Você está na página 1de 19

EPIDEMIOLOGY OF

LEPTOSPIROSIS

By :

Arulita Ika Fibriana, M.D.


Lecturer in Public Health Program,
Semarang State University

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis
yang disebabkan oleh kuman / bakteri
berbentuk spiral dari genus Leptospira.
Insidens pasti tdk diketahui krn sering
under-diagnosed & under-reported.
Mortalitas masih tinggi krn
penderita datang terlambat.

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Penelitian pertama Adolf Heil (1886) : demam,
hepatomegali, splenomegali, ikterus, tanda
kerusakan ginjal.
Goldsmith (1887) --> disebut sebagai Weils Disease
Inada (1915) membuktikan Weils Disease
disebabkan oleh Leptospira icterohemorhagiae.
Nama lain : mud fever, slime fever, swamp fever,
autumnal fever, infectious jaundice, field fever.

ETIOLOGI
ETIOLOGI

Bakteri leptospira sebagai penyebab


leptospirosis termasuk dalam ordo
Spirochaetales dalam famili
Trepanometaceae.
Genus leptospira terdiri dari 2 kelompok,
yang patogen disebut L. interrogans dan
yang non patogen / saprofit yaitu L. biflexa.

ETIOLOGI
Subgrup yang dapat menginfeksi manusia : L.
icterohaemorrhagiae (gejala berat, dpt fatal), L.
javanica, L. celledoni, L. canicola, L. ballum,
L. pyrogenes, L. cynopteri, L. autumnalis, L.
bataviae, L. pirogenes, L. pomona, dsb.
Yang tersering menginfeksi manusia :L.
icterohaemorrhagiae (reservoir tikus), L.
canicola (anjing), dan L. pomona (sapi,babi).

MORPHOLOGY OF AGENT
Bakteri bentuk spiral, ujung bengkok
seperti kait, bergerak aktif.
Dapat dilihat dengan mikroskop medan
gelap & phase kontras.
Peka asam
Dapat hidup di air tawar 1 bulan, tapi
dalam air laut, air selokan, air seni yang
tdk diencerkan cepat mati.
Lingkungan optimal tergantung pada pH urin host, pH
tanah / air, kelembaban, suhu sekitar. Leptospira dari
urin hewan yang jatuh ke tanah dapat tetap infeksius

EPIDEMIOLOGY
Tersebar di seluruh dunia.
Merupakan salah satu re emerging disease
Di Indonesia leptospirosis tersebar antara lain di
Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Lampung,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Bali, NTB, Sulawesi Utara, Kalimantan
Timur dan Kalimantan Barat.
Menyerang laki laki & wanita semua umur, kebanyakan
laki laki dws muda (50% kasus usia 10 39 tahun, 80%

EPIDEMIOLOGY
Reservoir / vektor : hewan sb penularan adl
rodent (tikus), babi, sapi, kambing, domba,
kuda, anjing, kucing, serangga, burung,
insektivora (landak, tupai, kelelawar),
rubah.
Manusia terinfeksi melalui kontak dgn air,
tanah/ lumpur, tanaman yg terkontaminasi
urin hewan yg terinfeksi leptospira.
Porte dentre (tempat masuk kuman) :
mukosa mata, hidung, konjungtiva yg lecet,
kulit lecet/ abrasi, sal. cerna (dari mkn yg

KELOMPOK RISIKO
TINGGI :
Pekerja yang bekerja di selokan, parit / saluran
air, petani yang bekerja di sawah, pekerja di
ladang ladang tebu, pekerja tambang,
petugas survei di hutan , pekerja yang kontak
dengan air seni binatang (penjagal di rumah
potong hwn, dokter hewan, mantri hewan,
pekerja laboratorium) orang orang yang
berisiko tinggi untuk dapat terinfeksi
leptospira.

GEJALA KLINIS
Bervariasi : subklinik, demam anikterik
ringan spt influenza sp leptospirosis berat
& fatal (Weil disease)
Masa inkubasi kuman : 4 - 19 hr (rata - rata
10 hr)
Kuman msk peredaran drh ditandai demam,
dan menuju target organ (hati, lien, ginjal)
dgn tanda infeksi pada organ tersebut.
Fase pertama (leptospiremia): demam
mendadak, nyeri kepala, nyeri otot,
hiperestesia kulit,mual muntah, diare,

GEJALA KLINIS
Fase kedua (fase imun) :
terbentuk IgM dlm drh, gbr klinis
bervariasi : demam tdk tll tinggi,
ggn fs hati & ginjal, ggn
hemostasis (perdrhan spontan),
meningismus.
Fase ketiga (convalescent) :
demam, nyeri otot msh ada &
berangsur - angsur hilang. Pada

GEJALA KLINIS
Komplikasi :
A. Ginjal : gagal ginjal / renal failure.
B. Mata : konjuntiva tertutup mrp td septikemia
(photopobia & konjungtiva hemoragik).
C. Hati : jaundice, pembesaran hati.
D. Jantung : aritmia, ggl jantung, dpt terjadi
kematian mendadak.
E. Paru : pneumonitis hemoragik (batuk darah,
nyeri dada, sianosis, respiratory distress.
F. Perdarahan : kerusakan pembuluh drh sal. Nafas,
sal. Cerna, sal. Genitalia.
G. infeksi pada khml (dpt terjadi abortus, lahir
mati, prematur, bayi cacat)

UPAYA PENANGGULANGAN
Pencegahan penularan ke manusia :
Pendidikan kesehatan (health education) ttg bahaya, cara penularan
penyakit.
Mencuci kaki, tangan , bagian tubuh lain dgn sabun setelah bekerja
di sawah.
Membersihkan tempat tempat air, kolam renang
Penggunaan sepatu bot dan sarung tangan pada pekerja risiko tinggi.
Vaksinasi hwn peliharaan dan hewan ternak dengan vaksin strain
lokal.
Isolasi hewan sakit utk melindungi kontaminasi urin.
Pengamatan terhadap hewan rodent (penangkapan tikus untuk
diperiksa adanya kuman leptospira).
Kewaspadaan terhadap leptospirosis pada keadaan pasca banjir.
Pemberantasan rodent dengan peracunan atau cara cara lain.

UPAYA PENANGGULANGAN
Surveillance :
Surveilans pada manusia dan rodent serta hewan lain.
Surveilans aktif : mencari pdrt /tersangka pdrt, terutama
pada daerah berisiko spt rawan banjir, byk genangan
air, rawa, sawah, dsb. Bersama dgn surv. Rodent (dgn
trapping / tangkap tikus dgn metal live trap di dlm &
luar rmh 5 hari berturut2, kmd diambil drh tikus utk
pemeriksaan serologi, dilakukan setahun sekali).
Surveilans pasif : Puskesmas, Pustu, Pusling, RS pada pdrt
/ tersangka.
Diambil darah utk pem. Serologi (titer antibodi dgn tes
aglutinasi).
Pengobatan penderita / tersangka penderita : antibiotik
spt penisilin, streptomisin, tetrasiklin, atau eritromisin

UPAYA PENANGGULANGAN
Penyelidikan epidemiologi bila terjadi KLB :

Terhadap manusianya :
Penemuan penderita dgn surveilans aktif.
Di desa / kelurahan yang ada kasus leptospirosis :
pencarian penderita baru dari rumah ke rumah setiap hari.
Bila ditemukan penderita / tersangka penderita (suspect)
darah diambil 3 5 ml, darah diproses untuk mdptkan
serum utk pem. serologis di lab. Serum dibawa dari
lapangan dgn termos isi es, setelah sampai di sarana
kesehatan disimpan di freezer sebelum dikirim ke
laboratorium yang mampu memeriksa.

UPAYA PENANGGULANGAN
Penderita diobati dan juga yang tinggal serumah.
Dilakukan penyuluhan pada masyarakat (ttg penyakit, bahaya, cara
pencegahannya) bila di daerah rawan / endemis ada yang sakit segera
dibawa ke Puskesmas / RS terdekat.
Terhadap rodent dan hewan lainnya :
Di desa / kelurahan yang ada kasus : penangkapan tikus (trapping)
Pengambilan darah / serum hewan peliharaan atau ternak : kerjasama secara
lintas sektoral koordinasi dengan dinas peternakan setempat.
Intervensi lingkungan : partisipasi aktif masyarakat dan lintas sektor
(mencegah munculnya sarang sarang atau persembunyian tikus).
Dianjurkan untuk vaksinasi hewan peliharaan terhadap leptospira.

Você também pode gostar