Você está na página 1de 34

Hubungan Komplementaris Undang-Undang Jasa Konstruksi dan

Undang-Undang Kamar Dagang dan Industri


Mata Kuliah Etika dan Aspek Hukum Industri Konstruksi

disusun oleh

Clarissa Rachma Anggita


1206218051

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya makalah yang berjudul Hubungan Komplementaris
Undang-Undang Jasa Konstruksi dan Undang-Undang Kamar Dagang dan
Industri dapat diselesaikan. Makalah ini membahas dan menganalisa pasal-pasal
tertentu pada Undang-Undang tentang Jasa Konstruksi yang ada kaitannya dengan
pasal-pasal tertentu pada Undang-Undang tentang Kamar Dagang dan Industri
secara eksplisit maupun implisit.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
makalah ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief M.T selaku dosen mata kuliah Etika dan
Aspek Hukum yang telah memberi bimbingan dan masukan bagi saya
selama proses pembuatan tugas besar ini.
2. Orang tua dan keluarga yang telah memberi dukungan material dan
moral kepada saya; dan
3. Teman-teman yang banyak memberikan bantuan berupa saran atau ide
dalam penyusunan makalah ini.
Saya sangat menerima kritik dan saran yang membangun mengenai makalah
ini demi pencapaian kualitas yang lebih baik. Harapan saya sebagai penulis
makalah ini yaitu tulisan saya ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang
membaca.
Depok, Agustus 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Identifikasi Masalah
I.3 Rumusan Masalah
I.4 Tujuan Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
II.1 Undang-Undang Jasa Konstruksi (UU No. 18/1999)
II.2 Undang-Undang Kamar Dagang dan Industri (UU No. 1/1987)
BAB III METODE PENMECAHAN MASALAH
III.1 Metodologi Pembuatan Makalah
III.2 Metode Pengumpulan Data
III.3 Metode Analisa Data
BAB IV PEMBAHASAN
IV.1 Identifikasi Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi yang berhubungan komplementaris terhadap Undang-Undang
Kamar Dagang dan Industri
IV.2 Identifikasi Undang-Undang Nomor 1 tahun 1987 tentang Kamar
Dagang dan Industri yang berhubungan komplementaris terhadap
Undang-Undang Jasa Konstruksi
IV.3 Analisa Hubungan Komplementaris Undang-Undang Kamar Dagang dan
Industri dan Undang-Undang Jasa Konstruksi
BAB V KESIMPULAN
Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Tantangan yang dihadapi oleh dunia usaha saat ini semakin kompleks,
termasuk pada sektor jasa konstruksi, perindustrian, dan perdagangan
nasional. Persaingan global antar perusahaan penyedia jasa konstruksi
semakin ketat diikuti pula dengan peningkatan harapan/permintaan
konsumen (pengguna jasa) terhadap hasil produk yang dihasilkan, sehingga
memaksa para penyedia jasa konstruksi untuk berupaya lebih keras dalam
meningkatkan kinerja operasi perusahaan.
Jumlah penyedia jasa (kontraktor) yang semakin bertambah dan
berbanding terbalik dengan jumlah proyek dapat menimbulkan kondisi yang
tidak berimbang. Kondisi ini dapat memicu persaingan yang sangat ketat
diantara

para

penyedia

jasa

konstruksi

dalam

mempertahankan

keberlangsungan usahanya. Disisi lain kondisi tersebut menjadikan


pengguna jasa memiliki posisi bargaining yang kuat dalam menentukan
penyedia jasa yang tepat untuk kebutuhan proyek konstruksinya. Dengan
posisi yang lebih dominan, Pengguna Jasa lebih leluasa menyusun dokumen
kontrak konstruksi dan ini dapat merugikan Penyedia Jasa.
Sehubungan dengan dengan hal ini, diperlukan Undang-Undang
tentang Kamar Dagang dan Industri yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 1 tahun 1987 yang merupakan wadah pembinaan untuk
meningkatkan

kemampuan

kedudukannya,

sebagai

profesi

wadah

pengusaha

penyaluran

Indonesia

aspirasi

dalam

dalam
rangka

keikutsertaannya dalam pelaksanaan pembangunan, serta merupakan wadah


komunikasi dan konsultasi antara pengusaha Indonesia dan Pemerintah
mengenai

hal-hal

yang

berkaitan

dengan

masalah

perdagangan,

perindustrian, dan jasa.


Pada bagian Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, menegaskan bahwa:
Kesadaran hukum dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi perlu
ditingkatkan, termasuk kepatuhan para pihak, yakni pengguna jasa dan

penyedia jasa, dalam pemenuhan kewajibannya serta pemenuhan terhadap


ketentuan yang terkait dengan aspek keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
lingkungan, agar dapat mewujudkan bangunan yang berkualitas dan mampu
berfungsi sebagaimana yang direncanakan. Di sisi lain, kesadaran
masyarakat akan manfaat dan arti penting jasa konstruksi masih perlu
ditumbuhkembangkan agar mampu mendukung terwujudnya ketertiban
dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi secara optimal.
Kesadaran hukum yang dimaksud adalah berkaitan dengan aspek hukum
yang melindungi semua pihak baik pengguna jasa (konsumen langsung atau
tidak langsung) maupun penyedia jasa (para praktisi usaha jasa konstruksi).
Kemudian ditegaskan bahwa Undang-Undang tentang Jasa Konstruksi ini
mempunyai hubungan komplementaris dengan peraturan perundangundangan lainnya dalam perannya melindungi pihak-pihak terkait.
Dengan demikian, usaha jasa konstruksi yang dilakukan di Indonesia
wajib memenuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang
tentang Jasa Konstruksi dan ketentuan perundang-undangan terkait lainnya
seperti disebutkan di atas yang berlaku sebagai komplementasitas (saling
melengkapi) dari Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK). Pada makalah
ini penulis bermaksud mencari dan menjelaskan pasal-pasal yang berkaitan
antara peraturan perundang-undangan Kamar Dagang dan Industri dengan
peraturan perundang-undangan Jasa Konstruksi.
I.2

Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang sudah dijabarkan, terdapat beberapa masalah
yang akan dibahas dalam kalah ini antara lain:
a. Dalam pembangunan nasional, salah satu aspek yang terpenting adalah
bidang ekonomi dimana badan usaha harus bisa bersaing di dunia
nasional maupun internasional
b. Perlu adanya tempat untuk mewadahi badan usaha untuk tumbuh dan
berkembang sehingga dapat menghasilkan kualitas untuk siap bersaing
dan menciptakan iklim persaingan yang sehat dan tertib
c. Perlu adanya peran pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap
usaha yang sedang tumbuh di Indonesia

I.3

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
a. Bagaimana hubungan antara peraturan perundang-undangan Kamar
Dagang dan Industri dengan peraturan perundang-undangan Jasa
Konstruksi?
b. Bagaimana bentuk hubungan peraturan perundang-undangan Kamar
Dagang dan Industri dengan peraturan perundang-undangan Jasa
Konstruksi?

I.4

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Memberikan pasal-pasal peraturan perundang-undangan Kamar Dagang
dan Industri yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan Jasa
Konstruksi.
b. Menjelaskan hubungan antara pasal-pasal tersebut

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1 Undang-Undang Jasa Konstruksi
Jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis dalam
pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan
pembangunan nasional. Untuk itu, dirasakan perlu pengaturan secara rinci
dan jelas mengenai jasa konstruksi, yang kemudian dituangkan dalam di
dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa
konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Para pihak dalam suatu
pekerjaan konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa. Pengguna
jasa dan penyedia jasa dapat merupakan orang perseorangan atau badan
usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan berbentuk
badan hukum. Penyedia jasa konstruksi yang merupakan perseorangan
hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi yang berisiko kecil, yang
berteknologi sederhana, dan yang berbiaya kecil. Sedangkan pekerjaan
konstruksi yang berisiko besar dan/atau yang berteknologi tinggi dan/atau
yang berbiaya besar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang
berbentuk perseroan terbatas atau badan usaha asing yang dipersamakan.
Penyedia jasa konstruksi yang berbentuk badan usaha harus
memenuhi ketentuan perizinan usaha di bidang jasa konstruksi dan memiliki
sertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. Hanya
badan usaha yang memiliki sertifikat tersebut yang diizinkan untuk bekerja
di bidang usaha jasa konstruksi. Disamping itu, penyedia jasa mempunyai
hak dalam melaksanakan suatu pekerjaan konstruksi yang tertuang dalam
kontrak pelaksanaan proyek. Kontrak ini untuk menjamin agar tidak ada
satu pihak yang merasa dirugikan sehingga pelaksanaan pekerjaan proyek
dapat selesai tepat pada waktunya.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa


Konstruksi, terdapat beberapa pasal yang menyangkut tentang Kamar
Dagang dan Industri, terutama yang berhubungan dengan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1987 yaitu:
Menimbang:
a. Bahwa

pembangunan

nasional

bertujuan

untuk

mewujudkan

masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual


berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. Bahwa jasa konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang
ekonomi, sosial, dan budaya yang mempunyai peranan penting dalam
pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan
pembangunan nasional;
c. Bahwa berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku belum
berorientasi baik kepada kepentingan pengembangan jasa konstruksi
sesuai

dengan

karakteristiknya,

yang

mengakibatkan

kurang

berkembangnya iklim usaha yang mendukung peningkatan daya saing


secara optimal, maupun bagi kepentingan masyarakat

Pasal 1
Poin 5
Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan
usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi;
Poin 6
Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur
hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi;
Poin 10
Perencana konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau
badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan
jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen
perencanaan bangunan atau bentuk fisik lain;
Poin 11

Pelaksana konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan


atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang
pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya
untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau
bentuk fisik lain;
Poin 12
Pengawas konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan
atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang
pengawasan jasa konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan
pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai
dan diserahterimakan.
Pasal 3
Pengaturan jasa konstruksi bertujuan untuk:
a. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi
untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing
tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas;
b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang
menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan
penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan
kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku

Pasal 13
Untuk mengembangkan usaha jasa konstruksi diperlukan dukungan
dari mitra usaha melalui:
a. perluasan dan peningkatan akses terhadap sumber pendanaan, serta
kemudahan persyaratan dalam pendanaan
b. pengembangan jenis usaha pertanggungan untuk mengatasi risiko
yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau akibat dari kegagalan
bangunan.

Pasal 17
Ayat (1)
Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan
berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia
jasa dengan cara pelelangan umum atau terbatas.
Ayat (2)
Pelelangan terbatas hanya boleh diikuti oleh penyedia jasa yang
dinyatakan telah lulus prakualifikasi.
Ayat (3)
Dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat dilakukan
dengan cara pemilihan langsung atau penunjukan langsung.
Ayat (4)
Pemilihan penyedia jasa harus mempertimbangkan kesesuaian
bidang, keseimbangan antara kemampuan dan beban kerja, serta kinerja
penyedia jasa.
Pasal 18
Ayat (4)
Pengguna jasa dan penyedia jasa harus menindaklanjuti penetapan
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan suatu kontrak
kerja konstruksi untuk menjamin terpenuhinya hak dan kewajiban para
pihak yang secara adil dan seimbang serta dilandasi dengan itikad baik
dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Pasal 22
Ayat (2), Poin e
Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk
memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi
ketentuan yang diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh
informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan
konstruksi.

Pasal 35
Ayat (1)
Pemerintah melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk
pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan.
Ayat (2)
Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
penerbitan peraturan perundang-undangan dan standar-standar teknis.
Ayat (3)
Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap

usaha

jasa

konstruksi

dan

masyarakat

untuk

menumbuhkembangkan kesadaran akan hak, kewajiban, dan perannya


dalam pelaksanaan jasa konstruksi.
Ayat (4)
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap

penyelenggaraan

pekerjaan

konstruksi

untuk

menjamin

terwujudnya ketertiban jasa konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang- undangan yang berlaku.
Pasal 37
Ayat (1)
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi di luar pengadilan dapat
ditempuh untuk masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan
dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, serta dalam hal terjadi
kegagalan bangunan.
Ayat (2)
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat menggunakan jasa pihak ketiga, yang disepakati oleh para
pihak.
Ayat (3)
Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibentuk
oleh Pemerintah dan/atau masyarakat jasa konstruksi.

II.2 Undang-Undang Kamar Dagang dan Industri


Kamar Dagang dan Industri diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1987. Undang-undang ini menjelaskan bahwa Kamar Dagang dan
Industri adalah wadah bagi pengusaha Indonesia dan bergerak dalam bidang
perekonomian. Kamar Dagang dan Industri dimaksudkan untuk menjadi
wadah

pemersatu

bagi

perusahaan

yang

bergerak

dalam

bidang

perekonomian, termasuk pengusaha swasta, organisasi pengusaha sejenis,


Badan Usaha Milik Negara, dan Koperasi. Tujuan dari Kamar Dagang dan
Industri ini adalah membina dan mengembangkan kemampuan, kegiatan,
dan

kepentingan

pengusaha

Indonesia

serta

menciptakan

dan

mengembangkan iklim dunia usaha yang memingkinkan keikutsertaan


seluas-luasnya bagi pengusaha Indonesia.
Dalam undang-undang ini mengatur dan menjelaskan tentang
pengertian pengusaha dan badan usaha yang dalam bahasan ini adalah
kontraktor/penyedia jasa, tujuan Kamar Dagang untuk meningkatkan
potensi, kualitas, dan kemampuan bersaing badan usaha (penyedia jasa),
fungsi Kamar Dagang sebagai wadah komunikasi dan konsultasi antar
badan usaha sehingga dapat bertukar pengalaman dan cara menyelesaikan
masalah, deskripsi kegiatan dalam Kamar Dagang dan Industri di Indonesia,
pembinaan pengusaha Indonesia dan penciptaan iklim usaha yang sehat dan
tertib, organisasi dan keanggotaan Kamar Dagang dan Industri di Indonesia,
pengawasan pemerintah terhadap badan usaha di Indonesia.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk terjalinnya hubungan antara badan
usaha (penyedia jasa) satu dengan lainnya maupun dengan pemerintah
sehingga terjadi persaingan yang sehat. Keberlangsungan usaha yang tertib
dapat diciptakan melalui jasa-jasa yang diberikan dari Kamar Dagang dan
Industri Indonesia dalam bentuk pemberian surat keterangan, penengahan,
arbitrasi dan rekomendasi mengenai usaha pengusaha Indonesia, termasuk
legalisasi surat-surat yang diperlukan bagi kelancaran usahanya.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan
Industri, terdapat beberapa pasal yang berkaitan dengan peraturan

perundang-undangan Jasa konstruksi, terutama Undang-Undang Nomor 18


Tahun 1999 yaitu:
Menimbang:
a. Bahwa dalam usaha untuk lebih meningkatkan pelaksanaan
Pembangunan Nasional pada umumnya dan pembangunan di bidang
ekonomi pada khususnya, diperlukan langkah-langkah untuk terus
mengembangkan iklim usaha yang sehat, meningkatkan pembinaan
dunia

usaha,

mengembangkan

dan

mendorong

pemerataan

kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat pengusaha untuk


ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan di bidang ekonomi
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. Bahwa pembinaan dunia usaha Nasional diarahkan

untuk

menciptakan iklim dan tata hubungan yang mendorong kerja sama


yang serasi antara usaha negara, koperasi, dan usaha swasta agar
mampu memegang peranan sebagai tulang punggung perekonomian
nasional yang sehat dan sekaligus mewujudkan pemerataan
kesejahteraan rakyat, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa,
serta meningkatkan ketahanan nasional;
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, diperlukan adanya
Kamar Dagang dan Industri yang merupakan wadah pembinaan
untuk meningkatkan kemampuan profesi pengusaha Indonesia dalam
kedudukannya sebagai pelaku-pelaku ekonomi nasional, dan sebagai
wadah penyaluran aspirasi dalam rangka keikutsertaannya dalam
pelaksanaan

pembangunan

di

bidang

ekonomi

berdasarkan

Demokrasi Ekonomi sesuai dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar


1945;
d. Bahwa Kamar Dagang dan Industri juga merupakan wadah
komunikasi dan konsultasi antara pengusaha Indonesia dan
Pemerintah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah
perdagangan, perindustrian, dan jasa;

Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
a. Kamar Dagang dan Industri adalah wadah bagi pengusaha
Indonesia dan bergerak dalam bidang perekonomian;
b. Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau persekutuan
atau badan hukum yang menjalankan sesuatu jenis perusahaan;
c. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap
jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus, yang didirikan
dan bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba;
d. Usaha adalah setiap tindakan, perbuatan, atau kegiatan apapun
dalam bidang perekonomian, yang dilakukan oleh setiap
pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba;
e. Organisasi Pengusaha adalah wadah persatuan dan kesatuan
bagi pengusaha Indonesia yang didirikan secara sah atas dasar
kesamaan tujuan, aspirasi, strata kepengurusan, atau ciri-ciri
alamiah tertentu;
f. Organisasi Perusahaan adalah wadah persatuan dan kesatuan
bagi perusahaan Indonesia yang didirikan secara sah atas dasar
kesamaan jenis usaha, mata dagangan, atau jasa yang dihasilkan
ataupun yang diperdagangkan.

Pasal 3
Kamar Dagang dan Industri bertujuan:
a. Membina dan mengembangkan kemampuan, kegiatan, dan
kepentingan pengusaha Indonesia di bidang usaha negara, usaha
koperasi, dan usaha swasta dalam kedudukannya sebagai pelakupelaku ekonomi nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan
ekonomi dan dunia usaha nasional yang sehat dan tertib
berdasarkan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;
b. Menciptakan dan mengembangkan iklim dunia usaha yang
memungkinkan keikutsertaan yang seluas- luasnya secara efektif
dalam Pembangunan Nasional.

Pasal 4
Dengan Undang-undang ini ditetapkan adanya satu Kamar Dagang
dan Industri yang merupakan wadah bagi pengusaha Indonesia, baik yang
tidak bergabung maupun yang bergabung dalam organisasi pengusaha
dan/atau organisasi perusahaan.
Pasal 6
Kamar Dagang dan Industri merupakan wadah komunikasi dan
konsultasi antar pengusaha Indonesia dan antara pengusaha Indonesia dan
Pemerintah

mengenai

hal-hal

yang

berkaitan

dengan

masalah

perdagangan, perindustrian, dan jasa.


Pasal 7
Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
Kamar Dagang dan Industri melakukan kegiatan-kegiatan, antara lain,
sebagai berikut:
a. Penyebarluasan informasi mengenai kebijaksanaan Pemerintah
di bidang ekonomi kepada pengusaha Indonesia;
b. Penyampaian
informasi
mengenai
permasalahan

dan

perkembangan perekonomian dunia, yang dapat berpengaruh


terhadap kehidupan ekonomi dan dunia usaha nasional, kepada
Pemerintah dan para pengusaha;
c. Penyaluran aspirasi dan kepentingan para pengusaha di bidang
perdagangan,

perindustrian,

dan

jasa

dalam

rangka

keikutsertaannya dalam pembangunan di bidang ekonomi;


d. Penyelenggaraan pendidikan, latihan, dan kegiatan-kegiatan lain
yang bermanfaat dalam rangka pembinaan dan pengembangan
kemampuan pengusaha Indonesia;
e. Penyelenggaraan dan peningkatan hubungan dan kerja sama
yang saling menunjang dan saling menguntungkan antar
pengusaha Indonesia, termasuk pengembangan keterkaitan
antarbidang usaha industri dan bidang usaha sektor ekonomi
lainnya;

f. Penyelenggaraan upaya memelihara kerukunan di satu pihak


serta upaya mencegah yang tidak sehat di pihak lain di antara
pengusaha Indonesia, dan mewujudkan kerjasama yang serasi
antara usaha negara, koperasi, dan usaha swasta serta
menciptakan pemerataan kesempatan berusaha;
g. Penyelenggaraan dan peningkatan hubungan dan kerja sama
antara pengusaha Indonesia dan pengusaha luar negeri seiring
dengan kebutuhan dan kepentingan pembangunan di bidang
ekonomi sesuai dengan tujuan Pembangunan Nasional;
h. Penyelenggaraan promosi dalam dan luar negeri, analisis
statistik, dan pusat informasi usaha;
i. Pembinaan hubungan kerja yang serasi antara pekerja dan
pengusaha;

Pasal 8
Selain kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
dalam rangka pembinaan pengusaha Indonesia dan penciptaan iklim usaha
yang sehat dan tertib, Kamar Dagang dan Industri dapat pula melakukan:
a. Jasa-jasa baik dalam bentuk pemberian surat keterangan,
penengahan, arbitrasi dan rekomendasi mengenai usaha
pengusaha Indonesia, termasuk legalisasi surat-surat yang
diperlukan bagi kelancaran usahanya;
b. Tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pemerintah

Pasal 11
Pemerintah melakukan pengawasan terhadap Kamar Dagang dan
Industri mengenai pelaksanaan ketentuan dalam Undang-undang ini,
ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya, dan kebijaksanaan
Pemerintah di bidang pembangunan ekonomi

BAB III
METODE PEMECAHAN MASALAH
III.1 Metodologi Pembuatan Makalah

Identifikasi
Masalah

Penentuan
Judul

Pembuatan
Landasan
Teori

Pencarian
Data Terkait

Penganalisaan
terhadap Data

Kesimpulan

Pembuatan Makalah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai


berikut:
III.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada makalah ini dilakukan dengan mencari pada
literatur-literatur yang berkaitan. Pengumpulah tersetsebut dilakukan pada
data tertulis mengenai kedua Undang-undang Jasa Konstruksi dan Undangundang Kamar Dagang dan Industri. Data tersebut berisi peraturan
perundang-undangan yang mengatur Jasa Konstruksi di Indonesia, yaitu UU
Nomor 18 tahun 1999 dan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang Kamar Dagang dan Industri, yaitu UU Nomor 1 tahun 1987.
Pencarian literatur elektronik juga dilakukan untuk meningkatkan
kelengkapan pembahasan.
III.3 Metode Analisa Data
Langkah pertama yang dilakukan untuk menganalisa data yang telah
dikumpulkan,

yaitu

membaca

literatur-literatur

tersebut.

Kemudian

mengidentifikasi per pasal dan per ayat pada UU Nomor 1 Tahun 1987
tentang Kamar Dagang dan Industri apakah di dalamnya terdapat hubungan
dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
Langkah berikutnya dilakukan pemilihan data dan pendataan mengenai
penjelasan dari peraturan yang diterangkan atau menerangkan, lalu
menganalisa bagaimana hubungan komplementasi antara keduanya.

BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Identifikasi

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa

Konstruksi yang Berhubungan Komplementaris terhadap UndangUndang Kamar Dagang dan Industri

Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 poin 5, 6, 10, 11, 12


Menjelaskan pengertian dari penyedia jasa, kontrak kerja konstruksi,
perencana

konstruksi,

pelaksana

konstruksi

dan

pengawan

konstruksi. Penyedia jasa dapat perseorangan atau badah usaha yang


kegiatannya menyediakan layanan jasa konstruksi, dimana berperan
penting dalam menjalankan pekerjaan konstruksi sebagai perencana

bangunan, penyelenggara kegiatan, dan menjalankan pekerjaan


pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai
selesai dan diserahterimakan. Sedangkan kontrak konstruksi adalah
dokumen yang mengatur hubungan antara pengguna jasa dan

penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.


Bab II Asas dan Tujuan Pasal 3
Tujuan dari pengaturan jasa konstruksi adalah terwujudnya usaha
jasa konstruksi yang mempunyai struktur kokoh, andal, berdaya
saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas serta
mewujudkan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang tertib
dengan cara menjamin hak dan kewajiban dari semua pihak dan
meningkatkan kepatuhan pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku.
Bab III Usaha Jasa Konstruksi Pasal 13
Pengembangan usaha jasa konstruksi melalui mitra usaha seperti
perluasan dan peningkatan akses terhadap sumber pendanaan, dan

pengembangan jenis usaha pertanggungan.


Bab IV Pengikatan Pekerjaan Konstruksi Pasal 17 ayat (1) (2) (3) (4)
Menjelaskan tata cara pemilihan penyedia jasa dalam hubungan
kerja jasa konstruksi berdasarkan prinsip persaingan yang dapat
dilihat dari usaha atau kinerja penyedia jasa sebelum atau sesudah

proses pelelangan.
Bab IV Pengikatan Pekerjaan Konstruksi Pasal 18 ayat (4)
Kontrak kerja konstruksi sangat diperlukan untuk menjamin
terpenuhinya hak dan kewajiban para pihak yang secara adil dan

seimbang dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.


Bab IV Pengikatan Pekerjaan Konstruksi Pasal 22 ayat (2) poin e
Menjelaskan hak dan kewajiban dari kedua pihak (pengguna jasa
dan penyedia jasa) dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yaitu
pengguna jasa berhak memperoleh hasil pekerjaan konstruksi dan
berkewajiban untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan,
sedangkan penyedia jasa berhak memperoleh informasi dan imbalan

jasa dan berkewajiban untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi.


Bab VIII Pembinaan Pasal 35 ayat (1) (2) (3) (4)
Pembinaan jasa konstruksi dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk
pengaturan

(penerbitan

peraturan

perundang-undangan),

pemberdayaan

(menumbuhkembangkan

kesadaran

akan

hak,

kewajiban, dan peranannya dalam pelaksanaan jasa konstruksi), dan


pengawasan (menjamin terwujudnya ketertiban jasa konstruksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang

berlaku).
Bab IX Penyelesaian Sengketa Pasal 37 ayat (1) (2) (3)
Penjelasan mengenai penyelesaian sengketa jasa konstruksi di luar
pengadilan dengan cara menggunakan pihak ketiga yang disepakati
oleh para pihak.

IV.2 Identifikasi Undang-Undang Nomor 1 tahun 1987 tentang Kamar


Dagang dan Industri yang berhubungan komplementaris terhadap
Undang-Undang Jasa Konstruksi

Bab I Ketentuan Umum poin a, b, c, d, e, f


Menjelaskan pengertian kamar dagang dan industri, pengusaha,
perusahaan, usaha, organisasi pengusaha, dan organisasi perusahaan.
Bab II Asas dan Tujuan Pasal 3
Tujuan Kamar Dagang dan Industri adalah membina dan
mengembangkan kemampuan, kegiatan, dan kepentingan pengusaha
Indonesia di bidang usaha negara, usaha koperasi, dan usaha swasta
dalam kedudukannya sebagai pelaku-pelaku ekonomi nasional
dalam rangka mewujudkan kehidupan ekonomi dan dunia usaha
nasional

yang

sehat

mengembangkan
keikutsertaan

iklim

yang

dan

tertib

dunia

seluas-

serta

usaha

luasnya

menciptakan

yang
secara

dan

memungkinkan
efektif

dalam

Pembangunan Nasional.
Bab III Bentuk dan Sifat Pasal 4
Menetapkan adanya satu Kamar Dagang dan Industri yang
merupakan wadah bagi pengusaha Indonesia, baik yang tidak
bergabung maupun yang bergabung dalam organisasi pengusaha

dan/atau organisasi perusahaan.


Bab IV Fungsi dan Kegiatan Pasal 6
Penjelasan mengenai fungsi kamar

dagang

sebagai

wadah

komunikasi dan konsultasi antar pengusaha Indonesia dan antara

pengusaha Indonesia dan Pemerintah mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan masalah perdagangan, perindustrian, dan jasa.


Bab IV Fungsi dan Kegiatan Pasal 7
Kegiatan-kegiatan kamar dagang meliputi penyampaian informasi
mengenai kebijakan Pemerintah di bidang ekonomi kepada
pengusaha

Indonesia,

permasalahan

dan

perkembangan

perekonomian dunia kepada Pemerintah dan para pengusaha,


penyaluran aspirasi dan kepentingan para pengusaha di bidang
perdagangan, perindustrian, dan jasa, penyelenggaraan pendidikan,
latihan, dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat dalam rangka
pembinaan dan pengembangan kemampuan pengusaha Indonesia,
penyelenggaraan dan peningkatan hubungan dan kerja sama yang
saling menunjang dan saling menguntungkan antar pengusaha
Indonesia, penyelenggaraan upaya memelihara kerukunan di satu
pihak serta upaya mencegah yang tidak sehat di pihak lain di antara
pengusaha Indonesia, dan mewujudkan kerjasama yang serasi antara
usaha negara, koperasi, dan usaha swasta serta menciptakan
pemerataan kesempatan berusaha, penyelenggaraan dan peningkatan
hubungan dan kerja sama antara pengusaha Indonesia dan pengusaha
luar negeri seiring dengan kebutuhan dan kepentingan pembangunan
di bidang ekonomi, penyelenggaraan promosi dalam dan luar negeri,
analisis statistik, dan pusat informasi usaha, pembinaan hubungan

kerja yang serasi antara pekerja dan pengusaha.


Bab IV Fungsi dan Kegiatan Pasal 8
Tindakan Kamar Dagang dan Industri dalam rangka pembinaan
pengusaha Indonesia dan penciptaan iklim usaha yang sehat dan
tertib adalah pemberian surat keterangan, penengahan, arbitrasi dan
rekomendasi mengenai usaha pengusaha Indonesia, termasuk
legalisasi surat-surat yang diperlukan bagi kelancaran usahanya,

serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh pemerintah.


Bab VI Pengawasan Pasal 11
Pengawasan pemerintah terhadap Kamar Dagang dan Industri
mengenai pelaksanaan ketentuan dalam Undang-undang ini,

ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya, dan kebijaksanaan


Pemerintah di bidang pembangunan ekonomi.

IV.3 Analisa Hubungan Komplementaris Undang-Undang Kamar Dagang


dan Industri dan Undang-Undang Jasa Konstruksi
Pertimbangan dalam membuat Undang-Undang Jasa Konstruksi
menyebutkan bahwa:
a. Bahwa

pembangunan

nasional

bertujuan

untuk

mewujudkan

masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual


berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. Bahwa jasa konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang
ekonomi, sosial, dan budaya yang mempunyai peranan penting dalam
pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan
pembangunan nasional;
c. Bahwa berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku belum
berorientasi baik kepada kepentingan pengembangan jasa konstruksi
sesuai

dengan

karakteristiknya,

yang

mengakibatkan

kurang

berkembangnya iklim usaha yang mendukung peningkatan daya saing


secara optimal, maupun bagi kepentingan masyarakat
Dalam pertimbangan tersebut menyebutkan tujuan pembangunan
nasional salah satunya dalam bidang ekonomi yang ditunjang oleh berbagai
badan usaha di Indonesia termasuk usaha jasa konstruksi. Pertimbangan
pembuatan Undang-Undang Jasa Konstruksi juga dilandaskan bahwa
peraturan perundang-undangan yang berlaku belum dapat berfungsi secara
maksimal terutama dalam pengembangan usaha jasa konstruksi yang
mengakibatkan kurang berkembangnya iklim usaha yang mendukung
peningkatan daya saing secara optimal.
Poin-poin dalam pertimbangan ini berkaitan dengan pertimbangan
dibuatnya Undang-Undang Kamar Dagang dan Industri yang menyebutkan
langkah-langkah meningkatkan Pembangunan Nasional khususnya dalam
bidang ekonomi sehingga dapat mengembangkan iklim usaha yang sehat,
meningkatkan pembinaan dunia usaha, mengembangkan dan mendorong
pemerataan kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat pengusaha

untuk ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan di bidang ekonomi


dengan cara pembinaan dunia usaha Nasional diarahkan untuk menciptakan
iklim dan tata hubungan yang mendorong kerja sama yang serasi antara
usaha negara, koperasi, dan usaha swasta agar mampu memegang peranan
sebagai tulang punggung perekonomian nasional yang sehat dan sekaligus
mewujudkan pemerataan kesejahteraan rakyat, memperkukuh persatuan dan
kesatuan bangsa, serta meningkatkan ketahanan nasional.
Hal tersebut dapat terwujud dengan adanya Kamar Dagang dan
Industri

yang

merupakan

wadah

pembinaan

untuk

meningkatkan

kemampuan profesi pengusaha Indonesia dalam kedudukannya sebagai


pelaku-pelaku ekonomi nasional, dan sebagai wadah penyaluran aspirasi
dalam rangka keikutsertaannya dalam pelaksanaan pembangunan di bidang
ekonomi, serta wadah komunikasi dan konsultasi antara pengusaha
Indonesia dan Pemerintah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah
perdagangan, perindustrian, dan jasa.
Pada Undang-Undang Jasa Konstruksi dalam Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 poin 5 disebutkan bahwa:
Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan
usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi;
Dan poin 6 menyebutkan:
Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur
hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi;
Poin 10 menyebutkan:
Perencana konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau
badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang perencanaan
jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen
perencanaan bangunan atau bentuk fisik lain;
Poin 11 menyebutkan:
Pelaksana konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau
badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan
jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk
mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau
bentuk fisik lain;
Poin 12 menyebutkan:

Pengawas konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau


badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan
jasa konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak
awal

pelaksanaan

pekerjaan

konstruksi

sampai

selesai

dan

diserahterimakan.
Pada poin-poin tersebut menjelaskan pengertian dari penyedia jasa,
perencana konstruksi, dan pelaksana konstruksi, pengawasan konstruksi dan
kontrak kerja konstruksi. Penyedia jasa dimana mempunyai andil yang besar
dalam pekerjaan konstruksi dijelaskan pula dalam Bab I Ketentuan Umum
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1987 termasuk sebagai pengusaha
atau perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang diwadahi oleh Kamar
Dagang dan Industri.
Dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi Bab II Asas dan Tujuan Pasal
3 disebutkan bahwa:
Pengaturan jasa konstruksi bertujuan untuk:
c. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi
untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing
tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas;
d. Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang
menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan
penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan
kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Pasal tersebut menjabarkan tujuan dari pengaturan jasa konstruksi
dalam

pertumbuhan

dan

perkembangan

jasa

konstruksi

sehingga

terwujudnya struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan
hasil

pekerjaan

konstruksi

yang

berkualitas

serta

mewujudkan

penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan hak dan


kewajiban antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
Tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai dengan adanya Kamar Dagang
dan Industri yang mempunyai tujuan (dijabarkan pada Bab II Asas dan
Tujuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1987) membina dan
mengembangkan kemampuan, kegiatan, dan kepentingan pengusaha
Indonesia di bidang usaha negara, usaha koperasi, dan usaha swasta dalam
kedudukannya sebagai pelaku-pelaku ekonomi nasional dalam rangka

mewujudkan kehidupan ekonomi dan dunia usaha nasional yang sehat dan
tertib serta mengembangkan iklim dunia usaha yang memungkinkan
keikutsertaan yang seluas- luasnya secara efektif dalam Pembangunan
Nasional.
Dalam Bab III Usaha Jasa Konstruksi Pasal 13 Undang-Undang Jasa
Konstruksi menyebutkan:
Untuk mengembangkan usaha jasa konstruksi diperlukan dukungan
dari mitra usaha melalui:
a. perluasan dan peningkatan akses terhadap sumber pendanaan, serta
kemudahan persyaratan dalam pendanaan
b. pengembangan jenis usaha pertanggungan untuk mengatasi risiko
yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau akibat dari kegagalan
bangunan.
Poin a dari pasal tersebut berkaitan dengan Bab III Bentuk dan Sifat
Pasal 4, Bab IV Fungsi dan Kegiatan Pasal 6 dan 7 Undang-Undang Kamar
Dagang dan Industri yang menyebutkan:
Pasal 6
Kamar Dagang dan Industri merupakan wadah komunikasi dan
konsultasi antar pengusaha Indonesia dan antara pengusaha Indonesia dan
Pemerintah

mengenai

hal-hal

yang

berkaitan

dengan

masalah

perdagangan, perindustrian, dan jasa.


Pasal 7
Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
Kamar Dagang dan Industri melakukan kegiatan-kegiatan, antara lain,
sebagai berikut:
j. Penyebarluasan informasi mengenai kebijaksanaan Pemerintah
di bidang ekonomi kepada pengusaha Indonesia;
k. Penyampaian
informasi
mengenai
permasalahan

dan

perkembangan perekonomian dunia, yang dapat berpengaruh


terhadap kehidupan ekonomi dan dunia usaha nasional, kepada
Pemerintah dan para pengusaha;
l. Penyaluran aspirasi dan kepentingan para pengusaha di bidang
perdagangan,

perindustrian,

dan

jasa

dalam

keikutsertaannya dalam pembangunan di bidang ekonomi;

rangka

m. Penyelenggaraan pendidikan, latihan, dan kegiatan-kegiatan lain


yang bermanfaat dalam rangka pembinaan dan pengembangan
kemampuan pengusaha Indonesia;
n. Penyelenggaraan dan peningkatan hubungan dan kerja sama
yang saling menunjang dan saling menguntungkan antar
pengusaha Indonesia, termasuk pengembangan keterkaitan
antarbidang usaha industri dan bidang usaha sektor ekonomi
lainnya;
o. Penyelenggaraan upaya memelihara kerukunan di satu pihak
serta upaya mencegah yang tidak sehat di pihak lain di antara
pengusaha Indonesia, dan mewujudkan kerjasama yang serasi
antara usaha negara, koperasi, dan usaha swasta serta
menciptakan pemerataan kesempatan berusaha;
p. Penyelenggaraan dan peningkatan hubungan dan kerja sama
antara pengusaha Indonesia dan pengusaha luar negeri seiring
dengan kebutuhan dan kepentingan pembangunan di bidang
ekonomi sesuai dengan tujuan Pembangunan Nasional;
q. Penyelenggaraan promosi dalam dan luar negeri, analisis
statistik, dan pusat informasi usaha;
r. Pembinaan hubungan kerja yang serasi antara pekerja dan
pengusaha;
Mitra usaha yang diperlukan dalam mendukung usaha jasa konstruksi
dapat terbentuk dengan adanya Kamar Dagang dan Industri yang
mempunyai fungsi sebagai wadah komunikasi dan konsultasi antar
pengusaha Indonesia dalam masalah perdagangan, perindustrian, dan jasa.
Usaha jasa konstruksi juga dapat didukung dan dikembangkan dengan
adanya kegiatan-kegiatan dalam Kamar Dagang dan Industri.
Sedangkan poin b dari pasal tersebut berkaitan dengan Bab IV Fungsi
dan Kegiatan Pasal 8 Undang-Undang Kamar Dagang dan Industri yang
menyebutkan:
Selain kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
dalam rangka pembinaan pengusaha Indonesia dan penciptaan iklim usaha
yang sehat dan tertib, Kamar Dagang dan Industri dapat pula melakukan:

a. Jasa-jasa baik dalam bentuk pemberian surat keterangan,


penengahan, arbitrasi dan rekomendasi mengenai usaha pengusaha
Indonesia, termasuk legalisasi surat-surat yang diperlukan bagi
kelancaran usahanya;
b. Tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pemerintah
Mengatasi risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada
pihak lain dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau akibat dari
kegagalan bangunan dapat dilakukan oleh Kamar Dagang dan Industri
dalam bentuk pemberian surat keterangan, penengahan, arbitrasi dan
rekomendasi mengenai usaha pengusaha Indonesia, termasuk legalisasi
surat-surat yang diperlukan bagi kelancaran usaha sehingga terciptanya
iklim usaha yang sehat dan tertib.
Bab IV Fungsi dan Kegiatan Pasal 8 Undang-Undang Kamar Dagang
dan Industri juga mempunyai kaitan/hubungan dengan Bab IX Penyelesaian
Sengketa Pasal 37 ayat (1) (2) (3) Undang-Undang Jasa Konstruksi
mengenai penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau menggunakan jasa
pihak ketiga yaitu Kamar Dagang dan Industri. Pasal tersebut berbunyi:
Ayat (1)
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi di luar pengadilan dapat
ditempuh untuk masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan
dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, serta dalam hal terjadi
kegagalan bangunan.
Ayat (2)
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat menggunakan jasa pihak ketiga, yang disepakati oleh para
pihak.
Ayat (3)
Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibentuk
oleh Pemerintah dan/atau masyarakat jasa konstruksi.
Dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi pada Bab IV Pengikatan
Pekerjaan Konstruksi Pasal 17 ayat (1) (2) (3) (4), Pasal 18 ayat (4), Pasal
22 ayat (2) poin e menyebutkan:

Pasal 17
Ayat (1)
Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan
berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia
jasa dengan cara pelelangan umum atau terbatas.
Ayat (2)
Pelelangan terbatas hanya boleh diikuti oleh penyedia jasa yang
dinyatakan telah lulus prakualifikasi.
Ayat (3)
Dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat dilakukan
dengan cara pemilihan langsung atau penunjukan langsung.
Ayat (4)
Pemilihan penyedia jasa harus mempertimbangkan kesesuaian
bidang, keseimbangan antara kemampuan dan beban kerja, serta kinerja
penyedia jasa.
Pasal 18
Ayat (4)
Pengguna jasa dan penyedia jasa harus menindaklanjuti penetapan
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan suatu kontrak
kerja konstruksi untuk menjamin terpenuhinya hak dan kewajiban para
pihak yang secara adil dan seimbang serta dilandasi dengan itikad baik
dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.
Pasal 22
Ayat (2), Poin e
Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk
memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi
ketentuan yang diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh
informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan
konstruksi.
Pasal-pasal tersebut berhubungan secara implisit dengan UndangUndang Nomor 1 tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri. Dimana
Pasal 17 menjelaskan tata cara pemilihan penyedia jasa dalam hubungan

kerja jasa konstruksi berdasarkan persaingan yang sehat. Pasal 18 dan 22


menjelaskan hak dan Kewajiban dari semua pihak yang terlibat yaitu
pengguna jasa dan penyedia jasa yang harus dipenuhi secara adil dan
seimbang. Dalam Kamar Dagang dan Industri, pengusaha-pengusaha di
Indonesia dibina dan dikembangkan kemampuannya untuk dapat bersaing di
dunia usaha nasional maupun internasional. Salah satu fungsi Kamar
Dagang dan Industri adalah menciptakan iklim usaha yang sehat dan tertib,
yang didalamnya harus tercipta kesetaraan hak dan kewajiban dari tiap-tiap
pemegang kepentingan dalam usaha jasa konstruksi.
Pada Bab VIII Pembinaan Pasal 35 ayat (1) (2) (3) (4) UndangUndang Jasa Konstruksi yang menyebutkan:
Pasal 35
Ayat (1)
Pemerintah melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk
pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan.
Ayat (2)
Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
penerbitan peraturan perundang-undangan dan standar-standar teknis.
Ayat (3)
Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap

usaha

jasa

konstruksi

dan

masyarakat

untuk

menumbuhkembangkan kesadaran akan hak, kewajiban, dan perannya


dalam pelaksanaan jasa konstruksi.
Ayat (4)
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap

penyelenggaraan

pekerjaan

konstruksi

untuk

menjamin

terwujudnya ketertiban jasa konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang- undangan yang berlaku.
Isi dari pasal tersebut berkaitan dengan Bab VI Pengawasan Pasal 11
yang berbunyi:
Pemerintah melakukan pengawasan terhadap Kamar Dagang dan
Industri mengenai pelaksanaan ketentuan dalam Undang-undang ini,

ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya, dan kebijaksanaan


Pemerintah di bidang pembangunan ekonomi
Kedua pasal tersebut menjelaskan tentang pengawasan dan pembinaan
yang dilakukan oleh pemerintah terhadap usaha jasa konstruksi yang berada
dalam Kamar Dagang dan Industri sebagai wadah dari badan usaha di
Indonesia.

BAB V
KESIMPULAN
Hubungan Komplementaris antara Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1999 tentang Jasa Konstruksi dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987
tentang Kamar Dagang dan Industri, terletak di beberapa aspek, yaitu:

Pembangunan nasional dalam bidang ekonomi dapat ditingkatkan


dengan

adanya

Kamar

Dagang

dan

Industri

yang

dapat

mengembangkan iklim usaha yang sehat meningkatkan pembinaan


dunia

usaha,

mengembangkan

dan

mendorong

pemerataan

kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat pengusaha yang

dalam pembahasan ini adalah usaha jasa konstruksi.


Penyedia jasa yang berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawasan konstruksi merupakan pengusaha atau perusahaan yang
bergerak di bidang jasa yang diwadahi oleh Kamar Dagang dan

Industri.
Kamar Dagang dan Industri bertujuan membina dan mengembangkan
kemampuan bidang usaha di Indonesia salah satunya usaha jasa
konstruksi sehingga terwujudnya struktur usaha yang kokoh, andal,

berdaya saing tinggi, dan berkualitas.


Mitra usaha yang diperlukan dalam mendukung usaha jasa konstruksi
dapat terbentuk dengan adanya Kamar Dagang dan Industri yang
mempunyai fungsi sebagai wadah komunikasi dan konsultasi antar
pengusaha Indonesia dalam masalah perdagangan, perindustrian, dan

jasa.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau menggunakan jasa

pihak ketiga dapat dilakukan oleh Kamar Dagang dan Industri.


Hak dan Kewajiban dari semua pihak yang terlibat yaitu pengguna
jasa dan penyedia jasa yang harus dipenuhi secara adil dan seimbang.

Kamar Dagang dan Industri adalah menciptakan iklim usaha yang


sehat dan tertib, yang didalamnya harus tercipta kesetaraan hak dan
kewajiban dari tiap-tiap pemegang kepentingan dalam usaha jasa

konstruksi.
Pemerintah melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap usaha
jasa konstruksi yang berada dalam Kamar Dagang dan Industri
sebagai wadah dari badan usaha di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Pusat Komunikasi Publik. Penataan kelembagaan dan perluasan jasa konstruksi
Indonesia. Sumber:
http://www1.pu.go.id/uploads/berita/ppw030311bpkons.htm. Diakses pada 10
Agustus 2014.
Ansyari, Hafiz, S,Psi. Perlindungan Konsumen Cerdas Usaha Jasa Konstruksi,
Sumber: http://hearticlelist.blogspot.com/2013/03/perlindungan-konsumencerdas-usaha-jasa.html. Diakses pada 10 Agustus 2014.
Efendi,

Taufik.

Sengketa

Dalam

Kontrak

Konstruksi.

Sumber:

http://knowledgecenter.ptpp.co.id/web/posts/article/sengketa-dalamkontrak-konstruksi. Diakses pada 10 Agustus 2014.


Taurusia, Helen. Aspek Hukum Jasa Konstruksi Berdasarkan Undang-Undang Nomor
18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi. http://www.hukumproperti.com/2010/11/
02/aspek-hukum-jasa-konstruksi-berdasarkan-undang-undang-nomor-18-tahun1999-tentang-jasa-konstruksi. Diakses pada 10 Agustus 2014.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang
dan Industri
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi
Yasin, Nazarkhan. 2006. Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama

Você também pode gostar