Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan
kebudayaan. Batik merupakan salah satu dari kebudayaan Indonesia yang berupa
kain bermotif. Hingga sekarang pesona batik disukai baik di dalam negeri maupun di
luar negeri.

Keindahan dan kecantikan batik Indonesia terletak pada begitu

banyaknya perubahan dan motif yang muncul dalam perbedaan kebudayaan. Batik
sebagai kekayaan Indonesia memiliki nilai seni yang tinggi. Jenis, corak, motif batik
tradisional maupun modern tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya
sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Potensi
Industri batik secara ekonomi cukup memberikan pendapatan yang besar kepada
negara, baik dari segi penyerapan tenaga kerja maupun pemasukan devisa dan pajak.
Permintaan

pasar untuk konsumsi lokal dan luar negeri terbuka luas sehingga

memberikan peluang yang besar untuk perkembangan industri ini.


Batik Indonesia sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan
budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan
untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible
Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009. Industri batik nasional semakin
berkembang

akibat

semakin

banyaknya

permintaan terhadap

batik.

Sejak

dicanangkan hari batik nasional pada tanggal 2 Oktober 2009 omzet pengusaha
batik naik hingga 50% (Suhendra, 2009). Pada beberapa daerah mulai muncul
kampung batik sebagai sentra batik khas daerah masing masing. Hal ini dibuktikan
dengan meningkatnya jumlah penjualan Batik di Yogyakarta sebanyak 30% di
bulan Desember 2009 dibandingkan sebelumnya dan peminat Batik mulai meluas
dari orang tua hingga kaum remaja. Euforia Batik pun menjadi tampak sangat
jelas

di

masyarakat.

Semua sekolah

mewajibkan

siswa-siswinya

memakai

seragam Batik di hari tertentu. Karyawan bank, pegawai negeri, penyiar televisi,
hingga instansi-instansi swasta pun memakai Batik. Peminat batik pun tidak lagi
orang-orang tua, namun juga remaja kini mulai memakai batik. Ditambah lagi baju
Batik tidak hanya dipakai disaat acara resmi, bahkan waktu santai pun menggunakan
batik.
1

Pada mulanya pembuatan batik diproduksi secara tradisional, namun sekarang


beberapa industri batik sudah menggunakan teknologi modern dalam produksi
maupun rancangannya. Akan tetapi pembuatan batik secara tradisional masih menjadi
usaha sebagian besar masyarakat di daerah penghasil batik seperti Jateng, DI
Yogyakarta, Jatim, Jabar, dan daerah-daerah lain di luar Jawa.
Industri batik merupakan industri yang sangat potensial untuk dikembangkan. Dalam
proses produksinya, batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik
pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian
dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing.
Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut,
termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Industri batik
banyak meggunakan bahan-bahan kimia dan air. Bahan

kimia

ini

biasanya

digunakan pada proses pewarnaan atau pencelupan. Pada umumnya polutan yang
terkandung dalam limbah industri batik dapat berupa logam berat, padatan
tersuspensi, atau zat organik.

Proses pembatikan secara garis besar terdiri dari

pemolaan, pembatikan tulis, pewarnaan/pencelupan, pelodoran/penghilangan lilin,


dan penyempurnaan (Purwaningsih, 2008)
Pada proses pewarna batik, baik pewarna dasar ataupun pewarna lanjut diindikasikan
menggunakan campuran kimia yang sangat beracun dan berbahaya. Umumnya limbah
batik akan langsung dibuang ke sungai melalui drainage air hujan. Industri batik
merupakan industri yang potensial mengandung logam berat yang merupkan limbah
berbahaya, sehingga dapat menyebabkan rusaknya lingkungan. Agar memenuhi batas
aman pembuangan limbah batik ke lingkungan yang

ditetapkan

maka

harus

dilakukan pengolahan terhadap limbah ini sebelum dibuang ke sungai. Salah satu
alternatif

pengolahan

yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode

elektrolisis dengan anoda dan katoda platinum (Pt). Pt merupakan logam inert yang
sangat baik sebagai elektrokatalis dan tahan terhadap kondisi larutan. Metode ini
merupakan metode yang efektif, selektif, ekonomis, bebas polutan dan sangat sesuai
untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik.
Sehingga limbah yang di buang ke saluran air adalah limbah yang aman bagi
lingkungan dan adanya perbaikan sistem drainase

yang mampu menunjang

perkembangan industri batik. Sehingga industri batik tidak hanya menguntungkan


secara ekonomi, tetapi juga bersahabat dengan lingkungan.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari industri batik?
2. Apa pengertian limbah cair?
3. Bagaimana sumber dan karakteristik limbah batik?
4. Bagaimana proses produksi pembuatan batik ?
5. Bagaimanakah pengolahan limbah cair batik ?
6. Berapa baku mutu air limbah industry batik?
7. Dampak apa yang disebabkan oleh limbah industri batik ?
8. Bagaimana hasil dan pembahasan setelah melaksanakan kunjungan di batik R
Sokaraja?
9. Apa saja permasalahan yang di temukan pada proses pengolahan air limbah?
10. Bagaimana pemecahan masalah yang harus dilakukan untuk meminimalisir
pencemaran limbah batik di lingkungan sekitar?
C. Tujuan
1. Mengetahui proses produksi pembuatan batik.
2. Mengetahui sumber dan karakteristik limbah batik.
3. Mengetahui pengolahan limbah cair batik pada perusahaan batik.
4. Mengetahui dampak limbah industri batik.
5. Mengetahui hasil setelah melaksanakan kunjungan di batik R Sokaraja.
6. Mengetahui permasalahan yang di temukan pada proses pengolahan air
limbah.
7. Memberikan pemecahan masalah untuk meminimalisir pencemaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Industri batik
Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang
berasal dari proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah
industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut
atau sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah
cair yang berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah tergantung pada
zat warna yang digunakan. Limbah air yang berwarna-warni ini yang
menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Limbah zat warna yang dihasilkan
dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-biodegradable,
yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan.
Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalami
dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksi ini
berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yang sampai ke
permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan
atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya (Dae-Hee et al. 1999 dan Alkdasi 2004)
B. Pengertian Limbah Cair
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan
karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini
terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh
limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Karakteristik limbah
adalah berukuran mikro, dinamis, penyebarannya berdampak luas dan antar
generasi akan berdampak dalam jangka panjang. Faktor yang mempengaruhi
kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan
frekuensi pembuangan limbah (Anonim,2009)

Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4


bagian yaitu : limbah cair, limbah padat, limbah gas dan partikel, serta limbah
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Untuk mengatasi limbah ini diperlukan
pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat
dibedakan menjadi pengolahan menurut tingkatan perlakuan dan pengolahan
menurut karakteristik limbah (Anonim,2009)
Kualitas limbah cair industri batik sangat tergantung jenis proses yang
dilakukan, pada

umumnya limbah cair bersifat basa dan kadar organik yang

tinggi yang disebabkan oleh sisa-sisa pembatikan. Pada proses pencelupan


(pewarnaan) umumnya merupakan penyumbang sebagian kecil limbah organik,
namun menyumbang wama yang kuat, yang mudah terdeteksi, dan hal ini dapat
mengurangi keindahan sungai maupun perairan. Pada proses persiapan, yaitu
proses nganji atau penganjian, menyumbang zat organik yang banyak
mengandung zat padat tersuspensi. Zat padat tersuspensi apabila tidak segera
diolah akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat digunakan untuk
menilai kandungan COD dan BOD.
Kebanyakan penggunaan bahan pencelup dengan struktur molekul organik yang
stabil tidak dapat dihancurkan dengan proses biologis, untuk menghilangkan
warna air limbah yang efisien dan efektif adalah dengan perlakuan secara
biologis, fisik dan kimia (Alaerts, 1984 dalam Purwaningsih, 2008).
C. Sumber dan Karakteristik Limbah Batik
1. Sumber
Proses produksi merupakan sumber utama penghasil limbah antara lain pada
proses pewarnaan (printing), pencelupan, pencucian dan pengemasan.
Adapun sumber limbah lainya berasal dari pemeliharaan alat, bahan sisa,sisa
bahan bakar, obat obatan.Besaran limbah pada industri batik dipengaruhi
oleh seberapa besar proses produksi dilakukan, proses produksi dilakukan
sesuai dengan kondisi pasar dan kebutuhan pemesanan dari pelanggan.

2. Karakteristik

Karakteristik limbah industri batik adalah serupa dengan karakteristik


limbah yang berasal dari industri tekstil dan loundry sebagai berikut :
a) Limbah bersifat Alkalis
b) Berwarna
c) Biological Oxygen Demand (BOD) yang tinggi
d) Temperatur air limbah yang tinggi
e) Suspended Solid (zat padat tersuspensi) tinggi
f) Turbidity (Kekeruhan) yang tinggi
Menurut sifatnya karakteristik air limbah dapat digolongkan dalam
fisika, kimia dan biologi. Dengan mengetahui jenis polutan yang
terdapat dalam air limbah, dapat ditentukan unit proses yang
dibutuhkan.
a. Karakteristik Fisika
Karekteristik fisika air limbah meliputi temperatur, bau, warna,
dan padatan. Temperatur menunjukan derajat atau tingkat panas
air limbah. Bau merupakan parameter yang subyektif. Adanya
bau yang lain pada air limbah, menunjukan adanya komponen
komponen lain dalam air tersebut. Warna biasanya disebabkan
oleh adanya materi disolved, suspended, dan senyawa
senyawa koloidal.
b. Karakter Kimia
Karakteristik kimia air limbah meliputi senyawa organik dan
anorganik. Senyawa organik adalah karbon yang dikombinasi
dengan satu atau lebih elemen elemen lain ( O, P, N, H ).
Karbon anorganik pada air limbah pada umumnya terdiri atas
sand, grit, dan mineral mineral, baik suspended maupun
dissolved.
c. Karakteristik biologi
Mikoorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi
hampir dalam semua bentuk air limbah, biasanya dengan
6

konsentrasi 105 108 organisme/ml. Kebanyakan merupakan


sel tunggal yang bebas ataupun berkelompok dan mampu
melakukan proses kehidupan ( tumbuh, metabolisme, dan
reproduksi). Secara tradisional, mikroorganisme dibedakan
menjadi binatang dan tumbuhan. Namun, keduanya sulit
dibedakan.

Oleh

karena

itu,

mikoorganisme

kemudian

dimasukkan kedalam kategori protista, status yang sama dengan


binatan ataupun tumbuhan. Virus diklasifikasikan secara
terpisah. Keberadaan bakteri dalam unit pengelolaan air limbah
merupakan kunci efisiensi proses biologis. Bakteri juga
berperan

penting

untuk

mengevluasi

kualitas

air

(Purwaningsih,2008 ).
D. Proses Produksi Pembuatan Batik
a. Pelekatan lilin yang pertama
Pelekatan lilin yang pertama adalah mengecap/membatik tulis motifmotifnya di atas mori dengan menggunakan canting/cap.
b. Pelekatan lilin kedua
Sebelum di celup dalam zat pewarna, bagian-bagian yang dikehendaki tetap
berwana putih harus di tutup dengan lilin. Ini dimaksudkan untuk menahan
zat pewarna agar jangan sampai merembes kebagian yang lain. Itulah
sebabnya mengapa pada proses ini malamnya harus kuat dan ulet, lain
dengan pelekatan lilin yang justru tidak boleh terlalu ulet agar mudah di
keluarkan.
c. Pencelupan pertama kedalam zat pewarna
Tujuannya ialah untuk memberi warna biru tua pada batik tulis sebagai
warna dasar kain. Jaman dahulu pekerjaan ini memakan waktu berhari-hari
karena masih menggunakan bahan alam dari tanaman indigo. Dimana zat
tersebut lambat sekali meresap pada mori, sehingga kain harus di celup
berulang kali. Kini dengan menggunakan zat pewarna impor maka proses
nya jauh lebih cepat dan pendek.
d. Menghilangkan lilin
Bagian yang akan disoga agar berwarna coklat direndam dengan air
panas untuk menghilangkan lilin.
e. Penggunaan lilin ke 3
Terdiri dari penutupan dengan lilin pada bagian kain yang dikehendaki tetap
berwarna biru, sedangkan bagian-bagian yang akan di soga tetap terbuka.
f. Pewarnaan ke 2
7

Merupakan proses yang paling banyak memakan waktu pada proses batik
tulis. Jika menggunakan soga alam tidak cukup dikerjakan satu dua kali
saja, harus berulang-ulang. Ditiap pencelupan harus di dahului dengan
pengeringan di udara. Dengan memakai soga sintetis, waktu dapat
diperpendek sampai paling lama setengah jam. Istilah meyoga berasal
dari soga yaitu jenis pohon yang kulitnya dapat memberi warna coklat jika
direndam dalam air.
g. Menghilangkan lilin
Merupakan pengerjaan yang terakhir, dimana malam yang masih tertinggal
pada mori, perlu di hilangkan sama sekali dengan cara merebusnya dalam air
mendidih atau yang sering di sebut lorot.
E. Pengelolaan Limbah Cair Produksi Batik
Untuk mengetahi seberapa jauh proses pengolahan limbah indutri batik
dilakukan dengan alur sebagai berikut :
a. Bahan berupa kali putih / Kain Mori
b. Penambahan bahan pewarna pakaian
c. Limbah cair dari produksi tekstik mengalir menuju bak penangkap minyak
dan lemak
d. Limbah cair selanjutnya masuk ke panampungan limbah
e. Dari bak penampungan limbah di pompa menuju bak netralisasi dan
koagulasi dengan debit kapur 40ml/det dan Fe SO4 80 ml/det.
f. Dari bak pencampur limbah masuk ke bak pencampur limbah dengan
cuagulasi polimer (kurifloc) dengan debit 20 ml/det.
g. Selanjutnya limbah cair dari proses netralisasi dan koagulasi masuk ke
dalam bak pengendap kimia (bak pengendap I)
h. Dari bak pengendap I bak dialirkan ke bak aerasi (kolam aerobic) dengan
penambahan nutrisi (Urea+SP) sesuai kondisi
i. Limbah dari bak aerasi menuju bak pengendap II (proses biologi)
j. Dari bak pengendap II limbah di buang kelingkungan dan sebagian lumpur
pengendap di kembalikan kebak biologi (kolam aerobic)
Untuk penyempurnaan dalam managemen pengelolaan limbah di atas maka
perlu di lakukan Pengolahan Limbah Cair dengan Coagulasi dan Penyaringan :
a. Penambahan bahan koagulan dengan dilanjutkan dengan proses penyaringan
menggunakan media saringan tunggal dan media saringan campuran. Bahan

media saringan tunggal adalah pasir, arang, ijuk dan bahan media campuran
adalah pasir arang dan pasir ijuk arang
b. Penambahan koagulan tawas dapat mengurangi konsentrasi total suspended
solids, kekeruhan, fenol dan warna limbah cair industri batik
c. Saringan arang efektif menurunkan fenol dan kekeruhan dari limbah cair
industri batik.
d. Saringan pasir arang efektif menurunkan warna dari limbah cair industri
batik
e. Saringan pasir ijuk arang memberikan hasil terbaik dalam menurunkan total
suspended solids dari limbah cair industri batik.
f. Setelah mengalami proses pengolahan secara koagulasi dan penyaringan,
kualitas limbah cair industri batik sesuai dengan.
F. Baku mutu air limbah industri batik
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004
Tentang Baku Mutu Air Limbah

G. Dampak limbah industri batik terhadap lingkungan


Pengelolaan lingkungan adalah usaha atau upaya agar tanah, air dan udara
tidak tercemar oleh air buangan, sehingga tidak menimbulkan pencemaran
potensial lebih lanjut pada penderita pencemaran potensial yaitu manusia
dan mahluk hidup lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan
pengelolaan lingkungan adalah terkendalinya dan terpeliharanya kesehatan
secara menyeluruh (Sumarwoto, 1993 dalam Purwaningsih, 2008).
Lingkungan hidup adalah kesatuan dengan kesemua benda, daya, keadaan
dan

makhluk

hidup,

termasuk

manusia

dan

perilakunya,

yang

mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta


mahluk hidup lainnya (Rusidana, 2006 dalam Purwaningsih, 2008).
Air bekas cucian pembuatan batik yang menggunakan bahan-bahan kimia
banyak mengandung zat pencemar/racun yang dapat mengakibatkan
gangguan terhadap lingkungan, kehidupan manusia, binatang maupun
tumbuh-tumbuhan. Zat warna dapat mengakibatkan penyakit kulit dan
yang sangat membahayakan adalah dapat mengakibatkan kanker kulit
(Sugiharto, 1987 dalam Purwaningsih, 2008).
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut dalam air. Hal ini
mengakibatkan matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air, juga dapat
menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air, sehingga proses
self purification yang seharusnya dapat terjadi pada air limbah menjadi
terhambat (Sugiharto, 1987 dalam Purwaningsih, 2008).
Semakin banyak zat organik dalam perairan akan mengalami pembusukan
akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil penguraian zat organik. Di
samping bau yang ditimbulkannya, maka menumpuknya ampas akan
memerlukan tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat di
sekitarnya. Dan selain bau dan tumpukan ampas yang mengganggu, maka
10

warna air limbah yang kotor akan menimbulkan gangguan pemandangan


(Purwaningsih, 2008).
Kita semua tentunya tahu dan mengerti, bahwa manusia sebenarnya dapat
hidup secara harmonis dengan alam, seandainya manusia memperlakukan
alam dengan baik, dan tidak memanfaatkan sumber daya alam yang
dikandung

tidak

berlebihan.

Usaha-usaha

untuk

melestarikan

keanekaragaman hayati dan mempertahankan kualitas lingkungan hidup


yang seimbang dalam segala bentuk belumlah mencapai hasil yang
memuaskan. Kualitas lingkungan dan kehidupan manusia terus menurun
akibat ulahnya sendiri. Salah satu penyebab ulah manusia yang tidak
peduli itu, adalah ketidak tahuannya mengenai peran keanekaragaman
hayati dan perlunya pelestarian lingkungan hidup untuk menopang
kehidupan manusia.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Umum
Nama Perusahaan
Nama Pemilik
No. telp
Alamat
Tahun Berdiri
Jenis industri
Produk

: Industri Batik R Sokaraja


: Heru Santoso, SE
: (0291) 6442091
: Jl. Kebutuh Rt/Rw 2/4 Sokaraja Kulon
: 1975
: Home Industri
: Batik
11

Merk dagang
Asal bahan baku
Bahan baku
Bahan tambahan
Luas lahan
Jumlah karyawan

: Batik R
: Pekalongan
: Kain,malam, obat (indigo dan naptol), garam
: Canting, cetakan, cap
: 700 m2
: 12 orang

B. Proses produksi pembuatan batik R


Pada industri pembuatan batik R, memproduksi 2 jenis batik yaitu batik cap dan
batik tulis, dengan tahapan produksi sebagai berikut :
1. Batik Cap
a. Kain mori sebelum di cat di bahasi dengan air terlebih dahulu kemudian
b.
c.
d.
e.
f.
g.

di rendam menggunakan larutan tepung kanji


Kain di jemur hingga kering
Kain di cap dengan menggunakan alat cap dan malam
Kain yang sudah di cap kemudian dilakukan pewarnaan pertama
Setelah itu kain di tutup dengan menggunakan lilin untuk warna pertama
Kemudian dilakukan proses pewarnaan kedua
Untuk menghilangkan lilin yang tersisa di lakukan proses perendaman ke

dalam air mendidih atau yang di sebut lorot.


2. Batik Tulis
a. Kain mori sebelum di cat di bahasi dengan air terlebih dahulu kemudian
di rendam menggunakan larutan tepung kanji
b. Kain di jemur hingga kering
c. Kain di desain terlebih dahulu
d. Kain yang sudah di desain di lukis dengan menggunakan canting dan
e.
f.
g.
h.

lilin
Kain yang sudah di lukis kemudian dilakukan pewarnaan pertama
Setelah itu kain di tutup dengan menggunakan lilin untuk warna pertama
Kemudian dilakukan proses pewarnaan kedua
Untuk menghilangkan lilin yang tersisa di lakukan proses perendaman ke
dalam air mendidih atau yang di sebut lorot.

C. Pengelolaan Limbah Cair Pada Industri Batik R


Limbah yang dihasilkan oleh industry batik R kurang lebih 40 L perhari. Untuk
pengolahan limbah cair pada industri batik R masih sangat sederhana, berbeda dengan
cara pengolahan yang tercantum pada tinjauan pustaka. Karena kendala materi dan

BAK PEWARNA 1
BAK PEWARNA 2

Dialirkan

sebagai berikut :

(di dalam bak terdapat saringan


pasir dan saringan ijuk) limbah
yang di buang ke bak
penampung adalah limbah sail
pewarnaan yang mengandung
obat.

12

SUNGAI

Bak penampuangan air limbah


produksi yang relatife masih kecil.
Untuk mengetahui alur pengolahan limbah adalah

BAK PEWARNA 3

BAK PEWARNA 4

Keterangan :
Pada jarak 5 m dari pengolahan limbah terdapat sumur sebagai air baku untuk
produksi.

D. Hail Pemeriksaan Parameter Limbah


Setelah kami mengukur parameter limbh cair pada outlet di dapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Suhu Udara
2. Suhu Limbah
3. Ph
4. TDS

: 30 C
: 31 C
:7
: 3,34 ppm

Dan setelah kami bandingkan dengan baku mutu limbah cair menurut Peraturan
Daerah Jawa Tengah No 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah untuk
pH, suhu memenuhi syarat sedangkat untuk TDS tidak tercantum baku mutunya.
E. Permasalahan
1. Air limbah industri batik belum di olah secara baik karena pengolahan masih
menggunakan bak penampung sederhana.
2. Air sisa perendaman yang digunakan untuk menghilangkan lilin pada tahap
terakhir langsung di buang ke sungai.
3. Terdapat sumur sebagai air baku produksi pada jarak 5 m, air baku dapat
4.
5.
6.
7.
8.
9.

berisiko tercemar limbah.


Tidak dilakukan pengukuran debit pada inlet dan outlet
Tidak ada skema/flow diagaram IPAL
Tidak terdapat flowmeter
Tidak pernah dilakukan pemantauan kualitas air limbah
Tidak terdapat petugas pengolahan IPAL
Air limbah yang dibuang ke sungai masih berwarna dan kurang jernih

F. Pemecahan Masalah
1. Seharusnya air limbah diolah dengan benar, dengan cara membuat instalasi
pengolaha limbah secara lengkap dengan melalui tahap pengolahan fisik,
pengolahan kimia dan pengolahan biologi.
13

2. Air sisa perendaman untuk menghilangka lilin sebaiknya masuk kedalam


bak penampung limbah, agar tidak berisiko besar untuk menimbulkan
pencemaran.
3. Jarak sumur harusnya lebih jauh agar tidak berisiko terjadi pencemaran.
Menurut SNI 03-2916-1992 jarak sumur gali untuk air bersih kurang lebih
adalah 11m.
4. Seharusnya dilakukan pengukuran debit pada inlet dan outlet sehingga dapat
diketahui jumlah air yang digunakan dan yang diolah atau dibuang ke
lingkungan.
5. Harus di berikan skema diagram IPAL agar mudah untuk melakukan
pengecekan pada setiap instalasinya.
6. Sebaiknya diberikan flowmeter pada bak penampung agar dapat mengetahui
debit air limbah dan debit air limbah yang dibuang ke lingkungan.
7. Sebaiknya perusahaan mempekerjakan petugas untuk menangani IPAL agar
limbah tertangani dengan baik dan tidak menimbulkan pencemaran yang
berbahaya.
8. Seharusnya dilakukan pemeriksaan kualitas air limbah oleh petugas, agar
pemilik perusahaan tau bahwa air limbah yang di buang ke badan air
memenuhi syarat apa tidak dan tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
9. Seharusnya pihak perusahaan melakukan pengolahan lebih spesifik lagi agar
air limbah yang terbuang ke badan air tidak berbahaya.

BAB IV

14

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pada industry batik R memproduksi 2 jenis batik yaitu batik cap dan batik tulis.
Setiap hari limbah yang di hasilkan kurang lebih sebanyak 40 liter perhari.
2. Pengolahan pengolahan air limbah pada industry batik R menggunakan bak
penampung yang di dalamnya terdapat saringan pasir dan saringan ijuk untuk
penyaringan.
3. Hasil pemeriksaan air limbah untuk parameter fisik seperti pH, suhu dan TDS
setelah di bandingkan dengan baku mutu hasilnya memenuhi syarat.
B. SARAN
1. Psebaiknya perusahaan mempunyai IPAL yang lebih lengkap agar limbah dapat
terolah dengan baik
2. Sebaiknya ada petugass untuk mengolah air limbah agar limbah tertangani dengan
baik
3. Sebaiknya perusahaan mempunyai dokumen perijinan untuk membuang limbah ke
badan air

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2009). Batik. Didownload dari http://id.wikipedia.org/wiki/Batik
15

Setyaningsih, H. 2007. Pengolahan limbah batik dengan proses kimia dan adsorpsi karbon
aktif.Tesis Program Pasca Sarjana UI. Jakarta.
Wardhana, W. A., 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Andi
Limbah Cair Industri Batik.http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/29480/2/PemetaanLimbah-Cair-Industri-Batik-(kandungan-Logam)-di-Kabupaten-Bangkalan-denganSistem-Informasi-Geografis-(SIG).pdf. Online, 29 September 2015.
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/02/20/137468/Limbah-Sablon-danBatik-Mengkhawatirkan
Penemuan

Teknik

baru

Untuk

pengolahan

Limbah

Batik,

di

download

http://bappeda.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/03/PENEMUAN-TEKNIKBARU-UNTUK-PENGOLAHAN-LIMBAH-BATIK.
Peraturan daerah jawa tengah no 10 tahun 2004 tentang baku mutu air limbah

16

di

Você também pode gostar