Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Definisi Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa yang mengandung substansi dasar nitrogen basa,
biasanya dalam bentuk cincin heterosiklik. Alkaloid terdistribusi secara luas pada
tanaman. Diperkirakan sekitar 15 20%vascular tanaman mengandung lakaloid.
Banyak alkaloid merupakan turunan asam amino lisin, ornitin, fenilalanin, asam
nikotin, dan asam antranilat. Asam amino disintesis dalam tanaman dengan proses
dekarboksilasi menjadi amina, amina kemudian dirubah menjadi aldehida oleh
amina oksida. Alkaloid biasanya pahit dan sangat beracun.
Alkaloid ini diklasifikasikan lagi berdasarkan tipe dasar kimia pada nitrogen
yang terkandung dalam bentuk heterosiklik. Klasifikasi alkaloid tersebut meliputi
pirrolizidine alkaloids, peperidine alkaloids, pyridine alkaloids, indole alkaloids,
quinolizidine alkaloids, steroid alkaloids, policyclic diterpene alkaloids,
indolizidine alkaloids, tryptamine alkaloids, tropane alkaloids, fescue alkaloid dan
miscellaneous alkaloid. Peranan alkaloid dalam jaringan tanaman tidak pasti,
mereka telah dikenal sebagai produk metabolik atau substansi.
B. Sumber dan Sejarah Alkaloid
Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai
dari bakteria,fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya
dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa.
Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid.
Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap bersifatbasa) pertama
kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner(1819), seorang apoteker
dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari
ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal,
misalnya, morfina,striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar
10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam,
sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya.
C. Sifat-Sifat Alkaloid
1. Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino.
2. Umumnya berupa Kristal atau serbuk amorf.
3. Alkaloid yang berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein.
4. Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau
dalam bentuk garamnya.
5. Umumnya mempunyai rasa yang pahit.
6. Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam kloroform,
eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative non polar.
7. Alkaloid dalam bentuk garamnya mudah larut dalam air.
8. Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada atom
N-nya.
9. Alkaloid dapat membentuk endapan dengan bentuk iodide dari Hg, Au dan
logam berat
F. Identifikasi Alkaloida
1. Berdasarkan sifat spesifik.
Alkaloid dalam larutan HCl dengan pereaksi Mayer dan Bouchardhat membentuk
endapan yang larut dalam alkohol berlebih. Protein juga memberikan endapan,
tetapi tidak larut dalam dalam alcohol berlebih.
2. Berdasarkan bentuk basa dan garam-nya / Pengocokan
Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut baik dalam
air. Sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut organik : eter dan kloroform.
Pengocokan dilakukan pada pH: 2, 7, 10 dan 14.
Sebelum pengocokan, larutan harus dibasakan dulu, biasanya menggunakan
natrium hidroksida, amonia pekat, kadang-kadang digunakan natrium karbonat
dan kalsium hidroksida.
3. Reaksi Gugus Fungsionil
a. Gugus Amin Sekunder
Reaksi SIMON : larutan alkaloida + 1% asetaldehid + larutan na.
nitroprussida = biru-ungu.
Hasil cepat ditunjukkan oleh Conilin, Pelletierin dan Cystisin.
Hasil lambat ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain, Emetin, Colchisin dan
Physostigmin.
b. Gugus Metoksi
Larutan dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi formaldehid,
dinyatakan dengan reaksi SCHIFF. Kelebihan Kalium Permanganat dihilangkan
dengan Asam Oksalat. Hasil positif untuk Brucin, Narkotin, koden, Chiksin,
Kotarnin, Papaverin, Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lain.
c. Gugus Alkohol Sekunder
Reaksi SANCHES : Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam HCl pekat,
dipanaskan diatas
tangas air = merah-ungu.
Hasil positif untuk Morfin, Heroin, Veratrin, Kodein, Pronin, Dionin, dan
Parakonidin.
d.Gugus Formilen
Reaksi WEBER & TOLLENS :
Alkaloida + larutan Floroglusin 1% dalam Asam Sulfat (1:1), panaskan =
merah.
Reaksi LABAT :
Alkaloida + Asam Gallat + asam Sulfat pekat, dipanaskan diatas tangas air
= hijau-biru.
Hasil positif untuk Berberin, Hidrastin, Kotarnin, Narsein,
Hidrastinin, narkotin, dan Piperin.
e. Gugus Benzoil
Reaksi bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau ester.
Hasil positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain, Beta eukain, dan lainlain.
f. Reaksi GUERRT
Vitamin E merupakan antioksidan yang cukup kuat dan dapat memproteksi sel-sel
membran serta LDL (Low Density Lipoprotein) kolestrol dari perusakan radikal bebas.
Selain itu, vitamin E juga dapat membantu memperlambat proses penuaan pada arteri
dan melindungi tubuh dari kerusakan sel-sel yang akan menyebabkan penyakit kanker,
penyakit hati, dan katarak. Vitamin ini bekerjasama dengan antioksidan lain seperti
vitamin C untuk
mencegah penyakit-penyakit kronik lainnya. Vitamin E banyak ditemukan pada kacangkacangan, biji-bijian, dan minyak nabati (Hernani dan Raharjo, 2004).