Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kesimpulan
Melalui pertemuan Injil dengan sub kultur-sub kultur di Indonesia timbullah kebudayaan sub kultur
Kristen di Indonesia. Hal ini mengatakan tidak ada kebudayaan Kristen yang universal di Indonesia.
Dengan itu agama Kristen telah menjadi salah satu sumber kekuatan untuk melahirkan kebudayaan.
Oleh sebab kelokalan itu maka kebudayaan sub kultur Kristen itu tidak seluruhnya menyapa semua
manusia disegala zaman dan tempat. Hal itu berarti Injil yang universal itu dijadikan menjadi Injil
yang lokal, yang menjawab persoalan dan kebutuhan lokal. Proses ini dapat menjadi ancaman sebab
Injil yang universal dikaburkan dalam kelokalannya.
Tapi pada pihak lain hanya dengan cara demikian Injil yang universal menjadi fungsional dalam
konteks lokalnya. Atas dasar itu Paul Tillich seorang teolog berkata :” theology move between
eternal truth of its foundation and the temporal situation in which the eternal truth must be
received” (Tillich, Systematic Theology I . 3). Kata-kata itu mengatakan bahwa teologi adalah
ungkapan dari kebenaran Injil dari situasi temporal, dimana kebenaran itu harus diterima.
Ucapan Tillich membenarkan upaya menghubungkan Injil atau teks Alkitab dengan situasi lokal,
sehingga timbul usaha berteologi yang menghasilkan teologi yang menjawab permasalahan atau
answering theology. Teologi yang menjawab itu adalah fungsional yang diupayakan oleh manusia.
Dengan cara inilah agama Kristen dapat melahirkan kebudayaan.
Pada pihak lain perlu disadari bahwa cara bertheologi menghubungkan teks dengan situasi lokal
(konteks) memerlukan kejelian: pertama, agar teks tidak dikaburkan oleh konteks demi kepentingan
konteks, kedua, agar teologi yang menjawab permasalahan itu jangan dianggap telah final, tanpa
menyadari keterbatasannya, ketiga agar menyadari bahwa konteks terus menerus berubah yang
mengharuskan suatu usaha yang terus menerus.
Perlu disadari bahwa teologi yang menjawab tersebut bukanlah Injil itu sendiri, melainkan suatu
hasil yang diupayakan orang Kristen yang committed terhadap Injil. Hal ini juga berarti bahwa
pelaku-pelaku teologi haruslah bergerak dari teks terhadap konteks dan teks itu tetap bergaung
terhadap konteks yang digumulinya sehingga keuniversalan Injil itu bergema dalam sub kultur
Kristen dimana sajapun.
Dengan mengandalkan teologi kontekstual yang menjawab permasalahan, maka orang Kristen
dapat mengadakan pendekatan sosial terhadap penganut agama lain, umpamanya melalui sub
kultur Kristen batak ummat Kristen mendekati orang-orang Batak yang beragama Islam, Hindu dan
Buddha dengan asumsi bahwa setiap penganut agama-agama di Indonesia sedikit banyaknya telah
dimasuki oleh sub kultur etnis tertentu. Inilah salah satu point of contact yang dapat dipergunakan
oleh penganut antar agama untuk mencapai kerukunan yang dinamis.
KEPUSTAKAAN