan dalam waduk. Jadi pusat listrik jenis ini
memanfaatkan kembali air yang didapat untuk membangkitkan
tenaga listrik pada beban puncak pada siang hari.

3.5

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

3.5.1 Perkembangan Pusat Listrik Tenaga Air


Akhir-akhir ini di dunia termasuk negara-negara maju,
memperhatikan

pembangunan

PLTA

berkapasitas

kecil.

Pembagian PLTA dengan kapasitas kecil pada umumnya adalah


sebagai berikut (Patty, 1995) :

1. PLTA mikro < 100 kW


2. PLTA mini 100 - 999 kW
3. PLTA kecil 1000 - 10000 kW
Dengan kemajuan teknis, tinggi = 1 1,5 m dapat
digunakan dan kapasitas turbin dapat dibuat 4 5 kW. Salah
satu sebab

bagi

negara-negara

maju

membangun

PLTA

berkapasitas kecil ini adalah harga minyak OPEC yang terus


meningkat sekarang ini, di samping bertambahnya kebutuhan
listrik (Patty, 1995).
Di Indonesia salah satu program pemerintah adalah
listrik

masuk

desa

terpencil

di

daerah

pegunungan,

pembangunan PLTA menghubungkan desa ini dengan hantaran


tegangan tinggi tidaklah ekonomis. Berdasarkan pertimbangan
diambil langkah-langkah berikut dalam perencanaan PLTA
mikro hidro untuk suatu daerah pedesaan (Patty, 1995) :

1.

Mempelajari bangunan air irigasi (irigasi, drainase dan


lain- lain) yang sudah ada di desa tersebut.

2.

Meneliti bahan bangunan yang terdapat di tempat serta


pendidikan masyarakat desa.

3.

Meneliti

mesin

yang

hendak

dipakai,

lebih

baik

digunakan mesin yang lebih mahal tetapi memerlukan biaya


yang lebih sedikit dan waktu yang lebih singkat untuk
reparasi.

3.5.2 Penerapan Teknologi Mikro Hidro


Sekarang ini masih menghadapi berbagai kendala,
sehingga baru sebagian kecil dari potensi tenaga air yang ada
di daerah irigasi dan sungai-sungai kecil diseluruh Indonesia
yang sudah dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga mikro hidro.
Kendala utama yang perlu diatasi dengan sebaik-baiknya
adalah bahwa sampai sekarang teknologi mikro hidro belum
dapat mencapai nilai komersial yang baik. Mikro hidro masih
disebut

secara

kehandalan

pesanan,

tinggi

yang

sehingga
disebut

mikro
dengan

hidro

dengan

teknologi

maju

membutuhkan biaya investasi awal yang besar. Sebaliknya, mikro


hidro yang dibuat dengan menggunakan teknologi sederhana,
walaupun tidak membutuhkan biaya investasi awal yang besar,
pada umumnya mempunyai kehandalan

rendah dan masih

memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi untuk menjamin


kelangsungan

operasinya.

Selain

kehandalannya

rendah

sering

itu,

mikro

mengalami

hidro

yang

gangguan

pengopersaian yang dapat merugikan konsumen (Endardjo, et


all, 1998).
Pengembangan rancang bangun mikro hidro standar
PU

dimaksudkan

mengembangkan

sebagai

mikro

hidro

upaya
standar

standarisasi
yang

untuk

mempunyai

kehandalan tinggi dengan biaya investasi awal yang layak

(Endardjo, et all, 1998).

3.5.3

Rancangan Konsep Rancang Bangun Mikrohidro


Dari hasil studi awal telah dapat disiapkan rancangan
konsep rancang standar PU yang masih bersifat sementara
dan akan terus disempurnakan (Endardjo,et,all,1998).

1.

Konstruksi bangunan sipil

Saluran kolam tandon dan bagian-bagiannya dibuat


dari komponen-komponen modular saluran terbuka (UDitch) beton pracetak yang diproduksi secara pabrikasi.

Pipa

pesat

dan

bagian-bagiannya

dibuat

dari

komponen- komponen modular pipa beton pracetak


yang diproduksi secara pabrikasi.

Bak penampung belakang, untuk menampung aliran


air dari turbin, dibuat dari komponen modular beton
pracetak yang diproduksi secara pabrikasi.

Rumah

pembangkit

merupakan

rumah

sederhana

dengan dinding dari pasangan bata/batako atau papan dan


atap dari seng gelombang yang secara keseluruhan
dibangun ditempat.

2. Konstruksi peralatan elektro-mekanik


a.

Turbin cross flow berikut adaptor pipa pesat dan


bagian- bagian lainnya dibuat dari konstruksi besi plat,
besi profil dan besi cor secara pabrikasi.

b.

Generator lengkap dengan pengatur tegangan otomatis


(AVR) menggunakan produk yang tersedia di pasar.

c.

Penyelaras daya (kontrol beban) sedang dikaji apakah


akan menggunakan sistem pengontrol kecepatan turbin
atau sistem pembuang kelebihan daya.

d.

Panel kontrol (panel daya) menggunakan produk yang


tersedia dipasar.

Berikut ini dikemukakam beberapa hal pokok yang


menjadi fokus perhatian dalam pengembangan rancang bangun
mikrohidro standar PU (Endardjo, et, all, 1998) :

1. Sistem Konstruksi
Pemilihan
komponen

sistem konstruksi

modular

yang

dibuat

dengan komponensecara

pabrikasi

didasarkan pada pertimbangan bahwa biaya konstruksi akan


dapat ditekan serendah mungkin apabila sebagian besar
elemen bangunan/peralatan dibuat secara massal.

2. Kapasitas Daya Mikrohidro


Penetapan kapasitas daya maksimum mikrohidro
sebesar 50 kW didasarkan pada perkiraan sementara
(belum dilakukan studi) bahwa harga komersial mikrohidro
yang dapat diterima oleh pasar tidak lebih dari Rp
150.000.000,- dan harga per kW mikrohidro untuk kapasitas
daya 50 kW maksimum Rp 3.000.000,- perkiraan kasar harga
per kW mikrohidro bersifat sangat sementara karena dalam
komponen mikrohidro masih ada kandungan impor.

3. Kapasitas Tinggi Terjun dan Debit Mikrohidro


Kapasitas

tinggi

terjun

mikrohidro

ditetapkan

maksimum 50 m didasarkan pada kemampuan memikul


beban tekanan dari komponen-komponen mikrohidro yang
sedang dikembangkan. Sedangkan kapasitas tinggi terjun
minimum ditetapkan 4 m dimaksudkan untuk membatasi
besar debit mikrohidro agar pada kapasitas daya minimum
10 kW debit mikrohidro tidak lebih dari 500 liter/det.

3.5.4

Komponen Pokok Mikro Hidro


Merupakan komponen yang paling dominan di dalam
pembanguan PLTM. Komponen ini mempengaruhi besarnya
biaya pembangunan dan perlu diketahui di setiap daerah
Indonesia biaya

yang diperlukan sangatlah bervariasi. Skema dari sistem PLTMH


dapat dilihat pada gambar d bawah ini :

Gambar 3.1. Komponen Pokok Mikrohidro


(Sumber : Kristanto, 2007)
Dari gambar di atas, suatu rangkaian PLTMH
memiliki bagian-bagian utama sebagai berikut :

1. Dam/Bendungan Pengalih dan Intake (Diversion Weir


and Intake)
Bendung berfungsi untuk menaikkan/mengontrol tinggi
air dalam sungai secara signifikan sehingga

memiliki

jumlah air yang cukup untuk dialihkan ke dalam intake


pembangkit mikro hidro di bagian sisi sungai ke dalam
sebuah bak pengendap (Settling Basin). Sebuah bendung
dilengkapi

dengan

kotoran/lumpur
adalah

yang

pintu

untuk

membuang

mengendap. Perlengkapan

penjebak/saringan

merupakan

air

pembangklit

sampah.
tipe

run

PLTMH
off

lainnya

umumnya

river

sehingga

bangunan bendung dan intake dibangun berdekatan. Dengan


pertimbangan dasar stabilitas sungai dan aman

terhadap banjir, dapat dipilih lokasi untuk bendung (Weir) dan


intake.
Tujuan dari intake adalah untuk memisahkan air dari
sungai atau kolam untuk dialirkan ke dalam saluran, penstock
atau bak penampungan. Tantangan utama dari bangunan
intake adalah ketersediaan debit air yang penuh dari
kondisi debit rendah sampai banjir. Juga sering kali adanya
lumpur, pasir dan kerikil atau puing-puing dedaunan pohon
sekitar sungai yang terbawa aliran sungai.
Beberapa

hal

yang

menjadi

pertimbangan

dalam

memilih lokasi Bendung (Weir) dan Intake, antara lain :

a. Jalur daerah aliran sungai


Lokasi bendung (Weir) dan intake dipilih pada daerah
aliran sungai

dimana

terjamin

ketersediaan

airnya,

alirannya stabil, terhindar banjir dan pengikisan air sungai.

b. Stabilitas lereng yang curam


Oleh

karena

pemilihan

mempertimbangkan
lereng

atau

head,
bukit

lokasi
sudah

PLTMH
tentu

yang

pada

curam.

sangat
lokasi
Dalam

mempertimbangkan lokasi bangunan Bendung (Weir) dan


Intake hendaknya mempertimbangkan stabilitas sedimen
atau struktur tanahnya yang stabil.

c. Memanfaatkan fasilitas saluran irigasi yang ada di


pedesaan Pemanfaatan ini dapat dipertimbangkan untuk
efisiensi biaya konstruksi, karena sudah banyak sungai di
pedesaan telah dibangun konstruksi sipil untuk saluran
irigasi.

d. Memanfaatkan topografi alami seperti kolam dan lain-lain


Penggunaan kealamian kolam untuk intake air
dapat memberikan
cukup

keefektifan

yang

tinggi untuk mengurangi

biaya, disamping itu juga membantu menjaga kelestarian


alam, tata ruang sungai dan ekosistem sungai.

Yang perlu diperhatikan adalah keberlanjutan kolam


dan pergerakan sedimen.

e. Level olume yang diambil (Tinggi Dam) dan level banjir


Karena pembangunan bendung/dam inatek pada
bagian yang sempit dekat sungai, maka level banjir pada
daerah itu lebih tinggi sehingga diperlukan daerah bagian
melintang dam yang diperbesar untuk kestabilan.

f. Perletakan Intake selalu pada posisi terluar dari


lengkungan sungai.
Pertimbangan
sedimen

ini

dilakukan

untuk

memperkecil

didalam saluran pembawa. Dan sering kali dibuat pintu


air intake untuk melakukan pembilasan sedimen yang
terendap dari intake

g. Keberadaan penggunaan air sungai yang


mempengaruhi keluaran/debit air.
Jika intake untuk pertanian atau tujuan lain yang
mengambil
air maka
sungai.

2.

akan

mempengaruhi

debit

Bak Pengendap (Settling Basin)


Fungsi banguan ini adalah untuk :

a. Penyalur yang

menghubungkan intake

dengan

bak

pengendap sehingga panjangnya harus dibatasi.

b. Mengatur aliran air dari saluran penyalur sehingga harus


mencegah terjadinya kolam pusaran dan aliran turbulen
serta

mengurangi

kecepatan

aliran

masuk

ke

bak

pengendap sehingga perlu bagian melebar.

c. Sbagai bak pengendap adalah untuk mengendapkan


sedimen dimana untuk detil desainnya perlu dihitung
dengan formulasi hubungan panjang bak, kedalaman
bak, antara kecepatan pengendap, dan kecepatan aliran.

66

d. Sebagai penimbunan sedimen, sehingga harus


didesain mudah dalam pembuangan sedimen.

67

e. Sebagai spillway yang mengalirkan aliran masuk ke


bagian bawah dimana mengalir dari intake.

3. Saluran Pembawa (Channel/headrace)


Saluran pembawa mengikuti kontur permukaan bukit
untuk menjaga energi dari aliran air yang disalurkan.

4. Bak Penenang (Headtank)


Fungsi dari bak penenang adalah sebagai penyaring
terakhir seperti settling basin untuk menyaring benda-benda
yang masih tersisa dalam aliran air, dan merupakan tempat
permulaan pipa

pesat (penstock) yang mengendalikan

aliran menjadi minimum sebagai antisipasi aliran yang


cepat pada turbin tanpa menurunkan elevasi muka air yang
berlebihan dan menyebabkan arus baik pada saluran
Pemilihan

lokasi

bak

penenang

untuk

pembangkit

listrik sakal kecil seringkali berada pada punggung yang lebih


tinggi, beberapa yang dapat dipertimbangkan antara lain :

a. Keadaan topografi dan geologi sungai


Sedapat mungkin dipilih lokasi dimana bagian tanahnya
relative stabil. Dan jika umumnya terdiri dari batuan
keras maka sedapat mungkin dapat mengurangi jumlah
pekerjaan penggalian.

b. Walaupun ditempatkan pada punggung gunung,


dipilih tempat yang relative datar.

c. Mengurangi hubungan dengan muka air tanah yamg lebih


tinggi.

5. Pipa Pesat (Penstock)


Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih
rendah ke sebuah turbin air.

Kondisi topografi dan

pemilihan skema PLTMH mempengaruhi tipe pipa pesat


(penstock).

Umumnya

sebagai

saluran

ini

harus

didesain/dirancang secara benar sesuai kemiringan (head)

sistem PLTMH.

Pipa penstock merupakan salah satu komponen yang


mahal dalam pekerjaan PLTMH, oleh karena itu desainnya
perlu

dipertimbangkan

terhadap

keseimbangan

antara

kehilangan energi dan biaya yang diperlukan. Parameter


yang penting dalam desain pipa penstock terdiri dari material
yang digunakan, diameter dan ketebalan pipa serta jenis
sambungan yang digunakan.
Berdasarkan kondisi topografi yang ada pada lokasi
skema sistem PLTMH, beberapa pertimbangan pemilihan
lokasi pipa pesat (penstock) antara lain adalah :

a. Topografi yang dilewati memiliki tingkat kemiringan


yang memenuhi persyaratan dimana rute pipa pesat harus
berada di bawah minimum garis kemiringan hidraulik.

b. Stabilitas tanah dari daerah yang dilewati


c. Pemanfaatan jalan yang telah ada atau tersedia
6. Rumah Pembangkit (Power House)
Sesuai

posisinya,

rumah

pembangkit

ini

dapat

diklasifikasikan kedalam tipe di atas tanah, semi di


bawah tanah, di bawah tanah. Sebagian besara rumah
pembangkit

PLTMH

pertimbangan

desain

adalah

di

rumah

atas

tanah.

Untuk

pembangkit,

perlu

dipertimbangkan :

a. Lantai rumah pembangkit dimana peralatan PLTMH


ditempatkan, perlu memperhatikan kenyamanan selama
operasi,
terjadi

mengelola,
pekerjaan

melakukan
pembongkaran

perawatan
dan

dimana

pemasangan

peralatan.

b. Memiliki cukup cahaya masuk untuk penerangan di


siang hari dan adanya ventilasi udara.

c. Kenyamanan jika operator berada didalamnya seperti untuk


melakukan pengendalian ataupun pencatatan secara manual

70

Konstruksi untuk desain rumah pembangkit PLTMH juga


tidak terlepas dari skema system PLTMH yang bergantung

71

pada jenis dan tipe turbin yang digunakan, dan sirkulasi


air yang dikeluarkan setelah menggerakkan turbin. Karena itu
ada beberapa pertimbangan tipe desain rumah pembangkit
sesuai jenis turbin yang digunakan, sebagai berikut :

a. Rumah
Turbin

pembangkit

menggunakan

turbin

jenis

Implus
Desain konstruksi

rumah pembangkit ini

perlu

mempertimbangkan jarak bebas antara dasar rumah


pembangkit dengan

permukaan air buangan

turbin

(afterbay). Pada kasus turbin implus (turbin pelton,


turgo dan crossflow), air yang dilepas oleh runner turbin
secara langsung dikeluarkan kedalam udara di tailrace.
Permukaan air di bawah turbin akan bergelombang.
Oleh karena itu jarak bebas antara rumah pembangkit
dengan permukaan air afterbay harus dijaga paling tidak
30-50 cm. kedalaman air di afterbay harus dihitung
berdasarkan suatu formulasi antara desain debit dan lebar
saluran di tailrace. Kemudian air di afterbay harus
ditentukan lebih tinggi dari pada estimasi air banjir. Juga
head antarapusat turbin dan level air pada outlet harus
menjadi headloss.

b. Rumah turbin menggunakan turbin jenis Turbin


Reaction Hal yang sama dalam desain konstruksi rumah
turbin menggunakan jenis reaction (Francais, Propeller),
adalah prilaku air afterbay. Pada kasus menggunakan
turbin tipe reaction, air dikeluarkan kedalam afterbay
melalui turbin. Head antara turbin dan level air dapat
digunakan untuk membangkitkan
Dengan

demikan

tenaga.
desain

konstruksinya memperbolehkan posisi tempat


pemasangan turbin berada di bawah level air banjir, dan

pada desain konstruksinya perlu disediakan tempat untuk


menempatkan
peralatan seperti pintu tailrace, dan pompa.

7.

Saluran Pembuang Akhir (Tail Race)

Saluran pembuang akhir (tail race) direncanakan berbentuk


persegi empat dari pasangan batu.
A = b x h ....
(3.20)
V = Q / A ...
(3.21) P = b + 2h ...
...

(3.22)

(3.23)
Rumus Manning : V =
(3.24)
S = [ (n x V) / R
(3.25)

3.6

2/3

x S

1/2

x R

2/3

Pemilihan Turbin
Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial,
tekanan dan energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk
putaran poros. Putaran poros turbin ini akan diubah oleh generator
menjadi tenaga listrik. Berdasarkan prinsip kerjanya, turbin air dibagi
menjadi dua kelompok .

1.

Turbin implus (cross-flow, pelton &


turgo)
Untuk jenis ini, tekanan pada setiap sisi sudu gerak runnernya pada
bagian turbin yang berputar sama.

2. Turbin
reaksi
kaplanpropeller)

(francis,

Untuk jenis ini, digunakan untuk berbagai keperluan (wide


range) dengan tinggi terjun menengah (medium head).
Daerah aplikasi berbagai jenis turbin air relative spesifik. Pada
beberapa daerah operasi memungkinkan digunakan beberapa jenis turbin.
Pemilihan jenis turbin pada daerah operasi yang overlapping ini
memerlukan perhitungan yang lebih mendalam. Pada dasarnya daerah
kerja operasi turbin menurut Keller 2 dikelompokkan menjadi :
1.

Low head powerpalnt dengan tinggi jatuhan air

(head)

2.

Medium head powerplant dengan tinggi jatuhan antara low head


dan high head.

3.

High head powerplant dengan tinggi jatuhan air yang


memenuhi persamaan
H > 100 (Q) ....................... (3.26)
Dimana :
H

= Tinggi terjunan

(head) Q

= Debit desain

(m /det)
PLTMH dengan tinggi jatuhan (head) 6-60 m, yang dapat
dokategorikan pada head rendah dan medium.
Tabel 3.4 Daerah Operasi Turbin
Jenis Turbin

Variasi Head (m)

Kaplan dan Propeller

2 < H < 20

Francis

10 < H < 350

Pelton

50 < H < 1000

Crossflow

6 < H < 100

Turgo

50 < H < 250

Sumber : www.Hyd roGeneration.co.uk

3.6.1 Kriteria Pemilihan Jenis Turbin


Pemilihan

jenis

turbin

dapat ditentukan

berdasarkan

kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis turbin, khususnya


untuk suatu desain yang sangat spesifik. Pada tahap awal,
pemilihan

jenis

mempertimbangkan

turbin

dapat

parameter-

diperhitungkan
parameter

khusus

dengan
yang

mempengaruhi sistem operasi turbin, yaitu :

1.

Faktor tinggi jatuhan air efektif (Net Head) dan debit


yang akan dimanfaatkan untuk operasi turbin merupakan
faktor utama yang mempengaruhi pemilihan jenis turbin,
sebagai contoh : turbin pelton efektif untuk operasi pada
head tinggi, sementara turbin proppeller sangat efektif
beroperasi pada head rendah.

2.

Faktor daya (Power) yang diinginkan berkaitan dengan

head dan debit yang tersedia.

3.

Kecepatan (Putaran) turbin yang akan ditransmisikan ke


generator. Seabagi contoh untuk sistem transmisi direct
couple antara generator dengan turbin pada head rendah,
sebuah turbin reaksi (propeller) dapat mencapai putaran
yang diinginkan, sementara turbin pelton dan crossflow
berputar

sangat

lambat

(low

speed)

yang

akan

menyebabkan sistem tidak beroperasi.


Ketiga faktor di atas seringkali diekspresikan sebagai
kecepatan spesifik, Ns, yang didefenisikan dengan formula :
Ns = N x P0,51 x H0,21 ........................................................ (3.27)
Dimana :
N

= Kecepatan putaran turbin (

rpm) P = Maksimum turbin output


(kW) H = Head efektif (m)
Output turbin dihitung dengan formula :
P = 9,81 x Q x H x qt ............................................................ (3.28)
Dimana :
Q

= Debit air
3

(m /dtk) H

= Head

efektif (m) qt

Efisiensi turbin

Tabel 3.5 Efisiensi Turbin (Wiratman,1975, dlm Rustiati,1996)


Turbin

ns (epm)

T (%)

H (m)

Pelton

10 40

89 90

1800 300

Francis

40 50

90 94

350 25

Kaplan

60 660

89 91

100 15

Propeler

350 1050

85 94

50 5

Kecepatan spesifik setiap turbin memiliki kisaran (range)


tertentu berdasarkan data eksperimen. Kisaran kecepatan spesifik

beberapa turbin air adalah sebagai berikut :

Turin Pelton
25

12 Ns

Turbin Francis
300

60 Ns

Turbin Crossflow
200

40 Ns

Turbin Propeller
1000
Dengan

mengetahui

250 Ns
kecepatan

spesifik

turbin

maka

perencanaan dan pemilihan jenis turbin akan menjadi lebih


mudah.

Beberapa formula yang dikembangkan dari data

eksperimental berbagai jenis turbin dapat digunakan untuk


melakukan estimasi perhitungan kecepatan spesifik turbin, yaitu :

Turin Pelton
H0.243

Ns = 85.49 /
(Siervo & Lugaresi, 1978)

Turbin Francis
H0.854

Ns = 3763 /
(Schweiger & Gregory, 1989)

Turbin Kaplan
H0.486

Ns = 2283 /
(Schweiger & Gregory, 1989)

Turbin Crossflow
H0.505

Ns = 513.25 /
(Kpordze & Wamick, 1983)

Turbin Propeller
H0.5

Ns = 2702 /
(USBR, 1983)

Dengan mengetahui besaran kecepatan spesifik maka dimensi


dasar turbin dapat diestimasi (diperkirakan).

Gambar 3.2. Diagram Aplikasi Berbagai Jenis Turbin (Head Vs Debit)


3.7

Perencanaan Daya Listrik


Pada prinsipnya pembangkit tenaga air adalah suatu bentuk
perubahan tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi
tenaga listrik dengan menggunakan turbin air dan generator. Daya
(power) teoritis yang dihasilkan dapat dihitung berdasarkan persamaan
empiris berikut (Arismunandar dan Kuwahara, 1991) :
P

= 9,8 x Q x H eff (kW) ....................................................... (3.29)

Dimana
P

= Tenaga yang dihasilkan secara teoritis

(kW) Q = Debit pembangkit (m/det)


H eff

= Tinggi jatuh efektif (m)

9,8

= Percepatan gravitasi
2

(m/s )
Seperti telah dijelaskan bahwa daya yang keluar merupakan
hasil perkalian dari tinggi jatuh dan debit, sehingga berhasilnya suatu

usaha pembangkitan tergantung dari usaha untuk mendapatkan tinggi


jatuh air

dan debit yang besar secara efektif dan ekonomis. Selain itu
pembangkitan tenaga air juga tergantung pada kondisi geografis, keadaan
curah hujan
dan area pengaliran (catchment area) (Arismunandar dan
Kuwahara, 1991).
Penentuan

tinggi

jatuh

efektif

dapat

diperoleh

dengan

mengurangi tinggi jatuh total (dari permukaan air sampai permukaan air
saluran bawah) dengan kehilangan tinggi pada saluran air. Tinggi
jatuh penuh adalah tinggi air yang kerja efektif saat turbin air berjalan
(Arismunandar dan Kuwahara, 1991).
Adapun debit yang digunakan dalam pembangkit adalah debit
andalan yang terletak tepat setinggi mercu yaitu debit minimum.
Karena pembangkit ini direncanakan beroperasi selama 24 jam sehari
semalam (Arismunandar dan Kuwahara, 1991).

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

Secara garis besar penulis memberikan gambaran tentang tahapantahapan yang


Pembangkit

akan

dilakukan

pada

penelitian

tentang

Perencanaan

Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Di Sungai Marimpa

Kecamatan Pinembani

4.1

Lokasi Penelitian
Yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Sungai Marimpa
yang merupakan sungai yang paling dekat dengan daerah pemukiman.
Secara administrative terletak di Desa Dangraa, Kecamatan Pinembani,
Kabupaten Donggala. Jarak dari Kota Palu ke lokasi Penelitian kurang
lebih 48 km.

4.2

Alat dan Bahan Penelitian


Alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut

4.3

1.

GPS

2.

Meteran

3.

Stopwatch

4.

Kamera

5.

Ban

6.

Dan lain-lain

Langkah-langkah Penelitian

1.

Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data dari berbagai referensi yang terkait
dengan penelitian yang akan dilakukan.

a.

Mengukur tinggi muka air, kecepatan dan luas penampang sungai.

b.

Merencanakan Site Plan.

c.

Menentukan letak/posisi Intake saluran pengambil air pada


Sungai Marimpa.

d.

Menentukan bak pengendap.

e.

Menentukan dimensi saluran pengarah dan bak penenang.

f.

Menentukan bahan dan dimensi pipa yang akan


digunakan.

g.

Mengukur tinggi terjunan dan jarak lintasan pipa dari bak


penenang sampai ke power house.

2.

Persamaaan
Menggunakan persamaan Daya dan Metode Geometrik yang akan
digunkan dalam perhitungan.

3.

Perhitungan
Menghitung
PLTMH

4.

daya

yang

dihasilkan

oleh

Pembahasan
Data yang telah diolah kemudian dibahas untuk mendapatkan hasil
dari penulisan penelitian ini.

4.4

Pengumpulan Data
Untuk

merencanakan PLTMH

diperlukan data antara lain

catatan curah hujan yang dapat mewakili kondisi curah hujan pada
daerah

tangkapan

Sungai

Marimpa,

dimana

PLTMH

tersebut

direncanakan untuk perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro


Pinembani.

1.

Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh
mana survey dapat diterapkan dan untuk mengetahui gambaran
awal kondisi di lapangan.

2.

Pengumpulan Data
Adapun data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data
primer, dan data sekunder. Data-data yang dikumpulkan terdiri atas:

a.

Data
Primer,
melakukan

yaitu

data

yang

diperoleh

dengan

observasi langsung di lokasi perencanaan serta Tanya


Jawab dengan stekholder terkait. Data ini berupa :

Data dimensi sungai

Data kondisi sungai, seperti : Kedalaman sungai,

tinggi terjunan (head)

b.

Data sekunder,
Data sekunder merupakan data yang diambil dari instansi
terkait seperti kantor Balai Wilayah Sungai 3 Sulawesi Tengah
dan Badan Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah. Adapun
data sekunder meliputi :

Peta
Perencanaan.

Data
Hujan.

Curah

Peta
Area.

Cathment

Peta
Topografi.

Lokasi

Mulai

Pengumpulan, Evaluas Pendahuluan


Data dan Peninjauan

Data Primer

Data Sekunder

Data Sungai (debit


dan Penampang)

Data Klimatologi dan Curah


Hujan, Peta (Topografi, DAS)

Perhitungan Debit Andalan


(metode Penman dan
F.J.Mock)

Input Data (Primer dan Sekunder

Perencanaan Cofferdam, Bendung,


Intake, Headrace, Sedimen trap, Pipa
Pesat, Head Loss, House Power dan Tail
Race

TIDAK

Memenuhi

YA
Perhitungan Daya

Penyusunan Laporan (Menyimpulkan)

Mulai

Gambar 4.1.. Bagan Alir Penelitian

BAB V
ANALISIS DAN
PEMBAHASAN

5.1

Debit Andalan

5.1.1 Evaluasi Data


Data data yang akan digunkan dalam menganalisis
debit andalan meliputi data curah hujan dan data klimatologi
dimana data- data tersebut akan dievaluasi terlebih dahulu. Datadata yang akan dievaluasi harus lengkap dan tercatat. Untuk
data-data yang akan digunakan dalam menganalisis ketersediaan
air (debit andalan) secara keseluruhan mencakup antara lain :

a.

Kelembaban relatif stasiun lalundu (Tabel 2.1)

b.

Data temperatur udara rata-rata bulanan (Tabel 2.2)

c.

Data kecepatan angin rata-rata bulanan (Tabel 2.3)

d.

Data penyinaran matahari rata-rata bulanan (Tabel 2.4)

e.

Data curah hujan bulanan dan jumlah hari hujan (Tabel 2.5)

5.1.2 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (ETo)


Untuk menghitung evapotranspirasi potensial (ETo) digunakan
metode Penman Modifikasi dengan persamaan :

ETo c.Eto

ETo' W .(0,75.Rs Rn1 ) (1 W ). f (u).(ea ed )

Contoh perhitungan ETo, untuk bulan Januari pada stasiun


lalundu, adalah sebagai berikut :
Diketahui : Data rerata Klimatologi seperti pada tabel 3.4.
o

1.

Temperatur rata-rata, T = 26,80 C

2.

Kelembaban udara relatif, RH = 92,4%

3.

Kecepatan angin, u = 69.2 km/hr = 2.88 km/jam = 0.80 m/det

4.

Penyinaran matahari, n/N = 50.4%

Langkah 1 :
o

Dengan data T = 27,52 C (Tabel 2.2), didapat :

5.

Tekanan uap jenuh (Ea), melalui interpolasi didapat :

T 28C ea 37.80

T 27C ea
35,70
T 27,52 ea 35,7
35,7

37,8

x (27,52 27)

28 27

ea 36,79 m.bar
6.

Faktor penimbang suhu dan elevasi daerah (W)


T 27.52C W 0.77

T 27C 0.76
T 28C 0.77

7.

(1 W) = 1 0,77 = 0,23

8.

Fungsi suhu, f(T)

T 27C 16,10
T 27,52 ea 16,10
16,10

16,30

x (27,52 27)

28 27

f (T )
16,20

T 28C
16.30

m.bar

Langkah 2
Dengan data :

RH = 72,09% (Tabel 2.1)


ea = 36.79 m.bar

9.

Tekanan uap aktual


ed ea
RH

100

36.79 72.09%

26.52 m.bar
10. Perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap sebenarnya :

ea ed 36.79 26.52
10.27 m.bar
11. Fungsi tekanan uap, f(ed)
f ed

0.34 0.044

ed

0.113

Langkah 3 :
Dengan data :
o

Koordinat 0 10 31LU

Rasio keawanan , n/N = Penyinaran matahari = 44.8

% Didapat besaran :

12. Radiasi ekstra matahari, Ra didapat melalui interpolasi:


0L Ra 15.00
Januari, U
Ra 14,70
2L
U
14,70 15.00 o
o
0LU Ra 15.00
(0 10' 31"0 )
2 0

Ra 14.97 mm/hari
13. Radiasi yang diterima matahari, Rs diperoleh dari
Rs (0.25 0.5
n

N )Ra

(0.25 0.5 0.45) 14,97


7.38 mm/hari
14. Fungsi Rasio keawanan f(n/N) didapat melalui persamaan :
f n N 0.1 0.9n N
0.1 0.90.45

0.51
Langkah 4 :
Dengan data : Kecepatan angin, u = 55.1 km/hari = 0.64 m/det
Didapat besaran :

15. Fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2.00 m di atas


permukaan tanah (km/hari) = f(u) didapat melalui persamaan :
f(u) = 0.27 ( 1 + u . 0.864)
= 0.27 ( 1 + 0,64 x

0.864)

0.42 m/det

Langkah 5 :

16. Menghitung besaran radiasi bersih gelombang panjang


(Rn1) mm/hari dengan persamaan :

Rn1 f(T)f(ed)f(n/N)
16.2 x 0,113 x 0.51
0.93 mm/hari
Langkah 6 :

17. Menghitung

faktor

koreksi

berdasarkan

perkiraan

perbandingan kecepatan angin siang/malam di Indonesia.


Data :

RH

= 72.09 %

= 55,1 km/hari = 0.64 m/det

Rs

= 7.38 mm/hari

Asumsi U siang/U malam = 1


Melalui interpolasi tabel. Di peroleh c = 1,10

Rns (1a)Rs a 0.25


(10.25)7.38 5.53 mm/hari
Rn Rns Rn1
Rn 5.53 0.93
= 4.6 mm/hari
Langkah 7 :

18. Menghitung ETo dengan persamaan :


ETo = C [W . Rn + (1 W) x (f(u) x (ea ed)]
= 1.1 [ 0.77 (4.6) + (0.23)(0.42)(10.27)
= 4.98 mm/hari
ETo bulanan = 4.98 x 31 hr = 154.50 mm/bulan
Perhitungan evapotransrasi potensial langkah 1 sampai dengan
langkah 7 bulan Januari dan bulan selanjutnya disajikan pada
tabel 5.1.

Tabel 5.1. Perhitungan Evapotranspirasi Bulanan dengan Metode Penmann Modifikasi

Sumber : Hasil Perhitungan

5
1

51

5.1.3 Perhitungan Metode Empiris Debit Andalan Sungai


Dalam menentukan ketersediaan air atau debit andalan pada
DAS Sungai Marimpa, digunakan Metode F.J. Mock untuk tiap
tahunnya selama 10 tahun. Data yang menjadi parameter dalam
menentukan debit andalan antara lain :

1.

Data curah hujan bulanan ratarata

2.

Data evapotranspirasi potensial yang dihitung dengan


metode Penman Modifikasi

3.

Data
hujan

Adapun

jumlah

harian

langkah

perhitungan

ketersediaan

air

atau

debit

anadalan pada DAS Marimpa dengan metode F.J.Mock dapat


dilihat pada contoh perhitungan pada bulan januari tahun 2000
sebagao berikut :

1.

2.

Data
Meteorologi

a.

Curah hujan bulanan (R) = 363.0 mm/bln

b.

Jumlah hari hujan (n) = 11 hari

Evapotranspirasi aktual (Ea)


:

a.

Evapotranspirasi potensial (ETo) = 154.50 mm/bln


(tabel 5.11)

b.

Permukaan lahan terbuka (m) = 10 %

c.

ETo/ Ea (m / 20) (18 n)


(10 / 20)(18 11)
3,5 %
d.

Evapotranspirasi terbatas (Ee)

Ee (m/ 20) (18 n) ETo


98

0,035154,50
5.408 mm/bulan

99

e.

Evapotrapirasi aktual (Ea)

Ea EToEe
154.5005.408
149.093 mm/bulan
3.

Keseimbangan air

a.

S R Ea

363.00 149,093
213.907 mm/bulan
b.

Limpasan Badai (PF = 5 %)


S 0, maka PF = 0
Jika :

S 0, Hujan Bulanan (R) 0,05


PF = 0

c.

Kandungan air tanah (SS)


Jika :

R > Ea maka, SS =

0 R < Ea maka, SS = S PF SS = 0

d.

Kapasitas kelembaban tanah akhir


Jika :

SS = 0 maka Kapasitas kelembaban air tanah = 200

SS 0 maka Kapasitas kelembaban air tanah =


kandungan air tanah

e.

Kelebihan air (WS)

WS S SS
213.907 0.00
213.907 mm/bulan
Karena air hujan dapat masuk ke dalam tanah, sehingga
terjadi kelebihan air sebanyak 213.907 mm/bulan.

4.

Limpasan dan Penyimpangan Air

a.

Faktor infiltrasi (i) diambil 0,4

b.

Faktor resesi air tanah (k) diambil 0,6

c.

Infiltrasi (I)

I i WS

0,4x213.907
85.563 mm/bulan
d.

Volume air tanah (G)

G 0.50(1k) I
0.50(10.60)85.563
68.45 mm/bulan
e.

Penyimpanan volume air tanah awal terkoreksi (L)


L k (Vn1 ) Vn1 100

0.60100
60.00 mm/bulan
f.

Total volume penyimpanan air tanah (Vn)


Vn 0.50 1 k I k Vn1

68.4560.00
128.45 mm/bln
g.

Perubahan volume aliran dalam tanah (Vn)


Vn Vn Vn1

128.45100
28.45 mm/bln
h.

Aliran dasar (BF)

BF I Vn
85.56328.450
57.113 mm/bln
i.

Limpasan langsung (DR)

DR WS I
PF
213.907 85.5630
128.344 mm/hari

j.

Total limpasan (TRo)

TRo BF DR
57.113128.344
185.457 mm/hari
k.

Debit Sungai (Q)


Diketahui data-data sebagai berikut :
2

Luasan Cathmen area, A = 7.76 km = 7.76 x 10 m

Jumlah hari dalam bulan januari = 31 hari

Maka untuk debit tersedia dapat dihitung sabagai berikut :


Debit tersedia bulan n (Qn)

Qn TRoA
3

Perhitungan

185 .457 10 7,76


11.6

0,539 m3/det

31
debit

bulan

Januari

2000

diatas

dan

bulan

selanjutnya dari tahun 2000 2009 disajikan dalam bentuk tabel


(lihat tabel 3.7 - 3.8). Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam tebel
3.6. berikut.
Debit

andalan

yang

ekonomis

ditentukan menurut

pedoman Technical Participation Manual for Small Hydroelectric


Power Develovement yang dikeluarkan

oleh New Energy

Foundation, MITI Japan. Memperhatiakn kurva durasi debit


aliran, maka dapat dipilih debit disain yang efektif.

Pada

prosentase kejadian 70 %
3

diperoleh debit sebesar 0,064 m /det. Dan pada prosentase


kejadian
3

100 % diperoleh debit 0,009 m /det.

Sehingga debit desain

ditetapkan sebesar 0,064 m /det.


Banjir Rencana pada studi

ini dilakukan

melalui

pengamatan karakteristik sungai. tanda-tanda kejadian banjir

yang ada serta hasil wawancara dengan masyarakat disekitar lokasi


studi. Hasil

analisis

menunjukkan

bahwa

kejadian

banjir

mengakibatkan permukaan air sungai naik sampai 1,00 meter di


lokasi PLTMH.

Tabel 5.2.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2000

Sumber : Hasil Perhitungan

5
6

56

Tabel 5.3.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2001

Sumber : Hasil Perhitungan

5
7

57

Tabel 5.4.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2002

Sumber : Hasil Perhitungan

5
8

58

Tabel 5.5.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2003

Sumber : Hasil Perhitungan

5
9

59

Tabel 5.6.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2004

Sumber : Hasil Perhitungan

6
0

60

Tabel 5.7.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2005

Sumber : Hasil Perhitungan

6
1

61

Tabel 5.8.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2006

Sumber : Hasil Perhitungan

6
2

62

Tabel 5.9.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2007

Sumber : Hasil Perhitungan

6
3

63

Tabel 5.10.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2008

Sumber : Hasil Perhitungan

6
4

64

Tabel 5.11.Analisa Debit Andalan dengan Metode F.J.Mock Sungai Marimpa Thn.2009

Sumber : Hasil Perhitungan

6
5

65

Tabel 5.12. Debit Andalan Sungai Marimpa (m /det)

Sumber : Hasil Perhitungan

Berdasarkan debit pada tabel 5.12 diatas, disusunlah kurva durasi aliran
(flow duration curve) seperti pada gambar 5.1.
Kejadia
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
65%
70%
75%
80%
85%
90%
95%
100%

Debit
0,856
0,774
0,616
0,483
0,349
0,290
0,256
0,188
0,155
0,144
0,126
0,108
0,095
0,087
0,064
0,051
0,039
0,034
0,026
0,022
0,009

Kurv a Prosenta s e
Dura s

i De bit

0,900
0,800
0,700
0,600

Debit
(m3/de t)

0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000

Prosentae (%)

Gambar 5.1. Kurva Durasi Debit Aliran Sungai Marimpa

11
5

Tabel 5.13 Hasil Perhitungan Debit Andalan Metode F.J.Mock


Debit Anadalan
Metode F.J.Mock

Bulan

m3/det
Jan
Feb

0,128
0,087

Mar

0,066

Apr

0,053

Mei

0,032

Jun

0,026

Jul

0,029
0,016
0,014
0,007
0,023
0,017
0,50
0.296

Agust
Sep
Okt
Nop
Des
Jumlah
Rata-rata

Grafik Debit Andalan "Metode F.J.Mock" (m3/det)


0,140
0,120

D
e
bi
t
A
n
d
al
a
n
(

0,100
0,080
0,060
0,040
0,020
0,000

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agust

Sep

Okt

Nop

Des

0,128

0,087

0,066

0,053

0,032

0,026

0,029

0,016

0,014

0,007

0,023

0,017

Metode
F.J.Mock
(m3/det)

Bulan

Gambar 5.2 Grafik Debit Andalan Dengan Metode F.J.Mock

5.2

Debit Banjir

5.2.1 Analisis Frekuensi


Dari hasil uji konsistensi data curah hujan yang telah
dilakukan, diperoleh data curah hujan maksimum

dengan

menggunakan metode rata-rata Aljabar.


Tabel 5.14 Curah Hujan Rerata Bulanan Maksimum
Curah
Hujan
Max (mm)

Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009

234,67
197,58
210,30
75,59
122,63
89,24
55,09
98,71
112,31
52,17

Rangking Data
Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

C.H. Max (mm)


52,17
55,09
75,59
89,24
98,71
112,31
122,63
197,58
210,30
234,67

Curah Hujan Bulanan Maksimumn (mm)


250,00
200,00
C
ur
a
h
H
uj
a
n
(

150,00
100,00
50,00
0,00

Curah Hujan Max (mm)

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

234,67

197,58

210,30

75,59

122,63

89,24

55,09

98,71

112,31

52,17

Tahun

Gambar 5.3 Grafik Curah Hujan Rerata Daerah Bulanan Maksimum

1. Uji Konsistensi Data


Sebelum data hujan ini dipakai terlebih dahulu harus
melewati pengujian untuk kekonsistenan data tersebut. Metode
yang digunakan adalah metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial
Sums) (Buishand,1982).
Pengujian

konsistensi

dengan

menggunakan

data

dari

stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif penyimpangan


terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar komulatif rerata
penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya, lebih jelas lagi
bisa dilihat pada rumus dengan contoh hitungan dibawah:
S

*0

= 0
k

S Yi
Y

[Sk ] = 109,84

i1

= 234,67 124,83
= 109,84
2
* 2/n
Dy = (S k)

dimana n = 10

= (109,84) /10
= 1206,45
Dy = Rerata Jumlah = 393,41
**

**

Sk = S k / Dy
= 109,84 / 393,41

= 109,84/ 393,41

= 0,28

= 0,28

Nilai statistik Q dan R

Q=

maks

Sk

maks

R=
k

[Sk ] = [Sk ] / Dy

untuk 0 k n

- min

Sk

Dengan melihat nilai statistik diatas maka dapat dicari nilai Q/n dan
R/n. Hasil yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/n syarat
dan

R/n syarat, jika lebih kecil maka data masih dalam batasan
konsisten.
Tabel 5.15 Uji Konsistensi C.H Bulanan Maksimum Metode RAPS

2. Perhitungan Distribusi
Untuk memperkirakan besarnya debit banjir dengan kala
ulang tertentu,
dengan

terlebih

dahulu

data-data

hujan

didekatkan

suatu sebaran distribusi, agar dalam memperkiraan

besarnya debit banjir tidak sampai jauh melenceng dari kenyataan


banjir yang terjadi (Soewarno, 1995 :98). Adapun rumus-rumus
yang dipakai dalam penentuan distribusi tersebut antara lain :

(X-X)
n-1

S1 =
Cv =

S
X
n

Xi -

X 3 Cs = i = 1
3
(n - 1) (n - 2) S
2

Xi - X4

i=1
Ck =
4
(n - 1) (n - 2) (n - 3) S

dimana :
S1

= standar deviasi

Cv

= koefisien keragaman

Cs

= koefisien

kepencengan Ck

koefisien kurtosis
Pemilihan distribusi berdasarkan penyimpangan (cr*)
yang terkecil (Soewarno, 1995 : 106).
Metode Gumbel
Contoh Perhitungan :
Diketahui data sebagai berikut
:

Curah Hujan (Ri) = 234,667

Jumlah data (n)

Periode Ulang (T) = 100 tahun

Rata-rata (R)

= 10

= 124,83

1. Menghitung (Ri - R)
(Ri - R)

234,667 124,83

109,838

2. Menghitung (Ri - R)2


2

(Ri - R)

(109,838)

12064,459

3. Menghitung reduced variate (Yt)


Yt

-In (-In ((T - 1) / T))

-In (-In ((100 - 1) / 100))

4,600

4. Menentukan nilai reduced mean (Yn)


Yn

= 0,495 (Dari Tabel Lampiran

J)

5. Menentukan nilai reduced standard deviation


(Sn) Sn

= 0,950 (Dari Tabel Lampiran K)

6. Menghitung nilai faktor frekuensi


(K) K = (Yt - Yn) / Sn
= ( 4,600 - 0,495) / 0,950
= 4,323

7. (S)
Menghitung standar
deviasi
S =
2
1
=

39340 ,595

101
= 66,115

8. Menghitung Hujan Rancangan (RT) untuk Kala Ulang 100


thn RT

= Rrata-rata + (S x K)

= 124,83 + (66,155 x 4,323)


= 410,631

Tabel 5.16 Analisis Frekuensi Metode Gumbel

Sumber : Hasil Perhitungan

Garfik Curah Hujan Rancangan

500,000
450,000
400,000
350,000
C
H.
R
a
nc
a
n
g
a

300,000
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
2,000

5,000

10,000

115,869

194,782

247,030

25,000

50,000

100,000

200,000

313,045

362,019

410,631

459,066

0,000
Analisis Frekuensi Dengan Metode Gumbell

Kala ULang (Tahun)

Gambar 5.4 Grafik Analisis Curah Hujan Rancangan Metode Gumbel

5.2.2 Debit Banjir Rancangan Metode Rasional


Diketahui data sungai sebagai berikut
:
2

Luas DAS

= 7,76 km

Panjang Sungai (L)

= 125 m

Beda Elevasi (head) H

= 7,85 m

Hujan Rancangan (R 24)

= 410,631 mm (100 thn)

1.

Menentukan harga C, misalnya C = 0,3

2.

Menentukan waktu banjir (Pers.


Bayem) W

0,6

= 72 (H/L)

= 72. (7,85/125)

0,6

= 13,681
m/jam Tc

= L/W

= 125/13,681
= 9,046

3.

Menentukan intensitas hujan,


2/3

Mononobe I = R24/24 . (24/T c)


= 410,631/24 . (24/9,046)

2/3

= 32,791 mm/jam

4.

Menghitung debit banjir rancangan dengan kala ulang 100


tahun Q

= 0,278 . C . I . A

= 0,278 . 0,3 . 32,791 . 7,76


3

= 21,222 m /det
Tabel 5.17 Analisis banjir Metode Rational berdasarkan analisis
frekuensi Metode Gumbel

Sumber : Hasil Perhitungan

Garfik Banjir Rancangan Metode Rational Gumbel

25,000
B
a
nj
ir
R
a
n
c
a
n
g
a
n
(

20,000
15,000
10,000
5,000
0,000

5,988

10,067

10

25

50

100

200

12,767

16,179

18,710

21,222

23,725

DEBIT BANJIR RANCANGAN METODE

RASIOAL

Kala ULang (Tahun)

Gambar 5.5 Grafik Banjir Rancangan Metode Rational


Berdasarkan Analisis Frekuensi Metode Gumbel

5.3

Desain Dasar
Untuk

menghitung/memperkirakan bentuk

serta dimensi

dari

bangunan-banguan utama PLTMH maka diperlukan desain dasar.


Desain dasar ini penting untuk memperoleh besaran volume pekerjaan,
sehingga evaluasi teknis maupun ekonomis terhadap PLTMH dapat
dilakukan.
Banguan-banguan utama tersebut terdiri dari Pekerjaan Sipil dan
Pekerjaan

Elektro

Mekanik.

Pekerjaan-pekerjaan

sipil

meliputi

Bangunan Pengelak Aliran (Cofferdam), Bendung (Weir), Banguan


Pengambilan (Intake), Saluran Pembawa (Headrace) dari beton tumbuk,
Kantong Sedimen, Pipa Pesat (Penstock), Rumah Pembangkit (Power
House), dan Saluran Pembuang Akhir (Tail Race).

5.4

Data Desain
Data-data

yang

digunakan

dalam

penyusunan

desain

dasar

bangunan- bangunan utama PLTMH Marimpa ini antara lain seperti di


bawah ini, sedangkan data pendukung yang lain yang tidak ada, selalu
dikemukakan pada awal perhitungan setiap pekerjaan atau struktur yang

ada.

1.

Data Sungai

Sungai di sekitar bendung

lebar normal sungai

= 10 meter

lebar rata-rata dasar sungai

= 7 meter

kemiringan talud

=1:1

kemiringan rata-rata dasar sungai di sekitar lokasi


bendung 16%

Elevasi dasar sungai di sekitar rencana bendung +660,00 m

Elevasi di sekitar bak penenang / pengendap

+659,50 m

Elevasi di sekitar rumah turbin (power house)

+651,65 m

H gross

= 8,35 m

2. Hidrologi:
Debit rencana Qdesain

= 0,064m /s

Tinggi muka air pada saat banjir maksimum h= 1,1 0 m

Material sungai di hilir rencana lokasibendung berupa pasir,


kerikil hingga batu berukuran 10 50 cm sedangkan di
sekitar lokasi bendung berupa batu masif.

5.5

Desain Dasar Pekerjaan Sipil

5.5.1

Bangunan Pengalih Aliran (Cofferdam)


Pada fase pembangunan deperlukan lapangan pekerjaan
yang kering, sehingga di perlukan suatu bangunan pengalih aliran
untuk mengalihkan aliran air sungai. Pada area yang di keringkan
tersebut dapat di mulai pembangungan pondasi bendung utama.
Pengalihan aliran sungai Marimpa untuk pembangunan
konstruksi bendung PLTMH Pinembani dilakukan dengan dua
tahap dengan tanggul pengelak (cofferdam).
T a ha p 1 :
Pelaksanaan pembangunan konstruksi bendung dimulai dari bagian
hulu dari rencana bendung utama. Pada bagian hulu ini terdapat

bangunan pembilas dan intake. Bangunan cofferdam untuk


mengarahkan aliran sungai ke sisi lainnya. Setelah pekerjaan
konstruksi bendung dan pembilas selesai maka cofferdam
dibongkar.
T a ha p
2:
Pembangunan konstruksi

bendung

dilaksanakan

pada

sisi

lainnya. Cofferdam dibangun untuk melindungi areal kerja


pada sisi ini, dimana aliran sungai diarahkan melalui bangunan
bendung yang sudah jadi. Elevasi/tinggi cofferdam disarankan
seekonomis mungkin dengan pertimbangan faktor resiko yang
kemungkinan muncul.
Berdasarkan pertimbangan di atas serta informasi masyarakat
di sekitar

lokasi

pembangunan

PLTMH

Marimpa

dan

pengamatan langsung didapatkan data bahwa tinggi maksimum


air dari dasar sungai pada saat banjir tahunan setinggi 1,10 meter.
Selanjutnya elevasi cofferdam dapat ditentukan sebagai
berikut:

elevasi dasar sungai


m

= + 660,00

tinggi air pada banjir tahunan


m

jagaan / freeboard

1,10
0,50 m

+ elevasi cofferdam = + 661,60


m
Material yang digunakan untuk konstruksi cofferdam ini
adalah
material batuan yang ada di sekitar lokasi rencana PLTMH
Marimpa.

5.5.2

Bendung
Bendung

PLTMH

Marimpa

direncanakan

sebagai

bendung sederhana dari pasangan batu kali dilapisi beton

bertulang dengan mutu K225 setebal 10 cm. Panjang bendung


adalah 10,0 meter.

a.

Lokasi Bendung
Bendung PLTMH Marimpa dibangun pada hulu
sungai Marimpa pada elevasi dasar sungai + 660,00 m,
dengan bangunan intake pada sebelah kiri aliran sungai.
Lebar rata- rata sungai di sekitar lokasi bendung sekitar 10
m, dengan kemiringan talud adalah 1 : 1; dengan gradien
rata-rata sungai 16 %.

b.

Elevasi Mercu Bendung


Berdasarkan kondisi

topografi

dan

fungsi

dari

bendung PLMTH Marimpa yakni untuk memperoleh tinggi


jatuh rencana, maka direncanakan tinggi mercu bendung
sebesar 1,50 m, sehingga elevasi mercu direncanakan pada
elevasi 661,50 m.

c.

Tinggi Muka Air Maksimum di Sungai


Tinggi
(tinggi

muka

muka
air

air

maksimum

sebelum

ada

sungai

Marimpa

bendung)

dihitung

menggunakan rumus Chezy:


V= C

R.S

Prosedur perhitungan adalah sebagai berikut:

1.

2.

Data

Tinggi muka air banjir


maksimum Lebar rata-rata
sungai
Kemiringan tebing talud

: 1: m =

Luas Penampang Basah

Gradien rata-rata sungai


:A

:S
=
= (b + mh) h

:
=1
:b =7

= (7+1 x 1,1) 1,
A

= 8,91 m

3.

Keliling Basah

: P
P

= b + 2h
=7+2x1

1m

1 1

= 10,1 m

4.

Jari-jari hidrolis

5.

Koefisien Pengalira
(1100/

: R
R
m
: Cd
Cd

6.

Kecepatan aliran su ngai

:V
V

=A/P
= 0,88
= 87/

0,88)

= 0,81
= Cd

R.S

= 0,81 0,88*0,16
= 0.30 m/det

7.

Debit sungai (Debit Banjir 100 thn) Q = 21,22


3
m /det
Berdasarkan pengamatan di lapangan pada keadaan

normal, kedalaman air di sungai di bagian hilir lokasi


bendung adalah 0,50 meter. Selanjutnya perhitungan elevasi
muka air maksimum pada keadaan normal di sungai sebagai
berikut:

d.

Kedalaman air di sungai (h) pada keadaan normal 0,50


m

Elevasi dasar sungai di hulu lokasi bendung +660,0


m

Elevasi muka air maksimum di hulu bendung +660,5


m

Lebar Bendung
Lebar bendung merupakan jarak antara tembok
pangkal (abutment) di satu sisi sungai dengan abutmen pada
sisi lain termasuk pilar-pilar dan pintu pembilas. Lebar
bendung (B) yang ideal adalah sama dengan lebar normal

sungai (Bn) agar aliran sungai tidak banyak mengalami


gangguan setelah ada bendung. Akan tetapi bilamana
pengambilan lebar bendung
(B) sama dengan lebar normal sungai (Bn) mengakibatkan
muka air di atas mercu bendung tinggi sekali maka lebar
bendung dapat diperbesar hingga 1,20 kali lebar sungai
normal

atau B = 1,2 Bn (Soenarno, Konstruksi Bendung Tetap,


Departemen

Pekerjaan

Umum

dan

Tenaga

Listrik).

Dengan pertimbangan kodisi geologis lokasi sekitar bendung


yang merupakan tebing batu masif maka

lebar bendung

diambil sama dengan lebar sungai.

Gambar 5. 6 . Sketsa Penampang Rata-Rata Sungai Marimpa

Kedalaman air di sungai : h

0,50 m

Jagaan/free board

1,00 m +

:w

htotal =
m Dengan demikian lebar bendung

1,50
B = 1.0
Bn = 1,0 (10,0) = 10,0 m

Lebar bendung PLTMH Marimpa ditetapkan 10,00 m

e.

Mercu Bendung
Seperti

telah

dijelaskan

sebelumnya,

bahwa

bendung PLTMH Marimpa direncanakan tipe sederhana dari


pasangan batu kali dengan tinggi mercu 1,00 meter dari
dasar sungai. Bentuk mercu pelimpah direncanakan tipe
bulat dengan jari- jari tunggal R = 1,0 m. Kemiringan
permukaan mercu bagian hilir adalah 3 : 1 sedangkan
bagian hulu bendung vertikal. Untuk menjamin kekuatan
tubuh bendung dilapisi beton bertulang K225 dengan tebal
mercu bendung adalah + 661,00
m.
13
3

10 cm. Dengan demikian elevasi

mercu bendung adalah + 661,00


m.

13
4

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan


dimensi bendung adalah sebagai berikut:

Panjang bendung

= 10,00 m

Tinggi bendung dari elevasi dasar sungai h = 1,00 m

Lebar mercu bendung

b mercu = 1

Lebar dasar bendung

b dasar = 1,

Menghitung tinggi muka air di atas bendung


(Kriteria perencanaan bangunan utama, Dep. PU, 1986)
Persamaan tinggi energi debit untuk bendung
ambang pendek dengan pengontrol segi empat adalah :
1/6
Q Cd 2 / 3 2 / 3g b H
1

Dimana Q = Debit air sungai = 21,22


3

m /det Cd = di ambil 0,81


g = gravitasi, 9,81 m/det

Dihitung : 21,22 0,812 / 2 / 39,81 10 H 1/ 6


3
1

1/6
H 1 = 0.621 ; H1 = 0,239 m

Gambar 5.7. Tinggi muka air di atas Mercu bendung

13
5

Elv. Tinggi Talud + 662,00 m

Elv. TMA + 661,24 m

Elv. Mercu Bendung +


661,00

Elv. Tinggi Dasar Sungai +


660,0 m

Pondasi bangunan intake Elv + 659,50


Pondasi Kolam olak Elv + 658,70 m

Gambar 5.8. Sketsa Bangunan Bendung dan Intake

f.

Kolam Olak (Peredam Energi)


Di sekitar lokasi pembangunan bendung PLTMH
Marimpa terdiri dari pasir halus dan kerikil serta terdapat
batuan masif seperti pada lokasi jatuhnya air terjun yang
ada sekarang, maka perlu dibuatkan konstruksi kolam olakan
yang baru. Akan tetapi karena diperkirakan banjir sungai
Marimpa akan mengangkut batu-batu bongkahan/boulder
yang dapat merusak tubuh bendung dan lantai/dasar sungai
bagian hulu bendung, maka pada bagian hilir bendung
tersebut akan dilapisi beton bertulang dengan mutu K225
setebal 20 cm selebar 2 meter dari tubuh bendung sepanjang
tubuh bendung atau sepanjang 10,0 meter.

5.5.3

Bangunan Pengambilan (Intake)


Bangunan intake harus mensupali debit air dengan stabil
ke saluran pembawa, yang kemudian diteruskan ke bangunan

kolam

penenang (forebay). Debit air tersebut kemudian diteruskan ke


rumah pembangkit melalui pipa pesat (penstock). Desain
bangunan intake dibuat dengan harus memperhatikan tingkat
permukaan air pada saat debit minimum. Berdasarkan kondisi
topografi

sungai Marimpa, maka

bangunan

pengambilan

ditempatkan di sebelah kanan aliran sungai.


Perhitungan
Intake:
Bangunan

Dimensi

intake

Bangunan

dilengkapi

dengan

pintu

dan

bagian

depannya terbuka menjaga jika terjadi muka air banjir


Dasar bangunan pengambilan (intake) terletak 0,75 m di atas
lantai
bendung sehingga elevasi bangunan intake 660,25 m. Di bangun
0

dengan arah 90 terhadap as aliran sungai. Kapasitas bangunan


intake diambil,
Qd =
Qdesain.

1,2

Qd = 1,2 . 0,064 = 0,077


3
m /s
2g z
0,077 b
h1
Dimana:

= koefisien pengaliran = 0,81

h1

= 0,4, tinggi muka air normal dari ambang pintu

pengambilan z

= kehilangan energi pada pintu masuk = 0,05

= lebar bangunan intake

= percepatan gravitasi = 9,81 m/s .

Gambar 5.9. Type Pintu Intake


Lebar pintu intake yang diperlukan dapat dihitung sebagai berikut:

0,077 b
a

2 g z

0,077 0,81b
0,28
b

2 9,810,05

= 0,343 m

Dengan demikian pada intake diperlukan 1 pintu selebar 0,8 m.


Kemiringan rencana saluran sampai di ujung masuk bangunan
kantong
sedimen adalah:
V=Q/A

1
n

S2

Q
A

dimana:
R = jari-jari hidrolis penampang saluran
S = kemiringan saluran
2

1 x 0,343 x 0,40 3 x S
2 x 0,40 0,343
0,018

0,064
0,343 x 0,4

S = 0,001

5.5.4

Saluran Pembawa (Headrace)

Saluran pembawa adalah salah satu bangunan yang


sangat vital didalam perancangan dan desain PLTMH. Elevasi
dasar saluran pembawa pada bangunan intake + 659,50 meter
dan kemiringan dasar saluran 0,001
Saluran pembawa pada PLTA Sungai Marimpa berfungsi
mennyalurkan
(penstock).

air

dari

Direncanakan

pintu

Intake

penampang

menuju

pipa

saluran

pesat

pembawa

berbentuk trapesium. Berdasarkan pengalaman rasio optimum


antara lebar dan tinggi saluran adalah 3 : 2 4 : 2
Dengan pertimbangan ekonomi, Saluran dibuat dari susunan batu
kali dengan campuran Semen dan Pasir 1 : 4
Parameter desain:
3

Debit desain

= 0,064 m /s

Kemiringan dasar saluran diambil

= 0,001

Koefisien manning

= 0,018

Panjang saluran

= 9,50 m

Tampang saluran

= Segi Empat

Hasil perhitungan penampang saluran adalah sebagai berikut:


b = 0,7 m
P = 2,10 m

h = 0,7 m
A = 0,49 m

Menghitung kecepatan rata rata aliran dalam saluran


pembawa Q = v Av = Q/A = 0,064/0,49 = 0,130 m/det
Tinggi jagaan hw = 0,3 m

R = 0,233 m
2;

Tinggi Permukaan
Tanah di Sekitar
bendung

Bendung
PLTMH
Sungai
Marimpa

Saluran pembawa
Lebar Terjunan

Pipa Pesat

Gambar 5.10. Sketsa Potongan Memanjang Saluran Pembawa

Debit saluran dibuat lebih besar dari yang dibutuhkan


untuk mengantisipasi endapan yang mungkin terjadi lebih cepat
mengingat saluran ini berada di lahan perkebunan masyarakat.
Dengan

demikian

saluran

pembawa

ini

direncanakan

berdimensi sebagai berikut:

hw = 0,3 m
H= 0,7 m
s = 0,001
b= 0,7 m

5.5.5

Bangunan pengendap sedimen (sediment trap)


A

v
w

Gambar 5.11. Skema Potongan Memanjang Bangunan


Pengendap Sedimen
Bangunan pengendap sedimen direncanakan berbentuk
segi empat dari pasangan dan lantai beton bertulang dengan
dinding di sekitar jatuhnya air dari saluran pembawa berupa
dinding beton bertulang.
Butiran sedimen yang masuk dalam bangunan pengendap
sedimen, dengan kecepatan endap sedimen w dan kecepatan
air v harus mencapai titik C. Sehingga butiran sedimen tersebut
akan berjalan selama waktu H/V , yang diperlukan untuk
mencapai dasar, untuk selanjutnya bergerak atau bergulir
sepanjang L dalam waktu L/v. Sehingga persamaan dapat disusun
sebagai berikut :
H

L
Q
dengan v
v v
HB

dimana :
H

= kedalaman aliran, m

= kecepatan endap butiran sedimen,

m/det L = Panjang bangunan pengendap


sedimen v

= kecepatan aliran air, m/det


3

= debit air di saluran, m /det

= Lebar kantong lumpur, m

Persamaan di atas dapat di sederhanakan LB = Q/w.


Persamaan

untuk

bangunan

pengendap

sedimen

tersebut

sangat sederhana, sehingga Velikanov, 1971, membuat faktor


koreksi dengan dasar pemikiran adanya perubahan aliran air
akibat, turbulensi air, pengendapan butiran sedimen yang
terhalang, banyaknya sedimen melayang. Persamaan

untuk

faktor koreksi sebagai berikut :


LB

v H

w 7.51 w

0,5

0,2 2
H

Data lapangan adalah sebagai berikut :


3

L = di hitung Q = 0,064 m /det

H = 1,2

m B = 1,5 m v = 0,036 m/det

= 1,2

w = 2,8 cm/det = 0,028 m/det (U.S. Inter- Agency Committe


on water Resources Subcommitte on sedimentation)

0,5

0,064 1,2 0,036 1,2 0,2 2


L1,5 0,028 7,51
1,2
0,028
jadi diperoleh faktor koreksi dari velikanov, L = 0,4 m
Untuk menghitung panjang bangunan pengendap sedimen di
gunakan persamaan sebagai berikut :

LB

Q
w

0,064
L 1,5
0,028

diperoleh panjang bangunan pengendap pasir, L = 2,3 +


faktor koreksi = 2,7 m
Perhitungan kapasitas bak pengendapan pasir:
Kedalaman bak pengendapan tergantung pada periode waktu

14
4

untuk setiap

pengurasan. Diperkirakan pengurasan

dilakukan 1 kali

14
5

dalam empat hari atau pada saat banjir besar. Dari tingkat
kejernihan air hulu Sungai Marimpa maka di perkirakan
konsentrasi sedimen pada air hulu Sungai Marimpa tersebut
adalah
3

0,15 kg/m dan semuanya diendapkan dalam kantong pasir


maka:
Jumlah endapan pasir = kandungan pasir x debit saluran
pembawa
= 0,15 x 0,064
= 0,0096 kg/det
Endapan pasir dalam 2 hari
0,0096

= 4 x 24 x 3600 x

= 3317,76 kg
Diambil

berat

jenis

endapan

sebesar

2650

kg/m ,

dan

diperkirakan kepadatan endapan 85 % maka kedalaman bak


pengendapan yang diperlukan adalah:
Volume endapan
2650)

= 3317,76/ (0,85 x
= 1,47 m

Kedalaman bak pengendapan = Volume /


area
= 1,47 / (2,7 x 1,5)
= 0,36 m
Diambil kedalam bak pengendapan = 0,5 m
Penampang transisi dihitung sebagai
berikut:
Panjang transisi 1
=

B B'

1
L `

2 tan

1,5 0,25 0,625 m 1/3 (2,7) = 0,83 m


= 2 tan 450

0,7 m

1,5m

2,0 m

2,7 m

0,60 m

0,7 m

0,70 m

0,50 m

Gambar 5.12. Sketsa Bangunan Kantong Sedimen

Elevasi muka air pada bangunan kantong sedimen adalah +


659,50 m, elevasi tersebut merupakan elevasi pengambilan hulu
pipa pesat (penstock).

5.5.6

Pipa Pesat (Penstock)


Pipa pesat adalah pipa bertekanan yang mengalirkan air
dari bak penenang (sandtrap) langsung ke intake turbin.
Penempatan pipa pesat dapat di atas permukaan tanah atau di
dalam tanah, untuk penempatan pipa di dalam tanah akan
menjaga tekanan air yang ada di dalam pipa dari perubahan suhu
matahari dan hujan.
Bilamana pemasangan pipa dilakukan di atas permukaan
tanah maka diperlukan konstruksi blok angker dan struktur
pendukung sebagai dudukan pipa pesat untuk menahan beban
pipa dan air di dalamnya.
Pipa penstock merupakan salah satu komponen yang

mahal dalam pekerjaan PLTMH, oleh karena itu desainnya


perlu

dipertimbangkan terhadap keseimbangan antara kehilangan


energi dan biaya yang diperlukan. Parameter yang penting
dalam

desain pipa

penstock

terdiri

dari

material

yang

digunakan, diameter dan ketebalan pipa serta jenis sambungan


yang digunakan. Dengan pertimbangan head yang relatif rendah,
ketersediaan material, maka digunakan pipa beton bertulang.

a.

Perhitungan
Pesat

Dimensi

Pipa

Data : Q = 0,064 m /det


2

L= 56,90 m

56,35
2
7,85

Panjang Pipa Pesat L


=

Kecepatan aliran dalam pipa V =

2.g.h
2.9,81.7,85

= 12,4 m/det
2

Penampang pipa A = Q/V = 0,064/12,4 = 0,005 m (minimum)


Diameter
pipa

D [

4A

0,5

0,079 m, dipakai D = 0,40 m.

Sehingga A = 0,005 m dan V = 12,4 m/det


Tinggi energi total (statis) = 7,85 m
Koefisien gesekan pada pipa rencana =
0,033
Kehilangan tenaga akibat gesekan pada pengaliran pipa pesat :
8 0,03356,90
8fL
2
2
h
Q = 9,813,1 0,2 0,064
f
g2 D 5
2
5
4

hf = 0,098 m

Catatan: Pipa pesat ini dapat diganti dengan saluran


tertutup berbentuk segi empat dengan ukuran 0,4 x 0,4 m
dari beton bertulang.

b.

Perhitungan Tebal Pipa Penstock.


Tebal minimum pipa penstock dihitung dengan rumus
berikut: Dengan tinggi head 7,85 m maka tekanan pada
2

dinding pipa adalah sebesar 7850 kg/m atau 0,785 kg/


2

cm . Sehingga
dengan tekanan tersebut direncanakan menggunakan
pipa beton bertulang dengan ketebalan 8 cm

5.5.7

Kehilangan Tenaga (Head Loss)


Kehilangan tenaga pada pipa pesat adalah jumlah dari
kehilangan tenaga pada intake pipa pesat ditambah kehilangan
tenaga pada akibat gesekan dan kehilangan tenaga akibat
penyempitan

pipa

pada

ujung

pipa

pesat,

sedangkan

kehilangan tenaga akibat gesekan telah di hitung terlebih dahulu


yaitu sebesar 0,06 m
Kehilangan energi pada Pintu Masuk

H
masuk

v )2

masuk

2g

m / det

0,13

0,1

1,50

m / det

dimana: H

masuk
va

= 0,0096 dibulatkan 0,01


= 0,1 ; Koef. kehilangan energi pada pintu masuk,
= kecepatan dalam saluran pembawa, m/det

v1

= kecepatan aliran dalam penstock, m/det

= percepatan gravitasi = 9,81 m/det

Kehilangan energi akibat bengkokan pipa


Nilai koefisien kehilangan energi akibat bengkokan pipa seperti
di bawah ini
Tabel 5.18. Koefisien Kehilangan Tenaga Berdasarkan Bengkokan
Pipa

10

15

30

45

50

90

0,02

0,04

0,05

0,15

0,28

0,55

1,2

Sumber : Buku utama Pedoman Studi Kelayakan PLTMH


(Departeman Energi dan Sumber Daya Mineral 2008)

Tabel 5.19. Nilai Koefisien Kehilangan Tenaga pada Belokan Pipa


Titik Join

Sudut

M
N
O

4
o
4
o
13

Koefisien Kehilangan
Tenaga 0,0

2
0,0
2
0,0
4

Sumber : Buku utama Pedoman Studi Kelayakan PLTMH


(Departeman Energi dan Sumber Daya Mineral 2008)

Kehilangan

tenaga

pada

belokan

pipa

digunakan

nilai

pendekatan dengan dasar pemikiran bahwa nilai terendah dari


kehilangan energi pada range Tabel 5.13.
Dimana:

dan

adalah

sudut

bengkokan

dan

koefisien

kehilangan energi. Untuk nilai yang berada diantaranya


dilakukan interpolasi linier.
0

= 5 , koefisien kehilangan tenaga , =


0

0,02 Untuk = 4 , koefisien tenaga, = 0,02


Persamaan Energi :
Kehilangan tenaga sekunder
:

1.

Koefisien akibat perubahan bentuk tampang (titik


L) H = 0,092

2.

Koefisien kehilangan tenaga pada setiap belokan :


Tabel 5.20. Nilai Koefisien Kehilangan Tenaga Pada
Setiap Belokan
Titik Join Sudut

4
o
4 o
13

Koefisien Kehilangan
Tenaga
0,0

2
0,0
2
0,0
Sumber : Buku utama Pedoman Studi Kelayakan
4 PLTMH
N
O

(Departeman Energi dan Sumber Daya Mineral 2008)

3.

Koefesien akibat penyempitan pipa = 0,5

4.

Kehilangan tenaga sekunder dapat ditulis dalam bentuk :

he K

2g

8Q

g4
D

8 K 2
g 4 Q
2
D

Jumlah kehilangan tenaga bengkokan pipa :

he he M he N he O

kO
k
8
k 4 Q 2
he g
2
D
M
N
4
4D
D
1
1
1

8
0,02
0,04
2
Q
he

0,02
1
1
4
2

g 0,334 0,331 0,33

4
he 0,081,69 1,69 3,37Q
he 0,57 Q
he
0,01

Jadi

total

kehilangan

tenaga

adalah

jumlah

dari

kehilangan tenaga pada pipa masuk (he1)+ kehilangan


energi akibat gesekan pipa (he2) + kehilangan energi akibat
bengkokan, atau

dalam bentuk persamaan total kehilangan tenaga


sebagai berikut :

he =he1+he2+he3 he = 0,60 + 0,01 + 0,01


he= 0,62 m
5.5.8

Rumah Pembangkit
Bangunan

rumah

pembangkit

direncanakan

berupa

bangunan permanen dengan ukuran panjang x lebar x tinggi = 3 m


x 3 m x 3; memakai atap seng gelombang, pondasi batu kali,
dinding batu bata, pintu tripleks, dan lantai beton rabat diaci.

5.5.9

Saluran Pembuang Akhir (Tail Race)


Saluran pembuang akhir (tail race) direncanakan berbentuk persegi
empat dari pasangan batu. Kapasitas saluran direncakan Q desain =
3

0,064 m
s.

b = 0,50 m dan h = 0,50


m
A = b x h = 0,50 x 0,50 = 0,25
2
m.
V = Q / A = 0,064 / 0,25 = 0,256
m/s P = b + 2h = 0,50 + 2 x 0,5 =
1,50 m R = A / P = 0,25 / 1,50 =
0,167 m
Rumus Manning

: V = 1/n x S

1/2

2/3

xR

S = [ (n x V ) / R

2/3 2

2/3

S = [ ( 0,018 x 0,256 ) / (0,167)

= 0,0023

5.6

Kapasitas Daya Dan Produksi Energi


Daya listrik yang dapat dibangkitkan dihitung dengan memakai persamaan:
P = 9,81 x Q x H x
Dimana :
P

= daya (KW),

= debit rencana
3

(m /det), H

= Head

netto (m)

= koefisien efisiensi turbin dan generator.

Setiap jenis turbin dan pabrik pembuat memiliki tingkat efisiensi


yang berbeda.
Debit rencana diambil pada kejadian 70 %, sehingga Q = 0,064
3

m /det, H netto diperoleh sebesar 7,85 m. Pada kasus ini, efisiensi turbin
dan generator dipakai adalah 75 %, Dengan demikian, maka daya listrik
output adalah:
P

= 9,81 x 0,064 x 7,85 x 0,75


= 3,708 kW
= 3708 W

Diperkirakan dalam 1 KK digunakan :


-

1 buah lampu 10 W

10 W

2 buah lampu 5 W

10 W

1 buah peralatan elektronik

30 W

Jadi rata-rata penggunaan listrik dalam 1 KK adalah 50 W


Jumlah KK yang ada pada desa Dangaraa Kec.pinembani adalah 67 KK
Sehingga energi yang dibutuhkan yaitu :
67 x 50 = 3350 W = 3,35 kW
Berdasarkan besarnya debit dan persen kejadian maka kapasitas
bangkitan energi yang dapat dihasilkan adalah sebesar 2.799 kWH per
tahun, rincian perhitungan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5.21. Kapasitas Bangkitan Energi PLTMH Marimpa

Produksi Energi Listrik


200

150

E
ne
rg
i
K
W

100

50

0
0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Persen Kejadian

Gambar 5.14. Ketersediaan Daya & Produksi Energi

100%

BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Dari hasil tinjauan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka penulis
dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Dari Analisis Data Curah Hujan dan Klimatologi, serta Topografi


3

mengindikasikan bahwa ada potensi debit sebesar 0,064 m /det


dengan head 7,85 m.

2. Dengan asumsi efisiensi turbin dan generator sebesar 75%, maka


Daya listrik yang dapat dibangkitkan sebesar 3,708 kW.

3. Kebutuhan listrik untuk masyrakat Dangraa (67 KK) sebesar 3,350


kW dengan perkiraan dalam 1 KK menggunakan 50 W.
4. Berdasarkan pengamatan lapangan, trase saluran pembawa yang
paling mungkin adalah melalui sisi kanan sungai. Kondisi topografi
sedemikian memungkinkan dibuat saluran terbuka sepanjang 64 m
sebagai saluran pembawa, saluran tertutup sepanjang 56,35 m
sebagai saluran tekan (penstock).

6.2

Saran

1. Untuk kemajuan masyarakt Dangaraa diharapkan kepada PEMDA


dan PLN setempat agar dapat memperhatikan masyarakat Dangaraa
untuk membantu pelaksanaan pembanguan Pembangit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH).

2. Kelebihan daya yang dihasikan PLTMH dapat digunakan untuk


keperluan rekreasi, pendidikan dan industri kecil seperti ; mesin
pemotong rotan, mesin penggiling padi.

DAFTAR PUSTAKA

Adyanto S. 2008.Analisis Aliran Air Dalam Pipa Untuk Pembangkit Listrik


Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Hulu Sungai Rawa, Tugas Akhir
Fakultas Teknik, Universitas Tadulako, Palu
Arismunandar A, Dan Kuwahara S, 1991. Teknik Tenaga Listrik Jilid I,
PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Chow, VT, 1985, Hidraulika Saluran Terbuka, Erlangga, Jakarta.
Dandekar M. M, Sharma K.N, 1991. Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Terjemahan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Endardjo P,Warga Dalam J, Setiadi A, 1998, Pengmbangan Rancang Bangun
Mikrohidro Standar PU, Prosiding HATHI,
Bandung. Giles RV, 1996, Mekanika Fluida Jilid 2.
Erlangga, Jakarta.
Hery S. 2009. Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLYMH)
di Sungai Paneki, Tugas Akhir Fakultas Teknik, Universitas Tadulako,
Palu.
Kodoatie RJ, 1977. Hidrolika Terapan Aliran Pada Saluran Terbuka dan Pipa.
Andi, Jogjakarta.
Kristanto H, 2007 Pelatihan Pembangunan Mikrohidro Berbasis Masyarakat,
Mojokerto.
Patty F.,1995, Tenaga Air, Edisi Pertama, Erlangga, Jakarta.
Priyantoro D, 1991. Hidrolika Saluran Tertutup Edisi Pertama,
Universitas Brawijaya, Malang.
Raswari, 1987. Sistem Perpipaan. Universitas Indonesia, Jakarta.
Triadmodjo B, 2003. Hidraulika II Soal dan penyelesaian, Universitas
Gajah Mada, Jogjakarta.
Wayan, Abdul, Joy. 1999. Diktat Kuliah Rekayasa Hidrologi. Universitas
Tadulako. Palu.
WWW.HydroGeneration.co.id
Buku Utama Pedoman Studi Kelayakan PLTMH, 2008. Departemen Energi

dan Sumber Daya Mineral.

100

164

`
Bak Penenang / Pengendapan
56.35 m

2.7 m

0.3 m

Saluran Pembawa

64 m

2m

0.3m

0.3m

1.5m

+669,50

1.0m

1.2 m

Pipa Pesat (Penstock) 16"


Saluran Pembuang

FAKULTAS TEKNIK

Intake

0.3m

UNIVERSITAS TADULAKO
KEGIATAN

+660,50

Rumah Turbin

TUGAS AKHIR
Bendung

10 m

PEKERJAAN

PEKERJAAN MIKROHIDRO

LOKASI

LAY OUT PLTMH


Skala 1 : 150

SUNGAI MARIMPA
DESA DANGRAA
KECAMATAN PINEMBANI

Saluran Pembawa

KETERANGAN
+660.00

7m

Pengambilan (Intake)

+660.00

+662.00

Talud
bendung

Talud Bendung
+662.00

DIPERIKSA

+660.50

Penguras
Bendung

T. TANGAN

DOSEN PEMBIMBING I
ALIFI YUNAR, ST. MT

Kolam Olak
Riprap

Jalan Inspeksi

DOSEN PEMBIMBING II
TOTOK HARICAHYONO, ST. MT

DIGAMBAR
10 m

RAMLI KADIR
F 111 05 090
GAMBAR

SKALA

LAY OUT PLTMH

1 : 150

POT. BENDUNG

1 : 100

Talud Bendung
Talud bendung
+662.00

+662.00

Pot. Bendung
Skala 1 : 75

NO. LEMBAR

JML. GAMBAR

TANGGAL

1.2

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
KEGIATAN

TUGAS AKHIR

PEKERJAAN

PEKERJAAN MIKROHIDRO

Pintu Penguras
64 m
Rumah Turbin

Existing Bendung
Saringan

Pas. Saluran

Pas. Bronjong

LOKASI

30cm

30cm

Angker Blok
+660,0
Penstock 16"

+660,0

50cm
50cm

+659,5

SUNGAI MARIMPA
DESA DANGRAA
KECAMATAN PINEMBANI

50cm
50cm

KETERANGAN

+659,0

50cm

Bak Penenang

50 cm

Panel

Penyangga Penstock
+651,65

DIPERIKSA
Penyangga Penstock

T. TANGAN

DOSEN PEMBIMBING I

Angker Blok

ALIFI YUNAR, ST. MT

Turbin Generator

DOSEN PEMBIMBING II

Saluran Pembuang

TOTOK HARICAHYONO, ST. MT

POTONGAN MEMANJANG

DIGAMBAR

Skala 1 : 100

RAMLI KADIR
F 111 05 090
GAMBAR

SKALA

POTONGAN
MEMANJANG

1 : 100

NO. LEMBAR

JML. GAMBAR

TANGGAL

25

70

25

Bak Penenang
270

30

Pas. Saluran Pembawa

30

70

Penstock 16"

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO

30

KEGIATAN

25

25

150
100

+660,0

+659,5

25

TUGAS AKHIR

60

70
A

POT. B - B
(DETAIL SALURAN PEMBAWA)
Skala 1 : 30

30

PEKERJAAN

PEKERJAAN MIKROHIDRO

LOKASI

Saluran Pelimpah

Saluran
Penguras

20

50

SUNGAI MARIMPA
DESA DANGRAA
KECAMATAN PINEMBANI

20

KETERANGAN

BAK PENENANG

50

Skala 1 : 50

Pintu Penguras

20
40

Saluran Pelimpah
30

Saringan

DIPERIKSA

Pas. Saluran Pembawa

T. TANGAN

DOSEN PEMBIMBING I
ALIFI YUNAR, ST. MT

30

DETAIL SALURAN PEMBUANG


Skala 1 : 30

DOSEN PEMBIMBING II
TOTOK HARICAHYONO, ST. MT

DIGAMBAR
70

+660,0

120

25

RAMLI KADIR

15 30 15

+659,5

F 111 05 090

30

30

Penstock 16"

15
POT. A - A (BAK PENENANG)
Skala 1 : 50

DETAIL SALURAN PELIMBAH


Skala 1 : 30

GAMBAR
1. BAK PENENANG
2. POT. BAK PENENANG
3. DET. SAL. PEMBAWA
4. DET. SAL. PEMBUANG
5. DET. SAL. PELIMPAH
NO. LEMBAR

JML. GAMBAR

SKALA
1
1
1
1
1

:
:
:
:
:

50
50
30
30
30

TANGGAL

300

FAKULTAS TEKNIK

- 0.100

UNIVERSITAS TADULAKO

20845

258

KEGIATAN
Turbin

300

Generator

DENAH RUMAH TURBIN


Skala

TUGAS AKHIR

1 : 50

0.00

PEKERJAAN

PEKERJAAN MIKROHIDRO
300

LOKASI
B

SUNGAI MARIMPA
DESA DANGRAA
KECAMATAN PINEMBANI
KETERANGAN

DIPERIKSA

T. TANGAN

DOSEN PEMBIMBING I
ALIFI YUNAR, ST. MT
DOSEN PEMBIMBING II
TOTOK HARICAHYONO, ST. MT

DIGAMBAR
80

TAMPAK DEPAN RUMAH TURBIN


153

Skala

RAMLI KADIR

1 : 50

F 111 05 090
GAMBAR

SKALA

1. DENAH RUMAH TURBIN


2. TAMPAK DEPAN

1 : 50
1 : 50

NO. LEMBAR

70

JML. GAMBAR

TANGGAL

FAKULTAS TEKNIK

515

UNIVERSITAS TADULAKO
KEGIATAN

435,00

Atap Seng BJLS 28

TUGAS AKHIR

PEKERJAAN

300,00

Kuda-Kuda 6/12

List Plank 2/30

PEKERJAAN MIKROHIDRO

LOKASI
SUNGAI MARIMPA
DESA DANGRAA
KECAMATAN PINEMBANI

Penstock 16"
Generator

KETERANGAN

0,00
60,00

DIPERIKSA

100,00

15
MAN

Angker Blok

Penyangga Penstock

Lantai Kerja
Urugan Pasir

DOSEN PEMBIMBING I

MAN

ALIFI YUNAR, ST. MT

Campuran Beton

Campuran Beton
200,00

T. TANGAN

Pas. Batu Kali 1 : 2

DOSEN PEMBIMBING II
TOTOK HARICAHYONO, ST. MT

DIGAMBAR

50
80
300

RAMLI KADIR

POTONGAN A - A

POTONGAN B - B

Skala 1 : 50

Skala 1 : 50

F 111 05 090
GAMBAR

1. POTONGAN A-A
2. POTONGAN B-B
NO. LEMBAR

JML. GAMBAR

SKALA
1 : 50
1 : 50

TANGGAL

99

Lampiran A Tabel PN.1 Hubungan Suhu (T) dengan nilai ea (mbar), W, (1W) dan f (t)
Suhu (t)
24.0
24.2
24.4
24.6
24.8
25.0
25.2
25.4
25.6
25.8
26.0
26.2
26.4
26.6
26.8
27.0
27.2
27.4
27.6
27.8
28.0
28.2
28.4
28.6
28.8
29.0
29.2
29.4
29.6
29.8
30.0

ea
(mbar)
29.845
30.213
30.581
30.950
31.319
31.588
32.073
32.458
32.844
32.230
33.617
34.024
34.431
34.839
35.247
35.666
36.085
36.515
36.945
37.376
37.807
38.259
38.711
39.163
39.616
40.070
40.544
41.019
41.494
41.969
42.445

W
(1-W)
Elevasi 1-250 m
0.735
0.265
0.737
0.263
0.739
0.261
0.741
0.259
0.743
0.257
0.745
0.255
0.747
0.253
0.749
0.251
0.751
0.249
0.753
0.247
0.755
0.245
0.757
0.243
0.759
0.241
0.761
0.239
0.763
0.237
0.765
0.235
0.767
0.233
0.769
0.231
0.771
0.229
0.773
0.227
0.775
0.225
0.777
0.223
0.779
0.221
0.781
0.219
0.783
0.217
0.785
0.215
0.787
0.213
0.789
0.211
0.791
0.209
0.793
0.207
0.795
0.205

f (t)
15.400
15.445
15.491
15.536
15.581
15.627
15.672
15.717
15.763
15.808
15.853
15.898
15.944
15.989
16.034
16.079
16.124
16.170
16.215
16.260
16.305
16.350
16.395
16.440
16.485
16.530
16.575
16.620
16.665
16.711
16.756

Sumber : Suhardjono, 1994

171

Lampiran B. Tabel PN.2 Besaran Nilai Anggota (Ra) dalam Evaporasi Ekivalen
(mm/hari) dalam hubungannya dengan letak lintang (untuk
daerah Indonesia, antara 5 LU sampai 10 LS)
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Min
Maks
Rerata

5 LU
13.00
14.00
15.00
15.10
15.30
15.00
15.10
15.30
15.10
15.70
14.80
14.60
13.00
15.70
14.83

Sumber : Suhardjono, 1994

4 LU
14.30
15.00
15.50
15.50
14.90
14.40
14.60
15.10
15.30
15.10
14.50
14.10
14.10
15.50
14.86

2 LU
14.70
15.30
15.60
15.30
14.60
14.20
14.30
14.90
15.30
15.20
14.80
14.40
14.20
15.60
14.88

Letak Lintang
0 LU 2 LS 4 LS
15.00 15.30 15.50
15.50 15.70 15.80
15.70 15.65 15.60
15.30 15.10 14.90
14.40 14.10 13.80
13.90 13.50 13.20
14.10 13.70 13.40
14.80 14.50 14.30
15.30 15.20 15.10
15.40 15.50 15.60
15.10 15.30 15.50
14.80 15.10 15.40
13.90 13.50 13.20
15.70 15.70 15.80
14.94 14.89 14.84

6 LS
15.80
16.00
15.60
14.70
13.40
12.80
13.10
14.00
15.00
15.70
15.75
15.70
12.80
16.00
14.80

8 LS
16.10
16.10
15.50
14.40
13.10
12.40
12.70
13.70
14.90
15.80
16.00
16.10
12.40
16.10
14.73

10LS
16.10
16.00
15.30
14.00
12.60
12.60
11.80
12.20
13.30
14.60
15.60
16.00
11.80
16.10
14.18

Lampiran C. Tabel PN.3 Hubungan nilai (Rs) dengan (Ra) dan (n/N) Rs = (0,25
+ 0,54 n/N). Ra
Ra
12.00
12.20
12.40
12.60
12,80
13.00
13.20
13.40
13.60
13.80
14.00
14.20
14.40
14.60
14.80
15.00
15.20
15.40
15.60
15.80
16.00
16.20
Min
Maks
Rerata

20
4.30
4.37
4.44
4.51
4.58
4.65
4.73
4.80
4.87
4.94
5.01
5.08
5.16
5.23
5.30
5.37
5.44
5.51
5.58
5.66
5.73
5.80
4.30
5.80
5.05

Sumber : Suhardjono, 1994

Persentase Kecerahan Matahari (n/N) dalam (%)


30
40
50
60
70
80
4.94
5.59
6.24
6.89
7.54
8.18
5.03
5.69
6.34
7.00
7.66
8.32
5.11
5.78
6.45
7.12
7.79
8.46
5.19
5.87
6.55
7.23
7.91
8.59
5.27
5.96
6.66
7.35
8.04
8.73
5.36
6.06
6.76
7.46
8.16
8.87
5.44
6.15
6.86
7.58
8.29
9.00
5.52
6.24
6.97
7.69
8.42
9.14
5.60
6.34
7.07
7.81
8.54
9.28
5.69
6.43
7.18
7.92
8.67
9.41
5.77
6.52
7.28
8.04
8.79
9.55
5.85
6.62
7.38
8.15
8.92
9.68
5.93
6.71
7.49
8.27
9.04
9.82
6.02
6.80
7.59
8.38
9.17
9.96
6.10
6.90
7.70
8.50
9.29
10.09
6.18
6.99
7.80
8.61
9.42
10.23
6.26
7.08
7.90
8.72
9.55
10.37
6.34
7.18
8.01
8.84
9.67
10.50
6.43
7.27
8.11
8.95
9.80
10.64
6.51
7.36
8.22
9.07
9.92
10.78
6.59
7.46
8.32
9.18
10.05
10.91
6.67
7.55
8.42
9.30
10.17
11.05
4.94
5.59
6.24
6.89
7.54
8.18
6.67
7.55
8.42
9.30
10.17
11.05
5.81
6.57
7.33
8.09
8.85
9.62

90
8.83
8.98
9.13
9.27
9.42
9.57
9.72
9.86
10.01
10.16
10.30
10.45
10.60
10.75
10.89
11.04
11.19
11.33
11.48
11.63
11.78
11.92
8.83
11.92
10.38

Lampiran D. Tabel PN.4 Hubungan antara (ea) dan (ed) untuk berbagai
keadaan (RH) guna penggunaan rumus Penman.
ea
(mbar)
29.00
29.25
29.50
29.75
30.00
30.25
30.50
30.75
31.00
31.25
31.50
31.75
32.00
32.25
32.50
32.75
33.00
33.25
33.50
33.75
34.00
34.25
34.50
34.75
35.00
35.25
35.50
35.75
36.00
36.25
36.50
36.75
37.00

50
14.50
14.63
14.75
14.88
15.00
15.13
15.25
15.36
15.50
15.63
15.75
15.88
16.00
16.13
16.25
16.38
16.50
16.63
16.75
16.88
17.00
17.13
17.25
17.38
17.50
17.63
17.75
17.88
18.00
18.13
18.25
18.38
18.50

55
15.95
16.09
16.23
16.36
16.50
16.64
16.78
16.91
17.05
17.19
17.33
17.46
17.60
17.74
17.88
18.01
18.15
18.29
18.43
18.56
18.70
18.84
18.98
19.11
19.25
19.39
19.53
19.66
19.80
19.94
20.08
20.21
20.35

Sumber : Suhardjono, 1994

Besaran ed = (ea x RH) adapun RH dalam (%)


60
65
70
75
80
17.40
18.85
20.30
21.75
23.20
17.56
19.01
20.48
21.94
23.40
17.70
19.18
20.65
22.13
23.60
17.85
19.34
20.83
22.31
23.80
18.00
19.50
21.00
22.50
24.00
18.15
19.66
21.18
22.69
24.20
18.30
19.83
21.35
22.88
24.40
18.45
19.99
21.53
23.06
24.60
18.60
20.15
21.70
23.25
24.80
18.75
20.31
21.88
23.44
25.00
18.90
20.48
22.05
23.63
25.20
19.05
20.64
22.23
23.81
25.40
19.20
20.80
22.40
24.00
25.60
19.35
20.96
22.58
24.19
25.80
19.50
21.13
22.75
24.38
26.00
19.65
21.29
22.93
24.56
26.20
19.80
21.45
23.10
24.75
26.40
19.95
21.61
23.28
24.94
26.60
20.10
21.78
23.45
25.13
26.80
20.25
21.94
23.63
25.31
27.00
20.40
22.10
23.80
25.50
27.20
20.55
22.26
23.98
25.69
27.40
20.70
22.43
24.15
25.88
27.60
20.85
22.59
24.33
26.06
27.80
21.00
22.75
24.50
26.25
28.00
21.15
22.91
24.68
26.44
28.20
21.30
23.08
24.85
26.63
28.40
21.45
23.24
25.03
26.81
28.60
21.60
23.40
25.20
27.00
28.80
21.75
23.56
25.38
27.19
29.00
21.90
23.73
25.55
27.38
29.20
22.05
23.89
25.73
27.56
29.40
22.20
24.05
25.90
27.75
29.60

85
24.65
24.86
25.08
25.29
25.50
25.71
25.93
26.14
26.35
26.56
26.78
26.99
27.20
27.41
27.63
27.84
28.05
28.26
28.48
28.69
28.90
29.11
29.33
29.54
29.75
29.96
30.18
30.39
30.60
30.81
31.03
31.24
31.45

90
26.10
26.33
26.56
26.78
27.00
27.23
27.45
27.68
27.90
28.13
28.35
28.58
28.80
29.03
29.25
29.48
29.70
29.93
30.15
30.38
30.60
30.83
31.05
31.28
31.50
31.73
31.95
32.18
32.40
32.63
32.85
33.08
33.30

Lampiran E. Tabel PN.5 Besaran f (ed), f (ed) = 0,34 0,044 , guna


perhitungan rumus Penman.
ed
(mbar)
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
25.00
26.00
27.00
28.00
29.00
30.00
31.00
32.00
33.00
34.00
34.50
35.00

0.1
0.169
0.163
0.158
0.153
0.148
0.143
0.138
0.133
0.129
0.124
0.120
0.115
0.111
0.107
0.103
0.099
0.096
0.091
0.087
0.083
0.081
0.079

0.2
0.168
0.163
0.158
0.152
0.147
0.142
0.137
0.133
0.128
0.124
0.119
0.115
0.111
0.106
0.102
0.098
0.094
0.090
0.086
0.083
0.081
0.079

Sumber : Suhardjono, 1994

Besaran f (ed) = 0,34 0,044 ,


0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.168
0.167
0.167
0.166
0.166
0.162
0.162
0.161
0.161
0.160
0.157
0.156
0.156
0.155
0.155
0.152
0.151
0.151
0.150
0.150
0.147
0.146
0.146
0.145
0.145
0.142
0.141
0.141 0.140
0.140
0.137
0.136
0.136 0.136
0.135
0.132
0.132
0.131 0.131
0.130
0.128
0.127
0.127 0.126
0.126
0.123
0.123
0.122 0.122
0.121
0.119
0.118
0.118
0.117
0.117
0.114
0.114
0.113
0.113
0.113
0.110
0.110
0.109
0.109
0.108
0.106
0.106
0.105
0.105
0.104
0.102
0.101
0.101
0.101
0.100
0.098
0.097
0.097
0.097
0.096
0.094
0.093
0.093
0.093
0.092
0.090
0.090
0.089
0.089
0.088
0.086
0.086
0.086
0.086
0.086
0.082
0.082
0.082
0.081
0.081
0.080
0.080
0.080
0.079
0.079
0.079
0.078
0.078
0.077
0.077

0.8
0.165
0.160
0.154
0.149
0.144
0.139
0.135
0.130
0.125
0.121
0.117
0.112
0.108
0.104
0.100
0.096
0.092
0.088
0.084
0.080
0.079
0.077

0.9
0.165
0.159
0.154
0.149
0.144
0.139
0.134
0.129
0.125
0.120
0.116
0.112
0.108
0.103
0.099
0.096
0.091
0.088
0.084
0.080
0.078
0.076

Lampiran F. Tabel PN.6 Besaran f (n/N)


f (n/N) = 0,1 + 0,9 n/N, guna perhitungan rumus Penman.
n/N
(%)
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00

1
0.379
0.469
0.559
0.649
0.739
0.829

2
0.388
0.478
0.568
0.658
0.748
0.838

Besaran f (n/N) = 0,1 + 0,9 n/N


3
4
5
6
0.397 0.406
0.415
0.424
0.487 0.496
0.505
0.514
0.577 0.586
0.595
0.604
0.667 0.676
0.685
0.694
0.757 0.766
0.775
0.784
0.847 0.856
0.865
0.874

7
0.433
0.523
0.613
0.703
0.793
0.883

8
0.442
0.532
0.622
0.712
0.802
0.892

9
0.451
0.541
0.631
0.721
0.811
0.901

Sumber : Suhardjono, 1994

Lampiran G. Tabel PN.7 Besaran f (u)


f (u) = 0,27 (1 + U x 0,864), guna perhitungan rumus Penman.
U
m/det
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00

0.1
0.293
0.527
0.760
0.993
1.226
1.460

0.2
0.317
0.550
0.783
1.016
1.250
1.483

Sumber : Suhardjono, 1994

Besaran f (u) = 0,27 (1 + U x 0,864)


0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.340 0.363
0.387
0.410
0.433
0.573 0.597
0.620
0.643
0.667
0.807 0.630
0.853
0.877
0.900
1.040 1.063
1.086
1.110
1.133
1.273 1.296
1.320
1.343
1.366
1.506 1.530
1.553
1.576
1.600

0.8
0.457
0.690
0.923
1.156
1.390
1.623

0.9
0.490
0.713
0.947
1.180
1.413
1.646

Lampiran H. Tabel PN.8 Besaran angka koreksi (c) bulanan untuk rumus
Penman (berdasarkan perkiraan perbandingan kecepatan angin
siang/malam di daerah Indonesia).
Bulan

Blaney-Criddle
0.800
0.800
0.750
0.750
0.700
0.700
0.750
0.750
0.800
0.800
0.825
0.825

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Sumber : Suhardjono, 1994

0,5

Lampiran I. Tabel Nilai Q/n

dan R/n

0,5

Angka koreksi (c)


Radiasi
0.800
0.800
0.750
0.750
0.700
0.700
0.750
0.750
0.800
0.800
0.825
0.825

Penman
1.100
1.100
1.000
1.000
0.950
0.950
1.000
1.000
1.100
1.100
1.150
1.150

Lampiran J. Tabel Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan Jumlah


Data (n)

Lampiran K. Tabel Hubungan antara Deviasi Standar (Sn) dan Reduksi


Data dengan Jumlah Data (n)

Lampiran L-1 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2000

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

Lampiran L-2 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2001

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

Lampiran L-3 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2002

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

Lampiran L-4 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2003

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

Lampiran L-5 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2004

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

Lampiran L-6 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2005

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

Lampiran L-7 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2006

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

Lampiran L-8 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2007

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

Lampiran L-9 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2008

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

Lampiran L-10 : Data Curah Hujan Harian Tahun 2009

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi 3

Lampiran M : Dokumentasi Lokasi Penelitian

Gambar 1 : Lokasi PLTMH

Gambar 2 : Lokasi Penelitian

Gambar 3 : Lokasi Pengukuran Kecepatan Air

Gamabr 4 : Lokasi Pengukuran Kedalaman Air

Gambar 5 : Lokasi Penelitian

Gambar 6 : Lokasi Power House

Gambar 7 : Daerah Penelitian

Você também pode gostar