Você está na página 1de 6

Permana et. al.

Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)

Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)
Hendri Jaya Permana, Liliani Saputri L, Rischa Mufida
drg. Kiswaluyo, M. Kes
Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat,
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 66121
E-mail: kiswaluyo@unej.ac.id

Abstrak
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas saat ini dituntut oleh masyarakat untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau. Puskesmas perlu lebih mengembangkan sistem pembiayaan kesehatan, karena dapat
berpengaruh terhadap peningkatan mutu pelayanan. Oleh sebab itu, Puskesmas sangat membutuhkan input dalam bentuk
informasi yang lengkap, misalnya adalah biaya satuan (unit cost) dan dituntut untuk melakukan perhitungan unit cost.
Berdasarkan hasil kegiatan PKL IKGM IV di Puskesmas Pakusari dan Puskesmas Mayang, kunjungan pasien dengan
kasus K00 yaitu gangguan perkembangan dan erupsi gigi terjadi pada rata-rata rentang usia 6-11 tahun, dimana pada
umur tersebut merupakan masa geligi pergantian yang membutuhkan perawatan gigi. Masalah utama yang sering dihadapi
dalam pemberian terapi kasus K00 adalah keterbatasan bahan yaitu anestesi topikal (clorethyl). Masalah ini terjadi salah
satunya disebabkan karena belum adanya perhitungan unit cost yang tepat oleh dokter gigi di poli gigi, sehingga
permintaan bahan ke gudang. obat puskesmas yang selanjutnya dilanjutkan ke Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) belum
terpenuhi sesuai kebutuhan. Dokter gigi seharusnya mampu merencanakan unit cost untuk tiap pelayanan medik yang
dilakukan, sehingga dapat merencanakan pembiayaan, pengadaan obat dan bahan, serta penentuan tarif tiap jenis
pelayanan.
Kata Kunci: Gangguan perkembangan dan erupsi gigi, unit cost

Pendahuluan

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) saat ini


dituntut oleh masyarakat untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau.
Puskesmas perlu melaksanakan pembenahan di setiap
bidang pelayanan, baik di bidang upaya kesehatan
masyarakat (UKM) maupun di bidang upaya kesehatan
perorangan (UKP). Untuk itu yang perlu lebih
dikembangkan di masa datang adalah sistem pembiayaan
kesehatan, karena dapat berpengaruh terhadap peningkatan
mutu pelayanan. Sumber pembiayaan Puskesmas berasal
dari pemerintah (APBN, APBD), bantuan pembangunan
sarana kesehatan dan dari masyarakat dalam bentuk
retribusi atau jasa pelayanan kesehatan (tarif Puskesmas)
yang dibayar oleh masyarakat, sebagian besar dibayar
setelah mendapat pelayanan (out of pocket atau fee for
service). Tarif merupakan partisipasi masyarakat dalam
mendukung pembiayaan Puskesmas. Sehingga penyesuaian
tarif hendaknya memperhatikan tingkat kemampuan
ekonomi dan psikososial masyarakat (1).
Kunjungan pasien di puskesmas berdasarkan hasil
kegiatan PKL IKGM IV di Puskesmas Pakusari, Puskesmas
Mayang dan RSUD Genteng selama 6 minggu kasus yang
sering dijumpai adalah kasus dengan diagnosa K00
(gangguan perkembangan dan erupsi gigi) dan K04
(penyakit pulpa dan jaringan periapikal). Pasien dengan
diagnosa K00 yang berkunjung rata-rata pada rentang usia
611 tahun, dimana pada umur tersebut merupakan masa
geligi pergantian yang membutuhkan perawatan gigi.
Kunjungan pasien dengan kasus K00 lebih banyak
dijumpai daripada kasus lain di Puskesmas Pakusari dan
UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2015, I (1): 1-6

Puskesmas Mayang. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa


alasan, antara lain karena bertepatan dengan masa liburan
sekolah dan diadakannya kegiatan UKGS yang rutin
dilakukan oleh puskesmas. Sehingga kesadaran masyarakat
tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi terutama pada
saat gigi pergantian sudah mulai timbul, para orang tua
segera membawa anak-anak mereka ke puskesmas saat gigi
anak-anak goyang (2). Terapi untuk kasus K00 paling
banyak dilakukan ekstraksi gigi sulung.
Masalah utama yang sering dihadapi dalam
pemberian terapi kasus K00 adalah keterbatasan bahan
yaitu anestesi topikal (clorethyl). Masalah ini terjadi salah
satunya disebabkan karena belum adanya perhitungan unit
cost yang tepat oleh dokter gigi di poli gigi, sehingga
permintaan bahan ke gudang obat puskesmas yang
selanjutnya dilanjutkan ke Gudang Farmasi Kabupaten
(GFK) belum terpenuhi sesuai kebutuhan. Mengetahui hal
tersebut, seorang dokter gigi perlu memahami cara
perhitungan unit cost untuk setiap perawatan yang
dilakukan.

Tinjauan Pustaka
Gangguan perkembangan dan erupsi gigi
Persistensi gigi sulung atau disebut juga over
retained decious teeth didefiniskan sebagai gigi sulung
yang sudah melewati waktu tanggalnya tetapi tidak tanggal.
Perlu diketahui bahwa waktu tanggal gigi sulung adalah
apabila gigi permanen pengganti telah erupsi tetapi gigi
sulungnya tidak tanggal. Pada keadaan persistensi,
terkadang gigi sulung juga tidak goyang. Keadaan ini
sering dijumpai pada anak usia 6 12 tahun pada fase

Permana et. al. Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)
geligi pergantian. Penyebab persistensi pada gigi sulung
bukanlah penyebab tunggal tetapi merupakan gangguan
yang disebabkan oleh multi faktor, yaitu : resorpsi akar gigi
susu yang lambat karena gangguan nutrisi, hormonal atau
gigi berlubang besar dengan indikasi perawatan saraf yang
tidak dirawat; posisi abnormal benih gigi tetap / arah
tumbuhnya gigi permanen tidak searah dengan arah
tanggalnya gigi sulung yang akan digantikannya; ketidak
cukupan tempat bagi gigi yang akan tumbuh untuk
menggantikan gigi susu. Dengan demikian gigi susu
mengarah kepada tempat yang kosong bisa di depan atau
belakang gigi susunya. Perawatan yang harus dilakukan
untuk kasus persistensi adalah segera mencabut gigi sulung
yang persistensi agar gigi permanen dapat erupsi ke posisi
yang benar. Bila tidak segera diekstraksi akan
menyebabkan maloklusi, sehingga diperlukan perawatan
ortodontik untuk memperbaiki posisi gigi permanen ke
dalam lengkung yang benar. Anastesi yang digunakan
untuk ekstraksi adalah anastesi local bisa menggunakan
chlor etyl maupun anastesi infiltrasi tergantung dari kedaan
gigi sulung sudah goyang atau belum (3).
Ulcus dekubitus adalah suatu inflamasi (ulcus)
yang disebabkan oleh trauma atau iritasi tajam yang terjadi
secara terus - menerus dan lama. Ulcus diartikan sebagai
defek lokal atau ekskavasi permukaan jaringan atau organ,
yang lebih dalam dari jaringan epitel. Ulcus dekubitus
merupakan lesi oral yang sering dijumpai. Penyebab ulkus
dekubitus beragam, meliputi gigi yang patah atau tajam,
penggunaan instrumen dental yang tidak benar, makanan
keras, benda asing tajam, mukosa yang tergigit, dan iritasi.
Pada anak-anak seringkali dijumpai ulcus decubitus yang
disebabkan akar gigi susu terdorong oleh gigi permanen
yang menyebabkan akar gigi susu keluar menembus gusi
(3).
Unit cost
Unit cost didefinisikan sebagai hasil pembagian
antara total cost yang dibutuhkan dibagi dengan jumlah
unit produk yang dihasilkan (barang dan jasa) (4). Unit cost
adalah suatu kegiatan menghitung biaya puskesmas untuk
berbagai jenis pelayanan yang ada, baik secara total
maupun per unit atau per pasien, dengan cara menghitung
seluruh biaya pada unit atau pusat biaya atau departemen
jasa serta mengalokasikan atau mendistribusikan ke unitunit produksi yang kemudian dibayarkan oleh pasien (5).
Prinsipnya unit cost harus sama untuk seluruh kelas
perawatan. Dengan diketahuinya unit cost, berarti
manajemen dapat lebih mudah membuat keputusan strategi
seperti penetapan harga, perencanaan anggaran yang sesuai
dimana seimbang antara pendapatan dan biaya yang harus
dikeluarkan sehingga prediksi pendapatan dapat teralisasi
sesuai dengan perencanaan karena sudah berbasis biaya.
Disamping itu dapat pula dilakukan pengendalian biaya,
evaluasi kinerja serta menghilangkan atau menambah suatu
tindakan operasi yang dapat dilayani. Selain itu perlu juga
standarisasi bahan habis pakai/obat tindakan operasi dan
dalam pelaksanaan tindakan operasi harus sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan tersebut agar biaya menjadi
sama sehingga perhitungan unit cost juga sama.
Fixed Cost
Fixed Cost adalah biaya minimal yang harus
dikeluarkan agar dapat memproduksi barang atau jasa.

UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2015, I (1): 1-6

Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi baik


barang maupun jasa, nilainya tetap dan tidak berubah.
Variabel Cost
Variabel Cost adalah biaya yang besar kecilnya
tergantung dari jumlah barang atau jasa yang dihasilkan.
Semakin besar jasa yang dihasilkan variabel cost akan lebih
tinggi, begitu juga sebaliknya.
Komponen biaya dapat dibedakan menjadi 3
komponen yaitu :
(1) biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan
untuk barang atau modal yang berhubungan
dengan pembangunan maupun pengembangan
fisik dan kapasitas produksi yang kegunaan atau
manfaatnya bisa berlangsung satu tahun atau
lebih. Biaya investasi meliputi pembiayaan untuk
tanah, gedung, alat dan profesional. Setiap tahun
dilakukan
penghitungan
biaya penyusutan
investasi (6). Penyusutan dilakukan karena nilai
investasi akan semakin menurun dari waktu ke
waktu. Penghitungan dilakukan dengan metode
garis lurus berdasarkan pedoman standar akutansi
rumah sakit (5)
(2) biaya operasional adalah biaya yang diperlukan
untuk menjalankan atau melaksanakan kegiatan
barang modal dalam suatu proses produksi
sehingga menghasilkan produk yang diinginkan.
Biaya operasional merupakan komponen terbesar
pembiayaan dikeluarkan dan sangat tergantung
kepada banyaknya kegiatan atau output yang
dihasilkan.
Artinya,
semakin
banyak
produksi/kegiatan akan mengakibatkan semakin
meningkatnya kebutuhan biaya operasional (7)
(3) biaya pemeliharaan adalah biaya yang diperlukan
untuk menjaga atau mempertahankan kapasitas
barang investasi agar barang tersebut bertahan
lama sehingga memperpanjang waktu untuk
berproduksi. Artinya, alat yang dipakai harus
dilakukan pemeliharaan (7). Pentingnya biaya
pemeliharaan karena bertujuan untuk menjamin
alat dan sarana siap pakai, biaya akan lebih murah
dibandingkan perbaikan yang terlalu berat dan
menunjang mutu keamanan dan kepuasan pasien
(8).
Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya
penyelenggaraan kegiatan pelayanan medik dan non medik
yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa sebagai
imbalan atas jasa pelayanan yang diterimanya. Jasa
pelayanan atau jasa medis adalah imbalan karena
pelaksanaan pelayanan dan kemudahan yang diberikan
kepada orang dalam rangka observasi, diagnolistik,
pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan medik
lainnya. Jasa sarana adalah imbalan yang diterima oleh
sarana kesehatan atas pemakaian sarana, fasilitas sarana
kesehatan, bahan obat, bahan kimia, dan bahan lainnya
atau yang disebut biaya bahan dan alat yang dipergunakan
untuk keperluan pemeriksaan penunjang diagnostik dan
atau bahan-bahan yang dipergunakan langsung dalam
rangka observasi, diagnosa, pengobatan, perawatan,
reahabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya .
Profit margin rasio adalah rasio untuk mengukur
kemampuan sarana ksehatan untuk menghasilkan laba
yang tinggi pada tingkat pendapatan tertentu. Profit
marginal rasio didapat dari laba bersih setelah pajak dibagi
dengan penjualan.(9).

Permana et. al. Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)
Metode Penelitian
Jenis
penelitian
ini
merupakan
penelitian
observasional dengan metode cross sectional, yaitu suatu
penelusuran sesaat, artinya sampel diamati hanya sesaat
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada satu waktu (point time approach) [10].
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu pada tiap
lokasi pada tanggal 18 Mei 27 Juni 2015. Tempat
penelitian di poli gigi Puskesmas Pakusari, Puskesmas
Mayang, dan RSUD Genteng.
Populasi di dalam penelitian ini adalah semua pasien
yang datang ke poli gigi Puskesmas Pakusari, Puskesmas
Mayang, dan RSUD Genteng dengan diagnosa K.00.
Jumlah populasi keselurahan sebanyak 183 pasien. Sampel
pada penelitian ini adalah populasi pasien dengan diagnosa
gangguan perkembangan dan erupsi gigi (K.00), kriteria
sampel pasien dengn diagnosa K.00 antara lain: resorpsi
fisiologis, persistensi, dan ulcus dicubitus. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah secara total sampling, yaitu melibatkan semua
anggota populasi sebagai sampel penelitian [10].Jumlah
sampel sebanyak 183 pasien.

Hasil
Data hasil kunjungan pasien di Puskesmas Pakusari,
Puskesmas Mayang, dan RSUD Genteng dengan diagnosa
K.00 selama 6 minggu pada tiap tempat pada tanggal 18
Mei 27 Juni 2015 disajikan dalam beberapa tabel berikut
ini:
Tabel 1. Jumlah kunjungan pasien di Puskesmas Pakusari,
Puskesmas Mayang, dan RSUD Genteng
berdasarkan diagnosa dan tempat selama 6
minggu
Tempat
DX

PKM
Pakusari

PKM Mayang

RSUD
Genteng

Total

K.00

91

80

12

183

K.01

17

K.02

12

14

15

41

K.03

14

K.04

105

104

78

287

K.05

13

13

29

55

K.06

K.12

Total

222

225

158

605

Keterangan:
DX : Diagnosa
K.00 : Gangguan perkembangan dan erupsi gigi
K.01 : Gigi terbenam dan impaksi
K.02 : Karies gigi
K.03 : Penyakit jaringan keras gigi lainnya
K.04 : Penyakit pulpa dan jaringan periapikal
K.05 : Gingivitis dan penyakit periodontal
K.06 : Gangguan gusi d
K.12 : Stomatitis dan lesi-lesi

UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2015, I (1): 1-6

Tabel 1 menunjukkan jumlah kunjungan pasien selama


6 minggu di puskesmas dan rumah sakit didapatkan jumlah
keseluruan pasien di tiga tempat sebanyak 605 pasien,
dengan diagnosa terbanyak yaitu penyakit pulpa dan
jaringan periapikal (K.04) sebanyak 287 pasien dan
diagnosa gangguan perkembangan dan erupsi gigi (K.00)
sebanyak 183 pasien.
Berikut ini disajikan data kunjungan pasien poli gigi
di Puskesmas Pakusari, Puskesmas Mayang, dan RSUD
Genteng berdasarkan terapi selama periode 18 Mei 27
Juni 2015.
Tabel 2. Data kunjungan pasien di Puskesmas Pakusari,
Puskesmas Mayang, dan RSUD Genteng
berdasarkan terapi selama periode 18 Mei 27
Juni 2015.
Tempat
Terapi

PKM
Pakusari

PKM
Mayang

RSUD
Genteng

Total

Ekstraksi

34

15

14

63

Ekstraksi CE

85

82

18

185

Medikasi

56

66

34

156

Sterilisasi

36

25

52

113

Tumpatan

23

19

42

Scalling

10

12

27

Konsultasi

17

Odonteltomi

Total

222

225

158

605

Tabel 2 menunjukkan data terapi yang paling banyak


dilakukan di Puskesmas Pakusari, Puskesmas Mayang, dan
RSUD Genteng selama periode 18 Mei 27 Juni 2015
adalah ekstraksi menggunakan anetesi topikal sebanyak
185 pasien.

Pembahasan
Data kunjungan pasien yang didapatkan selama
periode 18 Mei 27 Juni 2015 di Puskesmas Pakusari,
Puskesmas Mayang, dan RSUD Genteng menunjukkan
terapi yang paling sering dilakukan oleh dokter gigi adalah
ekstraksi menggunakan anestesi topikal. Namun selama
pelaksanan PKL IKGM IV selama 6 minggu didapatkan
permasalahan kurangnya bahan anestesi topikal untuk
ekstraksi gigi.
Dokter gigi seharusnya mampu merencanakan unit
cost untuk tiap pelayanan medik yang dilakukan, sehingga
dapat merencanakan pembiayaan, pengadaan obat dan
bahan, serta penentuan tarif tiap jenis pelayanan. Berikut
disajikan rincian penentuan tarif ekstraksi gigi
menggunakan anestesi topikal.

Permana et. al. Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)
Fixed Cost
Harga

Pemakaian
(kali)

Harga / pakai 1
pasien

Keterangan

250,000

80

3,125

1 bulan

2 Kursi ruang tunggu

1,125,000

1,200

234

5 tahun

3 Kursi ruang praktek + Meja

1,550,000

1,200

323

5 tahun

4 Samsung TV LED 32 Inchi

3,199,000

1,200

666

5 tahun

5 AC SHARP Sayonara panas

2,135,000

720

741

3 tahun

6 Jam Dinding

100,000

1,200

21

5 tahun

7 Cermin

50,000

720

17

3 tahun

8 Dental chair

20,000,000

1,200

4,167

5 tahun

9 Sterilisator Kering Corona

1,150,000

1,200

240

5 tahun

10 New 0.68 MP Camera MD-980 SDW

3,403,050

1,200

709

5 tahun

11 Rak Alat dan Bahan

1,473,000

1,200

307

5 tahun

12 Stetoskop

200,000

720

69

3 tahun

13 Tensimeter

1,500,000

702

534

3 tahun

75,000

720

26

3 tahun

No

Alat / Bahan

1 Listrik 1300 watt

14 Timbangan Berat Badan


Total

11,180

Variable Cost
Harga

Pemakaian
(kali)

Harga / pakai 1
pasien

Keterangan

1,470,000

720

510

1 set

2 Chlorethyl

90,000

100

225

1 botol

3 Betadine 15 ml

8,000

40

200

1 botol

4 Alat dasar 1 set

150,000

480

78

1 set

5 Saliva ejector

60,000

100

600

1 trip

6 Nirbeken

40,000

720

14

1 buah

7 Depend Glass

7,000

480

1 buah

8 Masker

25,000

50

500

1 box

9 Handscoon

48,000

50

960

1 box

10 Kartu Status

1,000

1,000

1 lembar

11 Tissue

12,000

10

300

1 box

12 Sabun Cuci Tangan

15,000

30

500

1 bungkus

13 Sabun Cuci Alat

20,000

30

677

1 bungkus

14 Tampon

7,500

30

250

1 box

15 Cotton pelet

12,500

30

417

1 box

16 Cotton Roll

50,000

25

2,000

1 box

17 Alkohol 70%

20,000

30

667

1 liter

18 Air mineral gelas

13,000

48

271

1 kardus

No

Alat / Bahan

1 Tang Cabut anak

Total

UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2015, I (1): 1-6

9162

Permana et. al. Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)
Pemakaian komponen variable cost diatas diprediksi
berdasarkan pemakaian bahan selama dilaksanakan
dilaksanakan PKL IKGM IV. Pemakaian chlorethyl hingga
100 kali pemakaian diasumsikan dari pemakaian chlorethyl
selama 6 minggu di Puskesmas Pakusari sebanyak 85 kali
ekstraksi menggunakan chlorethyl hanya menghabiskan
kurang dari 1 botol chlorethyl.
Salah satu metode penentuan tarif adalah metode costbased pricing. Dalam metode ini penentuan tarif atau harga
ditentukan berdasarkan biaya. Unit cost dapat digunakan
sebagai dasar penentuan tarif. Informasi tentang unit cost
merupakan informasi vital bagi semua organisasi, baik
yang berorientasi pada laba, maupun yang bersifat non
profit. Informasi unit cost tidak hanya diperlukan untuk
penentuan tarif, tetapi informasi tentang unit cost justru
lebih dipelukan untuk berbagai kepentingan manajerial
lainnya. Proses penentuan tarif berdasarkan unit cost
dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung semua biaya
yang dikeluarkan dalam rangka pelayanan, kemudian
berdasarkan biaya tersebut, tarif diperoleh dengan cara
menjumlahkan unit cost dan marjin yang diharapkan (11).
Penentuan tarif ekstraksi gigi dengan anestesi topikal
bedasarkan unit cost diatas adalah :
= (Fixed cost + variabel cost + Jasa pelayanan) +
profit (10%) + biaya pemeliharaan (5%)
= (11.180 + 9.162 + 10.000 )+ 3.034 + 1.517
= 34.893 = Rp 35.000,Dalam menjalankan bisnis pelayanan kesehatan
(praktek perseorangan maupun di puskesmas atau rumah
sakit), seorang dokter gigi mempunyai peran ganda. Peran
pertama adalah sebagai tenaga profesional yang tugas dan
fungsinya adalah memberikan pelayanan medis kedokteran
gigi secara holistik kepada para pelanggan (pasien) sesuai
standar profesi yang berlaku. Peran kedua adalah sebagai
investor atau pemodal usaha yang tugas dan fungsinya
mengupayakan roda bisnis pelayanan dapat terus berjalan
sesuai tatanan manajemen, baik manajemen pelayanan,
manajemen keuangan, manajemen logistik atau bentuk
manajemen lainnya.
Peran pertama bukan hal yang sulit dijalankan
oleh tenaga profesional dokter gigi karena sejak awal telah
dididik dan dibentuk sesuai standar kompetensi bidang
kedokteran gigi. Peran kedua sebagai investor
kemungkinan besar akan menjadi kendala karena dalam
kurikulum pendidikan dokter gigi tidak memberikan
pemahaman, khususnya bidang manajemen keuangan yang
salah satunya terkait dengan masalah pembiayaan, dalam
hal ini pembiayaan kesehatan. Akibatnya para lulusan
dokter gigi kurang memiliki memahami biaya apa saja
yang muncul untuk menyediakan satu produk pelayanan.
Kondisi ini akan berpengaruh besar bagi penyelenggara
bisnis pelayanan kesehatan (provider) dan juga bagi
penerima pelayanan kesehatan (customer). Bagi pihak
provider dengan memiliki kesadaran terhadap biaya akan
menghindarkan dari kerugian dalam menjalankan bisnis.
Bagi pihak customer akan menghindarkan mereka dari
tingginya pembiayaan terhadap pihak provider (12)
Langkah yang harus dilakukan, provider (dalam hal ini
dokter gigi yang praktek perseorangan), harus mengetahui
biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu
pelayanan dengan melakukan analisis biaya dan harus bisa
UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2015, I (1): 1-6

menetapkan tarif yang rasional berdasarkan perhitungan


biaya satuan (unit cost). Dengan adanya tarif yang rasional
akan didapatkan revenue bagi pihak provider sesuai rumus
berikut: (13)
Revenue (Pendapatan) = Tarif X Utilisasi (Jumlah
Kunjungan)
Revenue yang didapatkan pihak provider akan
menghasilkan
kemampuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan provider seperti membeli peralatan baru
yang sesuai dengan perkembangan teknologi, memperbaiki
fasilitas dan sarana pelayanan, membeli bahan habis pakai
yang digunakan dalam pelayanan, membeli bahan habis
pakai yang digunakan dalam pelayanan, membayar gaji
SDM pemberi pelayanan serta mengembangkan produk
pelayanan
baru.
Dengan
adanya
penigkatan
kesejahteraan tersebut pihak provider akan mampu
memberikan pelayanan yang bermutu tinggi dan paripurna
(service execelence) sehingga meningkatkan kepercayaan
dan loyalitas customer (13)
Berdasarkan teori di atas, hal yang terpenting dalam
penentuan tarif pelayanan kesehatan adalah adanya
informasi jumlah biaya yang dibutuhkan untuk melayani
satu tindakan tertentu. Sedangkan informasi lain di luar
biaya, merupakan kebijakan yang harus diambil oleh dokter
gigi
secara
pribadi.
Kebijakan
tersebut
harus
mempertimbangkan faktor di luar biaya pelayanan, seperti
keuntungan yang ingin didapat, target pasarannnya, dan
keberadaan pesaing.

Kesimpulan dan Saran


Hasil pelaksanaan PKL IKGM IV di Puskesmas
Pakusari, Puskesmas Mayang, dan RSUD Genteng
didapatkan bahwa terapi yang banyak dilakukan adalah
ekstrasi dengan menggunakan anastei topikal (chlorethyl),
namun bahan anastesi topikal yang dibutuhkan tidak
tersedia disebabkan oleh kurangnya pemahaman dokter gigi
mengenai penghitungan unit cost. Dokter gigi seharusnya
mampu merencanakan unit cost untuk tiap pelayanan
medik yang dilakukan, sehingga dapat merencanakan
pembiayaan, pengadaan obat dan bahan, serta penentuan
tarif tiap jenis pelayanan.

Ucapan Terima Kasih


Terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama proses pembuatan artikel ini, terutama
kepada keluarga besar puskesmas Pakusari, Puskesmas
Mayang, dan RSUD Genteng atas kesempatannya dapat
melakukan kegiatan PKL IKGM IV dan kami
menyampaikan terimaksih kepada Dosen Pembimbing
IKGM FKG Universitas Jember drg Kiswaluyo, M.Kes atas
bimbingan, kesabaran dan ilmunya yang diberikan kepada
kami .

Daftar Pustaka
1.

Sukamertha, M., dkk. 2013. Rasionalisasi Tarif


Puskesmas Berdasarkan Analisis Biaya Satuan. Vol. 6
/ No. 1 / Published : 2013-01.

Permana et. al. Analisis Unit Cost Pencabutan Gigi Sulung Dengan Anestesi Topikal Dalam
Penatalaksanaan Kasus Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi (K.00)
2.

Dewanti. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan


Tentang Kesehatan Gigi dengan Perilaku Perawatan
Gigi. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Sarjana
Reguler. Universitas Indonesia.

3.

Birnbaum, W. dan Dunne, S.M. 2010.Diagnosis


Kelainan
Dalam
Mulut
Petunjuk
Bagi
Klinisi.Jakarta : EGC.

4.

Hansen dan Mowen. 2005. Management


Accounting. Buku 2. Edisi ke 7. Jakarta: Salemba
Empat.

5.

Agastya & Arifai (2009). Unit Cost dan Tarif


Rumah Sakit,
Universitas
Gajah
Mada,
Yogyakarta

6.

Sabarguna, B. 2011. Business Plan Rumah Sakit.


Jakarta:
Salemba Medika.

7.

Laksono, T. 2004. Memahami Penggunaan Ilmu


Ekonomi
Dalam Manajemen Rumah Sakit,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

8.

Tanggung, H. 2008. Analisis Biaya per Satuan


Pelayanan di Puskesmas Aertembaga Kota Bitung
Propinsi Sulawesi Utara. Tesis. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.

9.

Peraturan Daerah Kabupaten Sragen Nomor 19


tahun 2013.Tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan
Di RSUD Kab Sragen

10.

Budiharto 2008. Metode Penelitian Kesehatan


dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi. Jakarta.
EGC

11.

Garrison Ray H, Eric W Noreen, dan Peter C


Brewer, 2006. Akuntansi
Manajerial, Jakarta,
Salemba Empat, Edisi II

12.

Zaldy, Irfan, 2008, Perhitungan Harga Pokok


Pelayanan Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah sakit
IBNU SINA YW UMI dengan Pendekatan Teoritis,
Makassar

13.

Mulyadi, (2007) Activity Based Cost System 2sted,


Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.

UNEJ JURNAL XXXXXXXXX 2015, I (1): 1-6

Você também pode gostar